Jangan lupa tinggalkan komentar, dan juga follow akun IG aku @popy--yanni untuk melihat visual Rania dan Devan.
"Sarah!" gumam Devan tanpa sadar, kaget juga shyok menyelimuti wajah tampan pria itu. Kemarahan yang selama ini dipendam oleh Sarah--seolah membuatnya buta sedang di mana diri nya saat ini. Tanpa memperdulikan adanya para rekan-rekan bisnis Devan yang sedang berada di dalam, Sarah menggiring langkah kakinya masuk ke dalam ruangan. Begitu dekat dengan pria yang berstatus tunangannya itu--Sarah segera meluapkan kemarahannya. "Kamu, kenapa tidak mengangkat telepone juga pesan dariku, Devan?! Kamu, sudah sangat keterlaluan! Apakah, kamu sudah lupa--kalau aku ini adalah tunanganmu, dan sebentar lagi kita akan menikah!" hardik Sarah dengan nada penuh emosi--bahkan dadanya sampai kembang-kempis akan kemarahannya yang meluap-luap. "Nona Sarah, ayo ikut saya!" pinta Deni dengan nada setengah berbisik, dan memegang tangan Sarah--Deni bermaksud membawa wanita itu ke luar dari dalam ruangan. Namun, Sarah yang tengah terbakar oleh api emosinya justru menghempaskan genggaman tangan Deni dengan k
"Apakah, kamu kira Devan masih mau bersama Sarah, kalau dia mengetahui kenyataan putri kita pernah mengandung anak dari pria lain dan menggugurkannya. Perginya Sarah tiba-tiba dari hidup Devan, karena kehamilannya dengan seorang laki-laki asing!"Wajah mama Winda mendadak kaku, bolamata wanita itu tak berkedip sama sekali-kaget, juga shyok menyelimuti wajah ibu satu anak itu. Dalam diri nya kini bertanya-tanya dari mana suaminya itu mengetahui rahasia yang dia tutupi rapat-rapat selama ini. "Kamu, terkejut? Kamu terkejut karena aku mengetahui hal, ini?! Padahal selama ini kamu begitu menutupi rapat-rapat dari aku, Winda. Jujur, aku sangat kecewa--mengetahui Sarah ternyata pernah mengandung dan juga menggugurkan. Dan, itu akibat pergaulan bebasnya!" ujar papa Akio, dia tersenyum getir akan rasa kecewa nya yang teramat sangat. Mama Winda menghembuskan napasnya dalam-dalam, dan membuangnya dengan perlahan. Perasaan nya saat ini tengah campur aduk. Namun, semua itu dia lakukan akibat ras
Wajah Rania mendadak kaku, dunianya seperti berhenti berputar setelah mendengar kenyataan dari Dion yang cukup mengguncangkan dunia nya. "Katakan-ini tidak benar, Dion. Katakan, kalau ini tidak benar," ujar Rania dengan suara yang telah berubah parau, bolamata nya pun telah berkaca-kaca. "Ini benar-Rania. Tuan Akio adalah ayah kandung mu, dan mama Ani, wanita yang bekerja di peternakan Darma Wijaya dan ibu angkat dari Deni, adalah ibu kandungmu!" Dion bersuara dengan tegas, pria itu berusaha meyakinkan Rania dengan apa yang dia katakan. Rania diam dan membisu. Wanita itu seolah kehilangan kata-kata. Bingung harus berkata-apa? Semua ini sangat mengejutkan untuknya. Selama ini yang dia tahu, dia adalah anak yang dibuang. Bahkan, Rania pernah menolak keinginan Devan yang ingin mencari tahu tentang kedua orang tuanya. Memikirkan semua itu, hati Rania bagai diremas dengan sangat kuat. "Aku anak yang tidak di-inginkan, Dion. Jadi, aku rasa sebenarnya kau tidak perlu repot-repot menga
Rania dan Dion--telah dalam perjalanan pulang ke kediaman Rania--yang ada di pinggiran kota. Dion sempat menawarkan pada Rania agar mereka berjalan-jalan sebentar, namun wanita itu menolak--dengan berbagai alasan. Devan hanya mencintaiku. Hanya aku satu-satu nya wanita dalam hidup nya. Kalimat itu terus saja menari-nari dalam pikiran Rania, membuat wanita itu hanyut dalam dunia nya sendiri. "Rania." Suara dari Dion--berhasil membelah lamunan Rania. Wanita itu nampak kaget, dan segera memalingkan wajah nya pada pria disebelahnya."Aku harap perkataan Sarah tidak mengusik pikiran-mu, Rania. Ingat! Kau saat ini sedang mengadung!" Dion bersuara dengan tegas, seolah apa yang dia peringatkan harus dipatuhi oleh Rania. Seperti baru disadarkan oleh keadaan--mimik wajah Rania seketika berubah--wanita itu nampak menyesali karena frustasi memikirkan Devan, padahal dia sudah berjanji pada diri nya sendiri kalau dia akan fokus pada kehamilan nya. "Aku sedang tidak memikirkan hal itu!" sangkal
Rania panik, juga kalut, mendapati Devan dan juga Dion, yang saling adu jotos hanya karena diri nya. Rania meneriaki kedua pria itu. "Aku mohon hentikan---!" teriaknya histeris, marah, kecewa, sedih, melebur jadi satu menyelimuti wajah wanita berambut hitam legam itu. Suara teriakkan Rania memalingkan wajah Devan juga Dion, pada asal suara. Amarah yang meletup-letup di dalam diri kedua pria itu menguap. Namun, sekejap mimik wajah kedua nya berubah saat mendapati Rania yang tiba-tiba meringis sembari menyentuh perut nya, Dion dan Devan segera menghampiri. "Rania, kau baik-baik saja?" tanya Dion, panik juga khawatir sudah menyelimuti wajah pria itu. Dion segera memegang tangan Rania dengan posesif, dan apa yang pria itu lakukan membuat Devan yang berada di sebelah nya begitu terbakar oleh api cemburu. Pria itu nampak tidak terima dengan apa yang Dion lakukan pada Rania. "Jangan menyentuh nya!" hardik Devan dengan nada penuh emosi, dengan kasar pria itu melepaskan genggaman tang
Wijaya Group Berdiri, dengan kedua tangan yang dia masukkan ke dalam saku celana--Devan tengah menikmati keindahan kota J disiang hari yang dihiasi gedung-gedung pencakar langit. Lama menatap, membawa pikiran Devan pada kejadian kemarin. "Bagaimana cara nya, aku harus bisa meyakinkan Rania--kalau aku benar-benar ingin kembali bersama nya," gumam Devan. Devan kembali termenung, larut dalam dunia nya sendiri. Dan, itu kembali menghantarkan ingatan pria itu pada perkatan Dion kemarin. Saya tulus mencintai Rania, dan ingin menikahinya. Devan mengusap wajah nya kasar, semakin frustasi membayangkan jika Dion benar-benar menikahi Rania dan tentu pria itu akan menjadi ayah dari anaknya nanti. "Tidak! Dion tidak boleh menikahi Rania, dan kalau dia menikahi Rania tentunya, anakku akan mengenal Dion sebagai ayah nya, bukan aku!" gerutu Devan, pria itu segera berbalik menghampiri meja kerja-Devan mengambil jas yang menggelantung membalutkan ke tubuh, dan berlalu pergi dari dalam ruangan set
"Tidak!" Sarah bersuara dengan tegas, "Pernikahan ini akan tetap berlanjut!" lanjut Sarah dengan suara bergetar menahan tangis, bola mata nya pun telah berkaca-kaca.Devan mendesahkan napas nya kasar, pria itu nampak frustasi dengan penolakan dari Sarah. Dia bingung--bagaimana cara nya meyakinakan wanita itu agar mau mengakhiri hubungan mereka. "Rania sedang mengandung Sarah, dia jauh lebih membutukan aku dibandingkan diri mu!" Suara Devan sudah merangkak naik, wajah nya mengeras--iris hitam Devan telah menggelap akan emosi yang sudah ada. Sarah terkekeh--tertahan, ada rasa menggelitik-ada pula perasaan marah. Hatinya semakin berkeping-keping, air mata yang ditahan nya kuat-kuat kini sudah meluncur membasahi kedua pipi nya. "Terus, bagaimana dengan diri-ku, Devan---? Bagaimana dengan diriku?" ujar Sarah dengan setengah teriakkan, butir-butir bening itu semakin saja deras mengalir. Wajah Devan kian mengeras, keras kepala Sarah yang tetap ingin mempertahankan hubungan ini membuat De
Ada perasaan kaget, ada juga perasaan menggelitik yang terselip, Deni seperti tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Seorang Devan Wijaya yang selalu mengutamakan harga diri di atas segalahnya, kini bersimpu--memohon cinta di depan wanita yang merupakan saudari nya. "Kasian juga Tuan Devan. Dia begitu mencintai Rania, namun--terpaksa harus berpisah akibat ulah kakek nya sendiri," gumam Deni, wajah pria itu telah berubah sendu, dia menatap iba pada Tuan nya itu. Sementara Devan, pria itu masih setia berlutut--memohon agar Rania mau kembali bersama nya. "Aku-mohon, Rania--kembalilah bersamaku. Setidak nya lakukanlah ini demi anak kita," ujar Devan dengan lirih, pria itu memelaskan wajah--menatap Rania dengan penuh harap. "Kita sudah bercerai-Devan, apakah kau lupa itu?! Lagi pula, kau dan Sarah akan menikah!" tukas Rania dengan nada penuh amarah, akan melangkah masuk ke dalam rumah, namun-cekalan tangan Devan menghentikan alunan langkah kaki wanita itu. "Tidak akan pernah a