Dexter bangun dari tidurnya dengan perasaan sangat segar. Ia mengingat kalau tadi malam Bella mendekapnya dan membuainya sampai ia tertidur lelap sekali. Padahal ia tidak pernah merasa tidur selelap itu sebelum menikah. Pekerjaannya yang menumpuk membuat Dexter hanya bisa terus terkunci di ruangan kantornya, berurusan dengan client kantor, memeriksa berkas perusahaan, berinteraksi dengan Logan. Yah keseringannya berinteraksi dengan Loganlah yang membuatnya lebih nyaman dan membuka dirinya lebih banyak pada Logan, meskipun tidak semuanya. Dalam konteks hidupnya, ada banyak sekali hal yang Logan tidak ketahui tentangnya.
Dexter baru menyadari itu, meskipun ia terus mengatakan bahwa Logan adalah kekasihnya, tetapi sebenarnya pria itu masih sangat jauh dari diri Dexter yang sebenarnya. Sebenarnya kekasih seperti apa yang dipahami Dexter di sini? Nyatanya ia tidak pernah sekalipun berkontak fisik lebih jauh dari sekedar berpelukan. Itupun Dexter lakukan ketika ia benar-benar lelah dengan sesuatu. Selebihnya mereka hanya sering berjalan beriringan dan saling memahami satu sama lain tanpa harus mengatakan sesuatu. Berbeda saat Dexter bersama Bella. Ia merasa membutuhkan sentuhan Bella untuk menenangkannya. Bukan sekedar pelukan seperti saat bersama Logan, tapi Dexter membutuhkan perhatian Bella, butuh pelukan hangat Bella, butuh belaian lembut Bella di tubuhnya, dan butuh kata-kata menenangkan milik Bella. Dexter kini bimbang dengan dirinya sendiri. Ada apa dengan dirinya? Bahkan ia tidak merasa sebutuh itu dengan Logan. Padahal dia baru saja dua hari bersama Bella. “Morning…” sapa Bella sambil membawa nampan berisi sarapan yang tampak menggiurkan bagi Dexter. Lamunan Dexter langsung buyar. Ia melihat istrinya menghampirinya membawakan sarapan untuknya. Seketika perasaan Dexter menghangat. Bella tersenyum hangat pada Dexter. “Bagaimana tidurmu? Nyenyak?” tanya Bella lembut. Dexter hanya mengangguk saja. “Kau melamun, apa yang kau pikirkan?” telisik Bella menatap Dexter penuh curiga. “Tidak ada,” kilah Dexter. “Tidak mungkin, jelas-jelas aku melihatmu sedang melamun… apa yang kau pikirkan hmm?” goda Bella ingin tahu. Dexter tidak menjawab. Ia hanya menatap Bella dengan mata memancarkan penuh kekaguman. Ia menggeleng lagi. Bella tersenyum melihatnya. Apa laki-laki ini benar-benar polos atau memang pura-pura bodoh? Sikapnya yang seperti itu sangat terbaca oleh Bella. “Kau sedang memikirkanku kan?” goda Bella. Dexter melebarkan matanya terkejut. Bagaimana Bella bisa tahu? Apa Bella bisa membaca pikirannya? “Ti-tidak,” jawab Dexter gugup. “Tidak usah mengelak, memikirkanku kan?” goda Bella lagi. Dexter kikuk. Gengsinya terlalu tinggi untuk mengakui ia memikirkan Bella. Ia kembali menggeleng, berusaha memikirkan alasan lain yang logis. “Ak-aku memikirkan Logan,” jawab Dexter kali ini. Seketika wajah Bella langsung berubah. Wajah ramahnya langsung tergantikan dengan wajah juteknya. Ia menghempaskan nampan yang ia bawa ke atas tempat tidur dengan kesal. “Dasar tidak berguna..!” ketus Bella. Lalu ia langsung beranjak meninggalkan Dexter yang sedang bingung. Dexter yang melihat kepergian Bella semakin bingung. Apa ia mengucapkan sesuatu yang salah? Ia hanya berkata jujur kan, yah walau tidak semuanya. Memang tadi ia juga memikirkan Logan kan, meskipun pikirannya didominasi oleh Bella. Ia hanya tidak ingin mengatakan kejujuran itu. Ia malu tentu saja. Bella pasti akan terus-terusan menggodanya kalau tahu. Tapi apa yang ia katakana justru membuat Bella malah marah. Sebenarnya dimana letak kesalahannya? * * * Bella duduk di tepi kolam renang miliknya. Ia menikmati panas matahari pagi sambil mendengarkan musik melalui earphonenya. Ia juga sedang memainkan media sosialnya yang memiliki jutaan followers. Bella mengambil foto kakinya yang sedang santai di atas kursi panjang itu lalu mengunggahnya. Belum ada satu menit, dan fotonya sudah disukai dan dikomentari ratusan orang. Bella hanya tersenyum kecil melihat itu, ia pun asyik tenggelam dalam dunianya sendiri. Sementara Dexter yang mencari Bella begitu ia selesai sarapan pun menemukan istrinya yang sedang berjemur di tepi kolam renang. Dexter pun menghampiri Bella. “Bella,” panggil Dexter. Namun yang dipanggil tak bergeming, Bella sama sekali tak menghiraukan keberadaan Dexter. Gadis itu masih asyik dengan dunianya sendiri. “Bella..!!” panggil Dexter lagi dengan suara meninggi. Hal itu diulangnya lagi dan lagi. Bella masih tidak mengindahkan suaminya yang berteriak-teriak memanggilnya. Dexter yang geram pun mendekati Bella dan menemukan telinga Bella tersumpal oleh benda kecil berwarna putih. Dexter mendadak merasa menjadi orang dungu. Tentu saja Bella tidak akan mendengarkannya. Dexter pun langsung mencabut benda itu dari telinga Bella. Bella langsung menyadarinya dan menoleh pada Dexter yang telah mengganggunya begitu saja. Bella melotot marah pada Dexter. “Apa yang kau lakukan!!” sentak Bella marah. “Kau tidak mendengarku, makanya aku lepaskan ini,” ucap Dexter membela diri. Bella tampak menghela nafasnya menetralkan emosinya yang langsung naik begitu melihat Dexter. Teringat kembali percakapannya di kamar tadi. “Mau apa?” kesal Bella. “Kau marah,” ujar Dexter. “Lalu apa?” kesal Bella lagi. “Aku tidak suka,” ujar Dexter lagi. “Lalu apa urusannya denganku? Kau yang tidak suka, aku harus repot? Begitu?” kesal Bella lagi. Dexter menggelengkan kepalanya. “Aku tidak suka kau marah padaku,” ujar Dexter pelan sambil ikut duduk di kursi yang diduduki Bella. “Hei, kau tidak lihat kursi ini sempit? Menyingkir sana..!!” usir Bella. “Tidak,” balas Dexter. “Apa-apaan kau? Jangan menggangguku.. pergilah,” kesal Bella. “Tidak mau,” tolak Dexter kekeuh. “Hehh… lalu apa maumu hah..!!!” kesal Bella akhirnya. “Kau tidak marah lagi padaku,” ujar Dexter. “Ha? Mudah sekali kau bilang begitu ya? Kau yang membuatku marah dan seenaknya menyuruhku agar tidak marah lagi?” kesal Bella dengan berapi-api. “Aku minta maaf,” ujar Dexter pelan. Ia tidak ingin Bella semakin marah padanya dan berakhir mengabaikannya lagi. “Minta maaf? Memangnya kau tahu apa kesalahanmu?” tanya Bella dengan kesal. Dexter menggeleng sebagai jawabannya. Hal itu membuat Bella menganga tidak percaya. “Kau bahkan tidak tahu apa kesalahanmu,” sinis Bella dan beranjak dari sana. Dexter segera bangkit dan mengejar Bella. Ia menarik pergelangan tangan Bella dan membalikkan tubuh istrinya agar menghadapnya. “Tunggu Bella… aku benar-benar tidak mengerti kenapa kau marah padaku, aku tidak merasa melakukan kesalahan apapun, lalu kau tiba-tiba marah,” ujar Dexter kemudian. “Jadi kau menyalahkanku begitu?” tantang Bella. Dexter menggeleng. “Tidak, bukan begitu… aku hanya tidak mengerti apa kesalahanku kalau kau tidak mengatakannya,” ujar Dexter tampak frustasi. “Dasar tidak berguna..!!” kesal Bella. Ia menghempaskan tangan Dexter dan segera pergi. “Bell..” perkataan Dexter terpotong. “Aku beritahukan kesalahanmu…!” ucap Bella keras. Dexter terdiam di tempatnya. Bella sama sekali tidak berbalik menghadapnya untuk berbicara. “Kau masih saja memikirkan orang lain ketika kita sedang berdua..!! Apalagi orang lain itu adalah mantan kekasihmu..!! Apa kau tidak menghargaiku sebagai istrimu? Aku tahu aku ini perempuan, kau tidak akan tertarik padaku, tapi apa kau harus memikirkannya saat bersama denganku??” kesal Bella sambil mengepalkan kedua tangannya. “Kurasa pernikahan ini tidak akan pernah berhasil,” ujar Bella kemudian sebelum melangkah pergi. Dexter mematung di tempatnya. Ia menggeleng. Tidak. Ia tidak memikirkan orang lain tadi, ia memikirkan Bella. Meskipun ia memikirkan Logan, itu hanya membandingkan saja. Dan Bella salah paham dengan itu, karena kebodohannya sendiri. Dexter merutuki dirinya sendiri, kenapa ia bisa sebodoh ini? Hanya demi sebuah gengsi. * Dexter menerima sebuket bunga dari kurir yang datang. Tadi ia mencari cara menaklukan hati wanita yang sedang marah di ponselnya. Ada banyak sekali cara di sana, tapi bagi Dexter cara paling mudah adalah dengan memberikannya bunga, karena Dexter tidak perlu repot, ia hanya perlu memesan bunga dan membelinya, itu saja. Dexter melihat istrinya yang sedang melihat majalah fashion dengan serius. Bella sedang menatap Brand fashion Ritzie dari Swedia terlihat sangat menarik di matanya. Rancangan bajunya tidak terlihat norak, dan terlihat sangat anggun dipakai model yang memakainya. Dexter menghampiri Bella dan duduk di sampingnya. Bella sama sekali tidak menanggapinya. Bella terdiam ketika ada bunga di depan wajahnya. Bunga nyata, bukan gambar. Ia menoleh ke sampingnya. Ada Dexter di sana. “Untukmu,” ujar Dexter yang ditatap Bella. “Kenapa?” tanya Bella yang heran. “Aku salah, aku minta maaf… aku tidak memikirkan Logan tadi, tapi hal lain,” ujar Dexter kemudian. Bella memicingkan matanya curiga, “Aku tidak percaya,” ujar Bella. “Sungguh aku tidak berbohong, aku memikirkan hal lain tadi,” ujar Dexter tampak gugup. “Dan apa itu?” tanya Bella dengan wajah menyelidik. “Umm.. rahasia,” jawab Dexter dengan wajah merah. Bella menatap Dexter yang tampak salah tingkah itu. Tampak wajahnya tulus dan tidak menyiratkan kebohongan. Tapi apa yang disembunyikan suaminya ini? Kenapa wajahnya sampai merah begitu? Seperti orang yang sedang jatuh cinta? Tapi jatuh cinta pada siapa? Pada Logan? Tapi Dexter bilang sendiri bukan Logan, lalu siapa? Tidak mungkin dirinya kan? Eh tapi bisa saja itu terjadi kan… mengingat Dexter yang tidak suka kalau dia marah. Bella pun mengambil bunga itu. Tulip Putih, menyimbolkan ketulusan, kemurnian, harapan dan pengampunan. Manis sekali Dexter ini. Tapi apakah Dexter mengetahui makna dibalik bunga ini? Atau hanya asal beli saja? Bella tersenyum geli mengingat itu. “Baiklah, aku memaafkanmu,” ujar Bella akhirnya. Dexter tampak berbinar mendengarnya. Ia tersenyum dan tanpa disadari ia menggenggam tangan Bella dengan senang. Bella yang melihat itu hanya semakin terheran saja. Ada apa dengan suaminya ini? Tiba-tiba berkelakuan aneh? Apa iya Dexter tengah jatuh cinta padanya? Dari gelagatnya bisa disebut begitu, tapi Bella harus membuktikannya lagi. “Terimakasih,” ujar Dexter dengan senang. Ia tersenyum lega mengetahui Bella sudah memaafkannya. Dexter pun melihat apa yang sedang diperhatikan Bella sebelumnya. “Ritzie? Wah kau melihat itu?” tanya Dexter tiba-tiba. “Hmm.. seperti yang kau lihat,” ujar Bella. “Wah bagus-bagus ya… kau mau? Aku bisa membelikannya untukmu, pemiliknya adalah temanku,” ujar Dexter kemudian. Terlihat antusias. “Benarkah?” Bella mulai tertarik. Dexter belum pernah seantusias ini sebelumnya. “Iya, pemiliknya adalah Annelish Crystalline Ritzie, dia adalah temanku, dia adalah orang yang sangat cantik, tapi dia galak sekali,” ujar Dexter sambil tersenyum mengingat beberapa bulan yang lalu. “Cantik?” tanya Bella. Ia penasaran bagaimana rupa Annelish sampai membuat seorang Gay seperti Dexter bisa menilainya cantik. “Iya.. cantik sekali.. tapi dia sangat galak,” ujar Dexter lagi. “Secantik apa?” Bella semakin tertarik. “Umm seperti seorang dewi? Hahaha pria normal pasti akan langsung jatuh cinta padanya ketika bertemu dengannya,” ujar Dexter lagi. “Kau tidak jatuh cinta padanya?” tanya Bella. “Hahaha kau kan tahu aku bukan pria normal, aku lebih tertarik dengan pengawalnya yang ternyata kekasihnya itu,” jawab Dexter lagi. “Ha? Kekasihnya? Berarti pengawal dan majikan berpacaran begitu?” Bella terlihat penasaran. “Iya.. aku tidak menyangka, pengawalnya itu sangat kaku seperti robot, tampan dan sangat kuat, tapi dia seperti dikuasai oleh Annelish secara utuh,” ujar Dexter lagi. “Kau menyukainya?” tanya Bella lagi, Dexter melihat Bella dengan tatapan bertanya. “Pengawalnya, kau menyukainya?” ulang Bella. “Hmm aku hanya tertarik dengannya saja, kupikir dia sama sepertiku, dia sangat kaku pada wanita, dia hanya berinteraksi dengan Annelish saja, ternyata dia normal, dan aku sudah mengakui jati diriku pada mereka,” jawab Dexter kemudian. “Berarti mereka tahu kau Gay?” Bella terlihat tertawa kecil. “Yah tentu saja… makanya aku menjadikan mereka temanku,… aku tidak tahu kabar mereka bagaimana sekarang, sudah 3 bulan aku meninggalkan Swedia,” ujar Dexter kemudian. “Hmm.. mungkin suatu saat kau akan bertemu dengan mereka lagi,” ujar Bella menepuk pundak Dexter. “Kuharap juga begitu, tapi kau juga harus bertemu dengan mereka, aku akan membuktikan pada mereka kalau aku sudah menikah dengan perempuan,” ujar Dexter kemudian. “Oh benarkah?” goda Bella. “Tentu saja,” ujar Dexter tidak mau kalah. “Haha.. yah… kita akan bertemu mereka suatu hari, dan aku akan melihat setampan apa pengawal Annelish lagi sampai kau tertarik padanya,” goda Bella lagi. “Hei tapi kau jangan menyukainya, kau itu istriku,” ujar Dexter. Bella hanya tertawa. Kenapa Dexter bisa berpikir seperti itu? Mungkinkah Dexter kini sudah benar-benar jatuh cinta padanya? Ah tidak mungkin. Seorang Gay sejati tidak mungkin jatuh cinta dengan lawan jenisnya secepat ini. Tidak akan mungkin. Bella hanya harus berusaha, setidaknya untuk satu tahun ke depan? Alangkah lamanya. Semoga Dexter bisa sembuh sebelum satu tahun. * * * Beberapa hari telah berlalu. Hubungan Bella dan Dexter terus membaik. Mereka jarang saling mengumpat dan bertengkar lagi. Bella selalu bersabar dalam menjalankan misinya. Tak jarang Dexter terlihat takut padanya ketika ia sudah memakai pakaian yang minim dan menggodanya di tempat tidur. Butuh kesabaran ekstra untuk Bella membuka pikiran Dexter. Semakin ke sini ia semakin memahami Dexter. Pria itu terlihat bersih, maksudnya Dexter bukan seseorang yang berpikiran mesum dengan banyak strategi mencuri waktu untuk bercinta seperti lelaki kebanyakan. Ia juga tidak pernah menemukan Dexter berhubungan dengan Logan lagi, ada beberapa kali ia menelepon Logan untuk urusan pekerjaan, selain itu tidak ada lagi. Bella dapat mengatakan bahwa Dexter cukup penurut menurutnya. Satu hal yang Bella penasaran sampai saat ini adalah apakah Dexter itu benar-benar Gay dari lahir atau bagaimana? Karena ia tidak pernah melihat Dexter berbinar menatap seorang aktor ketika mereka menonton TV, atau ketika mereka berbelanja dan bertemu dengan laki-laki tampan. Sikap Dexter benar-benar biasa saja. Tidak ada yang aneh. Tidak menunjukkan indikasi seorang Gay sedikitpun. Memang Dexter tidak terlihat tertarik dengan wanita cantik dan seksi, tapi Dexter juga terlihat tidak tertarik dengan lelaki tampan dan seksi. Jadi sebenarnya Dexter itu Gay atau justru manusia yang tidak memiliki rasa ketertarikan? Tapi sikap Dexter padanya menunjukkan adanya indikasi ketertarikan pada pasangannya. Bella semakin bingung dibuatnya. Maka Bella memutuskan untuk melakukan sesuatu untuk membuktikan sesuatu. Ia mendekati Dexter yang sedang menonton siaran ajang menyanyi yang terkenal di Negara ini. Bella duduk di samping Dexter. Ia menangkup wajah Dexter dengan kedua tangannya dan menolehkannya padanya. Bella mendekati wajah Dexter, dan perlahan tapi pasti dia melakukannya. Cup. Bella menempelkan bibirnya pada bibir Dexter, kemudian sedikit melumatnya, dan menghisapnya. Dexter melebarkan matanya tidak menyangka dengan hal yang dilakukan Bella padanya. Matanya bersitatap dengan mata Bella yang juga sedang menatapnya lurus, masuk dan menginvasi ke dalam hati Dexter. Sementara Dexter merasakan bibirnya yang sudah dikuasai oleh Bella. Jantungnya seperti akan melompat dari tempatnya.Bella mendekati wajah Dexter, dan perlahan tapi pasti dia melakukannya.Cup.Bella menempelkan bibirnya pada bibir Dexter, kemudian sedikit melumatnya, dan menghisapnya.Dexter melebarkan matanya tidak menyangka dengan hal yang dilakukan Bella padanya. Matanya bersitatap dengan mata Bella yang juga sedang menatapnya lurus, masuk dan menginvasi ke dalam hati Dexter. Sementara Dexter merasakan bibirnya yang sudah dikuasai oleh Bella. Jantungnya seperti akan melompat dari tempatnya.Jantung Dexter berdetak tidak karuan. Kedua tangannya mendingin dengan cepat. Saat dirasakannya lidah Bella perlahan-lahan masuk ke dalam mulutnya membuat Dexter seketika tak dapat berpikir. Dexter yang terlalu terkejut tak dapat mengelak ketika Bella memasukkan lidahnya ke mulutnya, Apalagi saat Bella dengan mudahnya mengeksplorasi seluruh isi mulutnya, gadis itu kini sudah menangkup kedua pipi Dexter, mengelusnya dengan lembut.Bella tersenyum melihat bagaimana reaksi Dexter. Tidak ada penolakan seperti seo
Malam ini Bella kembali menggunakan pakaian seksi miliknya dengan misi yang sama seperti beberapa minggu lalu. Bella masih tidak ingin menyerah dengan misinya meluruskan kembali kelainan Dexter. Setelah beberapa keanehan dan perubahan Dexter, Bella yakin sekali kalau suaminya masih bisa kembali seperti pria normal pada umumnya.Dexter memasuki kamarnya setelah menyelesaikan permasalahan perusahaan yang diberitahukan oleh Logan sebelum ini. Ia melihat istrinya yang sedang duduk di atas ranjang mereka sambil sebelah kakinya menekuk menampilkan paha mulus nan putih yang sangat menggoda. Dexter termenung melihat pemandangan itu. Ia adalah seorang Gay, tetapi ia tak bisa berkutik melihat Bella yang sedang menatapnya menggoda itu.“Kemarilah Sayang… kau lelah bukan? Biar aku pijit,” ujar Bella lembut melambaikan tangannya gemulai.Bagai kerbau yang dicucuk hidungnya, Dexter melangkah mendekati Bella. Ia duduk di sebelah Bella dengan kaku.Bella segera menghadapnya dan menyentuh bahu Dexter.
Dexter menonton film keluarga di ruang keluarga rumahnya. Ia hanya menonton sendirian karena Bella sejak tadi seperti menghindarinya. Istrinya itu terlihat sibuk dengan ponselnya. Bella pun terlihat beberapa kali menelepon seseorang dan berdebat masalah pemotretan. Oh iya Dexter lupa lagi, istrinya itu adalah seorang model.Tiba-tiba perasaan tidak mengenakan menyerang Dexter. Mengingat Bella seorang model, sudah pasti istrinya itu memiliki tubuh yang sangat indah. Terbukti saat malam pertama mereka, Dexter akui tubuh Bella sangat indah, hanya saja waktu itu dia tidak terlalu memikirkannya. Sedangkan sekarang ini ia baru menyadari, tubuh seindah itu sudah pasti akan digilai oleh lelaki kebanyakan. Mendadak Dexter merasa geram. Ia tidak rela jika tubuh Bella menjadi konsumsi publik. Bella adalah istrinya, hanya kepadanyalah Bella boleh memperlihatkan tubuh indahnya.Dexter menghela napasnya dengan berat. Pikirannya benar-benar menguras tenaga dan emosi. Entah kenapa tenaganya juga terk
Bella terbangun dengan tubuh yang sangat segar. Ia melihat seseorang yang mendekapnya erat di sampingnya. Tentu saja suaminya, Dexter Nathaniel Orlando. Siapa lagi? Melihat Dexter yang mendekapnya erat merupakan pemandangan yang langka, karena biasanya pria itu tidur dengan jarak 1 meter darinya. Mengingat hal yang semalam ia lakukan pada Dexter membuat senyuman indah terbit di bibirnya begitu saja. Rasanya ia sangat senang melihat reaksi Dexter pada sentuhannya. Ini adalah langkah awal, karena ia yakin sekali tidak lama lagi Dexter akan benar-benar menjadi lelaki normal. Dilihat dari reaksi Dexter pada sentuhannya tadi malam, terlihat jelas suaminya itu sangat menikmatinya. Hal yang menyenangkan bagi Bella. Perlahan namun pasti, Bella akan membuat Dexter ketergantungan padanya. Itu pasti. Dexter harus tahu rasanya mencintai seorang wanita, dan memandang wanita lebih baik dari sebelumnya. Terlebih lagi harus dirinyalah wanita pertama yang membuat Dexter merubah cara pandangnya ter
Bella menghembuskan napasnya lelah. Niat hati ingin menenangkan pikirannya yang kacau karena teringat dengan kemungkinan-kemungkinan menyebalkan yang pernah dilakukan Dexter, malah berakhir bersama Dexter yang sikapnya sangat menyebalkan. Manja. Entah kenapa Dexter berubah menjadi manja dan menyebalkan padanya.Seperti saat ini, Bella sedang menggunakan masker untuk wajahnya, dan pria yang berstatus sebagai suaminya meminta menggunakan masker juga.“Ayolah Bella.. aku juga ingin menggunakan masker sama sepertimu,” ujar Dexter dengan wajah menyebalkannya.“Diamlah, nanti maskerku pecah,” ujar Bella yang menahan mulutnya.“Aku kan sudah bilang dari tadi.. kau tidak mau,” keluh Dexter.“Aku kan hanya ingin mencoba memakainya… kenapa kau pelit sekali sih.. aku hanya penasaran bagaimana rasanya saat wajahku ditempeli benda seperti itu,” lanjut Dexter mengeluh, dan melanjutkan segala macam ocehannya.Bella yang mendengarkan semua ocehan Dexter menjadi pusing. Ia segera menarik tubuh Dexter
Dexter memakan sarapannya dengan wajah masam. Semenjak ia dikerjai Bella semalam, rasa malunya tidak kunjung hilang. Saat itu Dexter langsung meninggalkan Bella menuju kamarnya dan menyembunyikan tubuhnya dibalik selimutnya rapat-rapat. Ia sangat malu. Ia tidak tahu apa yang dilakukan Bella malam tadi, entah tertawa atau justru kesal atau bahkan bahagia? Entahlah Dexter tidak mau tahu akan hal itu. Ia sudah cukup malu dengan isi pikirannya sendiri.Sementara Bella memakan sarapannya dengan wajah senang, sesekali ia tersenyum melihat tingkah suaminya yang sama sekali tidak mau menatapnya atau bahkan sekedar memulai obrolan. Sepertinya hal yang ia lakukan tadi malam sungguh menyinggung ego suaminya itu. Tak dapat dipungkiri tadi malam sangat menghibur bagi Bella. Ia bukannya benar-benar menginginkan es krim tentu saja, tapi ia jelas mengerjai suaminya itu. Tapi setidaknya dengan kejahilan Bella, ia tahu kalau Dexter semakin mendekati normal. Yah dan Bella sangat bersyukur akan hal itu.
Malam yang tenang dan sejuk di hutan. Banyak suara-suara binatang yang terdengar di malam hari, selain itu juga angina yang berhembus lembut di luaran sana. Suasana yang cocok untuk berbicara dari hati ke hati.Di dalam tenda mungil yang dilengkapi dengan perapian kecil di depannya, dua anak manusia sedang saling menempelkan tubuh masing-masing untuk menghangatkan tubuhnya. Merekalah Bella dan Dexter, sedang saling menghangatkan diri. Atau lebih tepatnya Dexter yang menempeli Bella karena dingin yang menyerangnya. Dexter memang tidak tahan dingin, di rumah pun suhu ruangan diatur senormal mungkin agar Dexter tidak kedinginan.“Kan sudah kubilang bawa selimutnya, kenapa tidak dimasukkan tadi hm?” tegur Bella sambil mengusap-usap lengan Dexter yang kedinginan. Ya sekarang Bella sedang memeluk Dexter karena suaminya terus saja mengeluh kedinginan.Dexter yang meringkuk dalam pelukan Bella hanya mendengus kesal. Bella masih saja mengomelinya, padahal dia sudah sangat kedinginan.“Berat ka
Suara jarum jam berdentam menggema di seluruh ruangan kamar ini. Lebih tepatnya hanya menggema di telinga Dexter, karena dia yang sejak tadi merasa waktu melambat dan kecanggungan menghampirinya. Semua itu bukan tanpa sebab, karena memang ini semua akibat istri Dexter yang masih duduk di depan meja riasnya. Bella masih melepas anting dan kalungnya secara perlahan sambil menatap pantulan dirinya di cermin, jangan lupakan pakaiannya yang hanya menggunakan bathrobe saja.Dexter yakin sekali dibalik bathrobe itu, istrinya tidak menggunakan apa-apa lagi. Karena memang begitulah kebiasaan Bella. Hal yang membuat Dexter heran adalah kenapa malam ini ia tidak bisa bersikap biasa saja melihat penampilan Bella. Semua yang dilakukan Bella adalah kegiatan rutin yang biasa, tapi kenapa berpengaruh begini pada Dexter? Ia tidak bisa tenang, sepanjang ia memejamkan mata bukannya terlelap malahan bayangan pelukan hangat Bella yang terus berputar di kepalanya. Semua itu membuat Dexter frustasi.Dexter
Second HoneymoonDexter memperhatikan istrinya yang sedang menyusui anaknya dengan seksama. Ia melihat sendiri bagaimana bayi mungilnya itu menghisap susu langsung dari tempatnya dengan sangat lahap. Dexter yang melihat itu malah salah fokus dengan bentuk dan ukuran payudara Bella yang membesar dan tampak sangat menantang. Tanpa disadarinya, Dexter menelan ludahnya melihat pemandangan itu.Bella yang menyadari tatapan Dexter pun menatap suaminya dengan tatapan anehnya.“Ada apa? Kenapa menatapku dengan tatapan seperti itu?” tanya Bella yang masih sibuk menyusui bayinya.“Itu… apakah aku boleh melakukannya juga?” tanya balik Dexter sambil menunjuk payudara Bella.“Maksudnya?” Bella merasa was-was dengan pertanyaan Dexter.“Apakah aku boleh meminum susu seperti Baby Aaron juga?” tanya Dexter lagi dengan pandangan tak lepas dari dada Bella.“What? Kau gila ya… kau ingin meminum ASI?” Bella terkejut mendengarnya.“Memangnya tidak boleh? Ayolahhh….,” rengek Dexter dengan tampang memelasnya
I'm A FatherDexter sedang menggendong baby Aaron yang sekarang sudah menginjak usia satu bulan. Bella sedang sibuk menyiapkan makanan untuk Dexter, sehingga dirinyalah yang harus mengurusi baby Aaron.“Hei Boy, kau bersemangat sekali digendong Daddy ya,” ucap Dexter memperhatikan baby Aaron yang tampak bersemangat dalam gendongannya.Bayi itu hanya memperhatikan ayahnya dengan senyuman merekah yang sangat indah dan menggemaskan. Bayi itu menepuk-nepuk dada Dexter dengan tangan mungilnya dan mata bulatnya menatap ayahnya dengan sangat menggemaskan.Melihat tingkah bayinya yang sangat imut itu membuat Dexter tidak tahan untuk tidak menciumi wajah anaknya itu. Dexter memberikan kecupan-kecupan ringan di wajah bayinya sehingga membuat bayi itu terkikik gelid an menepuk-nepuk pipi Dexter dengan senang.“Hahaha… kau senang dicium Daddy huh?” ucap Dexter yang mengajak main bayinya.Dexter masih bermain-main dengan anaknya dengan senang dan terlihat sangat manis. Pemandangan itu tak luput da
Baby BluesHari ini adalah hari kepulangan Bella dan Dexter beserta bayinya dari rumah sakit. Semua keluarganya sudah menyiapkan semua keperluan bayi di rumah Dexter. Kebanyakan barang-barang dari Tobias dari yang memenuhi kamar bayi yang telah didekorasi oleh mereka.Dexter sudah pasrah dengan semua keluarganya yang membelikan ini itu untuk keperluan bayinya. Ayahnya sudah membelikan banyak mainan untuk bayinya termasuk kereta dorong bayi, sementara ibunya sudah mendekorasi kamar bayinya sedemikian rupa lengkap dengan lemarinya. Belum lagi ibu mertuanya juga ikut membelikan banyak baju untuk bayinya. Sedangkan Tobias sudah banyak membelikan barang seperti perlengkapan mandi, susu dan perlengkapan makan bayi, selimut, bahkan kursi makan bayi. Dexter hanya kebagian membelikan tempat tidur bayi. Bahkan Bella tidak membelikan apapun untuk bayinya karena semua keperluan sudah tersedia.“Kami pulaanggg,” teriak Bella dengan senang saat masuk ke dalam rumahnya.“Aaaa…!!! Baby sudah pulaang…
Dexter berlari tergesa di lorong rumah sakit tanpa memperdulikan dirinya yang beberapa kali menabrak orang lain. Dirinya sedang rapat di kantornya tanpa Bella karena usia kandungan Bella yang sudah menginjak bulan ke-sembilan membuat Dexter harus ekstra menjaga keselamatan istrinya itu. Ia sedang berbicara ketika mendapat telepon dari ibunya kalau istrinya akan melahirkan. Tanpa memperdulikan rapatnya, Dexter menyerahkan semua urusan kantornya kepada Logan dan dirinya langsung berangkat ke rumah sakit dengan kecepatan mobil di atas rata-rata.Dexter melihat ibunya sudah bersama ibu mertuanya dan adiknya yang sepertinya sedang bertugas karena menggunakan jas dokternya. Sementara ayahnya saat ini sedang dalam perjalanan bisnis ke Eropa sehingga tidak bisa hadir di sini. Dexter segera berlari menghampiri mereka dengan nafas tersengal-sengal.“Dimana Bella?" tanya Dexter dengan napas tak beraturan.“Ada di dalam, sebaiknya kau temani istrimu, dia pasti membutuhkanmu,” jawab Cassandra.“Ay
Dexter menggenggam tangan Bella dengan erat dengan sebelah tangannya, karena Bella sedang mengemudi. Mereka dalam perjalanan pulang dari rumah sakit setelah mengunjungi dokter kandungan. Dexter sudah bertanya banyak mengenai kehamilan dan segala macam hal yang harus diperhatikan, termasuk kegiatan seksual mereka. Bella sampai mencubit Dexter karena merasa malu dengan pertanyaan Dexter.“Bagaimana kau mengetahui kau sedang hamil saat itu?” tanya Dexter tiba-tiba sambil menciumi tangan Bella.Bella menoleh sebentar sebelum kembali konsentrasi dengan jalanan di depannya. Padahal dirinya sedang hamil, tetapi karena kondisi Dexter yang belum terlalu pulih maka ia yang mengemudi. Kalau ditanya kenapa mereka tidak membawa Alan adalah karena Dexter yang merengek hanya ingin pergi berdua saja.“Aku memeriksakan diri tentu saja, dokter yang menanganimu menyuruhku untuk memeriksakan diri,” jawab Bella kemudian.“Tapi kau datang bersama Logan,” ucap Dexter lagi.“Tentu saja, dia yang menemaniku u
Bella sudah menceritakan semua yang ia bicarakan bersama Logan kepada Dexter. Dexter pun merasa sangat bersyukur karena sahabatnya itu sangat membantunya. Dexter juga sudah menjelaskan apa yang selama ini masih tersembunyi dari Bella, tanpa terkecuali. Bella menerimanya dan mengikhlaskan semua yang sudah terjadi.“Semoga kau senang di sana, Mommy dan Daddy sangat menyayangimu…,” ucap Bella pada sebuah makam kecil di taman pemakaman milik keluarganya.“We love you…,” tambah Dexter sambil mencium nisan kecil di sana.Mereka berdua menatap makan janin mereka yang sudah tiada. Mereka sangat sedih dengan kepergian janin itu, tetapi mereka sudah mengikhlaskan kepergian anak pertama mereka. Dexter dan Bella pun berjalan kembali menuju mobil mereka dengan Bella yang mendorong kursi roda Dexter. Di tengah perjalanan, angin berhembus lembut menyapa mereka seolah salam sayang dari anaknya.Bella menunduk pada Dexter yang juga tengah mendongak. Bella mengecup lembut bibir Dexter dan sedikit melum
Bella membuka matanya dan menemukan suaminya yang masih tertidur memeluknya. Bella membalikkan tubuhnya untuk menghadap Dexter dan menyentuh kening suaminya yang panas. Bella menghela napasnya karena telah membuat Dexter kembali demam untuk yang ke-sekian kalinya.Bella mengusap kepala Dexter pelan dan mengecup keningnya, lalu segera beranjak untuk meninggalkan ranjang. Tetapi sebelum Bella sempat meninggalkan ranjang itu, Dexter sudah terlebih dahulu memeluknya dan mengigau dalam tidurnya.“Jangan pergi….,” gumam Dexter dalam tidurnya.Bella yang hendak pergi pun tidak jadi meninggalkannya. Bella kembali tidur dan memeluk suaminya dengan sayang. Ia mengelap pelipis Dexter yang mengeluarkan keringatnya.“Kenapa sakit lagi hmm?” gumam Bella sambil mengelus punggung Dexter yang kini telah tertidur lagi.Setelah agak lama, Bella pun mulai melepaskan pelukan Dexter darinya. Beruntung Dexter sudah tertidur lelap dan tidak menolak dilepaskan Bella lagi. Lalu Bella segera beranjak ke dapur d
Bella sedang berada di rumahnya, tepatnya di rumah orang tuanya. Ia kembali melamun memikirkan kejadian yang baru saja menimpanya di rumah sakit. Air mata Bella kembali mengalir. Sungguh ia sama sekali tidak bermaksud berkata-kata seperti itu kepada ibu mertuanya, tetapi perkataan Cassandra sungguh membuat Bella sakit hati. Seakan-akan hanya Bella yang menyakiti Dexter di sini. Padahal Dexter juga menyakitinya tanpa pria itu sadari.“Bicarakan semua ini dengan kepala dingin, jangan malah menghindarinya dan membiarkannya terus berlarut-larut,” ucap Liliyana menasehati putrinya yang sedang patah hati.“Aku.. aku hanya butuh waktu sebentar Mom,” balas Bella sambil menenggelamkan kepalanya dipelukan sang ibu.***Suara bel pintu berbunyi membuat Liliyana yang sedang berada di ruang tamu segera menghampiri pintu rumahnya. Liliyana membuka pintunya dan menemukan 4 orang yang tak terduga datang ke rumahnya.“Kalian?” ucap Liliyana yang terkejut.“Hai.. boleh kami masuk?” pinta sang tamu ya
Bunyi suara klakson mengagetkan Bella yang tengah melamun. Ia segera menoleh ke belakang dan melihat sendiri dengan mata kepalanya, tubuh suaminya yang terpental ke atas sebuah mobil SUV yang menabraknya.Bella melebarkan matanya. Tidak mungkin, tidak mungkin!Bella masih menatap tubuh Dexter yang kini terjatuh ke jalanan aspal. Bella masih terdiam, kejadiannya begitu cepat sampai ia tak sempat memikirkan apapun. Bella masih menatap Dexter yang terjatuh sampai akhirnya dia bisa membuka suaranya.“STOOPP…!!!!” teriak Bella kemudian.Supir taksi yang sedang mengemudikan mobilnya itu pun kaget dan langsung mengerem mobilnya mendadak.Begitu mobilnya berhenti, Bella segera keluar dari mobil itu dan langsung berlari menuju tubuh Dexter berada. Bella langsung menghampiri Dexter yang tergeletak bersimbah darah di dekat trotoar. Mobil yang tadi menabrak Dexter pun sudah berhenti. Bella tak lagi perduli dengan keadaan sekelilingnya yang sudah ramai. Ia hanya menatap Dexter yang tergeletak tak