I'm A FatherDexter sedang menggendong baby Aaron yang sekarang sudah menginjak usia satu bulan. Bella sedang sibuk menyiapkan makanan untuk Dexter, sehingga dirinyalah yang harus mengurusi baby Aaron.“Hei Boy, kau bersemangat sekali digendong Daddy ya,” ucap Dexter memperhatikan baby Aaron yang tampak bersemangat dalam gendongannya.Bayi itu hanya memperhatikan ayahnya dengan senyuman merekah yang sangat indah dan menggemaskan. Bayi itu menepuk-nepuk dada Dexter dengan tangan mungilnya dan mata bulatnya menatap ayahnya dengan sangat menggemaskan.Melihat tingkah bayinya yang sangat imut itu membuat Dexter tidak tahan untuk tidak menciumi wajah anaknya itu. Dexter memberikan kecupan-kecupan ringan di wajah bayinya sehingga membuat bayi itu terkikik gelid an menepuk-nepuk pipi Dexter dengan senang.“Hahaha… kau senang dicium Daddy huh?” ucap Dexter yang mengajak main bayinya.Dexter masih bermain-main dengan anaknya dengan senang dan terlihat sangat manis. Pemandangan itu tak luput da
Second HoneymoonDexter memperhatikan istrinya yang sedang menyusui anaknya dengan seksama. Ia melihat sendiri bagaimana bayi mungilnya itu menghisap susu langsung dari tempatnya dengan sangat lahap. Dexter yang melihat itu malah salah fokus dengan bentuk dan ukuran payudara Bella yang membesar dan tampak sangat menantang. Tanpa disadarinya, Dexter menelan ludahnya melihat pemandangan itu.Bella yang menyadari tatapan Dexter pun menatap suaminya dengan tatapan anehnya.“Ada apa? Kenapa menatapku dengan tatapan seperti itu?” tanya Bella yang masih sibuk menyusui bayinya.“Itu… apakah aku boleh melakukannya juga?” tanya balik Dexter sambil menunjuk payudara Bella.“Maksudnya?” Bella merasa was-was dengan pertanyaan Dexter.“Apakah aku boleh meminum susu seperti Baby Aaron juga?” tanya Dexter lagi dengan pandangan tak lepas dari dada Bella.“What? Kau gila ya… kau ingin meminum ASI?” Bella terkejut mendengarnya.“Memangnya tidak boleh? Ayolahhh….,” rengek Dexter dengan tampang memelasnya
Memiliki suami posesif mungkin biasa bagi sebagian istri. Hal itu wajar dan bukti bahwa sang suami sangat mencintai sang istri dan tidak ingin berbagi dengan lelaki lain. Tapi bagaimana jika suami posesif itu adalah seorang yang Gay? Hal itu akan menjadi sesuatu yang menjanggal dan tentunya menyebalkan. Bagaimanakah rasanya?Isabella Rosemary Thompson akan menjawabnya lewat kisah cintanya. Seorang international model yang harus terjebak dalam pernikahan anehnya karena perjodohan gila yang dilakukan kedua orang tuanya. Dan betapa sialnya lagi ketika Bella mengetahui bahwa lelaki yang menjadi suaminya adalah seorang Gay tepat saat resepsi pernikahannya sendiri.Dexter Nathaniel Orlando. Setelah gagal menggaet bangsawan asal Swedia, Annelish Crystalline Ritzie untuk menjadi istrinya sekaligus penutup jati dirinya yang seorang Gay, orang tuanya memaksanya pulang ke New York untuk dinikahkan secara paksa karena mereka jengah melihat putra sulungnya yang tidak kunjung menikah. Dipertemukan
Manhattan, New York. Isabella Rosemary Thompson atau gadis yang akrab disapa Bella itu sedang menatap pantulan dirinya di cermin. Hari ini adalah hari yang tidak terduga dalam hidupnya. Hari ini adalah hari pernikahannya, tepatnya pernikahan paksanya. Bagaimana tidak? Saat dirinya sedang pemotretan tiba-tiba ibunya menelepon dan langsung menyuruhnya pulang saat itu juga. Ketika dirinya pulang, di rumahnya sangat ramai dengan orang-orang asing yang tidak dikenalnya. Dan dengan entengnya ibunya bilang bahwa ia sudah menerima lamaran untuk Bella. Betapa syoknya Bella saat itu, belum lagi kenyataan bahwa dia akan menikah seminggu lagi. Benar-benar bencana dalam hidupnya. Namun Bella masih dapat bersyukur karena orang yang akan menikah dengannya memiliki tampang di atas rata-rata yang tidak akan mempermalukan dirinya ketika mereka berjalan berdampingan. Setidaknya dia masih bersyukur akan hal itu. Tapi menyebalkannya orang yang akan menikah dengannya hanya diam saja saat pertemuan mereka
Bella memasuki kamar pengantin yang telah disiapkan oleh orang tuanya. Ia melihat suaminya sudah ada di dalam. Siapa lagi kalau bukan Dexter. Melihat Dexter di situ membuat Bella kembali mengingat kejadian tadi sore, saat suaminya itu bertengkar dengan ‘kekasih’nya. Mengingatnya membuat Bella menjadi jijik pada suaminya sendiri. Ia melangkah mendekati meja rias di sana, mulai menghapus make upnya sendiri. Karena profesinya adalah model, maka bukan perkara yang sulit untuk sekedar menghapus make up. Selagi melakukan aktivitasnya, ia melirik suaminya yang sedang melirik takut-takut padanya. Bella memutar bola matanya jengah. Bella segera melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Sementara di kamar, Dexter sedang meremas-remas tangannya takut dengan ancaman yang diberikan Bella tadi siang. Sungguh baru kali ini dia merasa takut begitu besar selain ancaman ibunya. “Cklek.” suara pintu terbuka. Tampaklah Bella keluar dengan tubuh yang hanya dibalut selembar handuk yang
Dexter pun mulai menatap Bella dengan serius. “Dengar… aku tahu ini semua terlalu tiba-tiba bagi kita, tapi kau tidak bisa seenaknya begini," ujar Dexter setelah mengatur emosinya. “Lalu aku harus bagaimana?” tanya Bella dengan tampang polosnya. “Kita harus membuat peraturan mulai sekarang,” ujar Dexter kemudian. “Peraturan seperti apa maksudmu?” tanya Bella mulai tertarik. “Baiklah mari kita buat peraturannya, peraturan pertama, jangan mencampuri urusan satu sama lain,” ujar Dexter tegas. Bella hendak protes tapi ia mengurungkannya. Ia berpikir untuk apa juga ia mengurusi urusan Dexter, misinya hanya mengubah kelainan yang diderita suaminya itu. “Baiklah, aku setuju,” ucap Bella. “Peraturan kedua, setiap melakukan sesuatu kau harus bilang dulu padaku,” ujar Dexter lagi. Bella menatapnya datar. “Begitu juga denganmu,” balas Bella. Dexter melihatnya dengan tatapan menantang. “Oke,” jawab Dexter tak mau kalah. “Peraturan ketiga, harus saling mengatakan jika mau pergi kemana-m
Bella jadi penasaran kenapa orang seperti Dexter bisa berakhir menjadi pria Gay. Memang fenomena LGBT sudah biasa di kalangan dunia mereka, tapi Bella tetap tidak bisa menerimanya jika ia harus disandingkan dengan pria Gay sebagai suaminya. Ia harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan oleh Dexter. Mengembalikan jiwa kelelakiannya yang seharusnya.“Bisakah kau tidak usah menyebut nama pria sialan itu saat bersamaku?” Bella mengubah topiknya. Berpura-pura kesal.Dexter pun terdiam merasa bersalah. Entah kenapa ia merasa bersalah juga ia tak tahu. Padahal yang ia lakukan itu sama sekali tidak salah menurutnya. Dexter pun menghela nafas.“Maaf,” hanya itu yang Dexter ucapkan.Bella tidak mengindahkan perkataan Dexter hanya berlalu pergi meninggalkan Dexter.Dexter menyugar rambutnya frustasi. Kenapa segala yang ia lakukan selalu saja salah? Dan kenapa juga ia harus perduli jika Bella marah dengannya atau tidak. Seharusnya ia senang kare
Malam ini Bella kembali menggunakan pakaian seksi miliknya. Bukan sebuah lingerie melainkan sebuah gaun tidur panjang tapi sangat tipis dan tentu saja sangat menampilkan lekuk tubuhnya. Bella masih tidak ingin menyerah dengan misinya meluruskan kembali kelainan Dexter. Maka Bella segera merias wajahnya secantik mungkin.Dexter memasuki kamarnya dan melihat istrinya itu tengah menatapnya dengan pakaian terbuka dan penampilan yang bisa dibilang menggoda. Dexter mengernyitkan alisnya.“Ada apa denganmu? Kenapa berpenampilan seperti itu?” tanya Dexter dengan wajah sinisnya.“Kenapa dengan penampilanku?” Bella melipat kedua tangannya di depan perutnya.“Kenapa mau tidur malah berdandan begitu? Bukankah perempuan akan berjerawat kalau tidak cuci muka saat tidur?” ujar Dexter yang memasang wajah anehnya.Bella cengo dibuatnya. Bisa-bisanya Dexter malah berpikir begitu.“Terserah padaku mau berdandan atau tidak saat mau tidur, kenapa malah kau yang repot?” ujar Bella tidak mau kalah.Dexter m
Second HoneymoonDexter memperhatikan istrinya yang sedang menyusui anaknya dengan seksama. Ia melihat sendiri bagaimana bayi mungilnya itu menghisap susu langsung dari tempatnya dengan sangat lahap. Dexter yang melihat itu malah salah fokus dengan bentuk dan ukuran payudara Bella yang membesar dan tampak sangat menantang. Tanpa disadarinya, Dexter menelan ludahnya melihat pemandangan itu.Bella yang menyadari tatapan Dexter pun menatap suaminya dengan tatapan anehnya.“Ada apa? Kenapa menatapku dengan tatapan seperti itu?” tanya Bella yang masih sibuk menyusui bayinya.“Itu… apakah aku boleh melakukannya juga?” tanya balik Dexter sambil menunjuk payudara Bella.“Maksudnya?” Bella merasa was-was dengan pertanyaan Dexter.“Apakah aku boleh meminum susu seperti Baby Aaron juga?” tanya Dexter lagi dengan pandangan tak lepas dari dada Bella.“What? Kau gila ya… kau ingin meminum ASI?” Bella terkejut mendengarnya.“Memangnya tidak boleh? Ayolahhh….,” rengek Dexter dengan tampang memelasnya
I'm A FatherDexter sedang menggendong baby Aaron yang sekarang sudah menginjak usia satu bulan. Bella sedang sibuk menyiapkan makanan untuk Dexter, sehingga dirinyalah yang harus mengurusi baby Aaron.“Hei Boy, kau bersemangat sekali digendong Daddy ya,” ucap Dexter memperhatikan baby Aaron yang tampak bersemangat dalam gendongannya.Bayi itu hanya memperhatikan ayahnya dengan senyuman merekah yang sangat indah dan menggemaskan. Bayi itu menepuk-nepuk dada Dexter dengan tangan mungilnya dan mata bulatnya menatap ayahnya dengan sangat menggemaskan.Melihat tingkah bayinya yang sangat imut itu membuat Dexter tidak tahan untuk tidak menciumi wajah anaknya itu. Dexter memberikan kecupan-kecupan ringan di wajah bayinya sehingga membuat bayi itu terkikik gelid an menepuk-nepuk pipi Dexter dengan senang.“Hahaha… kau senang dicium Daddy huh?” ucap Dexter yang mengajak main bayinya.Dexter masih bermain-main dengan anaknya dengan senang dan terlihat sangat manis. Pemandangan itu tak luput da
Baby BluesHari ini adalah hari kepulangan Bella dan Dexter beserta bayinya dari rumah sakit. Semua keluarganya sudah menyiapkan semua keperluan bayi di rumah Dexter. Kebanyakan barang-barang dari Tobias dari yang memenuhi kamar bayi yang telah didekorasi oleh mereka.Dexter sudah pasrah dengan semua keluarganya yang membelikan ini itu untuk keperluan bayinya. Ayahnya sudah membelikan banyak mainan untuk bayinya termasuk kereta dorong bayi, sementara ibunya sudah mendekorasi kamar bayinya sedemikian rupa lengkap dengan lemarinya. Belum lagi ibu mertuanya juga ikut membelikan banyak baju untuk bayinya. Sedangkan Tobias sudah banyak membelikan barang seperti perlengkapan mandi, susu dan perlengkapan makan bayi, selimut, bahkan kursi makan bayi. Dexter hanya kebagian membelikan tempat tidur bayi. Bahkan Bella tidak membelikan apapun untuk bayinya karena semua keperluan sudah tersedia.“Kami pulaanggg,” teriak Bella dengan senang saat masuk ke dalam rumahnya.“Aaaa…!!! Baby sudah pulaang…
Dexter berlari tergesa di lorong rumah sakit tanpa memperdulikan dirinya yang beberapa kali menabrak orang lain. Dirinya sedang rapat di kantornya tanpa Bella karena usia kandungan Bella yang sudah menginjak bulan ke-sembilan membuat Dexter harus ekstra menjaga keselamatan istrinya itu. Ia sedang berbicara ketika mendapat telepon dari ibunya kalau istrinya akan melahirkan. Tanpa memperdulikan rapatnya, Dexter menyerahkan semua urusan kantornya kepada Logan dan dirinya langsung berangkat ke rumah sakit dengan kecepatan mobil di atas rata-rata.Dexter melihat ibunya sudah bersama ibu mertuanya dan adiknya yang sepertinya sedang bertugas karena menggunakan jas dokternya. Sementara ayahnya saat ini sedang dalam perjalanan bisnis ke Eropa sehingga tidak bisa hadir di sini. Dexter segera berlari menghampiri mereka dengan nafas tersengal-sengal.“Dimana Bella?" tanya Dexter dengan napas tak beraturan.“Ada di dalam, sebaiknya kau temani istrimu, dia pasti membutuhkanmu,” jawab Cassandra.“Ay
Dexter menggenggam tangan Bella dengan erat dengan sebelah tangannya, karena Bella sedang mengemudi. Mereka dalam perjalanan pulang dari rumah sakit setelah mengunjungi dokter kandungan. Dexter sudah bertanya banyak mengenai kehamilan dan segala macam hal yang harus diperhatikan, termasuk kegiatan seksual mereka. Bella sampai mencubit Dexter karena merasa malu dengan pertanyaan Dexter.“Bagaimana kau mengetahui kau sedang hamil saat itu?” tanya Dexter tiba-tiba sambil menciumi tangan Bella.Bella menoleh sebentar sebelum kembali konsentrasi dengan jalanan di depannya. Padahal dirinya sedang hamil, tetapi karena kondisi Dexter yang belum terlalu pulih maka ia yang mengemudi. Kalau ditanya kenapa mereka tidak membawa Alan adalah karena Dexter yang merengek hanya ingin pergi berdua saja.“Aku memeriksakan diri tentu saja, dokter yang menanganimu menyuruhku untuk memeriksakan diri,” jawab Bella kemudian.“Tapi kau datang bersama Logan,” ucap Dexter lagi.“Tentu saja, dia yang menemaniku u
Bella sudah menceritakan semua yang ia bicarakan bersama Logan kepada Dexter. Dexter pun merasa sangat bersyukur karena sahabatnya itu sangat membantunya. Dexter juga sudah menjelaskan apa yang selama ini masih tersembunyi dari Bella, tanpa terkecuali. Bella menerimanya dan mengikhlaskan semua yang sudah terjadi.“Semoga kau senang di sana, Mommy dan Daddy sangat menyayangimu…,” ucap Bella pada sebuah makam kecil di taman pemakaman milik keluarganya.“We love you…,” tambah Dexter sambil mencium nisan kecil di sana.Mereka berdua menatap makan janin mereka yang sudah tiada. Mereka sangat sedih dengan kepergian janin itu, tetapi mereka sudah mengikhlaskan kepergian anak pertama mereka. Dexter dan Bella pun berjalan kembali menuju mobil mereka dengan Bella yang mendorong kursi roda Dexter. Di tengah perjalanan, angin berhembus lembut menyapa mereka seolah salam sayang dari anaknya.Bella menunduk pada Dexter yang juga tengah mendongak. Bella mengecup lembut bibir Dexter dan sedikit melum
Bella membuka matanya dan menemukan suaminya yang masih tertidur memeluknya. Bella membalikkan tubuhnya untuk menghadap Dexter dan menyentuh kening suaminya yang panas. Bella menghela napasnya karena telah membuat Dexter kembali demam untuk yang ke-sekian kalinya.Bella mengusap kepala Dexter pelan dan mengecup keningnya, lalu segera beranjak untuk meninggalkan ranjang. Tetapi sebelum Bella sempat meninggalkan ranjang itu, Dexter sudah terlebih dahulu memeluknya dan mengigau dalam tidurnya.“Jangan pergi….,” gumam Dexter dalam tidurnya.Bella yang hendak pergi pun tidak jadi meninggalkannya. Bella kembali tidur dan memeluk suaminya dengan sayang. Ia mengelap pelipis Dexter yang mengeluarkan keringatnya.“Kenapa sakit lagi hmm?” gumam Bella sambil mengelus punggung Dexter yang kini telah tertidur lagi.Setelah agak lama, Bella pun mulai melepaskan pelukan Dexter darinya. Beruntung Dexter sudah tertidur lelap dan tidak menolak dilepaskan Bella lagi. Lalu Bella segera beranjak ke dapur d
Bella sedang berada di rumahnya, tepatnya di rumah orang tuanya. Ia kembali melamun memikirkan kejadian yang baru saja menimpanya di rumah sakit. Air mata Bella kembali mengalir. Sungguh ia sama sekali tidak bermaksud berkata-kata seperti itu kepada ibu mertuanya, tetapi perkataan Cassandra sungguh membuat Bella sakit hati. Seakan-akan hanya Bella yang menyakiti Dexter di sini. Padahal Dexter juga menyakitinya tanpa pria itu sadari.“Bicarakan semua ini dengan kepala dingin, jangan malah menghindarinya dan membiarkannya terus berlarut-larut,” ucap Liliyana menasehati putrinya yang sedang patah hati.“Aku.. aku hanya butuh waktu sebentar Mom,” balas Bella sambil menenggelamkan kepalanya dipelukan sang ibu.***Suara bel pintu berbunyi membuat Liliyana yang sedang berada di ruang tamu segera menghampiri pintu rumahnya. Liliyana membuka pintunya dan menemukan 4 orang yang tak terduga datang ke rumahnya.“Kalian?” ucap Liliyana yang terkejut.“Hai.. boleh kami masuk?” pinta sang tamu ya
Bunyi suara klakson mengagetkan Bella yang tengah melamun. Ia segera menoleh ke belakang dan melihat sendiri dengan mata kepalanya, tubuh suaminya yang terpental ke atas sebuah mobil SUV yang menabraknya.Bella melebarkan matanya. Tidak mungkin, tidak mungkin!Bella masih menatap tubuh Dexter yang kini terjatuh ke jalanan aspal. Bella masih terdiam, kejadiannya begitu cepat sampai ia tak sempat memikirkan apapun. Bella masih menatap Dexter yang terjatuh sampai akhirnya dia bisa membuka suaranya.“STOOPP…!!!!” teriak Bella kemudian.Supir taksi yang sedang mengemudikan mobilnya itu pun kaget dan langsung mengerem mobilnya mendadak.Begitu mobilnya berhenti, Bella segera keluar dari mobil itu dan langsung berlari menuju tubuh Dexter berada. Bella langsung menghampiri Dexter yang tergeletak bersimbah darah di dekat trotoar. Mobil yang tadi menabrak Dexter pun sudah berhenti. Bella tak lagi perduli dengan keadaan sekelilingnya yang sudah ramai. Ia hanya menatap Dexter yang tergeletak tak