"Maaf, kalau kedatangan kalian di butikku untuk meminta agar aku membeli barang afkir busana di butik Alicia yang akan tutup, aku menolak. Jadi sudah jangan mempermalukan diri kalian sendiri dengan menjadi tontonan banyak orang!" tegur Isyana tegas kali ini. Dia sudah lelah berbaik hati dengan ibu tiri dan adik tirinya yang tak tahu diuntung itu. Nyonya Barbara Koganei pun tertawa renyah lalu berkomentar dengan sinis ke pasangan ibu-anak di hadapannya, "Ohh ... jadi butik Alicia bangkrut ya? Lalu dengan tanpa malu mengemis agar Isyana membeli isinya? Ckckck ... itulah, sok borju sedari dulu. Gundik papanya Isyana yang memaksa naik kasta dan menghalalkan segala cara. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya, bukan?!" "KAU! JAGA MULUTMU YANG LEMAS ITU!" tuding Nyonya Marissa dengan hati panas ke wajah bibi Isyana tersebut."Udah deh, Ma. Kita yang waras pergi aja dari sini. Cih ... pedes banget omongan Tante Barbara itu!" Alicia tak berani melawan kembaran mama Isyana karena wanita itu tak k
"Nyonya Isyana Prameswari, silakan masuk ke ruang periksa!" panggil perawat jaga ruangan dokter spesialis kandungan Merina Efendi.Harvey membantu istrinya bangkit dari bangku ruang tunggu. "Hati-hati ya, Sayang. Nggak sabar deh buat tahu jenis kelamin si kembar!" ujar suami Isyana sebelum membukakan pintu ruang periksa."Hai, selamat datang kembali. Jadi sudah lima bulan usia kandungan Nyonya Isyana ya. Silakan berbaring di bed pasien untuk dicek USG!" sambut Dokter Merina dengan ramah. Isyana dibantu oleh Harvey menaiki tangga untuk berbaring di tempat tidur. Dalam sekejap saja pemeriksaan USG itu mendapatkan hasil pasti jenis kelamin janin kembar di rahim Isyana. "Jagoan kembar nih, cowok semua dan detak jantungnya kuat. Selamat ya, Pak Harvey dan Nyonya Isyana. Saya turut senang!" ujar Dokter Merina Efendi dengan yakin setelah menemukan alat kelamin janin yang telah terbentuk dengan jelas."Wow, keren banget. Ini kabar yang membahagiakan. Terima kasih, Dok!" sahut Harvey dengan
"Kamu ganteng banget deh pakai tuxedo ini, Mas!" puji Isyana sambil merapikan dasi kupu-kupu warna silver grey yang ada di kerah suaminya. "Kita serasi, Sayangku. Gaun silver yang kau kenakan membuat aura cantikmu semakin terpancar jelas," balas Harvey dengan sorot mata memuja Isyana."Terima kasih, Mas. Yuk kita berangkat sekarang. Acaranya kurang dari sejam lagi akan mulai lho!" ajak Isyana seraya membawa tas tangan mini yang nilainya setara Toyota Fortuner seri terbaru. Perhiasan yang menempel di telinga, leher, pergelangan tangan, dan jemari tangan Isyana berkilauan. Logam mulia bertatah permata ruby dan berlian membuat wanita yang digandeng oleh Harvey nampak makin mempesona. Semuanya itu dihadiahkan Harvey ketika mereka bulan madu ke Jepang dulu.Mobil Aston Martin Vallhalla warna komhinasi hijau toska dan hitam metalik yang mengantar mereka ke Hotel Mulia melaju stabil dengan kecepatan tinggi di jalan tol. Harvey mengemudikan hybrid sport car buatan Inggris itu sendiri."Mas,
"PLAAKK!" Suara dua permukaan kulit yang beradu terdengar nyaring.Wajah Alicia yang berwarna merah bekas tamparan Isyana tertoleh ke samping. "Kak Isya, kasar sekali kamu!" seru Alicia tak terima."Kamu pantas mendapatkan cap lima jari dariku. Jangan berani-berani menikung suamiku ini dari belakang seperti yang kamu lakukan ke Mas Pedro. Aku tak cukup bodoh dengan mempercayai segala tipu dayamu lagi, Alicia. Setidaknya aku yakin Mas Harvey sungguh-sungguh mencintaiku dan tak akan berkhianat!" tegas Isyana menggertak adik tirinya yang kegatalan.Harvey tertawa kering menatap tajam ke Alicia. "Tanpa harus aku adu otot, istriku bisa diandalkan untuk menghalau pelakor rendahan semacam kamu!" ujarnya bersedekap menjaga jarak dari Alicia. Dia alergi bila harus bersentuhan dengan perempuan murahan dan matre seperti janda Pedro itu.Isyana terkejut dan sontak bertanya, "Lho, lantas bagaimana dengan suami kamu, Alicia? Tadi aku melihatnya di pesta juga dengan tante-tante yang tak kukenal—" "
Seharian ibu dan anak itu mengintai kediaman Dharmawan untuk menunggu pelayan yang bekerja di rumah Harvey keluar dari gerbang. Namun, sayang sekali tak ada yang berjalan kaki. Semua yang memiliki urusan ke luar selalu naik kendaraan mobil mewah seperti Alphard atau Expander. Nyonya Marissa dan Alicia tidak berani mencegat kendaraan berbodi besar tersebut tentu saja. "Duh udah kering mirip ikan asin aku berjemur sedari pagi sampai sore, Ma!" keluh Alicia sekalipun AC mobil dihidupkan terus menerus."Ya sabar dong, Al. Ini semua 'kan demi cari celana dalamnya Harvey!" jawab Nyonya Marissa agak kesal. Syarat untuk ajian pengasihan yang dikatakan Nyonya Citra sungguh merepotkan karena mereka orang luar dan tembok pembatas rumah Harvey setinggi tiga meter. Mana mungkin mereka maling jemuran?"Udah deh, hari ini anggap aja gagal total. Kita ke mari lagi besok dengan rencana baru deh!" usul Alicia yang letih menunggu sesuatu yang tak pasti. Mamanya pun akhirnya setuju dan menyuruh sopir m
"Selamat pagi, Pak Pedro. Ada klien baru yang ingin bertemu dengan Anda. Apa bisa saya bawa masuk?" ujar Melinda, sekretaris Pedro di seberang meja presdir.Pedro yang sedang sibuk di depan laptop membalas email dari klien perusahaan tekstil dan garmen grup Husodo pun menanggapi sepintas lalu. "Suruh masuk saja dan ajak duduk dulu di sofa. Tanggung nih, Mel!" sahutnya dengan jemari sibuk di atas keyboard."Baik, Pak!" Melinda pun segera keluar lagi dan menjemput tamunya untuk masuk ke dalam ruang presdir.Wanita bertubuh tinggi semampai bak model itu melangkah masuk dengan suara hak sepatu jinjitnya yang terdengar mengetuk-ngetuk lantai kayu ruangan Pedro. Mau tak mau Pedro pun mengakhiri aktivitasnya usai menekan tombol kirim email.Dua pasang mata bertemu dan mereka berdua saling menatap penuh arti. Dengan segera Pedro bertitah tegas ke sekretarisnya, "Melinda, tinggalkan aku dengan klien baru. Jangan biarkan siapa pun mengganggu meeting kami. Tutup pintu rapat-rapat!"Dari jarak ti
"Sopir, buruan ikuti mobil Expander di depan!" titah Nyonya Marissa dari bangku belakang mobil sedan mewahnya. "Siap, Nyonya!" sahut sopir pribadi tersebut seraya menginjak pedal gas mobil. Rencana membuntuti mobil operasional karyawan Harvey mulai dilakukan dan mereka pun tiba di parkiran sebuah mall besar. Nyonya Marissa dan putrinya bergegas turun dari mobil mereka lalu mengikuti dua pelayan wanita berusia muda yang nampak akan berbelanja bulanan."Mendingan yang rambut panjang atau yang pendek sebahu yang kita pepet, Ma?" tanya Alicia bingung. Kedua pelayan wanita tadi masing-masing mendorong troli belanja dan berpencar mencari barang kebutuhan rumah tangga sesuai catatan belanja dari kepala pelayan.Ketika Marni melewati lorong rak bahan kebutuhan dapur, dia dikepung dari dua arah. "Ehh ... kalian siapa ya? Jangan aneh-aneh deh, nanti aku teriak lho!" cicitnya panik."Tenang-tenang ... kamu pelayan rumahnya Harvey 'kan?" bujuk Nyonya Marissa cepat-cepat. "Siapa kalian dan apa
"Harvey, ke mari duduk sama Oma sebentar!" panggil neneknya yang nampak sedang menunggu kepulangan sang cucu.Tanpa protes Harvey mendaratkan bokongnya di sofa bersebelahan dengan Oma Widya. Dia pun bertanya, "Tumben Oma kok pengin ngajak ngobrol aku, ada apa?" "Ini penting, Cucuku. Dengar, tadi Marni dan Diyah belanja kebutuhan rumah tangga di supermarket. Mereka berdua dibujuk dan diiming-imingi uang jutaan rupiah untuk menyerahkan celana dalam milikmu. Kalau pengalaman Oma sewaktu muda, barang pribadi semacam itu biasanya digunakan untuk ilmu pelet. Bisa jadi ada yang sedang mengincarmu untuk dirayu, Harvey!" cerita Oma Widya.Harvey pun menebak-nebak dalam pikirannya siapa yang mencoba mengguna-gunainya. "Apa Oma tahu siapa nama orang yang mencoba menyogok pelayan rumah kita?" tanyanya."Alicia dan satunya lagi entah siapa namanya, kata Marni mungkin ibu perempuan muda itu. Apa kamu kenal mereka, Harvey? Jangan dianggap remeh hal yang begini kadang bisa berbahaya!" jawab Oma Widy