Jangan lupa tinggalkan komentar, dan juga follow akun IG aku @popy--yanni untuk melihat visual Rania dan Devan
Devan seperti seseorang yang kehilangan arah hidup. Mengetahui kebenaran hari ini, sungguh mengguncangkan dunianya. Devan merasa teramat menyesal, bahkan sangat menyesal, sebab cepat mengambil sebuah keputusan--tanpa mencari tahu kebenarannya. Rania, pasti begitu hancur setelah mengetahui dia sudah bertunangan dengan Sarah, padahal semua ini dia lakukan karena terpaksa. Sudah pukul 2 dini hari Devan belum juga tidur, pria itu bahkan lupa kalau saat ini bukan hati seorang Rania saja yang dia hancurkan, namun Sarah juga. Devan dan Deni, telah berada di dalam mobil--kedua pria itu bersiap untuk meninggalkan area apartemen. Namun, walaupun telah berada di kursi kemudi, Devan masih setia dengan diamnya-tanpa berniat menyalahkan mesin mobil. Kedua tangan Devan memegang bundaran setir, pria itu menenggelamkan kepalanya di sana. Deni yang berada disebelahnya--hanya bisa memandang, tanpa melakukan apa pun. Melihat bagaimana keadaan Tuannya saat ini, hatinya tertusuk. Satu detik Dua detik
Mengetahui penderitaan Rania--selama ini, membuat papa Akio membutakan mata-juga menulikan telinga. Tanpa memperdulikan perasaan anak dan istrinya, pria berkebangsaan Jepang itu tetap mencari keberadaan Rania, dan dia menemukan wanita itu yang kini bermukim di sebuah desa. Dion, pria itu yang menyambut kedatangan papa Akio. Kaget luar biasa, bahkan nyaris pingsan setelah mengetahui kenyataan kalau papa Akio, yang dia tahu sebagai ayah kandung dari Sarah, adalah ayah kandung dari wanita yang dia cintai, dan yang membuatnya lebih terkejut--kalau ibu angkat dari Deni, adalah ibu kandung Rania. Sebagai, orang yang pernah bekerja pada Darma Wijaya--tentunya Dion mengenal dengan baik sosok mama Ani itu. "Katakan ini tidak benar. Om pasti sedang berbohong pada saya. Om, mungkin punya niat buruk pada Rania--sebab Om, adalah ayah kandung dari Sirah!" tuduh Dion, marah bercampur shyok melebur jadi satu menyelimuti wajah pria itu. Dia seperti ingin menolak kebenaran ini. Papa Akio terkekeh te
"Sarah!" gumam Devan tanpa sadar, kaget juga shyok menyelimuti wajah tampan pria itu. Kemarahan yang selama ini dipendam oleh Sarah--seolah membuatnya buta sedang di mana diri nya saat ini. Tanpa memperdulikan adanya para rekan-rekan bisnis Devan yang sedang berada di dalam, Sarah menggiring langkah kakinya masuk ke dalam ruangan. Begitu dekat dengan pria yang berstatus tunangannya itu--Sarah segera meluapkan kemarahannya. "Kamu, kenapa tidak mengangkat telepone juga pesan dariku, Devan?! Kamu, sudah sangat keterlaluan! Apakah, kamu sudah lupa--kalau aku ini adalah tunanganmu, dan sebentar lagi kita akan menikah!" hardik Sarah dengan nada penuh emosi--bahkan dadanya sampai kembang-kempis akan kemarahannya yang meluap-luap. "Nona Sarah, ayo ikut saya!" pinta Deni dengan nada setengah berbisik, dan memegang tangan Sarah--Deni bermaksud membawa wanita itu ke luar dari dalam ruangan. Namun, Sarah yang tengah terbakar oleh api emosinya justru menghempaskan genggaman tangan Deni dengan k
"Apakah, kamu kira Devan masih mau bersama Sarah, kalau dia mengetahui kenyataan putri kita pernah mengandung anak dari pria lain dan menggugurkannya. Perginya Sarah tiba-tiba dari hidup Devan, karena kehamilannya dengan seorang laki-laki asing!"Wajah mama Winda mendadak kaku, bolamata wanita itu tak berkedip sama sekali-kaget, juga shyok menyelimuti wajah ibu satu anak itu. Dalam diri nya kini bertanya-tanya dari mana suaminya itu mengetahui rahasia yang dia tutupi rapat-rapat selama ini. "Kamu, terkejut? Kamu terkejut karena aku mengetahui hal, ini?! Padahal selama ini kamu begitu menutupi rapat-rapat dari aku, Winda. Jujur, aku sangat kecewa--mengetahui Sarah ternyata pernah mengandung dan juga menggugurkan. Dan, itu akibat pergaulan bebasnya!" ujar papa Akio, dia tersenyum getir akan rasa kecewa nya yang teramat sangat. Mama Winda menghembuskan napasnya dalam-dalam, dan membuangnya dengan perlahan. Perasaan nya saat ini tengah campur aduk. Namun, semua itu dia lakukan akibat ras
Wajah Rania mendadak kaku, dunianya seperti berhenti berputar setelah mendengar kenyataan dari Dion yang cukup mengguncangkan dunia nya. "Katakan-ini tidak benar, Dion. Katakan, kalau ini tidak benar," ujar Rania dengan suara yang telah berubah parau, bolamata nya pun telah berkaca-kaca. "Ini benar-Rania. Tuan Akio adalah ayah kandung mu, dan mama Ani, wanita yang bekerja di peternakan Darma Wijaya dan ibu angkat dari Deni, adalah ibu kandungmu!" Dion bersuara dengan tegas, pria itu berusaha meyakinkan Rania dengan apa yang dia katakan. Rania diam dan membisu. Wanita itu seolah kehilangan kata-kata. Bingung harus berkata-apa? Semua ini sangat mengejutkan untuknya. Selama ini yang dia tahu, dia adalah anak yang dibuang. Bahkan, Rania pernah menolak keinginan Devan yang ingin mencari tahu tentang kedua orang tuanya. Memikirkan semua itu, hati Rania bagai diremas dengan sangat kuat. "Aku anak yang tidak di-inginkan, Dion. Jadi, aku rasa sebenarnya kau tidak perlu repot-repot menga
Rania dan Dion--telah dalam perjalanan pulang ke kediaman Rania--yang ada di pinggiran kota. Dion sempat menawarkan pada Rania agar mereka berjalan-jalan sebentar, namun wanita itu menolak--dengan berbagai alasan. Devan hanya mencintaiku. Hanya aku satu-satu nya wanita dalam hidup nya. Kalimat itu terus saja menari-nari dalam pikiran Rania, membuat wanita itu hanyut dalam dunia nya sendiri. "Rania." Suara dari Dion--berhasil membelah lamunan Rania. Wanita itu nampak kaget, dan segera memalingkan wajah nya pada pria disebelahnya."Aku harap perkataan Sarah tidak mengusik pikiran-mu, Rania. Ingat! Kau saat ini sedang mengadung!" Dion bersuara dengan tegas, seolah apa yang dia peringatkan harus dipatuhi oleh Rania. Seperti baru disadarkan oleh keadaan--mimik wajah Rania seketika berubah--wanita itu nampak menyesali karena frustasi memikirkan Devan, padahal dia sudah berjanji pada diri nya sendiri kalau dia akan fokus pada kehamilan nya. "Aku sedang tidak memikirkan hal itu!" sangkal
Rania panik, juga kalut, mendapati Devan dan juga Dion, yang saling adu jotos hanya karena diri nya. Rania meneriaki kedua pria itu. "Aku mohon hentikan---!" teriaknya histeris, marah, kecewa, sedih, melebur jadi satu menyelimuti wajah wanita berambut hitam legam itu. Suara teriakkan Rania memalingkan wajah Devan juga Dion, pada asal suara. Amarah yang meletup-letup di dalam diri kedua pria itu menguap. Namun, sekejap mimik wajah kedua nya berubah saat mendapati Rania yang tiba-tiba meringis sembari menyentuh perut nya, Dion dan Devan segera menghampiri. "Rania, kau baik-baik saja?" tanya Dion, panik juga khawatir sudah menyelimuti wajah pria itu. Dion segera memegang tangan Rania dengan posesif, dan apa yang pria itu lakukan membuat Devan yang berada di sebelah nya begitu terbakar oleh api cemburu. Pria itu nampak tidak terima dengan apa yang Dion lakukan pada Rania. "Jangan menyentuh nya!" hardik Devan dengan nada penuh emosi, dengan kasar pria itu melepaskan genggaman tang
Wijaya Group Berdiri, dengan kedua tangan yang dia masukkan ke dalam saku celana--Devan tengah menikmati keindahan kota J disiang hari yang dihiasi gedung-gedung pencakar langit. Lama menatap, membawa pikiran Devan pada kejadian kemarin. "Bagaimana cara nya, aku harus bisa meyakinkan Rania--kalau aku benar-benar ingin kembali bersama nya," gumam Devan. Devan kembali termenung, larut dalam dunia nya sendiri. Dan, itu kembali menghantarkan ingatan pria itu pada perkatan Dion kemarin. Saya tulus mencintai Rania, dan ingin menikahinya. Devan mengusap wajah nya kasar, semakin frustasi membayangkan jika Dion benar-benar menikahi Rania dan tentu pria itu akan menjadi ayah dari anaknya nanti. "Tidak! Dion tidak boleh menikahi Rania, dan kalau dia menikahi Rania tentunya, anakku akan mengenal Dion sebagai ayah nya, bukan aku!" gerutu Devan, pria itu segera berbalik menghampiri meja kerja-Devan mengambil jas yang menggelantung membalutkan ke tubuh, dan berlalu pergi dari dalam ruangan set