"Kamu ganteng banget deh pakai tuxedo ini, Mas!" puji Isyana sambil merapikan dasi kupu-kupu warna silver grey yang ada di kerah suaminya. "Kita serasi, Sayangku. Gaun silver yang kau kenakan membuat aura cantikmu semakin terpancar jelas," balas Harvey dengan sorot mata memuja Isyana."Terima kasih, Mas. Yuk kita berangkat sekarang. Acaranya kurang dari sejam lagi akan mulai lho!" ajak Isyana seraya membawa tas tangan mini yang nilainya setara Toyota Fortuner seri terbaru. Perhiasan yang menempel di telinga, leher, pergelangan tangan, dan jemari tangan Isyana berkilauan. Logam mulia bertatah permata ruby dan berlian membuat wanita yang digandeng oleh Harvey nampak makin mempesona. Semuanya itu dihadiahkan Harvey ketika mereka bulan madu ke Jepang dulu.Mobil Aston Martin Vallhalla warna komhinasi hijau toska dan hitam metalik yang mengantar mereka ke Hotel Mulia melaju stabil dengan kecepatan tinggi di jalan tol. Harvey mengemudikan hybrid sport car buatan Inggris itu sendiri."Mas,
"PLAAKK!" Suara dua permukaan kulit yang beradu terdengar nyaring.Wajah Alicia yang berwarna merah bekas tamparan Isyana tertoleh ke samping. "Kak Isya, kasar sekali kamu!" seru Alicia tak terima."Kamu pantas mendapatkan cap lima jari dariku. Jangan berani-berani menikung suamiku ini dari belakang seperti yang kamu lakukan ke Mas Pedro. Aku tak cukup bodoh dengan mempercayai segala tipu dayamu lagi, Alicia. Setidaknya aku yakin Mas Harvey sungguh-sungguh mencintaiku dan tak akan berkhianat!" tegas Isyana menggertak adik tirinya yang kegatalan.Harvey tertawa kering menatap tajam ke Alicia. "Tanpa harus aku adu otot, istriku bisa diandalkan untuk menghalau pelakor rendahan semacam kamu!" ujarnya bersedekap menjaga jarak dari Alicia. Dia alergi bila harus bersentuhan dengan perempuan murahan dan matre seperti janda Pedro itu.Isyana terkejut dan sontak bertanya, "Lho, lantas bagaimana dengan suami kamu, Alicia? Tadi aku melihatnya di pesta juga dengan tante-tante yang tak kukenal—" "
Seharian ibu dan anak itu mengintai kediaman Dharmawan untuk menunggu pelayan yang bekerja di rumah Harvey keluar dari gerbang. Namun, sayang sekali tak ada yang berjalan kaki. Semua yang memiliki urusan ke luar selalu naik kendaraan mobil mewah seperti Alphard atau Expander. Nyonya Marissa dan Alicia tidak berani mencegat kendaraan berbodi besar tersebut tentu saja. "Duh udah kering mirip ikan asin aku berjemur sedari pagi sampai sore, Ma!" keluh Alicia sekalipun AC mobil dihidupkan terus menerus."Ya sabar dong, Al. Ini semua 'kan demi cari celana dalamnya Harvey!" jawab Nyonya Marissa agak kesal. Syarat untuk ajian pengasihan yang dikatakan Nyonya Citra sungguh merepotkan karena mereka orang luar dan tembok pembatas rumah Harvey setinggi tiga meter. Mana mungkin mereka maling jemuran?"Udah deh, hari ini anggap aja gagal total. Kita ke mari lagi besok dengan rencana baru deh!" usul Alicia yang letih menunggu sesuatu yang tak pasti. Mamanya pun akhirnya setuju dan menyuruh sopir m
"Selamat pagi, Pak Pedro. Ada klien baru yang ingin bertemu dengan Anda. Apa bisa saya bawa masuk?" ujar Melinda, sekretaris Pedro di seberang meja presdir.Pedro yang sedang sibuk di depan laptop membalas email dari klien perusahaan tekstil dan garmen grup Husodo pun menanggapi sepintas lalu. "Suruh masuk saja dan ajak duduk dulu di sofa. Tanggung nih, Mel!" sahutnya dengan jemari sibuk di atas keyboard."Baik, Pak!" Melinda pun segera keluar lagi dan menjemput tamunya untuk masuk ke dalam ruang presdir.Wanita bertubuh tinggi semampai bak model itu melangkah masuk dengan suara hak sepatu jinjitnya yang terdengar mengetuk-ngetuk lantai kayu ruangan Pedro. Mau tak mau Pedro pun mengakhiri aktivitasnya usai menekan tombol kirim email.Dua pasang mata bertemu dan mereka berdua saling menatap penuh arti. Dengan segera Pedro bertitah tegas ke sekretarisnya, "Melinda, tinggalkan aku dengan klien baru. Jangan biarkan siapa pun mengganggu meeting kami. Tutup pintu rapat-rapat!"Dari jarak ti
"Sopir, buruan ikuti mobil Expander di depan!" titah Nyonya Marissa dari bangku belakang mobil sedan mewahnya. "Siap, Nyonya!" sahut sopir pribadi tersebut seraya menginjak pedal gas mobil. Rencana membuntuti mobil operasional karyawan Harvey mulai dilakukan dan mereka pun tiba di parkiran sebuah mall besar. Nyonya Marissa dan putrinya bergegas turun dari mobil mereka lalu mengikuti dua pelayan wanita berusia muda yang nampak akan berbelanja bulanan."Mendingan yang rambut panjang atau yang pendek sebahu yang kita pepet, Ma?" tanya Alicia bingung. Kedua pelayan wanita tadi masing-masing mendorong troli belanja dan berpencar mencari barang kebutuhan rumah tangga sesuai catatan belanja dari kepala pelayan.Ketika Marni melewati lorong rak bahan kebutuhan dapur, dia dikepung dari dua arah. "Ehh ... kalian siapa ya? Jangan aneh-aneh deh, nanti aku teriak lho!" cicitnya panik."Tenang-tenang ... kamu pelayan rumahnya Harvey 'kan?" bujuk Nyonya Marissa cepat-cepat. "Siapa kalian dan apa
"Harvey, ke mari duduk sama Oma sebentar!" panggil neneknya yang nampak sedang menunggu kepulangan sang cucu.Tanpa protes Harvey mendaratkan bokongnya di sofa bersebelahan dengan Oma Widya. Dia pun bertanya, "Tumben Oma kok pengin ngajak ngobrol aku, ada apa?" "Ini penting, Cucuku. Dengar, tadi Marni dan Diyah belanja kebutuhan rumah tangga di supermarket. Mereka berdua dibujuk dan diiming-imingi uang jutaan rupiah untuk menyerahkan celana dalam milikmu. Kalau pengalaman Oma sewaktu muda, barang pribadi semacam itu biasanya digunakan untuk ilmu pelet. Bisa jadi ada yang sedang mengincarmu untuk dirayu, Harvey!" cerita Oma Widya.Harvey pun menebak-nebak dalam pikirannya siapa yang mencoba mengguna-gunainya. "Apa Oma tahu siapa nama orang yang mencoba menyogok pelayan rumah kita?" tanyanya."Alicia dan satunya lagi entah siapa namanya, kata Marni mungkin ibu perempuan muda itu. Apa kamu kenal mereka, Harvey? Jangan dianggap remeh hal yang begini kadang bisa berbahaya!" jawab Oma Widy
"Jeng Citra cerita kalau Mbah Darwis ini sakti mandraguna. Apa bisa kami minta tolong untuk ajian pengasihan?" ujar Nyonya Marissa yang duduk di lantai beralas tikar bersebelahan dengan Alicia. Mereka menghadap dukun yang penampilannya nampak sudah uzur dan menyeramkan. Perawakan Mbah Darwis kurus kering berkulit sawo matang agak gelap dengan rambut panjang beruban yang kusam. Pipinya cekung dengan sorot mata tajam. Aroma kemenyan dan dupa tercium sangat kuat di ruangan berpencahayaan lampu teplok minyak tanah itu hingga menimbulkan aura mistis yang menaikkan bulu kuduk."Khekhekhek ... bisa-bisa saja. Apa sudah tahu syaratnya? Siapa yang ingin diberi ajian pengasihan? Nyonya atau anak perempuan cantik ini?" jawab Mbah Darwis yang melirik penuh minat ke arah Alicia.Tatapan jelalatan sang dukun membuat Alicia merasa jengah sekaligus risih. Dia merapikan blazer biru navy yang dikenakannya untuk menutupi bulatan kembar miliknya yang makin montok usai disumpal silikon di Korea."Ehh ...
Ketika ayam berkokok menjelang fajar, Alicia yang pucat pasi melangkah gontai keluar dari pintu rumah Mbah Darwis. Wajahnya basah oleh air mata menghampiri mamanya yang duduk terkantuk-kantuk di teras pendopo joglo kayu jati menunggu Alicia semalam suntuk hingga dikerubungi nyamuk."Maa—" panggil Alicia dengan suara sengau.Nyonya Marissa pun segera tersentak dari kantuknya. Wanita itu bangkit berdiri dan mendadak prihatin melihat kondisi puterinya. "Al ... kamu diapain sama si embah?" "Dasar dukun cabul! Lelaki bau tanah itu minta diservis plus plus sama aku, Ma! Awas saja kalau Harvey nggak tertarik kepadaku, akan kubakar rumah ini!" geram Alicia dengan berapi-api.Ibu dan anak itu pun berpelukan lalu bergegas meninggalkan rumah Mbah Darwis. Seharian Alicia memilih untuk memulihkan diri dengan tidur panjang. Badannya serasa rontok seperti kena masuk angin pasca digenjot dukun cabul itu di kolam semalaman. Sementara itu Isyana yang telah kembali ke tanah air dengan pesawat Japan Ai