"Mama, kita harus gagalkan rencana Isyana untuk mengambil alih warisan papa!" ujar Alicia ketika dia mempersiapkan pesta ulang tahun ke-23 di rumah warisan ayah tirinya.Nyonya Marissa tertawa jahat, dia berkata, "Mama sudah mengundang Isyana ke pestamu besok. Dia akan menyesal datang karena reputasinya akan hancur lebur!""Wow, rencana apa itu, Ma?" tanya Alicia penasaran. Dia senang mengetahui rival abadinya akan terjembap ke jurang kehancuran."Mama akan mengumpankan Isyana ke para playboy besok malam saat dia menghadiri ulang tahunmu. Dia akan meminum minuman yang telah Mama beri obat khusus. Keesokan paginya setelah putri tidur terbangun, dia akan mengetahui dunianya telah hancur. HAHAHA! Bahkan, suami payahnya itu pasti akan jijik dan meninggalkan Isyana bila melihat foto Isyana bersama banyak pria, bagaimana menurutmu rencana Mama?" ujar Nyonya Marissa dengan mata berkilat-kilat keji.Alicia tentunya senang mendengar rencana mengerikan untuk menghancurkan hidup Isyana. "Sangat
Suara musik riang terdengar dari rumah besar bergaya vintage bercat putih dengan atap genting biru langit itu. Hari ini Alicia Herawati genap berusia 23 tahun dan memang setiap tahun ibunya heboh mengadakan perayaan seolah-olah itu sama seperti hari penting nasional saja."Mari silakan tambah snacknya!" ucap Nyonya Marissa ramah kepada tamu-tamu undangan dari kelas elit. Dia anti dengan yang namanya gembel atau pun kalangan biasa bagaikan kacang lupa kulitnya padahal sebelum menikahi Aryanto Effendi, dirinya hanya seorang pegawai biasa di perusahaan mendiang papanya Isyana.Kedatangan anak tirinya membuat sepasang mata Nyonya Marissa berkilat culas. Dia tak sabar menantikan kehancuran Isyana malam ini. Ada lima pemuda playboy di circle pergaulan Alicia yang telah setuju berpartisipasi menggilir tubuh molek Isyana nanti setelah dia meminum ramuan khusus yang dicampurkan ke red wine."Halo, selamat datang di pesta ulang tahun Alicia, Sayang! Mari ikut aku ke dekat panggung, kita akan mu
"DI MANA ISYANA?!" Teriakan suara maskulin itu sontak membuat hiruk pikuk obrolan para tamu pesta ulang tahun Alicia sontak hening.Nyonya Marissa Gunarti yang mengetahui sosok pembuat keributan acara penting putri kesayangannya bergegas menghampiri Harvey. "Hey, siapa yang mengundangmu ke pesta kalangan elit ini, hahh?! Keluar kau dari rumahku!" tunjuk wanita bersanggul tinggi itu dengan arogan."Aku akan keluar, TAPI bersama istriku. Katakan di mana dia berada? Aku sudah sepuluh menit berkeliling seisi ruangan ini dan tak bisa menemukannya!" jawab Harvey keras kepala. Pak Yono sendiri yang mengatakan bahwa Isyana ada di dalam rumah keluarganya. Artinya ada yang tak beres di sini."Hmm, entah ya, aku sama sekali tak mengurusi Isyana karena yang berulang tahun adalah putriku!" Nyonya Marissa santai memeriksa manikur kuku panjangnya yang bercat merah. Dia berdecih melihat penampilan biasa Harvey yang tak mengenakan setelan jas atau tuxedo seperti tamu lainnya yang terhormat.Harvey pun
"TOK TOK TOK." Ketokan di pintu kamar Alicia menghentikan pergumulan panas di atas ranjang sepasang suami istri itu."Ckk ... siapa sih yang ngeganggu malam-malam begini?!" Alicia yang sedang merentangkan kedua paha mulusnya untuk Pedro menekuk wajah dengan gusar. Pasalnya, dia sudah nyaris menggapai klimaks sebentar lagi. "Aakh ... Mass terusin dong, Alice sudah mau sampai!" desahnya berharap Pedro menuntaskan permainan nikmat mereka.Pedro pun sama halnya, dia bernapas memburu dan batang kejantanannya berkedut-kedut siap meledakkan cairan kental tinggi protein di dalam labirin sempit istrinya. "Tenang, aku juga nanggung nih, Sayang. Kita kelarin dulu satu ronde baru nanti lihat siapa yang ganggu malam-malam!" jawabnya sembari terus menghentakkan pinggulnya kuat-kuat. "Buka pintunya, CEPAT!" desak suara laki-laki yang terdengar tegas dan galak. Akhirnya, Pedro dan Alicia mendapatkan pelepasan bersama-sama dengan tubuh bermandikan peluh. Mereka membersihkan diri di kamar mandi sebel
"Bagaimana kondisi istriku, Dokter Sony?" tanya Harvey dengan nada cemas. Kedua alis pria itu tertaut dengan guratan dalam di tengah keningnya mendengarkan penuturan sang dokter."Secara keseluruhan karena tadi kami sudah memompa keluar cairan di lambung Nyonya Isyana, hanya tersisa zat aktif di peredaran darahnya saja. Mungkin besok pagi beliau sudah bisa siuman dalam kondisi normal," jawab Dokter Sony Gunawan dengan wajah lelah. Jelang tengah malam dia harus menangani pasien keracunan obat tidur dosis tinggi.Harvey menghela napas lega sekalipun dia masih kesal kepada ibu tiri dan adik tiri Isyana yang licik. "Dok, saya minta visum dan hasil laboratorium sampel darah Isyana. Pelakunya harus diberi hukuman yang setimpal!" ujarnya."Bisa, nanti hasil visum dan pemeriksaan sampel darah akan dirilis lusa ya. Anda bisa ambil berkasnya di bagian resepsionis rumah sakit, tunjukkan saja surat rekomendasi dari saya ini ya, Pak Harvey!" Dokter Sony pun menyerahkan sebuah amplop panjang dengan
"Mas, aku udah kenyang, sarapannya udah aja ya!" Isyana menggeser piringnya yang akan diisi lagi dengan makanan oleh Harvey. "Ohh ... okay, kalau begitu kita jalan-jalan di taman saja sebentar ya. Aku mau kasi makan ikan Koi kesayanganku. Sudah lama mereka nggak kuperhatikan karena sibuk kerja!" ujar Harvey lalu bangkit dari kursi makan. Dia memundurkan kursi Isyana juga lalu menyodorkan lengan untuk digandeng.Para pelayan rumah berbisik-bisik memperbincangkan sikap tuan muda mereka yang hangat kepada istri barunya. "Tuan muda dan Nyonya Isyana cocok sekali ya? Sepertinya tak lama lagi Oma Widya akan mendapat cucu!" ucap Rini sambil membereskan piring-piring sisa sarapan. Bertha pun menyahut, "Iya, aku nggak mengira lho, Mbak kalau Tuan Harvey yang sedingin es bisa begitu perhatian ke istrinya. So sweet banget, cara dia menatap Nyonya Isyana kayak kesengsem berat!""Ya wajarlah, istrinya secantik itu, Tha!" tukas Ina sambil mencuci peralatan makan yang kotor di dapur. Sementara i
Isyana senang sekali bermain-main dengan hewan peliharaan Harvey sepanjang pagi hingga siang. Seusai makan siang dia dan Harvey pergi ke taman sisi timur rumah untuk melihat kura-kura sulcata berusia 20 tahun dan juga kelinci hias berbagai jenis dari kelinci Himalaya, Dutch, French Lop, dan English Lop."Iihh lucu bingits kelinci-kelinci ini. Apa mereka suka menggali lubang di tanah dan memanen wortel?" tanya Isyana sambil memangku seekor kelinci English Lop warna krem yang menggemaskan. Harvey bukannya gemas dengan kelinci-kelinci imut itu, dia justru ingin menyeret istrinya segera ke kamar mereka. "Ehm ... mereka boleh hidup sesuai kebiasaan alami mereka di kebunku. Mau makan mentimun, wortel, kentang, atau rumput sesuka mereka saja!" Dia mulai mendekati Isyana yang duduk di atas rumput Jepang dari belakang lalu memeluk dan mengecupi tengkuk serta leher istrinya. "Ahh ... Mas, jangaan nanti ada yang lihat!" Isyana berusaha menertibkan tangan Harvey yang liar menyelinap di celah k
"Emhh ... Mass, apa kamu sudah pulang?" gumam Isyana dengan mata yang masih separuh terpejam karena rasa kantuk dan raga yang kelelahan di atas tempat tidur.Belaian di rambut panjang hitam legamnya membuat Isyana terbangun dari tidur lelapnya. Cahaya ruangan masih remang senja dan lampu belum dinyalakan semenjak kepergian Harvey siang tadi."Ohh yeah, aku baru pulang dari Kapadokia!" jawab pemuda itu spontan dan membuat Isyana melebarkan matanya lalu duduk.(Kapadokia sebuah region, tempat wisata di Turki, biasanya untuk naik balon udara)"Siapa kamu? Kenapa asal masuk ke kamar ini?!" hardik Isyana dengan tatapan galak dan penuh curiga. "Yoyoyo ... calm down, Lady!" Pemuda tak dikenal itu mengulurkan tangan kanannya untuk berkenalan. "Aku Lorenzo, sepupunya Harvey. Apa dia tak pernah bercerita tentang aku kepadamu sebelumnya? Dan kamu tidur di kamarnya, siapa kamu? Setahuku sepupuku yang sedingin kutub selatan itu tak pernah berpacaran!" Isyana pun teringat cerita Harvey mengenai s