Malam ini Bella kembali menggunakan pakaian seksi miliknya. Bukan sebuah lingerie melainkan sebuah gaun tidur panjang tapi sangat tipis dan tentu saja sangat menampilkan lekuk tubuhnya. Bella masih tidak ingin menyerah dengan misinya meluruskan kembali kelainan Dexter. Maka Bella segera merias wajahnya secantik mungkin.
Dexter memasuki kamarnya dan melihat istrinya itu tengah menatapnya dengan pakaian terbuka dan penampilan yang bisa dibilang menggoda. Dexter mengernyitkan alisnya. “Ada apa denganmu? Kenapa berpenampilan seperti itu?” tanya Dexter dengan wajah sinisnya. “Kenapa dengan penampilanku?” Bella melipat kedua tangannya di depan perutnya. “Kenapa mau tidur malah berdandan begitu? Bukankah perempuan akan berjerawat kalau tidak cuci muka saat tidur?” ujar Dexter yang memasang wajah anehnya. Bella cengo dibuatnya. Bisa-bisanya Dexter malah berpikir begitu. “Terserah padaku mau berdandan atau tidak saat mau tidur, kenapa malah kau yang repot?” ujar Bella tidak mau kalah. Dexter menilai penampilan Bella lagi yang terasa aneh baginya. “Hapuslah riasanmu itu, aku risih melihatnya,” ujar Dexter datar. Ia memposisikan dirinya di atas ranjang. “Kenapa harus risih memangnya?” goda Bella. Ia menunjukkan wajah sensualnya. Dexter justru bergidik melihat hal itu. Tubuhnya meremang. “Ada apa denganmu hah? Aneh sekali,” kesal Dexter sambil menyelimuti dirinya yang merinding. “Memangnya kenapa sih? Apa kau terganggu dengan penampilanku?” goda Bella lagi. “Tentu saja, sangat mengganggu malahan, merusak pemandangan,” ujar Dexter dengan wajah tidak enak. Bella melotot mendengarnya. Dasar gay sialan, bisa-bisanya dia menilai penampilannya yang sangat seksi ini dibilang merusak pemandangan. Memang selera gay sangat payah. “Merusak pemandangan kau bilang? Ini adalah penampilan cantik ala model ya,” ujar Bella tidak terima. “Benarkah? Setahuku model tidak berpenampilan seperti ini… kau justru terlihat seperti,” perkataan Dexter terhenti. “Seperti apa?” cerca Bella. “Jalang,” ucap Dexter polos. Bella langsung melotot mendengarnya. Dengan cepat ia menjambak rambut Dexter dan memukuli tubuh suaminya dengan brutal. “Sialan kau..!!! Bisa-bisanya kau menyebut istrimu sendiri jalang..!!! Dasar suami tidak berguna..!!” kesal Bella dengan brutal. Dexter tak mampu menghindar dari semua serangan Bella. Bella terlalu brutal dan tak terkendali. Sepertinya dia sudah salah dalam berkata-kata. Tapi dia hanya menyuarakan apa isi pikirannya, apanya yang salah?. “Sialan..!!! Masa depanku benar-benar suram..!! Bagaimana bisa aku terus hidup dengan manusia menjijikkan itu…!! Aaargghh…!!!” kesal Bella sambil memasuki kamar mandi dalam kamarnya. ‘’BRAK..!!” bunyi pintu yang ditutup keras oleh Bella. Dexter menatap pintu yang baru saja ditutup oleh Bella itu. Ia menghela nafasnya lagi. Ia hanya berusaha berkata jujur, tapi kenapa reaksi Bella malah seperti itu? Hal yang dipikirkannya memang benar, bahwa perempuan memang merepotkan. Dia hanya berbicara jujur dan mereka marah. Kalau berbicara bohong juga mereka marah. Dexter bingung maunya apa sebenarnya kaum wanita itu. Sangat merepotkan. Memang lebih baik berhubungan dengan lelaki. Mereka sudah saling mengerti, tidak perlu repot. Seketika Dexter teringat dengan Logan. Dexter menggelengkan kepalanya keras. Ia sudah putus dengan Logan. Tidak seharusnya ia masih memikirkannya. Karena sekarang yang harus ia pikirkan adalah bagaimana cara menangani kemarahan seorang perempuan. * Bella keluar dari kamar mandi dengan wajah ditekuk. Namun wajahnya sudah polos dari riasan. Ia melihat Dexter yang duduk menunggunya di tepi ranjang. Bella mengacuhkannya dan memilih duduk di depan meja riasnya. Ia memakai semua produk perawatan wajahnya di sana. Mengabaikan Dexter yang sedari tadi hanya menatapnya. “Hei, aku minta maaf,” ujar Dexter kemudian. Bella hanya diam. Ia sibuk menggunakan serum mahalnya dengan penuh perasaan. “Aku tidak bermaksud mengataimu,” ujar Dexter kemudian. Bella hanya meliriknya lewat cermin di depannya. Ia masih sangat kesal dengan suaminya itu. Ia lebih memilih mengurusi wajahnya lagi agar tidak jerawatan seperti yang dikatakan Dexter tadi. Kemudian dia bangkit dan menaiki ranjang di sisi sebelahnya Dexter. Menarik selimut dan mulai membaringkan dirinya sendiri. Mengabaikan Dexter yang masih menatapnya. Dexter sungguh merasa buruk dengan hal ini. Ia merasa bersalah pada Bella, padahal ia hanya mengatakan isi pikirannya dengan jujur. Tapi ia jadi merasa tidak enak diabaikan oleh Bella begini. Sungguh merepotkan berhubungan dengan perempuan. “Aku benar-benar minta maaf,” ucap Dexter lagi sambil membaringkan dirinya dan mencoba memejamkan matanya. Bella dongkol sekali dengan Dexter yang malah ikut-ikutan tidur dan bukannya membujuknya agar tidak marah lagi. Sungguh sangat menyebalkan. * * * Sebuah Lamborgini berwarna putih bersih dengan model yang sangat mewah bertengger dengan manis di depan rumah Bella siang ini. Sesuai dengan keinginannya dan seleranya. Dexter benar-benar membuktikan perkataannya. Padahal Bella belum memberitahukan seperti apa pilihannya, tapi Dexter sangat memahami keinginannya. Dexter memasuki rumahnya dan melihat Bella yang berdiri di balik jendela memperhatikan mobil barunya itu. Bella yang melihat Dexter sedang menatapnya segera berbalik pergi. Sungguh ia malu sekali ketahuan sedang mengintip mobil barunya. Padahal belum tentu juga mobil itu untuknya. Tapi jika bukan untuknya, untuk siapa lagi memangnya? Kalau Dexter hanya pamer mobil baru padanya betapa menyebalkannya suami sok kayanya itu. Oh dia memang kaya. “Aku tahu kau melihatnya,” ujar Dexter menghentikan langkah Bella. Demi apapun di dunia ini, Bella sangat malu tertangkap basah oleh Dexter saat ini. Kenapa ia malah sangat ceroboh menampakkan dirinya. Ini gara-gara rasa ingin tahunya yang begitu tinggi pada mobil itu. sungguh menyebalkan. Pasti Dexter akan besar kepala. Bella hanya kembali melangkahkan kakinya dengan perasaan malu luar biasa. Namun Dexter kembali menghentikannya. “Berhenti di situ..!” ucap Dexter dengan suara tegas. Bella secara otomatis menghentikan langkahnya. Ia tidak mengerti kenapa perintah Dexter seakan perintah mutlak pada tubuhnya. Ia merutuki dirinya sendiri yang sangat patuh pada Dexter. Bukankah kemarin Dexter yang patuh padanya? Kenapa sekarang malah dirinya yang berbalik patuh pada Dexter? Dexter menghampiri Bella yang masih berdiri mematung di tempatnya. Ia memutari tubuh Bella seakan predator yang akan menerkam mangsanya. Ia menatap Bella dengan tatapan yang sulit diartikan. Kemudian ia menyerahkan sesuatu untuk Bella. “Ini surat dan kunci mobilnya, ini milikmu… maaf aku tidak memberitahumu lebih dulu, tapi mereka bilang ini yang terbaik,” ucap Dexter sambil menyerahkan paperbag pada Bella. Bella secara otomatis menerima paperbag itu. Ia juga tak mengerti dengan dirinya sendiri yang sudah jelas tertangkap basah oleh Dexter tapi malah tidak ada malunya sama sekali menerima pemberian Dexter secara terang-terangan. Bukankah ia sedang marah pada suaminya itu? Seharusnya ia sedikit gengsi untuk menerimanya kan? Wajah Bella terlihat seperti orang idiot sekarang. “Aku minta maaf dengan perkataanku tadi malam.. aku hanya berusaha jujur.. aku tidak tahu kalau kau akan tersinggung dengan itu, tapi melihatmu yang hanya diam membuatku tidak nyaman,” ujar Dexter sambil menatap Bella. “Mobil ini sejak awal adalah milikmu, kuharap setelah ini kau akan kembali seperti semula lagi, aku pusing melihatmu yang terus-terusan diam,” ujar Dexter kemudian. Seketika Bella langsung bisa menguasai dirinya sendiri setelah mendengar ucapan Dexter. Ia menatap Dexter dengan tajam. “Kau..!! Kau benar-benar menyebalkan,” ucap Bella dengan kesal. Ia langsung berlalu dari hadapan Dexter dengan membawa paperbagnya. Dexter melihat kepergian Bella dengan wajah heran dan frustasi. “Apa aku salah lagi?” gumam Dexter frustasi. Ia mengacak rambutnya kesal. Kenapa ia selalu saja salah di mata Bella? Apakah pepatah yang mengatakan bahwa perempuan selalu benar dan lelaki selalu salah itu benar? Dexter menggeram kesal. Jika tahu begini sulitnya berhubungan dengan perempuan maka ia tidak akan pernah menyetujui perjodohan yang dilakukan kedua orang tuanya. Dexter pun melenggang keluar dari rumahnya dengan perasaan kesal. * Sementara Bella di kamarnya sedang menggeledah isi paperbag yang diberikan Dexter tadi. Ia melihat berkas-berkas kepemilikan mobilnya dengan berbinar. Semua atas namanya. Ia melihat kunci mobilnya yang dihiasi gantungan yang lucu. “Uh imutnyaa… ternyata Gay itu tahu juga selera perempuan… hihihi,” Bella terkikik memikirkan Dexter. “Oh iya dia kan Gay.. mungkin saja dia menyukai hal-hal yang berbau perempuan? Ah dia kan bukan Androgini, gayanya tidak seperti perempuan, bahkan terlihat seperti lelaki normal, jadi sebenarnya dia itu Gay yang bagaimana ya?” ujar Bella sambil memikirkan orientasi seksual suaminya itu. “Ah lebih baik aku simpan dulu harta manisku ini,” gumam Bella menyimpan semua hartanya di dalam lemari kecil khusus miliknya. Ia pun kembali duduk di atas ranjangnya sambil memainkan ponselnya. Bella mencari jenis-jenis Gay di internet. Beberapa kali ia mengernyit jijik melihat penjelasan yang tertera di sebuah website. “Ah menjijikan sekali… aku tidak bisa membayangkan mereka saling menyukai sesamanya… mencium sesamanya, sama-sama berbadan kekar.. ah aku bisa gila jika memikirkan ini,” ujar Bella melihat informasi yang didapatnya. Bella tidak bisa menggunakan logika dan perasaannya melihat cara kerja seseorang yang mengalami kelainan orientasi seksual ataupun kelainan kepribadian. Pada dasarnya itu bukanlah hal normal dan menyalahi aturan kerja tubuh manusia. Tapi ia juga tidak bisa menyalahkan kaum yang mengalaminya. Kebanyakan mereka juga tidak menyadari cara kerja tubuhnya yang memiliki ketertarikan seksual berbeda dari manusia normal pada umumnya. Bella lama-lama pusing sendiri memikirkannya. “Apa Dexter pernah melakukannya ya? Mencium kekasih prianya? Oh my God.. I can’t imagined that,” gumam Bella dengan menggigit kukunya. Rasa penasaran Bella semakin menjadi. Ia pun nekat membuka situs porno di ponselnya. Ia ingin mengetahui bagaimana bila pasangan Gay itu sedang berhubungan. Ia menemukan salah satu video dari sekian video yang muncul di hasil pencariannya. Pertama ia melihat sepasang laki-laki sedang berjalan bersama. Lama-lama pasangan itu mulai berciuman. Bella syok melihatnya. Oh God.. bagaimana bisa mereka berciuman? Dilihatnya pasangan itu mulai menggerayangi tubuh pasangannya. Sungguh Bella jijik melihatnya, ia pun langsung skip sampai ke pertengahan videonya. Namun hal yang lebih menjijikan terpampang di penglihatannya. Dilihatnya laki-laki tadi sudah bergumul. Salah satu berada di bawah dan satunya di atasnya. Laki-laki yang di atas tampak bergerak seperti orang bercinta pada umumnya. Hal yang lebih parah dari itu adalah ketika kamera menyorot bagaimana milik pria-pria itu beradu. Ternyata bukan seperti kebanyakan orang yang bilang mereka adu pedang, tetapi tetap masuk lubang. Hanya saja lubang yang dimasuki adalah lubang untuk buang air besar. Bella menganga melihatnya, bagaimana bisa pria itu mendesah kenikmatan dengan lubangnya yang diisi kejantanan milik pasangannya. Sedangkan yang Bella alami ketika ia sulit buang air besar atau sembelit saja rasanya sangat menyesakkan dan menyakitkan. Kenapa orang itu bisa menikmatinya? Dan yang lebih parah adalah kenapa pria yang memasukkan kejantanannya itu tidak merasa jijik sama sekali? Bagaimana jika miliknya terkena sisa-sisa kotoran pasangannya? Bukankah lubang itu terhubung langsung dengan usus besar yang menampung kotoran manusia? Bella tidak sanggup melihatnya. Ia segera melemparkan ponselnya sembarangan dan langsung berlari ke kamar mandi. Ia memuntahkan isi perutnya. Sungguh sangat menjijikkan hal yang baru saja dia lihat. Jadi seperti itu para Gay berhubungan? Dengan melakukan anal sex? Sungguh Bella bukan orang yang bisa menerima hal itu dengan logika dan perasaannya. Mentalnya tidak sekuat itu untuk menganggapnya hal yang biasa. Bella kembali ke kamarnya dengan tubuh lemas setelah memuntahkan isi perutnya. Jika ibunya melihatnya mungkin ia dikira tengah mengandung. Sayang kenyataannya sangat jauh dari itu. Bella meraih ponselnya lagi dan menghapus seluruh riwayat pencarian di browsernya. Ia tidak ingin mengingat hal yang baru saja dilihatnya lagi. Jika begini kejadiannya, fiks Bella sama sekali tidak bisa menerima kaum LGBT di logikanya. Entah orang akan mengatakan apa, yang jelas dia tidak bisa menerimanya. Sama sekali tidak. * * * Dexter memasuki rumahnya setelah seharian ini dia mencari inspirasi untuk menghadapi sikap wanita yang sedang marah. Ia sengaja bepergian ke taman yang banyak dikunjungi muda mudi yang sedang memadu kasih. Ada banyak pasangan ‘normal’ yang ia amati di sana. Bagaimana mereka berinteraksi, mulai dari yang saling bermanis-manis, saling cuek dan acuh, sampai yang sedang bertengkar. Semua itu Dexter amati dan pelajari dengan baik. Ia seperti sedang mempelajari sosiologi hubungan manusia. Dexter masuk ke kamarnya. Ia tidak menemukan Bella di sana. Ia tidak mempermasalahkan hal itu, mungkin istrinya itu sedang berada di dapur atau berkeliling rumah ini. Dexter langsung mandi dan membersihkan dirinya. Dexter turun ke ruang makan dan menemukan Bella yang sedang menata makan malam di sana. Dexter langsung mendudukkan dirinya di salah satu kursi di meja makan. Bella seperti biasa melayaninya makan dengan baik. Tapi kali ini sikap Bella terlihat aneh. Ia tidak terlihat sedang marah padanya, ia juga tidak terlihat mengabaikannya. Bella terlihat seperti menjauhinya? Atau menghindarinya seperti dia adalah sekumpulan kuman? Entahlah Dexter tidak mengerti. ‘Kali ini apa lagi?’ batin Dexter dengan bingung. Ia selalu saja salah di mata Bella. Bahkan hanya sekedar duduk saja sepertinya sudah salah. Dexter pun memilih menghabiskan makanannya saja. Ia sedang malas menerka-nerka isi pikiran Bella lagi. Perempuan dan segala pemikirannya. Ayolah ia bukanlah cenayang yang bisa mengetahui isi pikiran Bella padanya. Sedangkan Bella sebisa mungkin tidak bersentuhan dengan Dexter. Ia memang menghindari Dexter. Gara-gara kejadian tadi siang saat ia melihat video di ponselnya, ia jadi membayangkan seandainya Dexter melakukan hal itu dengan kekasihnya. Apakah Dexter yang dimasuki atau yang memasuki? Ah itu tidak penting. Keduanya sama-sama menjijikkan bagi Bella. Maka Bella jadi menghindari Dexter. Entah kenapa ia merasa jijik pada Dexter. Sebelumnya ia hanya menganggap ketidaknormalan Dexter sebagai sesuatu yang menyebalkan. Tapi semenjak melihat bagaimana pasangan Gay berhubungan, Bella jadi merasa sangat jijik pada Dexter. Bahkan ia sangsi dengan misinya. Apakah ia sanggup bertahan dalam misinya jika dirinya saja sudah begini, padahal ini baru awal permulaan ia mengetahui dunia Gay. “Kenapa?” tanya Dexter ketika mereka sudah selesai makan. “Maksudnya?” Bella terkejut dengan pertanyaan Dexter yang tiba-tiba. “Apa aku ada salah lagi? Kenapa kau menjauhiku? Kau bahkan duduk sejauh itu dariku?” Dexter menjelaskan pertanyaannya. Memang Bella duduk di ujung meja, dan Dexter di ujung lainnya. “Ah tidak.. aku hanya mencoba sensasi baru,” ujar Bella dengan wajah yang ia pasang sebiasa mungkin. “Aku tidak percaya, gelagatmu sangat aneh,” bantah Dexter. “Aneh bagaimana?” tanya Bella. “Kau memandangku seolah aku ini kuman,” ujar Dexter kemudian. Bella melebarkan matanya. “Apa aku terlihat menjijikkan dimatamu?” tanya Dexter secara gamblang. “Ke-kenapa kau bisa berpikiran begitu?” tanya Bella balik yang gugup. “Sikapmu sangat jelas menunjukkan itu,” ujar Dexter kesal. “Ah… hahahaha… kau terlalu stress sepertinya, aku tidak begitu.. sudah lupakanlah.. lebih baik kau istirahat saja, seharian ini kau keluar entah kemana kan?” ujar Bella mengalihkan pembicaraan. Dexter yang kesal pun dengan cepat langsung meninggalkan meja makan. Tersisa Bella yang menghela nafas lega. Ia memukuli kepalanya sendiri. “Dasar bodoh,” rutuk Bella pada dirinya sendiri.Hari ini Bella memilih menyibukkan dirinya dengan memanjakkan tubuhnya. Ia melakukan perawatan mulai dari lulur, facial, sampai perawatan kuku cantiknya. Sebagai seorang international model tentulah penampilan menjadi aset yang harus selalu dijaga. Ia sangat menjaga kecantikan tubuhnya baik dari luar maupun dari dalam.Namun sebenarnya dibalik semua kesibukannya itu, ia mempunyai maksud lain. Tentu saja untuk menghindari suaminya sementara waktu. Akibat perbuatan konyolnya kemarin ia masih memiliki bayang-bayang ambigu kepada suaminya sendiri. Maka dari itu ia harus mengontrol perasaannya dulu sembari perlahan mulai menjalankan misinya. Ia harus siap-siap mental untuk semua kenyataan yang akan dihadapi nanti.Bella memilih mengurung dirinya di kamarnya sambil melakukan hal-hal yang akan memanjakan pikirannya. Ia menonton film romantis, menonton tutorial kecantikan, sampai menonton channel keluarga dengan anak yang baru lahir. Ia berpikir betapa indahnya jika ia dapat memiliki kehidupa
Dexter bangun dari tidurnya dengan perasaan sangat segar. Ia mengingat kalau tadi malam Bella mendekapnya dan membuainya sampai ia tertidur lelap sekali. Padahal ia tidak pernah merasa tidur selelap itu sebelum menikah. Pekerjaannya yang menumpuk membuat Dexter hanya bisa terus terkunci di ruangan kantornya, berurusan dengan client kantor, memeriksa berkas perusahaan, berinteraksi dengan Logan. Yah keseringannya berinteraksi dengan Loganlah yang membuatnya lebih nyaman dan membuka dirinya lebih banyak pada Logan, meskipun tidak semuanya. Dalam konteks hidupnya, ada banyak sekali hal yang Logan tidak ketahui tentangnya. Dexter baru menyadari itu, meskipun ia terus mengatakan bahwa Logan adalah kekasihnya, tetapi sebenarnya pria itu masih sangat jauh dari diri Dexter yang sebenarnya. Sebenarnya kekasih seperti apa yang dipahami Dexter di sini? Nyatanya ia tidak pernah sekalipun berkontak fisik lebih jauh dari sekedar berpelukan. Itupun Dexter lakukan ketika ia benar-benar lelah dengan
Bella mendekati wajah Dexter, dan perlahan tapi pasti dia melakukannya.Cup.Bella menempelkan bibirnya pada bibir Dexter, kemudian sedikit melumatnya, dan menghisapnya.Dexter melebarkan matanya tidak menyangka dengan hal yang dilakukan Bella padanya. Matanya bersitatap dengan mata Bella yang juga sedang menatapnya lurus, masuk dan menginvasi ke dalam hati Dexter. Sementara Dexter merasakan bibirnya yang sudah dikuasai oleh Bella. Jantungnya seperti akan melompat dari tempatnya.Jantung Dexter berdetak tidak karuan. Kedua tangannya mendingin dengan cepat. Saat dirasakannya lidah Bella perlahan-lahan masuk ke dalam mulutnya membuat Dexter seketika tak dapat berpikir. Dexter yang terlalu terkejut tak dapat mengelak ketika Bella memasukkan lidahnya ke mulutnya, Apalagi saat Bella dengan mudahnya mengeksplorasi seluruh isi mulutnya, gadis itu kini sudah menangkup kedua pipi Dexter, mengelusnya dengan lembut.Bella tersenyum melihat bagaimana reaksi Dexter. Tidak ada penolakan seperti seo
Malam ini Bella kembali menggunakan pakaian seksi miliknya dengan misi yang sama seperti beberapa minggu lalu. Bella masih tidak ingin menyerah dengan misinya meluruskan kembali kelainan Dexter. Setelah beberapa keanehan dan perubahan Dexter, Bella yakin sekali kalau suaminya masih bisa kembali seperti pria normal pada umumnya.Dexter memasuki kamarnya setelah menyelesaikan permasalahan perusahaan yang diberitahukan oleh Logan sebelum ini. Ia melihat istrinya yang sedang duduk di atas ranjang mereka sambil sebelah kakinya menekuk menampilkan paha mulus nan putih yang sangat menggoda. Dexter termenung melihat pemandangan itu. Ia adalah seorang Gay, tetapi ia tak bisa berkutik melihat Bella yang sedang menatapnya menggoda itu.“Kemarilah Sayang… kau lelah bukan? Biar aku pijit,” ujar Bella lembut melambaikan tangannya gemulai.Bagai kerbau yang dicucuk hidungnya, Dexter melangkah mendekati Bella. Ia duduk di sebelah Bella dengan kaku.Bella segera menghadapnya dan menyentuh bahu Dexter.
Dexter menonton film keluarga di ruang keluarga rumahnya. Ia hanya menonton sendirian karena Bella sejak tadi seperti menghindarinya. Istrinya itu terlihat sibuk dengan ponselnya. Bella pun terlihat beberapa kali menelepon seseorang dan berdebat masalah pemotretan. Oh iya Dexter lupa lagi, istrinya itu adalah seorang model.Tiba-tiba perasaan tidak mengenakan menyerang Dexter. Mengingat Bella seorang model, sudah pasti istrinya itu memiliki tubuh yang sangat indah. Terbukti saat malam pertama mereka, Dexter akui tubuh Bella sangat indah, hanya saja waktu itu dia tidak terlalu memikirkannya. Sedangkan sekarang ini ia baru menyadari, tubuh seindah itu sudah pasti akan digilai oleh lelaki kebanyakan. Mendadak Dexter merasa geram. Ia tidak rela jika tubuh Bella menjadi konsumsi publik. Bella adalah istrinya, hanya kepadanyalah Bella boleh memperlihatkan tubuh indahnya.Dexter menghela napasnya dengan berat. Pikirannya benar-benar menguras tenaga dan emosi. Entah kenapa tenaganya juga terk
Bella terbangun dengan tubuh yang sangat segar. Ia melihat seseorang yang mendekapnya erat di sampingnya. Tentu saja suaminya, Dexter Nathaniel Orlando. Siapa lagi? Melihat Dexter yang mendekapnya erat merupakan pemandangan yang langka, karena biasanya pria itu tidur dengan jarak 1 meter darinya. Mengingat hal yang semalam ia lakukan pada Dexter membuat senyuman indah terbit di bibirnya begitu saja. Rasanya ia sangat senang melihat reaksi Dexter pada sentuhannya. Ini adalah langkah awal, karena ia yakin sekali tidak lama lagi Dexter akan benar-benar menjadi lelaki normal. Dilihat dari reaksi Dexter pada sentuhannya tadi malam, terlihat jelas suaminya itu sangat menikmatinya. Hal yang menyenangkan bagi Bella. Perlahan namun pasti, Bella akan membuat Dexter ketergantungan padanya. Itu pasti. Dexter harus tahu rasanya mencintai seorang wanita, dan memandang wanita lebih baik dari sebelumnya. Terlebih lagi harus dirinyalah wanita pertama yang membuat Dexter merubah cara pandangnya ter
Bella menghembuskan napasnya lelah. Niat hati ingin menenangkan pikirannya yang kacau karena teringat dengan kemungkinan-kemungkinan menyebalkan yang pernah dilakukan Dexter, malah berakhir bersama Dexter yang sikapnya sangat menyebalkan. Manja. Entah kenapa Dexter berubah menjadi manja dan menyebalkan padanya.Seperti saat ini, Bella sedang menggunakan masker untuk wajahnya, dan pria yang berstatus sebagai suaminya meminta menggunakan masker juga.“Ayolah Bella.. aku juga ingin menggunakan masker sama sepertimu,” ujar Dexter dengan wajah menyebalkannya.“Diamlah, nanti maskerku pecah,” ujar Bella yang menahan mulutnya.“Aku kan sudah bilang dari tadi.. kau tidak mau,” keluh Dexter.“Aku kan hanya ingin mencoba memakainya… kenapa kau pelit sekali sih.. aku hanya penasaran bagaimana rasanya saat wajahku ditempeli benda seperti itu,” lanjut Dexter mengeluh, dan melanjutkan segala macam ocehannya.Bella yang mendengarkan semua ocehan Dexter menjadi pusing. Ia segera menarik tubuh Dexter
Dexter memakan sarapannya dengan wajah masam. Semenjak ia dikerjai Bella semalam, rasa malunya tidak kunjung hilang. Saat itu Dexter langsung meninggalkan Bella menuju kamarnya dan menyembunyikan tubuhnya dibalik selimutnya rapat-rapat. Ia sangat malu. Ia tidak tahu apa yang dilakukan Bella malam tadi, entah tertawa atau justru kesal atau bahkan bahagia? Entahlah Dexter tidak mau tahu akan hal itu. Ia sudah cukup malu dengan isi pikirannya sendiri.Sementara Bella memakan sarapannya dengan wajah senang, sesekali ia tersenyum melihat tingkah suaminya yang sama sekali tidak mau menatapnya atau bahkan sekedar memulai obrolan. Sepertinya hal yang ia lakukan tadi malam sungguh menyinggung ego suaminya itu. Tak dapat dipungkiri tadi malam sangat menghibur bagi Bella. Ia bukannya benar-benar menginginkan es krim tentu saja, tapi ia jelas mengerjai suaminya itu. Tapi setidaknya dengan kejahilan Bella, ia tahu kalau Dexter semakin mendekati normal. Yah dan Bella sangat bersyukur akan hal itu.
Second HoneymoonDexter memperhatikan istrinya yang sedang menyusui anaknya dengan seksama. Ia melihat sendiri bagaimana bayi mungilnya itu menghisap susu langsung dari tempatnya dengan sangat lahap. Dexter yang melihat itu malah salah fokus dengan bentuk dan ukuran payudara Bella yang membesar dan tampak sangat menantang. Tanpa disadarinya, Dexter menelan ludahnya melihat pemandangan itu.Bella yang menyadari tatapan Dexter pun menatap suaminya dengan tatapan anehnya.“Ada apa? Kenapa menatapku dengan tatapan seperti itu?” tanya Bella yang masih sibuk menyusui bayinya.“Itu… apakah aku boleh melakukannya juga?” tanya balik Dexter sambil menunjuk payudara Bella.“Maksudnya?” Bella merasa was-was dengan pertanyaan Dexter.“Apakah aku boleh meminum susu seperti Baby Aaron juga?” tanya Dexter lagi dengan pandangan tak lepas dari dada Bella.“What? Kau gila ya… kau ingin meminum ASI?” Bella terkejut mendengarnya.“Memangnya tidak boleh? Ayolahhh….,” rengek Dexter dengan tampang memelasnya
I'm A FatherDexter sedang menggendong baby Aaron yang sekarang sudah menginjak usia satu bulan. Bella sedang sibuk menyiapkan makanan untuk Dexter, sehingga dirinyalah yang harus mengurusi baby Aaron.“Hei Boy, kau bersemangat sekali digendong Daddy ya,” ucap Dexter memperhatikan baby Aaron yang tampak bersemangat dalam gendongannya.Bayi itu hanya memperhatikan ayahnya dengan senyuman merekah yang sangat indah dan menggemaskan. Bayi itu menepuk-nepuk dada Dexter dengan tangan mungilnya dan mata bulatnya menatap ayahnya dengan sangat menggemaskan.Melihat tingkah bayinya yang sangat imut itu membuat Dexter tidak tahan untuk tidak menciumi wajah anaknya itu. Dexter memberikan kecupan-kecupan ringan di wajah bayinya sehingga membuat bayi itu terkikik gelid an menepuk-nepuk pipi Dexter dengan senang.“Hahaha… kau senang dicium Daddy huh?” ucap Dexter yang mengajak main bayinya.Dexter masih bermain-main dengan anaknya dengan senang dan terlihat sangat manis. Pemandangan itu tak luput da
Baby BluesHari ini adalah hari kepulangan Bella dan Dexter beserta bayinya dari rumah sakit. Semua keluarganya sudah menyiapkan semua keperluan bayi di rumah Dexter. Kebanyakan barang-barang dari Tobias dari yang memenuhi kamar bayi yang telah didekorasi oleh mereka.Dexter sudah pasrah dengan semua keluarganya yang membelikan ini itu untuk keperluan bayinya. Ayahnya sudah membelikan banyak mainan untuk bayinya termasuk kereta dorong bayi, sementara ibunya sudah mendekorasi kamar bayinya sedemikian rupa lengkap dengan lemarinya. Belum lagi ibu mertuanya juga ikut membelikan banyak baju untuk bayinya. Sedangkan Tobias sudah banyak membelikan barang seperti perlengkapan mandi, susu dan perlengkapan makan bayi, selimut, bahkan kursi makan bayi. Dexter hanya kebagian membelikan tempat tidur bayi. Bahkan Bella tidak membelikan apapun untuk bayinya karena semua keperluan sudah tersedia.“Kami pulaanggg,” teriak Bella dengan senang saat masuk ke dalam rumahnya.“Aaaa…!!! Baby sudah pulaang…
Dexter berlari tergesa di lorong rumah sakit tanpa memperdulikan dirinya yang beberapa kali menabrak orang lain. Dirinya sedang rapat di kantornya tanpa Bella karena usia kandungan Bella yang sudah menginjak bulan ke-sembilan membuat Dexter harus ekstra menjaga keselamatan istrinya itu. Ia sedang berbicara ketika mendapat telepon dari ibunya kalau istrinya akan melahirkan. Tanpa memperdulikan rapatnya, Dexter menyerahkan semua urusan kantornya kepada Logan dan dirinya langsung berangkat ke rumah sakit dengan kecepatan mobil di atas rata-rata.Dexter melihat ibunya sudah bersama ibu mertuanya dan adiknya yang sepertinya sedang bertugas karena menggunakan jas dokternya. Sementara ayahnya saat ini sedang dalam perjalanan bisnis ke Eropa sehingga tidak bisa hadir di sini. Dexter segera berlari menghampiri mereka dengan nafas tersengal-sengal.“Dimana Bella?" tanya Dexter dengan napas tak beraturan.“Ada di dalam, sebaiknya kau temani istrimu, dia pasti membutuhkanmu,” jawab Cassandra.“Ay
Dexter menggenggam tangan Bella dengan erat dengan sebelah tangannya, karena Bella sedang mengemudi. Mereka dalam perjalanan pulang dari rumah sakit setelah mengunjungi dokter kandungan. Dexter sudah bertanya banyak mengenai kehamilan dan segala macam hal yang harus diperhatikan, termasuk kegiatan seksual mereka. Bella sampai mencubit Dexter karena merasa malu dengan pertanyaan Dexter.“Bagaimana kau mengetahui kau sedang hamil saat itu?” tanya Dexter tiba-tiba sambil menciumi tangan Bella.Bella menoleh sebentar sebelum kembali konsentrasi dengan jalanan di depannya. Padahal dirinya sedang hamil, tetapi karena kondisi Dexter yang belum terlalu pulih maka ia yang mengemudi. Kalau ditanya kenapa mereka tidak membawa Alan adalah karena Dexter yang merengek hanya ingin pergi berdua saja.“Aku memeriksakan diri tentu saja, dokter yang menanganimu menyuruhku untuk memeriksakan diri,” jawab Bella kemudian.“Tapi kau datang bersama Logan,” ucap Dexter lagi.“Tentu saja, dia yang menemaniku u
Bella sudah menceritakan semua yang ia bicarakan bersama Logan kepada Dexter. Dexter pun merasa sangat bersyukur karena sahabatnya itu sangat membantunya. Dexter juga sudah menjelaskan apa yang selama ini masih tersembunyi dari Bella, tanpa terkecuali. Bella menerimanya dan mengikhlaskan semua yang sudah terjadi.“Semoga kau senang di sana, Mommy dan Daddy sangat menyayangimu…,” ucap Bella pada sebuah makam kecil di taman pemakaman milik keluarganya.“We love you…,” tambah Dexter sambil mencium nisan kecil di sana.Mereka berdua menatap makan janin mereka yang sudah tiada. Mereka sangat sedih dengan kepergian janin itu, tetapi mereka sudah mengikhlaskan kepergian anak pertama mereka. Dexter dan Bella pun berjalan kembali menuju mobil mereka dengan Bella yang mendorong kursi roda Dexter. Di tengah perjalanan, angin berhembus lembut menyapa mereka seolah salam sayang dari anaknya.Bella menunduk pada Dexter yang juga tengah mendongak. Bella mengecup lembut bibir Dexter dan sedikit melum
Bella membuka matanya dan menemukan suaminya yang masih tertidur memeluknya. Bella membalikkan tubuhnya untuk menghadap Dexter dan menyentuh kening suaminya yang panas. Bella menghela napasnya karena telah membuat Dexter kembali demam untuk yang ke-sekian kalinya.Bella mengusap kepala Dexter pelan dan mengecup keningnya, lalu segera beranjak untuk meninggalkan ranjang. Tetapi sebelum Bella sempat meninggalkan ranjang itu, Dexter sudah terlebih dahulu memeluknya dan mengigau dalam tidurnya.“Jangan pergi….,” gumam Dexter dalam tidurnya.Bella yang hendak pergi pun tidak jadi meninggalkannya. Bella kembali tidur dan memeluk suaminya dengan sayang. Ia mengelap pelipis Dexter yang mengeluarkan keringatnya.“Kenapa sakit lagi hmm?” gumam Bella sambil mengelus punggung Dexter yang kini telah tertidur lagi.Setelah agak lama, Bella pun mulai melepaskan pelukan Dexter darinya. Beruntung Dexter sudah tertidur lelap dan tidak menolak dilepaskan Bella lagi. Lalu Bella segera beranjak ke dapur d
Bella sedang berada di rumahnya, tepatnya di rumah orang tuanya. Ia kembali melamun memikirkan kejadian yang baru saja menimpanya di rumah sakit. Air mata Bella kembali mengalir. Sungguh ia sama sekali tidak bermaksud berkata-kata seperti itu kepada ibu mertuanya, tetapi perkataan Cassandra sungguh membuat Bella sakit hati. Seakan-akan hanya Bella yang menyakiti Dexter di sini. Padahal Dexter juga menyakitinya tanpa pria itu sadari.“Bicarakan semua ini dengan kepala dingin, jangan malah menghindarinya dan membiarkannya terus berlarut-larut,” ucap Liliyana menasehati putrinya yang sedang patah hati.“Aku.. aku hanya butuh waktu sebentar Mom,” balas Bella sambil menenggelamkan kepalanya dipelukan sang ibu.***Suara bel pintu berbunyi membuat Liliyana yang sedang berada di ruang tamu segera menghampiri pintu rumahnya. Liliyana membuka pintunya dan menemukan 4 orang yang tak terduga datang ke rumahnya.“Kalian?” ucap Liliyana yang terkejut.“Hai.. boleh kami masuk?” pinta sang tamu ya
Bunyi suara klakson mengagetkan Bella yang tengah melamun. Ia segera menoleh ke belakang dan melihat sendiri dengan mata kepalanya, tubuh suaminya yang terpental ke atas sebuah mobil SUV yang menabraknya.Bella melebarkan matanya. Tidak mungkin, tidak mungkin!Bella masih menatap tubuh Dexter yang kini terjatuh ke jalanan aspal. Bella masih terdiam, kejadiannya begitu cepat sampai ia tak sempat memikirkan apapun. Bella masih menatap Dexter yang terjatuh sampai akhirnya dia bisa membuka suaranya.“STOOPP…!!!!” teriak Bella kemudian.Supir taksi yang sedang mengemudikan mobilnya itu pun kaget dan langsung mengerem mobilnya mendadak.Begitu mobilnya berhenti, Bella segera keluar dari mobil itu dan langsung berlari menuju tubuh Dexter berada. Bella langsung menghampiri Dexter yang tergeletak bersimbah darah di dekat trotoar. Mobil yang tadi menabrak Dexter pun sudah berhenti. Bella tak lagi perduli dengan keadaan sekelilingnya yang sudah ramai. Ia hanya menatap Dexter yang tergeletak tak