Bella jadi penasaran kenapa orang seperti Dexter bisa berakhir menjadi pria Gay. Memang fenomena LGBT sudah biasa di kalangan dunia mereka, tapi Bella tetap tidak bisa menerimanya jika ia harus disandingkan dengan pria Gay sebagai suaminya. Ia harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan oleh Dexter. Mengembalikan jiwa kelelakiannya yang seharusnya.
“Bisakah kau tidak usah menyebut nama pria sialan itu saat bersamaku?” Bella mengubah topiknya. Berpura-pura kesal. Dexter pun terdiam merasa bersalah. Entah kenapa ia merasa bersalah juga ia tak tahu. Padahal yang ia lakukan itu sama sekali tidak salah menurutnya. Dexter pun menghela nafas. “Maaf,” hanya itu yang Dexter ucapkan. Bella tidak mengindahkan perkataan Dexter hanya berlalu pergi meninggalkan Dexter. Dexter menyugar rambutnya frustasi. Kenapa segala yang ia lakukan selalu saja salah? Dan kenapa juga ia harus perduli jika Bella marah dengannya atau tidak. Seharusnya ia senang karena Bella akan menjauhinya. Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Dexter merasa tidak nyaman. Ia tidak ingin Bella marah padanya. * * * Bella merias dirinya agar terlihat lebih cantik dari biasanya. Ia tersenyum di depan cermin. Perlahan tapi pasti, Dexter pasti akan jatuh padanya. Ia sudah melihat gelagat Dexter padanya. Pria itu seperti menolak untuk menerima Bella. Tapi saat Bella mendekati dan merayunya suaminya itu juga hanya diam dan tidak melawan. Seakan pasrah jika Bella melakukan sesuatu padanya. Bella keluar dan mendapati Dexter yang sedang duduk di ruang keluarga. Menonton serial N*****x di sana. “Mau kemana?” tanya Dexter melihat penampilan Bella yang sudah rapi. “Mau belanja, kulkasmu tidak ada isinya, hanya bisa kubuat makan siang tadi, memangnya kita hanya akan makan siang apa,” cibir Bella. “Dengan siapa?” Dexter sekarang sudah berdiri. “Sendiri tentu saja, dengan siapa lagi,” balas Bella. “Tunggu sebentar, aku ambil dompet dan kunci mobilku, kita pergi bersama,” ujar Dexter sambil berlalu. Bella tersenyum melihatnya. Dexter manis juga ternyata. Ia langsung memasang wajah bahagianya yang sangat manis. * Dan disinilah mereka, di sebuah pusat perbelanjaan yang menyediakan berbagai keperluan rumah tangga. Bella menggandeng Dexter dengan mesra, seakan menunjukkan pada dunia bahwa lelaki yang berjalan di sampingnya adalah laki-laki normal yang sangat mencintainya. Dexter merasa gugup dengan perlakuan Bella, sebenarnya jantungnya terus saja berpacu tidak menentu, tapi ia menyembunyikan semua itu dengan baik dibalik wajah datarnya. “Kau ingin makan apa Sayang?” Bella bertanya dengan mesra sambil memilah daging segar. “Apa saja,” jawab Dexter cepat. “Hmm.. baiklah kalau begitu…” ucap Bella dengan semangat dan memasukkan bahan-bahan yang disukainya. “Sayang, kau berkeringat… kau kenapa hm? Lelah?” tanya Bella sambil mengelap keringat yang mengalir di pelipis Dexter. Jantung Dexter berpacu kencang bukan main. Keringat yang keluar dari pelipisnya bukan karena dia lelah tapi karena dia sangat gugup berada di samping Bella. Belum lagi Bella yang memperlakukannya begitu manis. Membuatnya sangat gugup, lidahnya kelu untuk sekedar bersuara. “Ak aku.. emm,” Dexter bingung hendak menjawab apa. “Kenapa? Sakit? Wajahmu merah Sayang… “ Bella khawatir sambil menyentuh kening Dexter dengan telapak tangannya. “Ti tidak… aku hanya… em.. ha haus,” jawab Dexter dengan nafas tak beraturan. “Haus? Kenapa tidak bilang dari tadi? Hmm baiklah… tunggu saja di sana ya.. aku akan belikan minuman dulu, jangan kemana-mana ya,” ucap Bella menunjuk kursi tunggu yang tersedia. Bella langsung pergi meninggalkan Dexter dengan belanjaan mereka yang belum dibayar. Dexter seketika menghembuskan napasnya lega. “Hahhh… kenapa aku ini? Kenapa seperti ini sih?” rutuk Dexter pada dirinya sendiri. Bella membelikan sebuah air mineral dan sebuah roti untuk Dexter, karena dilihatnya wajah suaminya itu sangat aneh. Seperti menyimpan beban yang sangat berat. Entah beban apa yang ditanggungnya. Begitu kembali ia menemukan suaminya itu tengah duduk sambil memegang dadanya sendiri seperti sedang menetralkan napasnya. Bella tersenyum melihat hal itu, ia mengetahui sesuatu. Suaminya pasti gugup saat diperlakukan manis olehnya. Ah Bella semakin semangat saja untuk terus menggoda suaminya agar bisa cepat kembali ke jalan yang lurus. Tapi baru saja Bella akan melangkahkan kakinya menghampiri Dexter, seorang wanita terlebih dahulu menghampirinya dan sepertinya bersikap genit pada Dexter. Bella tersenyum smirk ketika melihat reaksi suaminya. Dexter bersikap datar pada wanita itu, bahkan terkesan dingin padanya. Dilihatnya sang wanita berniat mengelap dahi Dexter yang berkeringat, namun langsung ditepis oleh Dexter. Bella tertawa melihatnya. Ia beranjak menghampiri mereka. “Sayang… maafkan aku lama ya, sudah sangat haus ya?” ucap Bella lembut sambil mengelus kepala Dexter halus. Membuat sang wanita tadi langsung menatap Bella sinis. Dexter tampak terkejut dengan aksi Bella. Namun lagi-lagi dia tak dapat melakukan apa-apa untuk itu. Karena justru Dexter merasa nyaman dengan perlakuan Bella padanya. Ia merasa Bella seperti rumahnya. “Hmm..” hanya itu yang dapat dikeluarkan oleh Dexter. Bella masih mengusap pelipis Dexter yang berkeringat, dia mengelus pipinya lembut. “Kasihan sekali Sayangku.. ini minum dulu Sayang,” ucap Bella sambil membukakan tutup botol air mineral yang dibelinya. Meminumkannya kepada Dexter dengan lembut. Dexter meminumnya dengan patuh. Ia menatap Bella dengan pandangan heran dan tidak mengerti tetapi tak dapat berkata apa-apa. “Sudah lebih baik?” tanya Bella lembut. Dexter mengangguk patuh. Ia tidak mengerti kenapa tubuhnya seakan patuh begitu saja pada semua yang dikatakan Bella. Seolah hidupnya memang untuk diatur oleh Bella. Dexter semakin pusing mengetahui fakta itu. Bella menatap wanita yang masih saja ada di situ memperhatikan interaksinya dengan Dexter. “Kenapa? Masih ingin melihat kemesraanku dengan suamiku?” tanya Bella dengan nada menantang. Wanita itu melihatnya dengan tampang kesal. Ia jelas tahu siapa yang ada di hadapannya ini. Seorang model internasional yang baru saja menikah dengan seorang billionare terkenal. Ia tak menyangka bahwa sang billionare yang sering dikabarkan memiliki orientasi seksual menyimpang itu ternyata begitu patuh pada istrinya. Padahal tadinya dirinya mau mengetes apakah pria itu akan tergoda dengan penampilannya yang sangat seksi atau tidak untuk membuktikan kebenaran dari berita yang sering muncul. Wanita itu pun berlalu pergi meninggalkan sepasang suami istri yang masih bermesraan di depannya. Bella tersenyum melihat kepergian wanita yang menatapnya penuh persaingan itu. Ia segera melepaskan elusannya di kepala Dexter, membuat Dexter merasa kehilangan. Padahal dia sudah sempat memejamkan matanya menikmati usapan tangan Bella. “Bagaimana? Aku sangat berguna untuk menutupi kelainanmu kan?” ujar Bella kemudian sambil memeriksa belanjaannya. Dexter yang mendengarnya tidak bisa mencerna dengan baik perkataan Bella. Ia menatap Bella yang masih sibuk dengan kegiatannya. “Kalau aku tidak ada, wanita tadi pasti akan curiga kenapa kau tampak jijik padanya, lain kali kontrollah ekspresi wajahmu ketika berhadapan dengan wanita, kau tidak bisa selamanya melihat mereka dengan tatapan jijikmu itu, mereka akan curiga bahwa berita tentangmu itu memang benar,” ucap Bella lagi sambil mendorong trolinya menuju kasir. Dexter yang baru memahaminya pun segera mengepalkan kedua tangannya. Entah kenapa perasaannya tidak bisa menerima kalau semua perlakuan Bella padanya barusan hanya sebatas akting. Entah kenapa ia marah dengan hal ini. * * * Mereka berjalan menuju pintu keluar gedung itu. Namun di tengah jalan mereka bertemu dengan seorang lelaki berpakaian modis yang langsung menyapa Bella dengan akrab. “Hei Bella… is that you?” ujar laki-laki itu. “Brandon? Wah aku kira kau sudah menetap di Italia?” Bella tampak antusias melihatnya. “Hmm yah.. aku hanya sedang ada urusan di sini, tidak kusangka akan bertemu denganmu Dear,” ujar Brandon dengan senang. “Aku sedang beruntung bisa bertemu denganmu sekarang,” balas Bella. “Tentu saja, dan ini adalah suamimu? Sang billionare muda yang terkenal,” ujar Brandon melihat Dexter di samping Bella. “Ya, ini suamiku… Sayang ini Brandon, teman sepermainanku, dia seharusnya ada di Italia saat ini,” ujar Bella mengenalkan Brandon pada Dexter. Dexter menatap Brandon yang cukup tampan untuk selera Dexter. Seorang pria modis yang tentunya sangat memperhatikan gaya dan penampilannya. Sangat menarik. Tapi entah kenapa penampilan Brandon tidak terlihat menarik bagi Dexter. Justru Dexter merasakan perasaan lain yang aneh baru pertama kali dirasakannya dalam hidup. Karena untuk pertama kalinya dalam hidup, dia tidak menyukai kehadiran pria tampan, karena pria itu terlihat sangat dekat dengan Bella, istrinya. Dexter juga tak mengerti kenapa ia merasa tidak suka pada pria bernama Brandon ini. Bella yang melihat Dexter menatap Brandon penuh arti pun segera memeluk lengan Dexter dengan mesra. Ia tidak ingin Dexter malah menyukai temannya itu, bisa gagal semua rencananya. Lagipula Brandon terlihat sangat menarik untuk ukuran seorang pria. Dexter menoleh pada Bella. Menatap lengannya yang dipeluk mesra oleh Bella. Seketika perasaan hangat menyelimutinya. “Sayang… jangan menatapnya seperti itu, Brandon benar-benar temanku… tidak ada hubungan yang lain… tenang saja yaa…” ujar Bella sambil mengelus dada Dexter. Dexter sangat mengetahui gelagat Bella. Istrinya sedang memainkan perannya lagi seperti tadi. Ia mengetahui Bella hanya berpura-pura, tapi ia menyukainya. Ia menyukai saat Bella bersikap sangat manis padanya. Dadanya benar-benar hangat. Maka ia akan mengikuti permainan Bella. “Hm.. jangan terlalu dekat dengannya,” ujar Dexter dengan wajah datarnya. Brandon yang melihat hal itu langsung mengangkat kedua tangannya. “Wow.. hei bung… jangan salah sangka padaku ya, aku tidak mungkin memiliki sesuatu bersama istrimu itu, dia sudah kuanggap seperti adikku… jangan khawatir padaku,” ujar Brandon dengan nada berdamai. Dexter hanya mengangguk pada Brandon. kemudian dia menatap Bella yang masih memeluknya mesra. “Ayo pulang… aku ingin istirahat,” ajak Dexter lembut. “Kau sudah lelah hm..? Baiklah ayo kita pulang Sayang,” ujar Bella lembut. Ia menoleh pada Brandon. “Brandon, kami pergi dulu… suamiku sudah kelelahan… aku harus merawatnya,” ujar Bella pada Brandon sambil tersenyum manis. “Tentu saja… kalian bisa pulang, aku ada sesuatu yang harus dibeli,” ujar Brandon. “Sampai jumpa lagi Brandon.. jangan lupa hubungi aku lagi ya,” ujar Bella. “Tentu saja Dear,” balas Brandon sambil memeluk dan mengecup pipi Bella ringan. Bella membalas dengan hal yang sama. Mereka melakukan itu seolah sudah terbiasa dan tidak ada hal yang aneh. Tapi bagi Dexter hal itu terlalu berlebihan. Dexter sangat tidak menyukai hal itu. Bella segera menggandeng tangan Dexter dan menggiringnya untuk keluar gedung dan segera pulang ke rumah mereka. * * * Mereka sampai di rumah dengan belanjaan yang sangat banyak. Dexter membawa belanjaan itu yang sebanyak 4 kantung besar ke dapur mereka. Bella segera menyusun semua barang itu ke tempatnya dengan telaten. Sementara Dexter hanya duduk memandangi Bella yang sedang mengatur belanjaan mereka. Dexter merasa benar-benar seperti seorang suami. Mereka tinggal berdua di rumah ini, mengatur sendiri kebutuhan rumah tangga mereka. Pandangannya tak lepas dari Bella semenjak tadi. Ia kira istrinya itu akan mengajaknya belanja seperti baju, tas atau sepatu, nyatanya ia diajak belanja kebutuhan rumah tangga mereka. Lagi-lagi ia merasakan dadanya menghangat. Bella menatap Dexter yang tengah memandanginya itu. Ia tersenyum senang. Sepertinya Dexter perlahan mulai jatuh padanya. Bella pun membuat sesuatu di dapurnya untuk mengambil hati Dexter. Ia membuat segelas minuman segar untuk Dexter, lalu menaruhnya dihadapan Dexter. Kemudian duduk tepat di samping suaminya. “Minum dulu, kau pasti haus kan mengangkut belanjaan kita yang banyak ini,” ujar Bella dengan lembut. Dexter seketika langsung gugup. Pipinya perlahan memerah dan menjalari sampai ke telinganya. “Terima kasih,” ucap Dexter tulus. Ia langsung meminum minumannya dengan cepat. Rasanya ia tidak tahan lama-lama menatap Bella. Jantungnya semakin berulah. Sepertinya ia harus memeriksakan dirinya pada dokter spesialis jantung secepatnya. “Pelan-pelan Sayang… nanti tersedak,” ujar Bella lembut sambil mengusap punggung Dexter lembut. Dexter meminum minumannya dengan serius. Bahkan rasa segar dari minumannya tidak terasa lagi karena perasaannya sudah campur aduk sekarang. “Aku menyukainya…” ucap Bella tiba-tiba. Dexter langsung menghentikan minumnya. “Apa?” Dexter bingung. “Sikapmu, hari ini kau sangat manis… tidak seperti kemarin,“ ucap Bella. Dexter hanya menunduk lagi. Wajahnya kembali memerah untuk yang ke-sekian kalinya. “Aku rasa dengan sikapmu yang seperti ini, maka akting kita akan sangat berhasil, dunia tidak akan pernah mengetahui orientasi seksualmu yang menyimpang itu… dan aku bisa melakukan apapun yang kumau dengan uangmu,” ujar Bella dengan semangat. Mendengarnya, Dexter kembali merasa kesal. Rasa senangnya langsung dihempaskan begitu saja. Ia tersenyum masam. Yah ia kembali diingatkan bahwa Bella melakukan itu hanya untuk uangnya saja. Dan entah kenapa rasanya Dexter merasa… kecewa? Entahlah… perasaannya begitu sulit diartikan. Dexter merasa tidak terima dengan kenyataan ini. Bahkan jika Bella menginginkan semua hartanya, itu semua bukan masalah untuknya. Namun kalau seperti ini, entah kenapa perasaannya begitu kacau. Tapi dibalik semua itu. Sesungguhnya Dexter merasakan sebuah perasaan yang menghiburnya. Perasaan yang tak pernah dirasakannya selama ini. Ia merasa senang ketika Bella memperlakukannya dengan manis. Bahkan jika ia tahu bahwa itu semua hanyalah kebohongan belaka. Ia tetap merasa senang dengan itu. “Hmm.. terima kasih,” ucap Dexter kemudian. Bella langsung menatapnya penuh minat. Bersiap mendengarkan apapun yang keluar dari mulut Dexter setelah ini. “Kau benar, berkat dirimu aku merasa sangat terbantu, maka sebagai gantinya kau boleh meminta apapun padaku,” ucap Dexter kemudian. Bella mendengarnya merasa tersinggung. Padahal ia sendiri yang menanamkan di pikiran Dexter kalau ia melakukan semua itu untuk harta Dexter, tapi ia juga merasa direndahkan ketika Dexter mengatakan hal itu padanya. Entah ada apa dengan perasaannya. Bella pun menatap Dexter menantang. “Baik.. belikan aku Lamborgini keluaran terbaru dengan edisi terbatas… aku yang memilih warnanya.. harus sudah ada besok siang,” tantang Bella dengan kesal. Dexter menatap Bella dengan tatapan miris. Bella hanya menganggapnya sebagai sumber harta untuk dikuras semaunya. Tapi entah kenapa Dexter tidak merasa keberatan dengan itu. Justru ia merasa senang bila Bella memanfaatkannya begini. Asal Bella tidak meminta ini itu pada yang lain, Dexter akan menerimanya. “Baiklah,” jawab Dexter dengan santai.Malam ini Bella kembali menggunakan pakaian seksi miliknya. Bukan sebuah lingerie melainkan sebuah gaun tidur panjang tapi sangat tipis dan tentu saja sangat menampilkan lekuk tubuhnya. Bella masih tidak ingin menyerah dengan misinya meluruskan kembali kelainan Dexter. Maka Bella segera merias wajahnya secantik mungkin.Dexter memasuki kamarnya dan melihat istrinya itu tengah menatapnya dengan pakaian terbuka dan penampilan yang bisa dibilang menggoda. Dexter mengernyitkan alisnya.“Ada apa denganmu? Kenapa berpenampilan seperti itu?” tanya Dexter dengan wajah sinisnya.“Kenapa dengan penampilanku?” Bella melipat kedua tangannya di depan perutnya.“Kenapa mau tidur malah berdandan begitu? Bukankah perempuan akan berjerawat kalau tidak cuci muka saat tidur?” ujar Dexter yang memasang wajah anehnya.Bella cengo dibuatnya. Bisa-bisanya Dexter malah berpikir begitu.“Terserah padaku mau berdandan atau tidak saat mau tidur, kenapa malah kau yang repot?” ujar Bella tidak mau kalah.Dexter m
Hari ini Bella memilih menyibukkan dirinya dengan memanjakkan tubuhnya. Ia melakukan perawatan mulai dari lulur, facial, sampai perawatan kuku cantiknya. Sebagai seorang international model tentulah penampilan menjadi aset yang harus selalu dijaga. Ia sangat menjaga kecantikan tubuhnya baik dari luar maupun dari dalam.Namun sebenarnya dibalik semua kesibukannya itu, ia mempunyai maksud lain. Tentu saja untuk menghindari suaminya sementara waktu. Akibat perbuatan konyolnya kemarin ia masih memiliki bayang-bayang ambigu kepada suaminya sendiri. Maka dari itu ia harus mengontrol perasaannya dulu sembari perlahan mulai menjalankan misinya. Ia harus siap-siap mental untuk semua kenyataan yang akan dihadapi nanti.Bella memilih mengurung dirinya di kamarnya sambil melakukan hal-hal yang akan memanjakan pikirannya. Ia menonton film romantis, menonton tutorial kecantikan, sampai menonton channel keluarga dengan anak yang baru lahir. Ia berpikir betapa indahnya jika ia dapat memiliki kehidupa
Dexter bangun dari tidurnya dengan perasaan sangat segar. Ia mengingat kalau tadi malam Bella mendekapnya dan membuainya sampai ia tertidur lelap sekali. Padahal ia tidak pernah merasa tidur selelap itu sebelum menikah. Pekerjaannya yang menumpuk membuat Dexter hanya bisa terus terkunci di ruangan kantornya, berurusan dengan client kantor, memeriksa berkas perusahaan, berinteraksi dengan Logan. Yah keseringannya berinteraksi dengan Loganlah yang membuatnya lebih nyaman dan membuka dirinya lebih banyak pada Logan, meskipun tidak semuanya. Dalam konteks hidupnya, ada banyak sekali hal yang Logan tidak ketahui tentangnya. Dexter baru menyadari itu, meskipun ia terus mengatakan bahwa Logan adalah kekasihnya, tetapi sebenarnya pria itu masih sangat jauh dari diri Dexter yang sebenarnya. Sebenarnya kekasih seperti apa yang dipahami Dexter di sini? Nyatanya ia tidak pernah sekalipun berkontak fisik lebih jauh dari sekedar berpelukan. Itupun Dexter lakukan ketika ia benar-benar lelah dengan
Bella mendekati wajah Dexter, dan perlahan tapi pasti dia melakukannya.Cup.Bella menempelkan bibirnya pada bibir Dexter, kemudian sedikit melumatnya, dan menghisapnya.Dexter melebarkan matanya tidak menyangka dengan hal yang dilakukan Bella padanya. Matanya bersitatap dengan mata Bella yang juga sedang menatapnya lurus, masuk dan menginvasi ke dalam hati Dexter. Sementara Dexter merasakan bibirnya yang sudah dikuasai oleh Bella. Jantungnya seperti akan melompat dari tempatnya.Jantung Dexter berdetak tidak karuan. Kedua tangannya mendingin dengan cepat. Saat dirasakannya lidah Bella perlahan-lahan masuk ke dalam mulutnya membuat Dexter seketika tak dapat berpikir. Dexter yang terlalu terkejut tak dapat mengelak ketika Bella memasukkan lidahnya ke mulutnya, Apalagi saat Bella dengan mudahnya mengeksplorasi seluruh isi mulutnya, gadis itu kini sudah menangkup kedua pipi Dexter, mengelusnya dengan lembut.Bella tersenyum melihat bagaimana reaksi Dexter. Tidak ada penolakan seperti seo
Malam ini Bella kembali menggunakan pakaian seksi miliknya dengan misi yang sama seperti beberapa minggu lalu. Bella masih tidak ingin menyerah dengan misinya meluruskan kembali kelainan Dexter. Setelah beberapa keanehan dan perubahan Dexter, Bella yakin sekali kalau suaminya masih bisa kembali seperti pria normal pada umumnya.Dexter memasuki kamarnya setelah menyelesaikan permasalahan perusahaan yang diberitahukan oleh Logan sebelum ini. Ia melihat istrinya yang sedang duduk di atas ranjang mereka sambil sebelah kakinya menekuk menampilkan paha mulus nan putih yang sangat menggoda. Dexter termenung melihat pemandangan itu. Ia adalah seorang Gay, tetapi ia tak bisa berkutik melihat Bella yang sedang menatapnya menggoda itu.“Kemarilah Sayang… kau lelah bukan? Biar aku pijit,” ujar Bella lembut melambaikan tangannya gemulai.Bagai kerbau yang dicucuk hidungnya, Dexter melangkah mendekati Bella. Ia duduk di sebelah Bella dengan kaku.Bella segera menghadapnya dan menyentuh bahu Dexter.
Dexter menonton film keluarga di ruang keluarga rumahnya. Ia hanya menonton sendirian karena Bella sejak tadi seperti menghindarinya. Istrinya itu terlihat sibuk dengan ponselnya. Bella pun terlihat beberapa kali menelepon seseorang dan berdebat masalah pemotretan. Oh iya Dexter lupa lagi, istrinya itu adalah seorang model.Tiba-tiba perasaan tidak mengenakan menyerang Dexter. Mengingat Bella seorang model, sudah pasti istrinya itu memiliki tubuh yang sangat indah. Terbukti saat malam pertama mereka, Dexter akui tubuh Bella sangat indah, hanya saja waktu itu dia tidak terlalu memikirkannya. Sedangkan sekarang ini ia baru menyadari, tubuh seindah itu sudah pasti akan digilai oleh lelaki kebanyakan. Mendadak Dexter merasa geram. Ia tidak rela jika tubuh Bella menjadi konsumsi publik. Bella adalah istrinya, hanya kepadanyalah Bella boleh memperlihatkan tubuh indahnya.Dexter menghela napasnya dengan berat. Pikirannya benar-benar menguras tenaga dan emosi. Entah kenapa tenaganya juga terk
Bella terbangun dengan tubuh yang sangat segar. Ia melihat seseorang yang mendekapnya erat di sampingnya. Tentu saja suaminya, Dexter Nathaniel Orlando. Siapa lagi? Melihat Dexter yang mendekapnya erat merupakan pemandangan yang langka, karena biasanya pria itu tidur dengan jarak 1 meter darinya. Mengingat hal yang semalam ia lakukan pada Dexter membuat senyuman indah terbit di bibirnya begitu saja. Rasanya ia sangat senang melihat reaksi Dexter pada sentuhannya. Ini adalah langkah awal, karena ia yakin sekali tidak lama lagi Dexter akan benar-benar menjadi lelaki normal. Dilihat dari reaksi Dexter pada sentuhannya tadi malam, terlihat jelas suaminya itu sangat menikmatinya. Hal yang menyenangkan bagi Bella. Perlahan namun pasti, Bella akan membuat Dexter ketergantungan padanya. Itu pasti. Dexter harus tahu rasanya mencintai seorang wanita, dan memandang wanita lebih baik dari sebelumnya. Terlebih lagi harus dirinyalah wanita pertama yang membuat Dexter merubah cara pandangnya ter
Bella menghembuskan napasnya lelah. Niat hati ingin menenangkan pikirannya yang kacau karena teringat dengan kemungkinan-kemungkinan menyebalkan yang pernah dilakukan Dexter, malah berakhir bersama Dexter yang sikapnya sangat menyebalkan. Manja. Entah kenapa Dexter berubah menjadi manja dan menyebalkan padanya.Seperti saat ini, Bella sedang menggunakan masker untuk wajahnya, dan pria yang berstatus sebagai suaminya meminta menggunakan masker juga.“Ayolah Bella.. aku juga ingin menggunakan masker sama sepertimu,” ujar Dexter dengan wajah menyebalkannya.“Diamlah, nanti maskerku pecah,” ujar Bella yang menahan mulutnya.“Aku kan sudah bilang dari tadi.. kau tidak mau,” keluh Dexter.“Aku kan hanya ingin mencoba memakainya… kenapa kau pelit sekali sih.. aku hanya penasaran bagaimana rasanya saat wajahku ditempeli benda seperti itu,” lanjut Dexter mengeluh, dan melanjutkan segala macam ocehannya.Bella yang mendengarkan semua ocehan Dexter menjadi pusing. Ia segera menarik tubuh Dexter
Second HoneymoonDexter memperhatikan istrinya yang sedang menyusui anaknya dengan seksama. Ia melihat sendiri bagaimana bayi mungilnya itu menghisap susu langsung dari tempatnya dengan sangat lahap. Dexter yang melihat itu malah salah fokus dengan bentuk dan ukuran payudara Bella yang membesar dan tampak sangat menantang. Tanpa disadarinya, Dexter menelan ludahnya melihat pemandangan itu.Bella yang menyadari tatapan Dexter pun menatap suaminya dengan tatapan anehnya.“Ada apa? Kenapa menatapku dengan tatapan seperti itu?” tanya Bella yang masih sibuk menyusui bayinya.“Itu… apakah aku boleh melakukannya juga?” tanya balik Dexter sambil menunjuk payudara Bella.“Maksudnya?” Bella merasa was-was dengan pertanyaan Dexter.“Apakah aku boleh meminum susu seperti Baby Aaron juga?” tanya Dexter lagi dengan pandangan tak lepas dari dada Bella.“What? Kau gila ya… kau ingin meminum ASI?” Bella terkejut mendengarnya.“Memangnya tidak boleh? Ayolahhh….,” rengek Dexter dengan tampang memelasnya
I'm A FatherDexter sedang menggendong baby Aaron yang sekarang sudah menginjak usia satu bulan. Bella sedang sibuk menyiapkan makanan untuk Dexter, sehingga dirinyalah yang harus mengurusi baby Aaron.“Hei Boy, kau bersemangat sekali digendong Daddy ya,” ucap Dexter memperhatikan baby Aaron yang tampak bersemangat dalam gendongannya.Bayi itu hanya memperhatikan ayahnya dengan senyuman merekah yang sangat indah dan menggemaskan. Bayi itu menepuk-nepuk dada Dexter dengan tangan mungilnya dan mata bulatnya menatap ayahnya dengan sangat menggemaskan.Melihat tingkah bayinya yang sangat imut itu membuat Dexter tidak tahan untuk tidak menciumi wajah anaknya itu. Dexter memberikan kecupan-kecupan ringan di wajah bayinya sehingga membuat bayi itu terkikik gelid an menepuk-nepuk pipi Dexter dengan senang.“Hahaha… kau senang dicium Daddy huh?” ucap Dexter yang mengajak main bayinya.Dexter masih bermain-main dengan anaknya dengan senang dan terlihat sangat manis. Pemandangan itu tak luput da
Baby BluesHari ini adalah hari kepulangan Bella dan Dexter beserta bayinya dari rumah sakit. Semua keluarganya sudah menyiapkan semua keperluan bayi di rumah Dexter. Kebanyakan barang-barang dari Tobias dari yang memenuhi kamar bayi yang telah didekorasi oleh mereka.Dexter sudah pasrah dengan semua keluarganya yang membelikan ini itu untuk keperluan bayinya. Ayahnya sudah membelikan banyak mainan untuk bayinya termasuk kereta dorong bayi, sementara ibunya sudah mendekorasi kamar bayinya sedemikian rupa lengkap dengan lemarinya. Belum lagi ibu mertuanya juga ikut membelikan banyak baju untuk bayinya. Sedangkan Tobias sudah banyak membelikan barang seperti perlengkapan mandi, susu dan perlengkapan makan bayi, selimut, bahkan kursi makan bayi. Dexter hanya kebagian membelikan tempat tidur bayi. Bahkan Bella tidak membelikan apapun untuk bayinya karena semua keperluan sudah tersedia.“Kami pulaanggg,” teriak Bella dengan senang saat masuk ke dalam rumahnya.“Aaaa…!!! Baby sudah pulaang…
Dexter berlari tergesa di lorong rumah sakit tanpa memperdulikan dirinya yang beberapa kali menabrak orang lain. Dirinya sedang rapat di kantornya tanpa Bella karena usia kandungan Bella yang sudah menginjak bulan ke-sembilan membuat Dexter harus ekstra menjaga keselamatan istrinya itu. Ia sedang berbicara ketika mendapat telepon dari ibunya kalau istrinya akan melahirkan. Tanpa memperdulikan rapatnya, Dexter menyerahkan semua urusan kantornya kepada Logan dan dirinya langsung berangkat ke rumah sakit dengan kecepatan mobil di atas rata-rata.Dexter melihat ibunya sudah bersama ibu mertuanya dan adiknya yang sepertinya sedang bertugas karena menggunakan jas dokternya. Sementara ayahnya saat ini sedang dalam perjalanan bisnis ke Eropa sehingga tidak bisa hadir di sini. Dexter segera berlari menghampiri mereka dengan nafas tersengal-sengal.“Dimana Bella?" tanya Dexter dengan napas tak beraturan.“Ada di dalam, sebaiknya kau temani istrimu, dia pasti membutuhkanmu,” jawab Cassandra.“Ay
Dexter menggenggam tangan Bella dengan erat dengan sebelah tangannya, karena Bella sedang mengemudi. Mereka dalam perjalanan pulang dari rumah sakit setelah mengunjungi dokter kandungan. Dexter sudah bertanya banyak mengenai kehamilan dan segala macam hal yang harus diperhatikan, termasuk kegiatan seksual mereka. Bella sampai mencubit Dexter karena merasa malu dengan pertanyaan Dexter.“Bagaimana kau mengetahui kau sedang hamil saat itu?” tanya Dexter tiba-tiba sambil menciumi tangan Bella.Bella menoleh sebentar sebelum kembali konsentrasi dengan jalanan di depannya. Padahal dirinya sedang hamil, tetapi karena kondisi Dexter yang belum terlalu pulih maka ia yang mengemudi. Kalau ditanya kenapa mereka tidak membawa Alan adalah karena Dexter yang merengek hanya ingin pergi berdua saja.“Aku memeriksakan diri tentu saja, dokter yang menanganimu menyuruhku untuk memeriksakan diri,” jawab Bella kemudian.“Tapi kau datang bersama Logan,” ucap Dexter lagi.“Tentu saja, dia yang menemaniku u
Bella sudah menceritakan semua yang ia bicarakan bersama Logan kepada Dexter. Dexter pun merasa sangat bersyukur karena sahabatnya itu sangat membantunya. Dexter juga sudah menjelaskan apa yang selama ini masih tersembunyi dari Bella, tanpa terkecuali. Bella menerimanya dan mengikhlaskan semua yang sudah terjadi.“Semoga kau senang di sana, Mommy dan Daddy sangat menyayangimu…,” ucap Bella pada sebuah makam kecil di taman pemakaman milik keluarganya.“We love you…,” tambah Dexter sambil mencium nisan kecil di sana.Mereka berdua menatap makan janin mereka yang sudah tiada. Mereka sangat sedih dengan kepergian janin itu, tetapi mereka sudah mengikhlaskan kepergian anak pertama mereka. Dexter dan Bella pun berjalan kembali menuju mobil mereka dengan Bella yang mendorong kursi roda Dexter. Di tengah perjalanan, angin berhembus lembut menyapa mereka seolah salam sayang dari anaknya.Bella menunduk pada Dexter yang juga tengah mendongak. Bella mengecup lembut bibir Dexter dan sedikit melum
Bella membuka matanya dan menemukan suaminya yang masih tertidur memeluknya. Bella membalikkan tubuhnya untuk menghadap Dexter dan menyentuh kening suaminya yang panas. Bella menghela napasnya karena telah membuat Dexter kembali demam untuk yang ke-sekian kalinya.Bella mengusap kepala Dexter pelan dan mengecup keningnya, lalu segera beranjak untuk meninggalkan ranjang. Tetapi sebelum Bella sempat meninggalkan ranjang itu, Dexter sudah terlebih dahulu memeluknya dan mengigau dalam tidurnya.“Jangan pergi….,” gumam Dexter dalam tidurnya.Bella yang hendak pergi pun tidak jadi meninggalkannya. Bella kembali tidur dan memeluk suaminya dengan sayang. Ia mengelap pelipis Dexter yang mengeluarkan keringatnya.“Kenapa sakit lagi hmm?” gumam Bella sambil mengelus punggung Dexter yang kini telah tertidur lagi.Setelah agak lama, Bella pun mulai melepaskan pelukan Dexter darinya. Beruntung Dexter sudah tertidur lelap dan tidak menolak dilepaskan Bella lagi. Lalu Bella segera beranjak ke dapur d
Bella sedang berada di rumahnya, tepatnya di rumah orang tuanya. Ia kembali melamun memikirkan kejadian yang baru saja menimpanya di rumah sakit. Air mata Bella kembali mengalir. Sungguh ia sama sekali tidak bermaksud berkata-kata seperti itu kepada ibu mertuanya, tetapi perkataan Cassandra sungguh membuat Bella sakit hati. Seakan-akan hanya Bella yang menyakiti Dexter di sini. Padahal Dexter juga menyakitinya tanpa pria itu sadari.“Bicarakan semua ini dengan kepala dingin, jangan malah menghindarinya dan membiarkannya terus berlarut-larut,” ucap Liliyana menasehati putrinya yang sedang patah hati.“Aku.. aku hanya butuh waktu sebentar Mom,” balas Bella sambil menenggelamkan kepalanya dipelukan sang ibu.***Suara bel pintu berbunyi membuat Liliyana yang sedang berada di ruang tamu segera menghampiri pintu rumahnya. Liliyana membuka pintunya dan menemukan 4 orang yang tak terduga datang ke rumahnya.“Kalian?” ucap Liliyana yang terkejut.“Hai.. boleh kami masuk?” pinta sang tamu ya
Bunyi suara klakson mengagetkan Bella yang tengah melamun. Ia segera menoleh ke belakang dan melihat sendiri dengan mata kepalanya, tubuh suaminya yang terpental ke atas sebuah mobil SUV yang menabraknya.Bella melebarkan matanya. Tidak mungkin, tidak mungkin!Bella masih menatap tubuh Dexter yang kini terjatuh ke jalanan aspal. Bella masih terdiam, kejadiannya begitu cepat sampai ia tak sempat memikirkan apapun. Bella masih menatap Dexter yang terjatuh sampai akhirnya dia bisa membuka suaranya.“STOOPP…!!!!” teriak Bella kemudian.Supir taksi yang sedang mengemudikan mobilnya itu pun kaget dan langsung mengerem mobilnya mendadak.Begitu mobilnya berhenti, Bella segera keluar dari mobil itu dan langsung berlari menuju tubuh Dexter berada. Bella langsung menghampiri Dexter yang tergeletak bersimbah darah di dekat trotoar. Mobil yang tadi menabrak Dexter pun sudah berhenti. Bella tak lagi perduli dengan keadaan sekelilingnya yang sudah ramai. Ia hanya menatap Dexter yang tergeletak tak