“Aku tidak gila!” Annelies meraung saat para Perawat memaksanya berbaring di brankar, lalu mengikat tangan dan kakinya. “Tenanglah, Nona!” sahut Suster yang berusaha mencengkeram lengan Annelies. Namun, wanita itu terus memberontak seraya memekik, “aku tidak gila! Aku tidak gila, sialan!” Manik hazelnya melotot tajam, rambut kecokelatan yang biasanya rapi, kini awut-awutan. Annelies terus menendang-nendang agar perawat itu menyingkir, tapi usahanya percuma. “Siapa yang menyuruh kalian membawaku ke sini? Apa itu Kak Logan?!” Annelies kembali memberang, tapi tak ada yang menyahut. “Apa yang kalian lakukan?! Pegang dengan kuat!” sentak Kepala Perawat dengan tegas. “Ba-baik!” Para suster mencekal Annelies lebih kuat, tapi Annelies tiba-tiba menggigit tangan suster yang ada di sebelahnya. “Argh!” Suster itu menjerit. Dia berusaha menarik tangannya, tapi Annelies semakin kuat menggigitnya hingga berdarah. “Argh, lepaskan! Wanita ini memang gila!” cecar Suster itu. Kepala perawat y
“A-apa dia bilang?!” Lelaki berambut gondrong langsung bangkit.Dia berjalan menuju Annelies dan menariknya menjauh dari Dan Theo-pria berkemeja putih.“Hei, Nona! Kau tahu apa yang kau katakan? Pria ini—”“Saya tahu. Dia seorang Gigolo ‘kan? Kalian semua pria yang menerima bayaran dari wanita untuk tidur bersama. Saya juga mau membayar kalian!” sahut Annelies dengan tatapan tajam.Semua orang tercengang seolah tak percaya dengan ucapan wanita itu.“Kenapa? Kalian tidak mau menerima uang saya?” Annelies menantang.Lelaki gondrong tadi mencekal Annelies lebih kuat. Namun, belum sempat menimpali, Dan Theo lebih dulu berkata, “semua uang berharga. Ayo kita lakukan, tidur bersama!”“Dan Theo!” sambar lelaki gondrong tadi, tapi Theo tidak menggubris.“Jadi nama Anda Dan Theo? Baiklah, ke mana kita pergi? Saya butuh kamar, secepatnya!” tukas Annelies dengan tatapan tajam, tapi entah mengapa Dan Theo bisa melihat getaran di matanya.Pria itu mengamati penampilan Annelies yang berantakan. Ann
“Sayang, akhirnya kita bertemu lagi!” tukas Harvey sambil menatap lurus pada Annelies.“Sayang, aku sangat merindukanmu.” Samantha menyambar dengan suara yang dibuat imut.Dia menghampiri Harvey dengan kening mengernyit. “Kau terluka? Apa yang terjadi padamu?”Samantha menjulurkan tangan, hendak memeriksa luka di bibir dan sekitar pelipis Harvey. Namun, pria itu langsung menahan tangannya.“Ini luka kecil saat dinas di luar kota. Aku sangat merindukanmu, Sayang,” balas Harvey yang lantas memeluk Samantha.“Astaga, baru beberapa hari jauh dariku, kau langsung terluka. Aku mencemaskanmu,” sahut wanita itu menekuk bibirnya sedih.Meski Harvey mendekap dan membelai punggung Samantha, tapi sorot matanya masih terpaku pada Annelies yang berada di belakang tunangannya. Tatapannya itu seolah membayangkan bahwa wanita yang dipeluknya adalah Annelies.‘Kenapa luka Harvey sama persis dengan luka pria miesterius yang menemuiku di rumah sakit tadi malam?’ batin Annelies dengan manik gemetar. ‘Sial
“Siapa yang mau menikahi wanita gila, hah?!” Samantha mendecak dengan mata terbelalak.Semua orang heran karena selama ini Annelies tak pernah dekat dengan pria dan hanya sibuk kerja. Itu membuat mendiang Feanton cemas jika Annelies jadi perawan tua. Hingga dia pun menambahkan syarat bahwa Annelies harus menikah dalam kurun waktu enam bulan untuk mendapat hak waris. Jika tidak, Feanton akan menyumbangkan seluruh asetnya ke yayasan panti jompo dan anak yatim piatu.Karena inilah Logan murka habis-habisan dan berusaha menyingkirkan Annelies. Dia yang merupakan putra tertua malah tidak mendapat apa-apa.“Benarkah? Kau mau menikah?” Seringai berbahaya merayapi bibir Logan, seiring tangannya yang melepaskan leher Annelies. Annelies menatap tajam, tapi belum sempat menimpali, Logan kembali berkata, “baiklah, kita lihat apa kau bisa melakukannya!”“Daddy! Apa yang Daddy katakan? Jika Bibi Annelies menikah … aish, intinya dia tidak boleh menikah, Daddy! Daddy ta
“Dan Theo?!” Leher Annelies menegang.Alih-alih menjawab, pria itu langsung menarik Annelies bersembunyi di balik dinding.“Dan Theo, kenapa kau—”“Sstt … dia akan mendengarnya,” sahut Dan Theo menutup mulut Annelies saat lelaki misterius tadi celingukan di lobi.Manik Annelies kembali melebar ketika lelaki itu berjalan ke arah mereka. Dia kian cemas, dan Theo menyadari itu. “Diam dan bersembunyilah di sini,” bisik Theo menenangkan.Tanpa menunggu sahutan Annelies, dia langsung berbalik dan memukul wajah lelaki misterius tadi hingga terhuyung.“Argh, brengsek!” umpat lelaki itu kesal.Dia menyipit, tapi tak bisa melihat wajah Dan Theo dengan jelas.“Siapa kau? Beraninya ikut campur urusanku!” sambungnya geram.Dan Theo menghampirinya, tapi lelaki itu mengeluarkan belati dan melayangkannya ke arah Theo. Beruntung Dan Theo berhasil menghindar, lalu dengan cepat menonjok wajah lelaki tadi lebih keras.Darah menggelenyar dari sudut mulut lelaki tersebut. Dengan geram dia menggenggam bela
Annelies membuka pintu lebih lebar usai beberapa saat dan masuk bersama Dan Theo.“Tempat ini agak berantakan, aku belum merapikan semuanya,” tutur wanita itu yang lantas melirik sofa. “Hanya ada satu ranjang, apa kau tidak masalah tidur di sana?”Alih-alih menjawab, Dan Theo malah balik bertanya, “apa hal seperti itu sering terjadi?”Leher Annelies menegang saat Dan Theo membahas terror tadi. Itu memicu sensasi empedu naik ke tenggorokannya dan membuatnya mual.“Ini baru pertama kali,” sahutnya dengan manik gemetar.Dia meraih bantal dan selimut, lalu menyerahkannya pada Dan Theo. “Kau bisa memakainya.”Pria itu hanya diam, tapi bisa melihat jelas bahwa Annelies masih sangat terkejut. Bahkan ketika wanita itu tidur, Dan Theo mendengar dia merintih.‘Dia mengigau?’ batin pria tersebut yang lantas bangkit dari sofa.Dirinya memeriksa Annelies yang mengigil di ranjang.‘Demam?’ geming Dan Theo saat menyentuh dahi wanita itu.Ya, tubuh Annelies sangat panas, mulutnya terus merisik dan me
“Apa ini jelas untuk kalian?!” tukas Annelies saat menarik diri.Sorot matanya yang tajam membuat semua wartawan diam. Bahkan Dan Theo hanya tersenyum miring melihat langkah berani istrinya ini. Satu tindakan Annelies, akan menggilas rumor buruk kesehatan jiwanya, sekaligus pengumuman perang pada Logan.“Mari, suamiku. Kita harus menetapkan tanggal dan mengurus resepsi pernikahan!” decaknya merengkuh lengan Dan Theo.“Tolong permisi,” tutur pria itu membelah kerumunan.Para wartawan itu mundur, tapi masih haus berita.“Nona, kalau begitu tolong beritahu kami tanggal dan lokasi pernikahan Anda nanti!”“Benar, Nona. Tolong katakan juga, apa keluarga Langford merestui penikahan Anda?” tanya Wartawan sambil mengejar Annelies.Seorang lainnya bahkan menghadang dan bertanya, “Jadi, apa Nona Samantha bohong soal penyakit mental Anda?”Annelies tetap bungkam, tapi para wartawan itu berdesakan dan mendorongnya hingga hampir jatuh. Beruntung Dan Theo memeganginya, hingga Annelies tak sampai amb
“Aku sangat muak, tapi malam ini kita harus datang ke mansion Langford!” Wajah Annelies berubah masam usai mendapat telepon dari kuasa hukum mendiang Feanton. Dirinya menatap sang suami, seraya melanjutkan. “Dan Theo, apapun yang mereka katakan nanti, kau tidak perlu meladeninya. Mereka lebih gila dari pasien rumah sakit jiwa!”Pria itu menaikan sebelah alisnya sebagai respon. Dan malamnya, Annelies benar-benar datang bersama Dan Theo ke mansion yang belum lama ditinggalkannya. Dia mengenakan dress formal hitam yang tampak elegan, berjalan menggandeng Dan Theo dengan setelan jas warna senada. ‘Ayah, aku tidak tahu apa maksudmu memberiku tanggung jawab besar ini. Tapi aku yakin, Ayah pasti punya tujuan ‘kan?’ batin Annelies mengingat mendiang Feanton kala melewati rumah kaca, tempat ayahnya biasa merawat bonsai.Mereka menuju ruang keluarga di bangunan utama. Di sana, semua anggota Langford sudah berkumpul.“Astaga, bukankah pertemuan ini hanya untuk anggota keluarga Langford? Kenap
“Mohon maaf, Tuan. Kami sudah berusaha menahannya,” tutur salah satu Bodyguard di sana.Dia dan rekannya pun berusaha mencekal lelaki tadi, tapi langsung dihempas oleh targetnya.“Menyingkir dariku, sialan! Beraninya kalian memperlakukanku seperti tawanan!” sentak Dave marah.Ya, lelaki itu memang Dave Langford. Dia yang semula dikurung di ruang bawah tanah paviliun Langford, diam-diam dibebaskan Lewis setelah menyerahkan hak management hotelnya. Dave kabur dan sembunyi dari Logan. Tapi saat mendengar berita pembunuhan Feanton, dirinya tak bisa diam saja.“Kak Logan, benarkah putramu yang melenyapkan Ayah?!” Dave bertanya dengan tatapan berapi-api.Bukannya langsung menimpali, lawan bincangnya justru melirik beberapa bodyguardnya di belakang Dave. Dia memberi kode agar mereka pergi dari sana.Dan setelah bodyguard tadi berlalu, Logan pun memicing tajam pada Dave.“Brengsek! Harusnya kau tetap bersembunyi seperti tikus mati. Kenapa malah mendatangiku dan membuat keributan, hah?!” Pria
“Mengapa malah Lewis yang ditangkap?!” Annelies berkata bingung. Dia sangat yakin sudah memberitahu Cloe untuk melaporkan Logan Langford. Sektretarisnya juga bukan orang serampangan yang membuat kesalahan sefatal itu. Namun, mengapa sekarang lini berita dipenuhi kabar penangkapan Lewis atas pembunuhan mendiang Feanton? Bahkan sebuah artikel menyebutkan bahwa putra Pimpinan L&F Company itu mengakui kejahatannya!“Ini … tidak masuk akal!” tukas Annelies dengan sorot gemetar. “Kau seperti tidak mengenal Logan Langford. Bukankah dia pria yang akan melakukan apapun demi mencapai tujuannya?” Serena tiba-tiba angkat bicara. Annelies seketika menatapnya. Dia terheran-heran. “Dari cara bicara Anda, sepertinya sudah lama mengenalnya. Apa hubungan Nyonya dengan Kak Logan?” tanya Annelies menyidik. Alih-alih menjelaskan, Serena justru tertawa ringan. “Hah … Logan pasti marah mendengarmu masih memanggilnya dengan sebutan Kakak,” gumamnya pelan. “Maaf?” Annelies menyatukan alisnya bingung.
“A-anda?!” tukas Annelies terbata.Dia mencoba bangkit. Wanita tadi langsung menghampiri dan membantu Annelies bangun. Bahkan dia juga menata bantal di belakang punggung Annelies agar nyaman bersandar.“Kau mengenaliku?” Serena bertanya sambil menaikkan kedua alisnya.Ya, wanita itu memanglah Serena. Saat itu dia dan anak buahnya menyelamatkan Annelies dari kejaran antek Logan di terowongan La Fosa. Serena pun membawa Annelies ke Ceko, sebab tahu bahwa Logan pasti mati-matian mencari keberadaan Annelies. Terlebih kasus kematian Feanton sudah terangkat ke publik. Serena ingin melindungi Annelies sebelum terlambat.“Bukankah kita bertemu di toko perhiasan? Saat itu Anda memberikan kalung pada saya. Maaf, saya belum membayar kalung itu dan tidak tahu harus mencari Anda di mana,” tutur Annelies dengan wajah pucatnya.Serena tersenyum, lalu duduk di tepi ranjang.“Padahal saat itu aku memakai kacamata, tapi kau punya pengelihatan yang bagus,” ujarnya disertai senyum tipis. “Mengenai kalung
“Apa itu untuk kasus Ayah?” Logan bertanya dengan sorot tajamnya.“Benar, Tuan. Sesuai dugaan Anda,” sahut Casper dengan ekspresi seriusnya. “Sepertinya Nona Annelies sudah membuat laporan sejak kemarin.”Ya, Logan tak tahu saja bahwa Annelies sudah memperhitungan kejadian ini. Wanita itu memutuskan menyerahkan bukti pembunuhan mendiang Feanton melalui Cloe. Annelies mengubah rencananya. Dia meminta sekretarisnya menyerahkan bukti video rekaman itu sebelum Logan bertindak. Dan sesuai prediksi Annelies. Logan Langford memang tak menyerah mengirim pembunuh untuk menyingkirkannya!‘Sialan! Jalang itu sudah mulai berani!’ batin Logan geram.Raut mukanya berubah lebih beringas seiring tangannya yang mengepal penuh amukan. Casper sangat was-was tuannya itu akan meledak. Dan detik berikutnya, Logan langsung melempar gelas mojito kristal berisi alkohol yang tadi tenggaknya. Benda itu melayang hingga menghantam dinding ruangan dengan keras.“Brengsek!” umpatnya mengamuk kasar.Logan meninju me
“Si-siapa kau? Lepaskan aku!” pekik Annelies yang tak mengenali wajah lelaki itu di kegelapan.Annelies berupaya memberontak di tengah sensasi pening dan menyakitkan tumitnya.Akan tetapi, pria tinggi besar itu malah mendekapnya semakin erat. Tenaga Annelies pun tak cukup kuat untuk mendorongnya mundur. Wanita tersebut berpikir pria ini komplotan lelaki bermasker yang menabraknya tadi.Namun, tanpa diduga, pria tinggi besar itu malah mengacungkan pistol dan tak ragu melesatkan peluru pada lelaki bermasker tadi. Anak timahnya tepat mengenai kaki lelaki tersebut. Tapi pria tadi tak cukup puas, hingga menembak lengan lelaki itu.“Argh, sialan!” Umpatan berang terdengar dari antek Logan tersebut.Annelies yang mendapati situasi itu seketika tertegun. Napasnya seperti tercekat, tapi sialnya pandangan wanita itu semakin kabur hingga perlahan membuat kesadarannya lenyap.Pria tinggi besar tadi langsung membopong Annelies dan berbalik membawanya menuju mobil di tengah terowongan.“Nyonya, say
“Tidak!” Annelies memekik sambil membanting setirnya ke kiri.Dia berusaha menguasai kemudi, tapi jalanan yang licin membuat mobilnya sulit terkendali. Apalagi pandangan Annelies juga terhalang hujan yang lumayan deras. Wanita itu mati-matian menginjak rem, hingga sambil mencengkeram setir dengan kuat.Namun, sialnya mobil dari arah berlawanan tadi malah mengarah pada Annelies dan seolah sengaja menabrak bemper sampingnya.“Hah, sial!” Annelies memaki tajam saat kendaraannya menghantam pembatas jalan.Gubrakan terdengar keras seiring kening Annelies yang menghantam setir mobilnya. Sensasi menyakitkan menyerang kepalanya. Tapi saat Annelies mengangkat pandangan, maniknya sontak meluas selebar cakram.Ya, di hadapannya ternyata jurang. Jika saja mobil tak dikenal tadi menghantam lebih keras, mungkin Annelies sudah jatuh ke jurang tersebut.Tatapan wanita itu gemetaran. Pun juga lehernya menegang dan sulit menelan saliva. Namun, detik berikutnya Annelies dikejutkan oleh ketukan di jendel
“Maaf, Nona Cloe. Saya harus mengangkat telepon dulu,” tutur Annelies yang lantas beranjak keluar kamar.Cloe yang mengamati punggung wanita itu menjauh, seketika merasa was-was. Dia melihat sendiri banyak orang yang berniat mencelakai Annelies, termasuk keluarganya sendiri. Sungguh tidak berbeda dengan dirinya. Jadi Cloe seakan tahu betapa sesaknya hidup Annelies.‘Aku harap Direktur selalu baik-baik saja,’ batin Cloe dalam hati.Sementara di luar, Annelies sempat ragu menerima telepon itu. Akan tetapi dirinya tetap mengangkatnya dengan waspada.“Kau menelepon untuk memastikan aku mati atau tidak?!” tukas Annelies sebelum lawan bincangnya angkat suara.Dari seberang terdengar geraman seorang lelaki yang menahan amukan.“Apa yang kau bicarakan? Di dunia ini, mana ada seorang Ayah yang mengharapkan kematian putrinya?” sahut Logan pelan, tapi setiap katanya seperti mencekik Annelies.Ya, orang menghubungi wanita itu memanglah Logan Langford.“Sejak kapan kau menganggapku putrimu?” samba
“Apa saya bisa meminjam baju ganti. Pakaian saja basah, jadi ….”Annelies meredam ucapannya saat melihat Kaelus terhuyung menatap lemari pending, sedangkan Cloe tampak kaku sambil mencengkeram celemeknya. Ya, begitu mendengar Annelies tadi memanggil namanya, Cloe buru-buru mendorong Kaelus menjauh darinya, tanpa peduli sang pria mungkin jatuh. “Tunggu, apa yang sedang terjadi di sini?” tanya Annelies mulai menyidik. Alisnya mendapuk saat melihat gelagat Cloe yang kikuk, apalagi Kaelus yang kini menegakkan tubuhnya sambil berdehem canggung. “Ah, Anda bertanya tentang baju kering? Mari, Direktur. Saya akan memberikan Anda baju ganti.” Cloe sengaja beralih ke topik awal.Dia melirik Kaelus seraya berkata, “Tuan Kaelus, tolong urus pastanya sebentar. Saya akan segera kembali.”“Sebelah sini, Direktur.” Dengan senyum kaku, Cloe pun mengarahkan Annelies ke kamarnya di lantai atas. Annelies yang masih curiga dengan insiden sebelum dirinya datang, kini menahan seringai tipis dan lantas
Cloe buru-buru mendorong Annelies ke belakang, hingga kedua wanita itu ambruk tersungkur. “Brengsek!” Seorang pria bermasker hitam yang mengemudikan kendaraan itu mengumpat tajam.Dia memukul kemudi saat gagal menabrak Annelies. “Hah, sial! Kenapa harus muncul jalang lainnya dan membuat misiku gagal?!”Sepasang maniknya seketika melebar saat melirik spion. Dari belakang, rupanya Kaelus berusaha mengejarnya. “Bajingan itu lagi. Kenapa dia sangat merepotkan?!” cibirnya kesal. Detik berikutnya pria bermasker hitam itu dikejutkan oleh deruan pistol yang terarah ke mobilnya. Ya, Kaelus rupanya melesatkan peluru dan berniat menghentikan pria tersebut. Sayangnya, pria masker hitam itu semakin menancap gas hingga mobilnya berhasil keluar dari basement. ‘Hah, sial!’ batin Kaelus penuh umpatan. Iris tajamnya menatap penuh amukan seraya melanjutkan. ‘Apa bajingan itu ada kaitannya dengan orang yang menyerang Dan Theo?’“Tuan Kaelus!” Fokus pria itu teralihkan saat Cloe memanggilnya. Kael