Damar sudah tidak bisa lagi menahan amarahnya, setiap kali bertemu dengan Sabrina selalu saja wanita itu menghina Soraya. Ini adalah pernikahan yang diadakan oleh keluarga Huang, mereka tidak tahu menempatkan diri jika masih saja menindas Soraya.“Putraku benar, keluarga Kwong tidak setara dengan keluarga Huang,” ucap Bu Margaret sambil melipat kedua tangannya.“Kamu sudah menghina cucu menantuku, yang berarti menghina kami juga. Mulai sekarang, kami tidak akan menghentikan pendanaan modal untuk keluarga Kwong,” imbuh Pak Elio.Lutut Sabrina menjadi lemas mendengar hal ini. Kalau peminjaman modal dari bank milik keluarga Huang dihentikan. Keluarga mereka akan benar-benar bangkrut.“Soraya, kamu jangan diam saja, cepat katakan pada keluarga suamimu kalau hubungan kita baik-baik saja,” ucap Sabrina sambil mencengkram kedua pundak Soraya.“Hubungan kita tidak baik-baik saja, kamu selalu mengucapkan kata makian jika bertemu denganku,”Damar melepas paksa cengkraman tangan Sabrina yang ter
Semua terjadi begitu cepat, Damar belum sempat mencegah Soraya agar tidak memanggil Dokter. Beberapa menit kemudian, Dokter dan Bu Margaret sudah berada di kamar pengantin mereka.“Jadi putraku sakit apa?” tanya Bu Margaret dengan wajah panik.“Putraku itu jarang sakit, kenapa mendadak sekali,” lanjutnya.“Tunggu sebentar, biar saja periksa,” jawab Sang Dokter.Soraya juga tampak panik, beberapa saat yang lalu Damar terlihat sangat sehat. Soraya takut kalau seluruh keluarga Damar akan menyalahkannya. Dokter sudah selesai memeriksa Damar.“Ehem,” Dokter yang memeriksa Damar berdehem, wajahnya tampak biasa saja padahal calon penerus keluarga kaya itu sedang sakit.“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Bu,” ucap Dokter lalu membereskan peralatan periksanya ke tas.“Sebagai seorang ibu tentu saja aku harus khawatir, aku takut ada yang menaruh racun di makanannya saat pesta berlangsung,” balas Bu Margaret.“Tenanglah,”“Kamu apa Dokter gadungan, hah. Putraku sedang sakit tapi kamu menyuruhk
Damar menggelengkan kepalanya, mana Damar tahu apa yang dirasakan istrinya saat ini. Tapi pikirannya malah melayang ke adegan semalam. Damar mengira Soraya tidak puas dengan performanya.“Tidak,” jawabnya singkat.“Yang jelas saat ini aku sedang bahagia, mempunyai keluarga,” ucap Soraya sambil tersenyum.Damar ikut tersenyum, dia ikut senang melihat Soraya yang bahagia. Orang bilang beruntung sekali menjadi Soraya, melepas lelaki sampah mendapatkan mutiara yang berharga.“Syukurlah kalau begitu, ayo masuk, kita sudah telat,” ucap Damar sembari membuka pintu mobil.“Baiklah,” balas Soraya sembari masuk ke mobil.Sepanjang perjalanan ke kantor mereka asyik mengobrol menceritakan tentang masa lalu masing-masing. Damar sedikit berbicara sedangkan Soraya yang antusias menceritakan bagaimana kehidupannya saat tinggal di rumah keluarga Kwong. Kisah cintanya dengan Cakra yang kandas karena orang ketiga.“Cukup!” seru Damar sambil menempelkan jari telunjuknya di bibir Soraya agar dia diam.“Ad
Damar mengangguk, tidak ada salahnya mencoba hal baru di perusahaanya. Kalau masih kekeh tidak mau berinovasi mungkin akan kalah dengan perusahaan pesaing."Aku yakin, desainmu akan menjadi trend center fasyen tahun ini," ucap Damar."Terima kasih," balas Soraya sambil tersenyum lebar.Damar berdebar jantungnya melihat senyuman bahagia di wajah sang istri. Andai saja dia bisa mengungkapkan semua yang ada di hatinya mungkin Soraya juga bisa membuka hatinya lebih awal."Ayo makan siang dulu," ajak Damar "Baiklah, tapi bisakah kita makan di tempat yang biasa saja?" tanya Soraya."Tidak!" seru Damar.Soraya terdiam kenapa Damar begitu menolak dengan tegas diminta makan di tempat biasa. "Kamu bukan lagi wanita biasa, kamu sekarang istri Damar. Jadi harus terbiasa makan di tempat orang kaya, juga berperilaku sebagai orang kaya," ucap Damar kemudian. "Ucapanmu memang benar, aku juga harus bisa mengimbangi pergaulanmu," balas Soraya.Sebagai istri Damar Soraya tidak ingin membuat malu saat
Soraya dan Damar pergi ke sebuah store elektronik. Soraya berpikir mungkin Damar ingin membeli ponsel baru yang lebih canggih dari yang dia punya saat ini.“Tolong pilihkan satu produk yang cocok untuk desainer fasyen,” ucap Damar kepada pramuniaga.“Baik, silahkan tunggu sebentar, Pak,” balas Pramuniaga itu.Soraya mendekat ke Damar, “Apa kamu ingin mengganti fasilitas para desainer di perusahaan dengan yang paling terbaru?” bisik Soraya.“Bukan untuk para karyawan, tapi buat kamu,” jawab Damar.“Aku belum membutuhkan itu, Damar,” balas Soraya.Tak lama kemudian pramuniaga toko itu membawa tiga buah produk keluran terbaru. Tentu saja dengan spesifikasi yang bagus. Pramuniaga itu menjelaskan keunggulan dan kekurangan dari masing-masing produk. Agar Damar maupun Soraya bisa mempertimbangkan pilihan mereka.“Tolong bungkus yang ini, warna putih,” ucap Damar.“Baik, Pak. Untuk pembayaran mau chas atau debit, Pak?” tanya Pramuniaga.“Debit,” jawab Damar sambil mengeluarkan kartu.Tablet s
Asisten Damar memperlihatkan sebuah foto dan video peluncuran produk baru butik keluarga Kwong. Sabrina mengklaim desain fasyen itu adalah buatannya. Bercorak colorfull tabrak warna sama persis seperti desain Soraya yang dipilih oleh Damar.“Kenapa bisa kebetulan seperti ini?” gumam Damar.“Itu tidak kebetulan, pasti ada yang mencuri desainku!” seru Soraya.“Tapi kita tidak punya bukti, Bu. Mereka meluncurkan produk lebih dulu, kita tidak bisa menuduh mereka sembarang,” ucap Asisten Damar.“Perusahaan ini dijaga ketat, tidak mungkin ada dokumen bocor,” imbuh Damar.“Kecuali ada seorang pengkhianat,” ucap Soraya.Damar mengangguk, ucapan Soraya ada benarnya. Pihak keluarga Kwong tidak mungkin meluncurkan produk baru secara mendadak, lalu desain produknya sangat mirip dengan milik Soraya.“Pak, untuk rencana peluncuran produk kita bagaimana?” tanya Asisten itu.“Tetap kita luncurkan produk baru kita sesuai rencana,” jawab Damar.Saat Asisten Damar akan pergi meninggalkan ruangan, Soraya
Sabrina menutup mulutnya dengan kedua tangan, “Gawat aku keceplosan,” gumam Sabrina dalam hati.“Padahal aku tidak mengatakan apapun, tapi sepertinya kamu tahu lebih banyak,” ucap Soraya sambil melipat kedua tangannya.“Jangan menyudutkan adikmu, dengan hal yang tidak dia tahu,” ucap Bu Amber yang masih memeluk Sabrina.Soraya menyunggingkan senyuman, suasana seperti ini sudah biasa dia terima. Sabrina yang membuat ulah, tapi Soraya yang dimarahi di depan umum.“Anda juga jangan melindungi anak yang salah,” ucap Damar. “Perusahan Huang belum mengumumkan akan meluncurkan produk baru, tapi putrimu sudah tahu seolah mengirim mata-mata ke sisi istriku!” tegas Damar.Sontak saja ucapan Damar membuat semua orang yang berbondong-bondong ke toilet tadi saling berbisik.“Tapi aku juga mendengar Sabrina mengatakan itu,” ucap salah satu pengunjung peluncuran produk baru keluarga Kwong.“Aku juga mendengarnya, mungkin dia iri dengan kakaknya yang bisa mendapatkan suami lebih kaya,”“Bukankah dahu
Sabrina menggelengkan kepalanya, senatural mungkin dia mengelak tidak mengenal wanita yang ada di depannya itu.“Pembohong, tidak mungkin kamu tidak mengenalinya,” ucap Soraya.“Memang aku tidak mengenalnya, kamu jangan mencoba memfitnahku di depan banyak orang,” elak Sabrina.Damar mengepalkan tangannya, sampai akhir Sabrina maupun keluarga Kwong tidak ada yang mau mengakui bahwa mereka memang mencuri desain milik Soraya.“Apa-apaan ini, jadi aku diseret paksa ke sini hanya untuk sebuah lelucon mempermalukan orang!” seru Senior desain dari perusahaan Huang itu. Dia berdiri membetulkan pakaiannya, lalu menatap tajam ke arah Soraya. Menyadari tatapan tajam dari wanita itu, Soraya langsung mengeluarkan suara.“Sebaiknya kamu bersaksi dengan benar,” ucap Soraya.“Bersaksi untuk apa? Orang miskin sepertimu mau berlagak seperti bos besar, mana pantas!” bentak Senior desain itu.Soraya menampar keras wanita yang tidak tahu sopan santun itu. Bagaimanapun dia adalah seorang istri bos besar, s
Orang yang mengetuk kaca mobil Damar adalah Kanaya adik dari Pak Kwong. Damar membuka kaca mobilnya dengan rasa malas meladeni perempuan itu. Tapi dia penasaran juga mau bertingkah apa lagi wanita ini "Ada apa?" tanya Damar. "Boleh kita bicara sebentar?" ucap Kanaya dengan lembut "Tidak usah berbasa basi, aku suka pembicaraan yang langsung ke intinya," tegas Damar. Kanaya menyelipkan rambut ke telinga. Dia tersenyum ke arah Damar mencoba untuk menggodanya. "Apa kita bisa bicara sebentar?" tanya Kanya. "Tidak," jawab Damar tegas, dia sudah terbiasa menghadapi wanita murahan seperti ini. "Aku sangat terhina ditolak mentah-mentah olehmu. Padahal aku sangat ingin membicarakan hal yang serius mengenai orang tua kandung Soraya," ucap Kanya. Merasa hal itu sangat penting baginya, Damar turun dari mobilnya. Dia menatap tajam Kanaya yang tampak sumringah karena bisa memancing Damqr keluar dari mobilnya untuk berbicara dengannya. "Jangan membohongiku. Karena aku tak akan segan-
Pak Kwong yang menghampiri Damar. Dia terlihat pucat karena takut Damar akan melepaskan kekesalannya karena sikap Mama dan adiknya yang kurang ajar. "Ada Apa?" tanya Damar. "Mereka tidak ada hubungannya denganku, bahkan aku susah melarang mereka melakukan itu. Perilaku mereka diluar tanggung jawabku," jawab Pak Kwong tegas. Pernyataan dari Pak Kwong membuat mereka berdua menganga karena tidak percaya dengan ucapan yang keluar dari mulut Pak Kwong. "Ini tidak mungkin, bagaimana bisa kakak tega pada kami," ucap Adik Pak Kwong lirih. "Aku sudah memperingatkan kamu sebelumnya," balas Pak Kwong. Bu Liliana menunjukkan aksinya. Dia langsung menangis sesenggukan di depan banyak orang. Biasanya kalau sepeti ini Pak Kwong langsung menghiburnya dan menenangkannya bahkan Pak Kwong langsung menuruti apa yang Bu LiLiana inginkan. "Terserah kamu mau apakan mereka," ucap Pak Kwong lalu pergi, meninggalkan Mama dan Adiknya yang melakukan drama. Sudah lelah sepertinya Pak Kwong meladen
Adik dan mama Pak Kwong saling pandang lalu mereka tampak terbata menjawab pertanyaan Pak Kwong. "Bukan urusanmu," ucap Mama Pak Kwong ketus. "Aku akan memutus semua uang bulanan untuk kalian kalau tidak mau menjawab," ucap Pak Kwong. "Jangan jadi anak durhaka!" seru Mama Pak Kwong. Mereka menggertakkan giginya kesal karena ancaman Pak Kwong bisa-bisanya dia seperti itu kepada ibu dan adiknya sendiri. Kenapa harus mengancam tidak memberi uang bulanan. "Aku akan menjadi anak durhaka kalau kalian menggagalkan rencanaku," balas Pak Kwong. "Rencana apa yang kami gagalkan, Kak?" tanya Adik dari Pak Kwong. "Aku tahu kalian itu sedang berencana untuk menyerang Soraya dengan meminta bantuan seseorang yang berpengaruh di kalangan atas. Aku tak akan membiarkan itu!" gertak Pak Kwong. "Memangnya kenapa? Dia pantas mendapatkan rumor jelek, anak tidak tahu berterima kasih, kamu menghalangi mama tak akan gentar," ucap Mama Pak Kwong. "Kalau begitu, aku betulan akan menyetop kebutu
Tentu saja semua itu sudah atas kehendak Tuhan yang maha esa. Manusia hanya bisa berencana dan Tuhan yang akan memberikan keputusan apapun yang kita rencanakan. "Jangan tanya kenapa. Mungkin semua itu adalah ketentuan yang sudah ditetapkan. Seharunya kamu banyak instrospeksi diri kenapa Soraya lebih unggul daripada kamu," jawab Bu Amber. "Jadi ibu membela anak itu?" tanya Sabrina. "Tidak juga, ibu tetap berada dipihakmu apapun yang terjadi. Tapi saat ini ibu mohon kepadamu, bersabarlah. Kita mengalah saja sedikit saja agar bisa satu langkah di depan atau minimal setara dengan Soraya," jawab Bu Amber. Cakra menghembuskan nafasnya. Mempunyai istri yang manja sepeti ini membuatnya kesal juga Lama-lama. Tidak bisa menahan diri karena melihat orang lain lebih unggul. "Sabrina, aku mohon kepadamu turuti saja perintah Ibu. Aku yakin kita bisa melewati semua ini. Tapi untuk saat ini kita hanya bisa bergantung kepada Soraya. Jangan gegabah menuruti nafsu untuk melawan orang yang tidak
Tante merenung sebentar lalu berkata, "Kita mulai dari rumor yang mengatakan bahwa Soraya melupakan keluarga yang sudah mengasuh dan membiayai hidupnya dari kecil," Nenek Sabrina mengangguk pelan, sepertinya rumor seperti ini akan cepat menyebar luas kalau di ucapkan oleh orang yang tepat. "Kita harus mencari sumber gosip yang dipercaya," ucap Nenek Sabrina."Maksud mama orang besar yang selalu di percaya kalau menyebarkan rumor?" tanya Tante."Ya, begitulah. Siapa ya Kira-kira orang yang tepat untuk menyebarkan rumor tentang Soraya yang tidak mempedulikan orang tua yang sudah susah payah mendidiknya, mengeluarkan biaya untuk sekolahnya," jawab Nenek Sabrina."Aku tahu siapa dia. Serahkan saja masalah ini padaku. Aku akan segera menemui beliau," balas Tante.Mereka lalu pergi meninggalkan kediaman Pak Kwong sambil tertawa dan merasa akan menang melawan Soraya yang sudah berada di atas angin itu. Sedangkan di kediaman Pak Kwong sendiri. Cakra mengingatkan agar mengawasi Tante dan Ne
Keluarga Huang susah di hadapi, Bu Amber menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju dengan permintaan sang mertua "Kita pikirkan hal lain," ucap Bu Amber."Apa kalian takut? Kita tinggal sebarkan rumor yang tak sedap kepada masyarakat mengenai hal itu," ujar Mertua Bu Amber.Bu Amber lagi-lagi menggelengkan kepalanya lalu sesekali memijit kepalanya yang sakit."Ibu tidak tahu betapa mengerikannya keluarga Huang kalau kita mengingkari janji yang kita sepakati," ucap Bu Amber."Kalau kamu tidak berani, biar ibu saja," balas Mertua Bu Amber.Brak! Pak Kwong menggebrak meja. "Kalau tidak tahu seperti apa kejamnya kelurga Huang lebih baik Ibu diam saja," ucap Pak Kwong yang terlihat jelas wajahnya sangat marah."Kenapa Kalian tidak berani menghadapi wanita tidak tahu diri itu, padahal dia tidak punya orang tua!" seru Ibu Pak Kwong."Dia memang tidak punya orang tua atau keluarga, tapi sekarang dia menjadi bagian dari keluarga Huang. Masih mending keluarga Huang mau memberikan bantuan mo
Pak Darius tersenyum tipis, lalu dengan sigap mengatakan, "Kalian harus tunduk dengan aturanku," "Kami akan tunduk dengan semua aturan Pak Darius," balas Pak Kwong. Pak Darius tersenyum licik, "Kalau begitu, kalian harus menandantangani perjanjian di atas kertas, jika kalian sejengkalpun kalian menyakiti menantuku, maka kalian harus mengganti sepuluh kali lipat dari modal yang kalian terima. Satu lagi, aku bebas menghukum apa saja siapa pun keluarga Kwong yang menyakiti menantuku," Semua langsung berdetak kencang jantungnya. Perjanjian ini terlalu berbahaya tapi kalau tidak diterima mereka sedang membutuhkan bantuan keuangan. Pak Kwong melirik Bu Amber yang sepetinya juga kebingungan termasuk para nenek yang tidak ingin mengambil resiko sepeti ini. Mereka tidak akan bisa menindas Soraya lagi kalau menandatangani perjanjian itu. Mereka lebih khawatir ke Sabrina yang selalu tidak bisa menahan emosinya melihat keberuntungan Soraya."A-pa tidak bisa perjanjiannya di ubah sedikit?"
"I-tu," ucap Pak Kwong terbata. Waktu itu memang beliau dan Bu Amber mengatakan hal itu. Setelah menikah Soraya tidak akan lagi mendapatkan bantuan finansial dari keluarga Kwong. Tapi saat ini mereka menyadari bahwa saat Soraya meninggalkan Keluarga Kwong, bisnis keluarga Kwong sudah tidak stabil lagi seperti saat Soraya yang menghandle. Sabrina yang tumbuh dengan sikap manja itu tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa marah dan membuat pelanggan kecewa. "Apa betul kalian mengatakan hal seperti itu?" tanya Pak Darius."Kami menyesal mengatakan itu," ucap Pak Kwong."Maksud kami saat itu adalah, tidak lagi memberikan bantuan uang jika dia memilih menikah dengan seorang pelayan. Waktu itu Damar menyamar sebagai pelayan di pesta pernikahan putri kami, Sabrina. Kami tidak tahu kalau ternyata Damar adalah pewaris sah keluarga Huang, maafkan kami Soraya," jelas Bu Amber panjang lebar.Keluarga yang lain juga mengiyakan ucapan Bu Amber. Pasalnya Soraya menikah dengan seorang pelayan, lag
Mereka bersamaan saling tatap, tidak ingin dicap sebagai orang yang menelantarkan Soraya dimata Pak Darius. Pak Wong langsung menyangkalnya."Soraya, kami selalu menganggap mu anak kandung, walau kenyataannya tidak seperti itu. Maafkan Tantemu karena tidak bisa menjaga sikap," ucap Pak Kwong."Maaf?" tanya Pak Darius. "Begitu enteng tangannya menyakiti menantuku, sekarang hanya minta maaf?" imbuh pak Darius."Aku mohon maafkan aku, aku mengaku bersalah, tapi aku hanya mengingatkan Soraya agar tidak berlagak dan sombong karena Kakakku lah yang membawanya dari tempat kotor dan merawatnya menjadi barang yang indah sehingga dia bisa dinikahi oleh keluarga kaya. Aku hanya mengingatkan agar dia tidak lupa darimana dia berasal dan siapa yang menolongnya!" tegas Tante membela diri.Pak Darius semakin geram dengan ucapan Tante, dia sama sekali tidak tulus minta maaf, hanya menekankan mereka telah berjasa merawat Soraya sehingga layak menjadi barang jual yang mahal."Sampai detik ini kalian mas