"Isya!" seru Harvey terkejut saat istrinya dikasari oleh adik tiri perempuan itu. Belum sempat dia menolong Isyana yang terjerembap di panggung, beberapa kru event organizer sudah sigap membantu wanita itu berdiri."Kau wanita jahat penipu!" sembur Alicia kalap seraya menunjuk-nunjuk wajah Isyana. "Aku? Penipu, katamu?" Isyana tertawa kering. "Alicia, kata-katamu itu lebih cocok bila digunakan untuk dirimu sendiri!" ujarnya santai tanpa tersinggung."Ini baju-baju karya desainku. Kau mengaku-ngaku bahwa aku mencuri idemu. Apa yang tidak jahat kalau begitu?!" Nada suara nyaring Alicia menukik naik.Dari arah pintu masuk atrium, Pedro yang terlambat tiba ke acara fashion show bergegas menghampiri Alicia di atas panggung. Dia miris karena keributan istrinya dan Isyana menjadi tontonan publik. "Alicia, ada apa ini?" seru Pedro seraya merangkul bahu istrinya.Isyana merasa hatinya seperti tercubit melihat perhatian manis mantan tunangannya kepada Alicia. Dia menghela napas mencoba tegar k
"Mas Harvey, untuk siapa semua gaun yang kamu borong dari fashion show tadi?" tanya Isyana serius. Dia pun berhitung dalam kepalanya nominal yang dikeluarkan suaminya untuk membeli dua puluh delapan potong gaun.Pria itu tertawa ringan. "Untukmu. Kau 'kan istriku!""Ya Tuhan, tidak. Itu pemborosan namanya! Bahkan, isi lemariku belum semuanya sempat kupakai dan masih berlabel merk dari butiknya. Jangan begitulah, Mas Harvey!" seru Isyana tak enak hati. Namun, di dalam mobil yang melaju menuju ke rumah mereka, Harvey meraih Isyana ke pelukannya dan mencicipi bibir yang terus memprotesnya sedari tadi. Dia mulai kecanduan dengan nikmatnya tubuh Isyana terlebih lagi ciuman wanita itu."Aku membuat uang mengalir ke kocekku setiap detiknya. Kenapa kamu mempersoalkan sedikit perhatianku itu, Isya? Chill out!" ujar Harvey sembari mengerlingkan sebelah matanya. Isyana memutar bola matanya ketika mendengar kata 'sedikit', di dunianya yang biasa-biasa saja dan terkadang berkekurangan akibat dit
"Makan yang banyak, Isya. Aku tak ingin kamu terlihat kurus atau kurang gizi karena terlalu banyak olah raga ranjang bersamaku!" Harvey menaruh potongan besar steak salmon ke piring istrinya.Para pelayan yang berdiri di sekitar pasangan pengantin baru itu di ruang makan hanya bisa menahan tawa dan saling lirik. Mereka turut berbahagia untuk tuan muda kesayangan nyonya besar Widya Dharmawan. Selama ini Harvey selalu nampak dingin tak tersentuh dan jarang berbicara kepada siapa pun kecuali Bob, asisten kepercayaannya."Mas Harvey, aku sudah kenyang. Masakan koki rumah ini memang lezat, tapi kapasitas lambungku sudah full tank. Udah ya!" tolak Isyana. Sejak tiga puluh menit yang lalu dia terus menerus mengunyah makanan yang diberikan Harvey ke piringnya.Suaminya mengangguk setuju. "Okay, kalau begitu kita balik ke kamar ya?" ujar Harvey seraya bangkit dari kursinya. Dia membantu Isyana dengan memundurkan kursi wanita itu."Apa Mas Harvey sudah ngantuk?" tanya Isyana karena suaminya ter
"Mama, kita harus gagalkan rencana Isyana untuk mengambil alih warisan papa!" ujar Alicia ketika dia mempersiapkan pesta ulang tahun ke-23 di rumah warisan ayah tirinya.Nyonya Marissa tertawa jahat, dia berkata, "Mama sudah mengundang Isyana ke pestamu besok. Dia akan menyesal datang karena reputasinya akan hancur lebur!""Wow, rencana apa itu, Ma?" tanya Alicia penasaran. Dia senang mengetahui rival abadinya akan terjembap ke jurang kehancuran."Mama akan mengumpankan Isyana ke para playboy besok malam saat dia menghadiri ulang tahunmu. Dia akan meminum minuman yang telah Mama beri obat khusus. Keesokan paginya setelah putri tidur terbangun, dia akan mengetahui dunianya telah hancur. HAHAHA! Bahkan, suami payahnya itu pasti akan jijik dan meninggalkan Isyana bila melihat foto Isyana bersama banyak pria, bagaimana menurutmu rencana Mama?" ujar Nyonya Marissa dengan mata berkilat-kilat keji.Alicia tentunya senang mendengar rencana mengerikan untuk menghancurkan hidup Isyana. "Sangat
Suara musik riang terdengar dari rumah besar bergaya vintage bercat putih dengan atap genting biru langit itu. Hari ini Alicia Herawati genap berusia 23 tahun dan memang setiap tahun ibunya heboh mengadakan perayaan seolah-olah itu sama seperti hari penting nasional saja."Mari silakan tambah snacknya!" ucap Nyonya Marissa ramah kepada tamu-tamu undangan dari kelas elit. Dia anti dengan yang namanya gembel atau pun kalangan biasa bagaikan kacang lupa kulitnya padahal sebelum menikahi Aryanto Effendi, dirinya hanya seorang pegawai biasa di perusahaan mendiang papanya Isyana.Kedatangan anak tirinya membuat sepasang mata Nyonya Marissa berkilat culas. Dia tak sabar menantikan kehancuran Isyana malam ini. Ada lima pemuda playboy di circle pergaulan Alicia yang telah setuju berpartisipasi menggilir tubuh molek Isyana nanti setelah dia meminum ramuan khusus yang dicampurkan ke red wine."Halo, selamat datang di pesta ulang tahun Alicia, Sayang! Mari ikut aku ke dekat panggung, kita akan mu
"DI MANA ISYANA?!" Teriakan suara maskulin itu sontak membuat hiruk pikuk obrolan para tamu pesta ulang tahun Alicia sontak hening.Nyonya Marissa Gunarti yang mengetahui sosok pembuat keributan acara penting putri kesayangannya bergegas menghampiri Harvey. "Hey, siapa yang mengundangmu ke pesta kalangan elit ini, hahh?! Keluar kau dari rumahku!" tunjuk wanita bersanggul tinggi itu dengan arogan."Aku akan keluar, TAPI bersama istriku. Katakan di mana dia berada? Aku sudah sepuluh menit berkeliling seisi ruangan ini dan tak bisa menemukannya!" jawab Harvey keras kepala. Pak Yono sendiri yang mengatakan bahwa Isyana ada di dalam rumah keluarganya. Artinya ada yang tak beres di sini."Hmm, entah ya, aku sama sekali tak mengurusi Isyana karena yang berulang tahun adalah putriku!" Nyonya Marissa santai memeriksa manikur kuku panjangnya yang bercat merah. Dia berdecih melihat penampilan biasa Harvey yang tak mengenakan setelan jas atau tuxedo seperti tamu lainnya yang terhormat.Harvey pun
"TOK TOK TOK." Ketokan di pintu kamar Alicia menghentikan pergumulan panas di atas ranjang sepasang suami istri itu."Ckk ... siapa sih yang ngeganggu malam-malam begini?!" Alicia yang sedang merentangkan kedua paha mulusnya untuk Pedro menekuk wajah dengan gusar. Pasalnya, dia sudah nyaris menggapai klimaks sebentar lagi. "Aakh ... Mass terusin dong, Alice sudah mau sampai!" desahnya berharap Pedro menuntaskan permainan nikmat mereka.Pedro pun sama halnya, dia bernapas memburu dan batang kejantanannya berkedut-kedut siap meledakkan cairan kental tinggi protein di dalam labirin sempit istrinya. "Tenang, aku juga nanggung nih, Sayang. Kita kelarin dulu satu ronde baru nanti lihat siapa yang ganggu malam-malam!" jawabnya sembari terus menghentakkan pinggulnya kuat-kuat. "Buka pintunya, CEPAT!" desak suara laki-laki yang terdengar tegas dan galak. Akhirnya, Pedro dan Alicia mendapatkan pelepasan bersama-sama dengan tubuh bermandikan peluh. Mereka membersihkan diri di kamar mandi sebel
"Bagaimana kondisi istriku, Dokter Sony?" tanya Harvey dengan nada cemas. Kedua alis pria itu tertaut dengan guratan dalam di tengah keningnya mendengarkan penuturan sang dokter."Secara keseluruhan karena tadi kami sudah memompa keluar cairan di lambung Nyonya Isyana, hanya tersisa zat aktif di peredaran darahnya saja. Mungkin besok pagi beliau sudah bisa siuman dalam kondisi normal," jawab Dokter Sony Gunawan dengan wajah lelah. Jelang tengah malam dia harus menangani pasien keracunan obat tidur dosis tinggi.Harvey menghela napas lega sekalipun dia masih kesal kepada ibu tiri dan adik tiri Isyana yang licik. "Dok, saya minta visum dan hasil laboratorium sampel darah Isyana. Pelakunya harus diberi hukuman yang setimpal!" ujarnya."Bisa, nanti hasil visum dan pemeriksaan sampel darah akan dirilis lusa ya. Anda bisa ambil berkasnya di bagian resepsionis rumah sakit, tunjukkan saja surat rekomendasi dari saya ini ya, Pak Harvey!" Dokter Sony pun menyerahkan sebuah amplop panjang dengan