"Mmm ... yummy, semua masakannya lezat. Aku kenyang sekali, Mas. Nggak sanggup lagi perutku menampung semua makanan ini!" Isyana meminum jus buah kombinasi nanas dan semangka dengan sedikit lemon serta madu. Rasa dingin manis di mulutnya menghilangkan amisnya protein hewani beraneka rupa yang baru saja dia santap bersama Harvey.
Suaminya bersendawa dan tertawa riang, Harvey pun berkata, "Entah ada apa dengan segala pengaturan ini. Rasanya justru seperti kita menjalani malam pengantin lagi dengan dekorasi kamar yang cantik dan makanan berlimpah seperti sedang pesta saja!"
"Aku kok ngerasa aneh sih ya. Soalnya nggak ada peringatan apa-apa dari pelayan maupun Oma Widya. Badanku juga ... ahh!" Isyana memijat leher serta tengkuknya sendiri. Hawa panas yang seakan butuh dikeluarkan dari tubuhnya membuat Isyana salah tingkah.
Dia mengenakan lingerie warna gold yang membuat kulit putih mulusnya seperti berkilau tertimpa cahaya h
"Ya ampun, Mas Pedro! Kamu kenapa kok bisa bonyok-bonyok begini?" seru Alicia ketika menyambut suaminya pulang dari kantor."Hmm ... ini ulah suami Isyana. Tadi kami berkelahi dan dia memukuliku. Wajar saja wong pekerjaannya kuli bangunan, mana sanggup aku ngelawan pekerja kasar macam dia!" Pedro menghempaskan badannya di sofa kamar tidur.Alicia pun mencermati luka dan memar di wajah suaminya. "Apa sudah ke dokter, Mas? Takutnya infeksi deh kalau nggak diobatin!" ujarnya penuh perhatian."Udah kok, jangan kuatir. Oya, Alice ... maaf, pengacaraku sudah menyerah mengenai kasus yang menimpa mama kamu. Aku memilih biar kamu saja yang keluar dari sel tahanan dan nggak terseret dalam skandal pesta ulang tahunmu kemarin. Terpaksa mama kamu menjalani sidang beberapa hari lagi karena berkas perkara di kepolisian sudah lengkap diajukan ke persidangan pidana!" tutur Pedro dengan nada datar. Toh dia sudah berusaha maksimal, tetapi semua bukti dan saksi memberatkan Nyonya Marissa Gunarti. "Umm .
"Alice, makan yang banyak. Janinmu harus mendapat asupan gizi terbaik!" ujar Nyonya Rosma Husodo, ibunda Pedro yang sama halnya dengan seisi keluarga Husodo, mereka tertipu mentah-mentah dengan kabar kehamilan Alicia.Wanita itu mengangguk dan menjawab sopan, "Iya, Mama Mertua. Masakan koki rumah ini sangat lezat!" Pedro pun menaruh daging sapi lada hitam dan asparagus segar ke piring istrinya. "Tambah ya, Sayang!""Makasih, Mas Pedro. Cukup ya, setelah yang ini aku sudah saja makannya!" balas Alicia kalem di hadapan keluarga Husodo. Dia memang pandai berakting sebagai putri dari keluarga terhormat padahal ibunya hanya gundik ketika awal dia dilahirkan ke dunia."Ma, Pa, kami pamit istirahat terlebih dahulu ya!" ujar Pedro setelah makan malam usai.Ayah Pedro pun berkata, "Iya. Alicia harus banyak istirahat biar janinnya sehat dan bertumbuh makin kuat. Sampai besok, Nak!" Perkataan mertuanya membuat hati Alicia semakin gundah dan berbeban berat. Dia tidak hamil, itu persoalannya. Di
"Nyonya Muda?! HAHAHA ... sejak kapan rakyat jelata dapat panggilan begitu sih?" Alicia mengejek Isyana dengan sok hebat.Namun, Isyana tidak ingin mendebatnya. Dia ingat bahwa Harvey melarang untuk mengungkap identitas asli siapa dirinya ke orang luar terutama keluarga tiri Isyana. Dia memberi kode agar Pak Yono menyingkir dari Alicia. "Kau menjambak rambutku tadi, mungkin Pak Yono panik dan menyebutku begitu. Memang ada hukum yang melarang orang memanggilku dengan sebutan Nyonya Muda?" kelit Isyana dengan cerdik. "Hiliih ... kamu sok paham hukum aja. Sudah, kita ke kantor polisi sekarang. Mama butuh dikeluarkan dari sel tahanan secepatnya!" Alicia menyeret tangan Isyana lalu menjejalkan kakak tirinya itu ke bangku belakang mobilnya. "BRAKK!" Pintu mobil dibanting menutup lalu dia bertitah ke sopir, "Jalankan mobilnya, Pak Poyo!""Siap, Nyonya!" sahut Pak Supoyo sigap lalu melajukan kendaraan mewah milik Pedro itu menuju ke Polsek Tanah Abang.Ketika mereka bertiga sedang dalam pe
"Kita ke IGD sekarang. Aku kesal sekali dengan adik tirimu, Isya!" teriak Harvey dari atas sepeda motor yang dikendarainya. Mereka berhenti di belakang zebra cross ketika lampu lalu lintas menyala merah. Isyana melingkarkan kedua lengannya ke perut rata suaminya. Dia merasa sangat dicintai oleh Harvey. Semenjak kepergian kedua orang tuanya dari dunia, tak ada lagi orang yang menyayanginya dengan tulus."Iya, Mas. Aku nggak pengin terjadi hal buruk dengan calon anak kita!" ujarnya spontan yang pastinya membuat Harvey terkejut."Hahh?! Coba ulangi kata-katamu barusan, Isya!" seru Harvey mengalahkan suara knalpot kendaraan bermotor di sekitar mereka.Isyana agak ragu, ini hanya intuisinya bahwa dia tak lagi sendirian dan tengah berbadan dua. "Mas, besok pagi saja ya aku cek kehamilan pakai test pack. Sudah sebulan lebih kita bersama, bukan?" jawabnya ragu-ragu."Aku akan menemanimu melihat apa ada dua garis merah di alat test kehamilan pribadi itu besok pagi, Sayang! Wow aku tak sabar m
Seusai makan malam bersama Oma Widya, pasangan suami istri muda itu pun naik ke kamar mereka. Begitu pintu kamar tertutup, Harvey segera mendesak tubuh Isyana ke dinding lalu memagut bibir istrinya dengan ganas."Uuhh ... Mas Harvey ini, gaspol terus deh. Mandi!" ujar Isyana dengan napas terengah-engah kehabisan oksigen."Kamu sudah mandi ya, Sayangku?" tanya Harvey yang tak tahan lagi untuk bergumul bersama istrinya. Sepanjang sore tadi dia terus merindukan sosok Isyana."Sudah sih, tadi sampai rumah langsung mandi lalu tidur sebentar. Ya udah, Mas Harvey mandi di shower saja dulu lalu baru ganasin aku di ranjang. Kutunggu ya!" jawab Isyana sembari melepas senyuman manis dan kerlingan genitnya. Harvey meremas bokong kencang Isyana lalu terkekeh menuju ke kamar mandi. Jagoannya sudah berdemo ingin unjuk gigi malam ini. Sembari menunggu suaminya selesai mandi, Isyana berganti pakaian dari dress selutut yang sopan karena tadi menemani Oma Widya membuat kue menjadi lingerie merah maroo
"Ayo turun dari mobil, Nyonya!" ujar petugas pengawal terdakwa yang membukakan pintu mobil tahanan polisi di depan gedung pengadilan.Nyonya Marissa Gunarti yang biasanya tampil glamor di mata publik terpaksa harus muncul dengan penampilan apa adanya. Dia tertunduk malu menyembunyikan wajah dari sambaran blitz kamera wartawan yang meliput kasusnya.Besan Keluarga Husodo Terseret Dalam Skandal Percobaan Pemerkosaan dan Pembunuhan Berencana Anak Tirinya. Headline berita di internet simpang siur dan menimbulkan kehebohan di kalangan tertentu yang mengenali grup konglomerat ibu kota tersebut.Isyana dan Harvey yang duduk di dalam ruang sidang pun saling berbincang lirih seraya melirik ke kursi terdakwa. "Mas, kasihan juga Tante Marissa. Beliau kelihatan bertambah tua sekali semenjak ditahan di rutan!" ujar Isyana bersimpati.Sebaliknya Harvey yang telah berjumpa berbagai jenis manusia baik yang baik maupun keji hanya berkomentar ringan, "Biarkan dia bertanggung jawab dengan perbuatan bur
"Bagaimana perkembangan terapi PCOS yang saya derita, Dok?" tanya Alicia harap-harap cemas. Usia kehamilan palsunya telah menginjak trimester kedua. Dia pasti akan membuat keluarga Husodo curiga bila perutnya rata dan tubuhnya justru kehilangan berat badan.Stres dan kecemasan merongrong diri Alicia sehingga dirinya malas makan. Sekalipun di rumah mertuanya yang memasak menu makanan adalah chef handal, apa gunanya bila tak ada napsu makan sama sekali. Belum lagi kasus mamanya tak bisa dimanipulasi dengan menyuap petugas hukum. Otomatis Alicia harus menghadapi segala persoalan sendirian tanpa mamanya."Nyonya Alicia Herawati, maaf membuat Anda kecewa. Saya rasa jalan terbaiknya adalah membuang bagian ovarium atau indung telur yang mengalami keradangan. Sel telur yang masak selain gagal dilepaskan ke rahim juga gagal diproduksi. Ini kondisi infertil serius, kalau orang awam akan mengatakan ini mandul. Anda tak bisa punya anak, sekali lagi maaf karena tidak dapat berbuat banyak!" terang
"Ehh ... Jeng, kita coba mampir ke butik yang di seberang yuk. Lagi grand opening tuh, semuanya dipromo best price dan sale!" ujar seorang nyonya sosialita yang sedang melihat-lihat barang di butik milik Alicia bersama temannya."Wah ... boleh juga tuh, kalau jualan di mall segede ini pasti barangnya nggak yang kualitasnya jelek 'kan? Yuk nyebrang kita, Jeng Artha!" sahut wanita satunya seraya melangkah pergi meninggalkan butik Spring In New York.Nama butik yang dipilih oleh Isyana adalah Socialite Butterfly by Isyana Prameswari dengan logo SB berwarna gold. Musik lagu kekinian yang bersemangat diputar di butik agar para pengunjung merasa asik berbelanja di tempat tersebut. Para pramuniaga yang berjaga rajin membantu semua keperluan pengunjung dengan sigap."Selamat datang di Butik SB. Mari berbelanja!" seru riang salah satu pramuniaga belia berseragam maxi dress warna hitam yang elegan.Isyana yang berjaga di kasir menyapa ramah para customer yang membayar barang belanjaan mereka. D