Dexter pun mulai menatap Bella dengan serius.
“Dengar… aku tahu ini semua terlalu tiba-tiba bagi kita, tapi kau tidak bisa seenaknya begini," ujar Dexter setelah mengatur emosinya. “Lalu aku harus bagaimana?” tanya Bella dengan tampang polosnya. “Kita harus membuat peraturan mulai sekarang,” ujar Dexter kemudian. “Peraturan seperti apa maksudmu?” tanya Bella mulai tertarik. “Baiklah mari kita buat peraturannya, peraturan pertama, jangan mencampuri urusan satu sama lain,” ujar Dexter tegas. Bella hendak protes tapi ia mengurungkannya. Ia berpikir untuk apa juga ia mengurusi urusan Dexter, misinya hanya mengubah kelainan yang diderita suaminya itu. “Baiklah, aku setuju,” ucap Bella. “Peraturan kedua, setiap melakukan sesuatu kau harus bilang dulu padaku,” ujar Dexter lagi. Bella menatapnya datar. “Begitu juga denganmu,” balas Bella. Dexter melihatnya dengan tatapan menantang. “Oke,” jawab Dexter tak mau kalah. “Peraturan ketiga, harus saling mengatakan jika mau pergi kemana-mana,” ujar Bella kemudian. “Termasuk jika aku akan berkencan dengan kekasihku?” Dexter bertanya. “Peraturan keempat, tidak ada yang menjalin hubungan selain dengan pasangan sahnya,” ujar Bella cepat. Dexter melotot mendengarnya. “Mana bisa begitu?” protes Dexter. “Aku tidak mau tahu, kau harus putus dengan pria sialan itu, atau semua rahasiamu akan kusebarkan ke seluruh dunia, agar semua karir dan kehidupanmu hancur seketika,” ancam Bella. Dexter melotot tidak percaya mendengar perkataan Bella. “Apa maksudmu? Kau mau memberitahukan rahasiaku dengan apa? Memangnya ada yang akan percaya denganmu?” tantang Dexter. “Tentu saja, aku istrimu, semua orang pasti akan mempercayaiku, terlebih lagi, aku merekam semua pembicaraanmu dengan kekasih priamu itu,” jawab Bella tersenyum mengejek. Dexter menganga mendengarnya. Bagaimana bisa Bella harus memiliki ujung tombak nasibnya. Sungguh menyebalkan. Kalau begini percuma saja dia menikah dengan alasan untuk menutupi orientasi seksualnya kalau ujung-ujungnya dia malah putus dengan kekasihnya. “Apa tidak ada syarat selain putus?” ujar Dexter akhirnya. “Tidak ada!! Kau ini kenapa sih, kenapa bersikeras ingin berpacaran dengan pria itu hah? Kau begitu tergila-gila dengan tubuhnya! Iya?” kesal Bella. Dexter terdiam mendengarnya. Ia tak mampu berkata-kata. “Kalau kau tidak bisa lepas darinya biar aku yang lepas darimu, kita hentikan pernikahan konyol ini sebelum masa depanku benar-benar hancur..!!” kesal Bella memutuskan untuk beranjak dari sana. Dexter yang melihat Bella akan pergi segera menahannya dengan menarik tangan Bella agar kembali duduk di sofa tadi. “Baiklah baiklah… aku akan putus dengannya, tapi kau jangan mengakhiri pernikahan ini. Demi Tuhan kita baru saja menikah kemarin, apa kata orang tua kita jika mengetahui hal ini,” keluh Dexter frustasi. “Itu kau tahu, semua keputusan ada di tanganmu, kau harus memilih, aku istrimu yang paling cantik dan seksi ini, atau kekasih priamu yang bertubuh kekar itu,” ejek Bella. Dexter menghembuskan nafasnya lelah. “Baiklah, aku memilihmu… aku akan memutuskannya,” ujar Dexter pasrah. “Baguslah kalau begitu,” ujar Bella kemudian. “Tapi ingat ya, ini hanya demi orang tua kita dan kehormatanku di mata publik,” ujar Dexter. “Well… tidak masalah buatku, tapi kau harus memberiku black card sebagai gantinya, sebagai upah tutup mulutku,” ujar Bella santai. Dexter melotot mendengarnya. Sebenarnya hal itu bukanlah masalah untuknya. Tapi hal ini sangat membuatnya tak menyangka dengan sifat istrinya ini. “Kau benar-benar materialistis ternyata,” ucap Dexter. Bella yang mendengarnya tersulut emosi. Ia tidak terima disebut begitu oleh suaminya sendiri. Tapi demi misinya ia akan mengabaikannya. Mengabaikan rasa marahnya dan membuang harga dirinya. “Tentu saja..!! Memangnya kenapa..!!! Suamiku adalah seorang billionare, lalu kenapa aku tidak bisa menikmati hartanya? Kau tidak berguna jika memberiku harta saja tidak mampu,” ujar Bella kemudian dengan pedas. Dexter semakin tidak menyangka. Ia pun membuka dompetnya yang sudah dikembalikan Bella. Ia mengambil salah satu kartu berwarna hitam miliknya, ia lemparkan itu ke wajah Bella dengan emosi. “Ambil itu!! Dasar wanita gila harta..!!” hardik Dexter dan segera beranjak pergi meninggalkan Bella. Bella yang diperlakukan seperti itu menganga tidak percaya. Ia langsung mengambil vas bunga yang ada di depannya, ia lemparkan pada Dexter dengan kuat. “Bugh!” vas bunga yang terbuat dari besi itu mengenai punggung Dexter keras. Membuat Dexter menoleh dan menatap Bella dengan pandangan memusuhi. “Awas kau,” geram Dexter. Bella juga menatap Dexter dengan tatapan marahnya. Tangannya terkepal kuat. Rasanya ia ingin mematahkan black card yang diberikan Dexter padanya. “Dasar Gay sialan.. berani sekali dia melakukan ini padaku, awas saja kau, akan kubuat kau menderita sampai tidak ingin hidup lagi,” kesal Bella dengan memukul bantal sofa yang ada di pangkuannya. * Dexter memasuki kamarnya dengan keadaan emosi yang memuncak. Bella benar-benar keterlaluan. Padahal baru sehari dia menjadi isrtinya. Tapi sudah semena-mena padanya. Kalau saja saat di pernikahan kemarin dia tidak bertindak gegabah dengan menemui kekasihnya, pasti kejadiannya tidak akan seperti ini. Bella tidak akan bersikap seenaknya padanya. Sebenarnya Bella adalah gadis yang sangat cantik, ia akui itu. Tapi perangainya benar-benar menyebalkan. Gadis itu sangat licik, pandai sekali mencari celah untuk mengendalikan hidupnya. Dexter pun mengambil ponselnya. Ia melihat kontak kekasihnya. Logan. Pria itu adalah asisten pribadinya yang selalu menemaninya selama 2 tahun belakangan. Logan juga sangat mengetahui semua permasalahan hidupnya, termasuk saat ia berada di Swedia dan berusaha mendekati si cantik tapi sadis, Annelish. Dexter tidak tega memutuskan Logan begitu saja. Walau bagaimanapun Logan sudah sangat berjasa dalam hidupnya. Pria itulah yang selalu memberikan semangat dan dukungan untuk Dexter kala mengalami berbagai masalah. Ia juga yang membereskan semua masalah yang Dexter perbuat. Dan dengan seenak jidatnya Bella menyuruhnya memutuskan hubungan dengan Logan? Memangnya Bella pikir siapa dirinya sampai bebas mengatur-ngatur dirinya. Oh iya Dexter melupakannya lagi, tentu saja Bella berhak mengatur hidupnya, Bella adalah istri sahnya di mata hukum dan agama. Dexter mendesah frustasi dan meremas rambutnya gusar. Ia sangat enggan melakukan ini. Pertemuan terakhirnya dengan Logan sama sekali tidak baik. Semua hancur karena Bella. Dexter benar-benar geram dengan gadis yang kini telah menjadi istrinya itu. * Bella hendak memasuki kamar dan tidak sengaja mendengar suara Dexter yang sedang berbicara dengan seseorang. Ia pun menghentikan langkahnya dan menguping pembicaraan Dexter. “Maafkan aku Logan… aku sungguh terpaksa melakukan ini,” ucap Dexter frustasi. “…” “Tidak, aku sama sekali tidak menyukainya… aku tidak mungkin menyukainya,” bantah Dexter. “…” “Ini semua kulakukan demi orang tuaku, sekali lagi maafkan aku,” ucap Dexter menyesal. “…” “Kau adalah yang terbaik, aku tidak akan melupakanmu, terima kasih untuk segalanya, aku menyayangimu,” ucap Dexter lagi. Kemudian dia mematikan sambungan telepon itu. Dexter menghela napas berat. Bella menyeringai mendengarnya. Tapi hatinya sedikit dongkol. Apa-apaan itu? Dia bilang sama sekali tidak menyukainya? Hm mari kita buktikan nanti. Dexter pasti akan jatuh bertekuk lutut pada Bella. Dan apa Dexter mengatakan bahwa kekasih prianya adalah yang terbaik? Dia menyayanginya? Bella seakan ingin muntah mendengarnya. Bella segera bertepuk tangan dan masuk ke dalam kamarnya. Membuat Dexter yang sedang frustasi itu langsung terlonjak kaget dengan kedatangan Bella. “Bagus sekali Sayang… kau sudah memutuskan hubungan menjijikanmu itu, selamat ya, kau akan segera normal sebentar lagi,” ujar Bella dengan wajah manisnya. Jujur saja, Dexter mengakui Bella sangatlah manis di matanya. Dan apakah Bella memanggilnya sayang? Sepertinya gadis itu sudah memanggilnya begitu sejak semalam. “Puas kau sekarang?” Dexter mengutuk mulutnya yang malah mengeluarkan perkataan tajam seperti itu. Membuat Bella hanya semakin tersenyum manis padanya. “Tentu saja, aku senang sekali mendengarnya… kau beruntung suamiku, aku masih memaafkanmu, lain kali kau tidak akan seberuntung ini, aku sangat benci dengan yang namanya perselingkuhan Sayang," ujar Bella sambil duduk di pangkuan Dexter. Dexter yang terkejut dengan perlakuan Bella langsung gugup dan gelagapan. “Ap apa yang kau lakukan?” gugup Dexter. “Tenang Sayang… tidak usah gugup begitu, aku istrimu kalau kau lupa,” ucap Bella sambil mengelus pipi Dexter pelan. Dexter hanya diam saja tak tahu harus berbuat apa. “Sekali lagi aku ingatkan Sayang… tidak ada toleransi untuk perselingkuhan, kau mengerti? Jadi jangan coba-coba bermain api denganku hmm?” ancam Bella lembut, tapi sangat mematikan. Dexter yang salah tingkah pun menatap Bella dengan ragu. Namun ia justru semakin merasa gugup. Jantungnya berdegup kencang tak menentu. “Ke kenapa kau berbicara seakan hanya aku yang berselingkuh?” ujar Dexter mencoba tetap tenang. Bella menyeringai mendengarnya. “Memangnya siapa lagi yang akan berselingkuh kalau bukan kau ha? Jelas-jelas kau yang berselingkuh tepat di hari pernikahan kita, masih mau mengelak?” tantang Bella. Dexter diam. “Ak aku… lalu bagaimana denganmu? Kau seorang model, tidak mungkin kalau kau tidak memiliki kekasih,” ujar Dexter memberanikan diri. “Sayangnya aku tidak sepertimu Tuan Orlando, meskipun aku seorang model yang dikelilingi banyak pria tampan, tapi aku tidak akan menyelingkuhi suamiku sendiri,” ujar Bella lembut. Membuat jantung Dexter kian berdetak kencang. “Hei.. kenapa wajahmu memerah begitu? Apa kau malu hm?” goda Bella membelai pipi Dexter yang memerah. “Tidak..!!” bantah Dexter mentah-mentah. “Tidak usah malu Sayang, aku istrimu… atau jangan-jangan… kau mulai menyukaiku ya?” ujar Bella lagi. “Jangan bermimpi!! Itu mustahil terjadi!” bantah Dexter dengan keras. Bella lagi-lagi hanya tersenyum. Ia melepaskan diri dari Dexter dan bangkit berdiri. Membuat Dexter merasakan perasaan kehilangan. “Hati-hati dengan ucapanmu Sayang, dia bisa saja berbalik menyerangmu,” ujar Bella penuh kelembutan dan berlalu dari ruang kamar itu. Meninggalkan Dexter yang menatapnya melongo. Begitu Bella pergi, Dexter segera menyentuh dan menekan dadanya kuat. “Kenapa denganku? Kenapa jantungku berdebar keras sekali?” bingung Dexter frustasi karena seumur hidupnya, baru kali inilah dia mengalami hal seperti ini. Tanpa disadari Dexter, Bella masih ada di depan pintu kamarnya, mendengar perkataan Dexter barusan. Ia menyeringai senang. ‘Lihat saja, kau pasti akan jatuh padaku,’ pikir Bella sebelum benar-benar pergi dari kamarnya. * * * Bella memasak makanan dengan riang. Salah satu alasannya untuk memecat para pelayan adalah karena ia lebih suka di rumahnya sendiri tanpa ada orang lain. Ia lebih nyaman hidup sendiri. Tapi sekarang ia harus hidup dengan suaminya, yang sayangnya tidak sesuai dengan yang diharapkannya. Kehidupannya sebagai seorang model menuntutnya untuk selalu tampil cantik dan mandiri. Maka ia lebih suka mengolah makanannya sendiri karena ia harus menghitung setiap kalori yang masuk ke dalam tubuhnya. Ia mulai belajar memasak saat usianya menginjak 17 tahun. Saat itu ia mengikuti kontes kecantikan dan tubuhnya saat itu tidak sebagus ini. Maka ia mencari berbagai macam tutorial untuk mendapatkan tubuh proporsional yang diinginkannya. Salah satunya dengan menghitung sendiri kalori yang masuk ke dalam tubuhnya. Maka ia pun mulai memasak makanannya sendiri. Dan hal itu keterusan sampai sekarang. Sekarang ia mampu mengolah berbagai macam makanan mulai dari yang tanpa kalori sampai yang berlimpah kalori. Bella menyajikan semua masakan yang ia buat ke atas meja makan. Ia menatanya satu persatu dan menyiapkan semua peralatan makannya. Tak lama Dexter turun dan melihat banyak makanan yang tersaji di atas meja makan. Seketika perutnye bergejolak meronta meminta makanan itu. Belum lagi harum masakannya yang sangat menggugah selera. Menyebabkan Dexter semakin lapar. Ia langsung duduk di salah satu kursi di sana dan menatap makanan dengan berbinar. “Selamat makan Suamiku,” ucap Bella meletakkan sebuah piring penuh berisi makanan di depan Dexter. Membuat suaminya semakin berbinar memandang makanannya. “Terima kasih,” ucap Dexter lalu segera melahap masakan istrinya. Tak ia sangka model bar-bar seperti Bella ternyata memiliki keahlian lain seperti memasak. Ia kira kalaupun Bella memiliki keahlian lain, pasti tidak akan jauh-jauh dari keahlian menggoda pria. Beberapa saat kemudian semua makanan di meja makan habis disantap oleh Dexter. Bella hanya makan sesuai porsinya saja. Sedangkan Dexter, pria itu seperti orang yang tidak makan selama seminggu. “Wah wah… kau sangat lapar ya?” ujar Bella yang takjub melihat selera makan Dexter. “Aku tidak sempat makan seharian kemarin, malamnya juga tidak ada yang memberiku makanan, tadi pagi juga kau meninggalkanku begitu saja tanpa hartaku sedikitpun ” ujar Dexter yang kekenyangan. Tapi ia sangat puas. Bella merasa bersalah mendengarnya. Memang kemarin mereka sangat sibuk. Dan ia lupa membawakan makanan untuk Dexter saat siang hari karena ia sibuk makan dengan teman-temannya. Ia kira Dexter sudah makan. Dan tadi malam juga ia keburu kesal dengan kejadian yang ia lihat sampai tidak ingat memberi makan Dexter. Belum lagi tadi pagi. Dari sini ia mengetahui sesuatu tentang Dexter. Pria itu tidak akan makan jika tidak ada yang membawakannya makanan. Padahal kemarin dia bisa saja memesan makanan sendiri, tapi hal itu tidak dilakukannya. Ia lebih memilih kelaparan daripada memesan makanan sendiri. Benar-benar aneh. Bella jadi berpikir pasti selama ini orang lain lah yang mengurus kebutuhan Dexter. “bagaimana kau makan selama ini? Apa kau mengandalkan orang lain juga untuk menyiapkannya?” ujar Bella kemudian. “Hm.. Logan selalu membelikan makanan untukku, dia mengurusku dengan baik,” jawab Dexter sekenanya. Bella sudah menduganya. Kekasih pria suaminya itu pastilah sangat berpengaruh untuk Dexter. Pria bernama Logan itu sudah terlalu jauh masuk ke kehidupan Dexter dengan cara yang salah. Kalau seandainya Logan hanyalah sebatas asisten biasa bagi Dexter, pasti ia masih bisa memakluminya. Tapi hubungan mereka sungguh tidak bisa diterima oleh Bella. Bella jadi penasaran kenapa orang seperti Dexter bisa berakhir menjadi pria Gay. Memang fenomena LGBT sudah biasa di kalangan dunia mereka, tapi Bella tetap tidak bisa menerimanya jika ia harus disandingkan dengan pria Gay sebagai suaminya. Ia harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan oleh Dexter. Mengembalikan jiwa kelelakiannya yang seharusnya.Bella jadi penasaran kenapa orang seperti Dexter bisa berakhir menjadi pria Gay. Memang fenomena LGBT sudah biasa di kalangan dunia mereka, tapi Bella tetap tidak bisa menerimanya jika ia harus disandingkan dengan pria Gay sebagai suaminya. Ia harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan oleh Dexter. Mengembalikan jiwa kelelakiannya yang seharusnya.“Bisakah kau tidak usah menyebut nama pria sialan itu saat bersamaku?” Bella mengubah topiknya. Berpura-pura kesal.Dexter pun terdiam merasa bersalah. Entah kenapa ia merasa bersalah juga ia tak tahu. Padahal yang ia lakukan itu sama sekali tidak salah menurutnya. Dexter pun menghela nafas.“Maaf,” hanya itu yang Dexter ucapkan.Bella tidak mengindahkan perkataan Dexter hanya berlalu pergi meninggalkan Dexter.Dexter menyugar rambutnya frustasi. Kenapa segala yang ia lakukan selalu saja salah? Dan kenapa juga ia harus perduli jika Bella marah dengannya atau tidak. Seharusnya ia senang kare
Malam ini Bella kembali menggunakan pakaian seksi miliknya. Bukan sebuah lingerie melainkan sebuah gaun tidur panjang tapi sangat tipis dan tentu saja sangat menampilkan lekuk tubuhnya. Bella masih tidak ingin menyerah dengan misinya meluruskan kembali kelainan Dexter. Maka Bella segera merias wajahnya secantik mungkin.Dexter memasuki kamarnya dan melihat istrinya itu tengah menatapnya dengan pakaian terbuka dan penampilan yang bisa dibilang menggoda. Dexter mengernyitkan alisnya.“Ada apa denganmu? Kenapa berpenampilan seperti itu?” tanya Dexter dengan wajah sinisnya.“Kenapa dengan penampilanku?” Bella melipat kedua tangannya di depan perutnya.“Kenapa mau tidur malah berdandan begitu? Bukankah perempuan akan berjerawat kalau tidak cuci muka saat tidur?” ujar Dexter yang memasang wajah anehnya.Bella cengo dibuatnya. Bisa-bisanya Dexter malah berpikir begitu.“Terserah padaku mau berdandan atau tidak saat mau tidur, kenapa malah kau yang repot?” ujar Bella tidak mau kalah.Dexter m
Hari ini Bella memilih menyibukkan dirinya dengan memanjakkan tubuhnya. Ia melakukan perawatan mulai dari lulur, facial, sampai perawatan kuku cantiknya. Sebagai seorang international model tentulah penampilan menjadi aset yang harus selalu dijaga. Ia sangat menjaga kecantikan tubuhnya baik dari luar maupun dari dalam.Namun sebenarnya dibalik semua kesibukannya itu, ia mempunyai maksud lain. Tentu saja untuk menghindari suaminya sementara waktu. Akibat perbuatan konyolnya kemarin ia masih memiliki bayang-bayang ambigu kepada suaminya sendiri. Maka dari itu ia harus mengontrol perasaannya dulu sembari perlahan mulai menjalankan misinya. Ia harus siap-siap mental untuk semua kenyataan yang akan dihadapi nanti.Bella memilih mengurung dirinya di kamarnya sambil melakukan hal-hal yang akan memanjakan pikirannya. Ia menonton film romantis, menonton tutorial kecantikan, sampai menonton channel keluarga dengan anak yang baru lahir. Ia berpikir betapa indahnya jika ia dapat memiliki kehidupa
Dexter bangun dari tidurnya dengan perasaan sangat segar. Ia mengingat kalau tadi malam Bella mendekapnya dan membuainya sampai ia tertidur lelap sekali. Padahal ia tidak pernah merasa tidur selelap itu sebelum menikah. Pekerjaannya yang menumpuk membuat Dexter hanya bisa terus terkunci di ruangan kantornya, berurusan dengan client kantor, memeriksa berkas perusahaan, berinteraksi dengan Logan. Yah keseringannya berinteraksi dengan Loganlah yang membuatnya lebih nyaman dan membuka dirinya lebih banyak pada Logan, meskipun tidak semuanya. Dalam konteks hidupnya, ada banyak sekali hal yang Logan tidak ketahui tentangnya. Dexter baru menyadari itu, meskipun ia terus mengatakan bahwa Logan adalah kekasihnya, tetapi sebenarnya pria itu masih sangat jauh dari diri Dexter yang sebenarnya. Sebenarnya kekasih seperti apa yang dipahami Dexter di sini? Nyatanya ia tidak pernah sekalipun berkontak fisik lebih jauh dari sekedar berpelukan. Itupun Dexter lakukan ketika ia benar-benar lelah dengan
Bella mendekati wajah Dexter, dan perlahan tapi pasti dia melakukannya.Cup.Bella menempelkan bibirnya pada bibir Dexter, kemudian sedikit melumatnya, dan menghisapnya.Dexter melebarkan matanya tidak menyangka dengan hal yang dilakukan Bella padanya. Matanya bersitatap dengan mata Bella yang juga sedang menatapnya lurus, masuk dan menginvasi ke dalam hati Dexter. Sementara Dexter merasakan bibirnya yang sudah dikuasai oleh Bella. Jantungnya seperti akan melompat dari tempatnya.Jantung Dexter berdetak tidak karuan. Kedua tangannya mendingin dengan cepat. Saat dirasakannya lidah Bella perlahan-lahan masuk ke dalam mulutnya membuat Dexter seketika tak dapat berpikir. Dexter yang terlalu terkejut tak dapat mengelak ketika Bella memasukkan lidahnya ke mulutnya, Apalagi saat Bella dengan mudahnya mengeksplorasi seluruh isi mulutnya, gadis itu kini sudah menangkup kedua pipi Dexter, mengelusnya dengan lembut.Bella tersenyum melihat bagaimana reaksi Dexter. Tidak ada penolakan seperti seo
Malam ini Bella kembali menggunakan pakaian seksi miliknya dengan misi yang sama seperti beberapa minggu lalu. Bella masih tidak ingin menyerah dengan misinya meluruskan kembali kelainan Dexter. Setelah beberapa keanehan dan perubahan Dexter, Bella yakin sekali kalau suaminya masih bisa kembali seperti pria normal pada umumnya.Dexter memasuki kamarnya setelah menyelesaikan permasalahan perusahaan yang diberitahukan oleh Logan sebelum ini. Ia melihat istrinya yang sedang duduk di atas ranjang mereka sambil sebelah kakinya menekuk menampilkan paha mulus nan putih yang sangat menggoda. Dexter termenung melihat pemandangan itu. Ia adalah seorang Gay, tetapi ia tak bisa berkutik melihat Bella yang sedang menatapnya menggoda itu.“Kemarilah Sayang… kau lelah bukan? Biar aku pijit,” ujar Bella lembut melambaikan tangannya gemulai.Bagai kerbau yang dicucuk hidungnya, Dexter melangkah mendekati Bella. Ia duduk di sebelah Bella dengan kaku.Bella segera menghadapnya dan menyentuh bahu Dexter.
Dexter menonton film keluarga di ruang keluarga rumahnya. Ia hanya menonton sendirian karena Bella sejak tadi seperti menghindarinya. Istrinya itu terlihat sibuk dengan ponselnya. Bella pun terlihat beberapa kali menelepon seseorang dan berdebat masalah pemotretan. Oh iya Dexter lupa lagi, istrinya itu adalah seorang model.Tiba-tiba perasaan tidak mengenakan menyerang Dexter. Mengingat Bella seorang model, sudah pasti istrinya itu memiliki tubuh yang sangat indah. Terbukti saat malam pertama mereka, Dexter akui tubuh Bella sangat indah, hanya saja waktu itu dia tidak terlalu memikirkannya. Sedangkan sekarang ini ia baru menyadari, tubuh seindah itu sudah pasti akan digilai oleh lelaki kebanyakan. Mendadak Dexter merasa geram. Ia tidak rela jika tubuh Bella menjadi konsumsi publik. Bella adalah istrinya, hanya kepadanyalah Bella boleh memperlihatkan tubuh indahnya.Dexter menghela napasnya dengan berat. Pikirannya benar-benar menguras tenaga dan emosi. Entah kenapa tenaganya juga terk
Bella terbangun dengan tubuh yang sangat segar. Ia melihat seseorang yang mendekapnya erat di sampingnya. Tentu saja suaminya, Dexter Nathaniel Orlando. Siapa lagi? Melihat Dexter yang mendekapnya erat merupakan pemandangan yang langka, karena biasanya pria itu tidur dengan jarak 1 meter darinya. Mengingat hal yang semalam ia lakukan pada Dexter membuat senyuman indah terbit di bibirnya begitu saja. Rasanya ia sangat senang melihat reaksi Dexter pada sentuhannya. Ini adalah langkah awal, karena ia yakin sekali tidak lama lagi Dexter akan benar-benar menjadi lelaki normal. Dilihat dari reaksi Dexter pada sentuhannya tadi malam, terlihat jelas suaminya itu sangat menikmatinya. Hal yang menyenangkan bagi Bella. Perlahan namun pasti, Bella akan membuat Dexter ketergantungan padanya. Itu pasti. Dexter harus tahu rasanya mencintai seorang wanita, dan memandang wanita lebih baik dari sebelumnya. Terlebih lagi harus dirinyalah wanita pertama yang membuat Dexter merubah cara pandangnya ter
Second HoneymoonDexter memperhatikan istrinya yang sedang menyusui anaknya dengan seksama. Ia melihat sendiri bagaimana bayi mungilnya itu menghisap susu langsung dari tempatnya dengan sangat lahap. Dexter yang melihat itu malah salah fokus dengan bentuk dan ukuran payudara Bella yang membesar dan tampak sangat menantang. Tanpa disadarinya, Dexter menelan ludahnya melihat pemandangan itu.Bella yang menyadari tatapan Dexter pun menatap suaminya dengan tatapan anehnya.“Ada apa? Kenapa menatapku dengan tatapan seperti itu?” tanya Bella yang masih sibuk menyusui bayinya.“Itu… apakah aku boleh melakukannya juga?” tanya balik Dexter sambil menunjuk payudara Bella.“Maksudnya?” Bella merasa was-was dengan pertanyaan Dexter.“Apakah aku boleh meminum susu seperti Baby Aaron juga?” tanya Dexter lagi dengan pandangan tak lepas dari dada Bella.“What? Kau gila ya… kau ingin meminum ASI?” Bella terkejut mendengarnya.“Memangnya tidak boleh? Ayolahhh….,” rengek Dexter dengan tampang memelasnya
I'm A FatherDexter sedang menggendong baby Aaron yang sekarang sudah menginjak usia satu bulan. Bella sedang sibuk menyiapkan makanan untuk Dexter, sehingga dirinyalah yang harus mengurusi baby Aaron.“Hei Boy, kau bersemangat sekali digendong Daddy ya,” ucap Dexter memperhatikan baby Aaron yang tampak bersemangat dalam gendongannya.Bayi itu hanya memperhatikan ayahnya dengan senyuman merekah yang sangat indah dan menggemaskan. Bayi itu menepuk-nepuk dada Dexter dengan tangan mungilnya dan mata bulatnya menatap ayahnya dengan sangat menggemaskan.Melihat tingkah bayinya yang sangat imut itu membuat Dexter tidak tahan untuk tidak menciumi wajah anaknya itu. Dexter memberikan kecupan-kecupan ringan di wajah bayinya sehingga membuat bayi itu terkikik gelid an menepuk-nepuk pipi Dexter dengan senang.“Hahaha… kau senang dicium Daddy huh?” ucap Dexter yang mengajak main bayinya.Dexter masih bermain-main dengan anaknya dengan senang dan terlihat sangat manis. Pemandangan itu tak luput da
Baby BluesHari ini adalah hari kepulangan Bella dan Dexter beserta bayinya dari rumah sakit. Semua keluarganya sudah menyiapkan semua keperluan bayi di rumah Dexter. Kebanyakan barang-barang dari Tobias dari yang memenuhi kamar bayi yang telah didekorasi oleh mereka.Dexter sudah pasrah dengan semua keluarganya yang membelikan ini itu untuk keperluan bayinya. Ayahnya sudah membelikan banyak mainan untuk bayinya termasuk kereta dorong bayi, sementara ibunya sudah mendekorasi kamar bayinya sedemikian rupa lengkap dengan lemarinya. Belum lagi ibu mertuanya juga ikut membelikan banyak baju untuk bayinya. Sedangkan Tobias sudah banyak membelikan barang seperti perlengkapan mandi, susu dan perlengkapan makan bayi, selimut, bahkan kursi makan bayi. Dexter hanya kebagian membelikan tempat tidur bayi. Bahkan Bella tidak membelikan apapun untuk bayinya karena semua keperluan sudah tersedia.“Kami pulaanggg,” teriak Bella dengan senang saat masuk ke dalam rumahnya.“Aaaa…!!! Baby sudah pulaang…
Dexter berlari tergesa di lorong rumah sakit tanpa memperdulikan dirinya yang beberapa kali menabrak orang lain. Dirinya sedang rapat di kantornya tanpa Bella karena usia kandungan Bella yang sudah menginjak bulan ke-sembilan membuat Dexter harus ekstra menjaga keselamatan istrinya itu. Ia sedang berbicara ketika mendapat telepon dari ibunya kalau istrinya akan melahirkan. Tanpa memperdulikan rapatnya, Dexter menyerahkan semua urusan kantornya kepada Logan dan dirinya langsung berangkat ke rumah sakit dengan kecepatan mobil di atas rata-rata.Dexter melihat ibunya sudah bersama ibu mertuanya dan adiknya yang sepertinya sedang bertugas karena menggunakan jas dokternya. Sementara ayahnya saat ini sedang dalam perjalanan bisnis ke Eropa sehingga tidak bisa hadir di sini. Dexter segera berlari menghampiri mereka dengan nafas tersengal-sengal.“Dimana Bella?" tanya Dexter dengan napas tak beraturan.“Ada di dalam, sebaiknya kau temani istrimu, dia pasti membutuhkanmu,” jawab Cassandra.“Ay
Dexter menggenggam tangan Bella dengan erat dengan sebelah tangannya, karena Bella sedang mengemudi. Mereka dalam perjalanan pulang dari rumah sakit setelah mengunjungi dokter kandungan. Dexter sudah bertanya banyak mengenai kehamilan dan segala macam hal yang harus diperhatikan, termasuk kegiatan seksual mereka. Bella sampai mencubit Dexter karena merasa malu dengan pertanyaan Dexter.“Bagaimana kau mengetahui kau sedang hamil saat itu?” tanya Dexter tiba-tiba sambil menciumi tangan Bella.Bella menoleh sebentar sebelum kembali konsentrasi dengan jalanan di depannya. Padahal dirinya sedang hamil, tetapi karena kondisi Dexter yang belum terlalu pulih maka ia yang mengemudi. Kalau ditanya kenapa mereka tidak membawa Alan adalah karena Dexter yang merengek hanya ingin pergi berdua saja.“Aku memeriksakan diri tentu saja, dokter yang menanganimu menyuruhku untuk memeriksakan diri,” jawab Bella kemudian.“Tapi kau datang bersama Logan,” ucap Dexter lagi.“Tentu saja, dia yang menemaniku u
Bella sudah menceritakan semua yang ia bicarakan bersama Logan kepada Dexter. Dexter pun merasa sangat bersyukur karena sahabatnya itu sangat membantunya. Dexter juga sudah menjelaskan apa yang selama ini masih tersembunyi dari Bella, tanpa terkecuali. Bella menerimanya dan mengikhlaskan semua yang sudah terjadi.“Semoga kau senang di sana, Mommy dan Daddy sangat menyayangimu…,” ucap Bella pada sebuah makam kecil di taman pemakaman milik keluarganya.“We love you…,” tambah Dexter sambil mencium nisan kecil di sana.Mereka berdua menatap makan janin mereka yang sudah tiada. Mereka sangat sedih dengan kepergian janin itu, tetapi mereka sudah mengikhlaskan kepergian anak pertama mereka. Dexter dan Bella pun berjalan kembali menuju mobil mereka dengan Bella yang mendorong kursi roda Dexter. Di tengah perjalanan, angin berhembus lembut menyapa mereka seolah salam sayang dari anaknya.Bella menunduk pada Dexter yang juga tengah mendongak. Bella mengecup lembut bibir Dexter dan sedikit melum
Bella membuka matanya dan menemukan suaminya yang masih tertidur memeluknya. Bella membalikkan tubuhnya untuk menghadap Dexter dan menyentuh kening suaminya yang panas. Bella menghela napasnya karena telah membuat Dexter kembali demam untuk yang ke-sekian kalinya.Bella mengusap kepala Dexter pelan dan mengecup keningnya, lalu segera beranjak untuk meninggalkan ranjang. Tetapi sebelum Bella sempat meninggalkan ranjang itu, Dexter sudah terlebih dahulu memeluknya dan mengigau dalam tidurnya.“Jangan pergi….,” gumam Dexter dalam tidurnya.Bella yang hendak pergi pun tidak jadi meninggalkannya. Bella kembali tidur dan memeluk suaminya dengan sayang. Ia mengelap pelipis Dexter yang mengeluarkan keringatnya.“Kenapa sakit lagi hmm?” gumam Bella sambil mengelus punggung Dexter yang kini telah tertidur lagi.Setelah agak lama, Bella pun mulai melepaskan pelukan Dexter darinya. Beruntung Dexter sudah tertidur lelap dan tidak menolak dilepaskan Bella lagi. Lalu Bella segera beranjak ke dapur d
Bella sedang berada di rumahnya, tepatnya di rumah orang tuanya. Ia kembali melamun memikirkan kejadian yang baru saja menimpanya di rumah sakit. Air mata Bella kembali mengalir. Sungguh ia sama sekali tidak bermaksud berkata-kata seperti itu kepada ibu mertuanya, tetapi perkataan Cassandra sungguh membuat Bella sakit hati. Seakan-akan hanya Bella yang menyakiti Dexter di sini. Padahal Dexter juga menyakitinya tanpa pria itu sadari.“Bicarakan semua ini dengan kepala dingin, jangan malah menghindarinya dan membiarkannya terus berlarut-larut,” ucap Liliyana menasehati putrinya yang sedang patah hati.“Aku.. aku hanya butuh waktu sebentar Mom,” balas Bella sambil menenggelamkan kepalanya dipelukan sang ibu.***Suara bel pintu berbunyi membuat Liliyana yang sedang berada di ruang tamu segera menghampiri pintu rumahnya. Liliyana membuka pintunya dan menemukan 4 orang yang tak terduga datang ke rumahnya.“Kalian?” ucap Liliyana yang terkejut.“Hai.. boleh kami masuk?” pinta sang tamu ya
Bunyi suara klakson mengagetkan Bella yang tengah melamun. Ia segera menoleh ke belakang dan melihat sendiri dengan mata kepalanya, tubuh suaminya yang terpental ke atas sebuah mobil SUV yang menabraknya.Bella melebarkan matanya. Tidak mungkin, tidak mungkin!Bella masih menatap tubuh Dexter yang kini terjatuh ke jalanan aspal. Bella masih terdiam, kejadiannya begitu cepat sampai ia tak sempat memikirkan apapun. Bella masih menatap Dexter yang terjatuh sampai akhirnya dia bisa membuka suaranya.“STOOPP…!!!!” teriak Bella kemudian.Supir taksi yang sedang mengemudikan mobilnya itu pun kaget dan langsung mengerem mobilnya mendadak.Begitu mobilnya berhenti, Bella segera keluar dari mobil itu dan langsung berlari menuju tubuh Dexter berada. Bella langsung menghampiri Dexter yang tergeletak bersimbah darah di dekat trotoar. Mobil yang tadi menabrak Dexter pun sudah berhenti. Bella tak lagi perduli dengan keadaan sekelilingnya yang sudah ramai. Ia hanya menatap Dexter yang tergeletak tak