‘Apa itu Tuan Kaelus?’ batin Cloe menerka.Namun, saat mengangkat pandangan, Cloe malah tertegun karena pria asing dengan masker hitam tiba-tiba mendatangi mobilnya. Dia memaksa masuk dan duduk di sebelahnya, sebelum Cloe mengunci pintu mobil.“Si-siapa kau? Keluar sekarang atau aku akan—”“Diamlah!” Pria itu menyambar sambil mengancam dengan belati.Cloe sontak membelalak saat senjata tajam itu tepat berada di lehernya. Sensasi tegang pun menyerang hingga wanita itu kesulitan menelan saliva.“Turuti perintahku jika kau mau selamat!” decak pria asing itu memicing sinis.Tangan Cloe yang mencengkeram kemudi tampak gemetar. Dia tak bisa mengambil risiko karena tak memiliki senjata apapun untuk melawan.Dengan tatapan tegang, wanita tersebut berujar, “apa yang kau inginkan?!”“Jalan. Ikuti mobil di depan!” sahut sang pria penuh tekanan.Cloe mengangkat pandangan ke depan.Belum sampai wanita itu menjawab, pria misterius tadi kembali mendengus, “cepat jalan!”Cloe tersentak. Dia tak ada p
Cloe tersenyum miring, tangannya pun menjulur dan membelai pipi Leon. “Kau bilang … tidur bersama?” tutur Cloe menaikkan kedua alisnya.“Ya, pendengaranmu sangat baik, Sayang,” sahut Leon berbisik.Sentuhan Cloe perlahan turun ke leher Leon. Wanita itu sengaja mengikis kewaspadaan sang pria, hingga pada satu titik, dirinya pun mendorong Leon amat kuat. Pria tersebut terhuyung dan ambruk ke ranjang.Saat itulah kesempatan Cloe. Dia buru-buru lari menuju pintu. Tapi sial, Leon bergegas menyusulnya dan langsung mendorong pintu itu sampai tertutup rapat lagi.“Aku tau kau tidak akan menurut dengan mudah!” tukas Leon menghimpit Cloe pada pintu.Dia mencekal leher wanita itu dari depan, memaksa Cloe mendongak agar menatap wajahnya.Dengan sorot tajam, Cloe pun mendecak, “kau brengsek, Leon! Menahanku di sini tidak akan menguntungkanmu!”“Kau tidak mengerti nilai dirimu sendiri, Cloe. Padahal aku sangat menyukaimu,” sahut Leon dengan nada bisikan.Dirinya mendekati telinga wanita itu, lalu
Cloe terdiam dengan leher tegang. Dia menatap Leon seolah menuntut janjinya kalau dia tidak akan kalah. Namun, sialnya pria itu hanya bungkam sambil menuang alkohol ke gelasnya. ‘Hah! Dasar bajingan!’ batin Cloe penuh dendam. “Leon, apa wanitamu itu tuli? Atau dia idiot sampai tidak mengerti aturan permainan kita?!” Pria dengan codet di mulutnya itu mencibir sinis. Cloe mengangkat tatapan tajam padanya, hingga memicu pria tersebut menyeringai penuh muslihat. Pria itu berpaling ke sebelah. Dia melirik Aegon seraya memerintah. “Kau, ke mari dan lepas baju jalang tuli itu!” Aegon mengerjap. Bahkan Cloe yang mendengarnya pun tertegun dengan manik lebar. Namun, Leon yang berada di meja permainan malah santai meneguk alkoholnya tanpa bicara apapun. Sikapnya yang lepas tangan, benar-benar membuat amarah Cloe menggunung. “Apa telinga anak buahmu juga pajangan?! Kenapa semua orang tidak mengerti ucapanku, hah?!” Pria anggota Pavel itu pun mendecak berang. Leon akhirnya melirik Aegon. De
“Tembak saja!” Cloe berkata dengan leher tegangnya. Dia melirik Leon yang mendekapnya dari belakang seraya melanjutkan. “Tunggu apa lagi? Ayo tembak aku sekarang juga!” “Hah! Cloe, kau benar-benar menantangku!” sambar Leon yang lantas menekan pelatuk pistol bagian atas. Namun, tanpa diduga, Kaelus meraih botol alkohol dari lantai dan langsung melayangkannya ke arah kepala Leon. “Aish, brengsek!” umpat Leon membelalakkan matanya. Dia segera mengindar ke belakang Cloe, hingga botol itu melewati samping telinganya dan pecah menghantam dinding. Pecahan beling yang berhamburan di lantai, sungguh memicu emosi Leon membengkak. ‘Sialan! Aku akan membunuhnya!’ batin lelaki itu amat geram. Dirinya berpaling ke depan, tapi irisnya sontak melebar saat Kaleus beranjak ke arahnya dengan tatapan berang. Pria gondrong itu menarik Cloe ke sisinya dan langsung menyepak Leon hingga tersungkur menatap dinding. “Argh!” Leon mengerang saat tangannya tak sengaja bertumpu pada pecahan bot
‘Seorang wanita? Dan dia bilang … rindu?!’ batin Annelies dengan lehernya yang tegang.Rasa kalut menyambarnya karena wanita itu menghubungi di tengah malam. Siapapun pasti berpikiran negative. Tapi Annelies menekan amukannya dan menunggu wanita di seberang kembali bicara. “Ah … kau bukan Theodore Caligo,” tutur wanita di telepon yang semakin memicu ketegangan Annelies. “Kau—” Annelies hendak mengorek siapa wanita tersebut, tapi sialnya penggilan diputus sepihak. Annelies menelan saliva dengan berat. Dia menatap layar ponsel tadi dan baru tahu bahwa nomor tersebut bukan untuk domisili San Carlo.‘Ternyata telepon dari luar negeri? Siapa wanita itu? Kenapa dia bicara seperti punya hubungan dekat dengan Dan Theo?’ geming Annelies bertanya-tanya.Pikiran buruk terus berputar di kepalanya. Saat itu juga Annelies menyadari, rupanya dia tak tahu banyak tentang suaminya. ‘Theodore Caligo? Jika dipikir-pikir, aku baru tahu nama lain suamiku,’ batin wanita tersebut tersenyum getir.Dan The
‘Theodore Caligo? Bagaimana dia bisa tahu nama itu?’Dan Theo terdiam mendengar Annelies memanggil nama lengkapnya di Sociolla. Tatapannya terpaku pada manik hazel Annelies yang menuntut penjelasan. Saat itulah Dan Theo tahu istrinya marah, tapi dia tak bisa langsung bicara tanpa mengerti akar permasalahan. Dengan tegas, pria itu pun berkata, “tidak ada. Apa aku melakukan sesuatu yang membuatmu kesal?”Seringai miring tersungging di sebelah bibir Annelies. Dia semakin kesal karena Dan Theo sengaja menyembunyikan, padahal dirinya sudah menyinggung nama aslinya. “Annelies—”“Pagi ini aku ada meeting. Aku harus segera pergi!” Annelies sengaja menyambar sebelum ucapan Dan Theo tuntas. “Kau tidak perlu mengantarku. Aku akan membawa mobil sendiri karena siang nanti ada pertemuan di luar kantor.”“Baiklah, tapi setidaknya makan dulu sebelum pergi,” sahut Dan Theo.Sang istri melirik armer ritter yang masih hangat di meja. Perutnya berbunyi karena itu terlihat lezat, tapi egonya yang mendom
“Aish, sialan! Bajingan ini lagi!” Aegon mendengus kesal saat melihat Kaelus di sana.Dia mengusap gelenyar anyir dari sudut bibir, lalu bangun sambil membenarkan posisi kemeja hitamnya.“Kau! Gara-gara kau datang, rencanaku jadi berantakan. Padahal sedikit lagi Cloe bisa melunasi hutangku pada Leon. Tapi karena kau. Karena bajingan brengsek seperimu mengacau, aku harus memulai semuanya dari awal, sialan!” sambung Aegon menyentak frustasi.“Bodoh! Kau tidak pantas disebut keluarga!” Kaelus mendengus dengan alisnya yang bertaut.Mendengar cibiran itu, emosi Aegon membengkak. Dia segera meraih pot bunga yang cukup besar di belakangnya dan langsung melemparnya ke arah Kaelus.“Enyahlah brengsek!” umpatnya geram.Beruntung Kaelus menghindar dengan cepat, hingga pot bunga itu menghantam dinding dan hancur berserakan di bangku tunggu, juga lantai. Mendapati insiden itu, beberapa perawat dan orang di sekitar bagian administrasi sontak menjerit. Mereka panik, karena Aegon semakin bertindak l
‘Bu-bukankah dia putra Komisaris?’ batin Cloe menatap Lewis tanpa kedip.Ya, pemuda yang datang memanglah Lewis Langford. Dia melirik Cloe sekilas, memindai ruang rawat wanita itu dan kembali keluar tanpa bicara apapun. Agaknya Lewis tak mengenali sekretaris Annelies tersebut. Wajar saja karena mereka belum pernah bicara maupun tatap muka.Cloe yang masih berbaring di ranjang jadi heran. ‘Dia keluar begitu saja? A-apa mungkin dia salah masuk ruangan?’Di luar, Lewis pun menilik papan nama ruangan.‘Benar ini kamar A201, tapi kenapa malah orang lain yang ada di sini? Apa Casper menipuku?!’ batin pemuda itu seiring tangannya yang mengepal geram.Saat itulah dirinya mendengar langkah seseorang mendekat. Lewis berpaling, alisnya berkedut saat melihat Kelus mendekat.‘Aku harus segera pergi!’ batinnya berpura-pura membetulkan posisi dasinya yang masih rapi.Dia melangkah ke arah Kaelus datang. Sorot matanya yang gelap memicu kecurigaan Kaelus. Terlebih saat mereka berpapasan. Entah mengapa
“Jika seseorang tidak mau aku bergabung, maka aku tidak akan ikut, Kak Annelies. Terima kasih sudah menawariku.” Blair berujar penuh sindiran untuk Velos. “Kalau begitu permisi, kalian harus menikmati liburan di sini.”Wanita itu hendak mangkir, tapi Annelies langsung menahan tangannya.“Kenapa buru-buru? Lagi pula tidak ada yang menolakmu bergabung,” katanya.“Ya, kecuali satu orang, Kak!” sahut Blair yang terang-terangan menatap Velos.Pria tersebut malah menaikkan sebelah alisnya. Meski raut wajahnya datar, tapi seperti meremehkan Blair. Dan itu membuat sang wanita amat kesal.Annelies yang mengikuti arah tatapan Blair, lantas bertanya, “maksudmu Velos?”“Apa kau keberatan kalau Nona Blair bergabung?” tanya istri Dan Theo itu terang-terangan.Sebelum Velos menimpali, dia bisa merasakan tekanan dari Annelies. Bahkan saat dirinya melirik Dan Theo, Kaelus dan juga Cloe, semuanya seakan memintanya berkata tidak.“Aish, kalian benar-benar!” desis Velos yang lantas membuang pandangan. “K
“Oh? Bukankah Anda … adik Tuan Frans dari Cosmo Group?” ujar Annelies sambil merapatkan alisnya.Lawan bincangnya bangkit dengan senyum binar. “Ya, aku Blair. Senangnya, ternyata Kak Annelies masih mengingatku!”Annelies balas tersenyum.“Tentu saja saya ingat. Anda dan Tuan Frans sangat membantu saya saat itu. Terima kasih, Nona Blair,” katanya.Ya, pertama kali Annelies bertemu Blair ketika Frans membawanya ke rumah. Itu saat seseorang menyerang Annelies di penthousenya dan sang suami sedang sekarat di markas Ratz.“Ehei, tolong jangan bicara terlalu formal padaku. Aku ingin lebih dekat dengan Kak Annelies,” balas adik Frans tersebut.Maniknya bergulir pada Dan Theo di sebelah Annelies, lalu melanjutkan. “Omong-omong, siapa pria di samping Kak Annelies?”“Dia suamiku, Dan Theo,” sahut Annelies yang lantas menggandeng lengan pria itu.Dia tahu raut wajah Dan Theo berubah masam saat dirinya menyebut nama Frans tadi. Jadi Annelies berusaha meredam rasa cemburu suaminya tersebut.“Ah …
“Dasar mesum! Cepat pergi atau aku akan memanggil petugas keamanan!” Wanita itu mengancam tegas.Velos yang masih berdiri di dekat pintu seketika mengernyit heran.Tanpa mau mengalah, dia justru berkata, “harusnya Anda yang keluar. Ini kamar saya. Kenapa Anda bisa masuk ke sini?”Sang wanita mengerjap dengan manik lebar.“Apa kau gila? Sejak kapan ini jadi kamarmu, hah?!” decaknya yang lantas menyugar rambut basahnya dengan frustasi. “Hei, dengarlah bajingan mesum!”“Apa? Bajingan mesum?!” Velos menyatukan alisnya. “Nona—”“Kau pikir aku tidak bisa menghadapimu? Brengsek sepertimu harus diberi pelajaran agar tahu batasan. Jangan kau kira aku wanita lemah yang akan ketakutan dan tunduk padamu!” sambar wanita tersebut seraya mengangkat dagunya angkuh. “Aku akan hitung sampai tiga. Jika kau tidak keluar, maka kau akan menyesal!”Sorot matanya terpampang tajam, tapi entah mengapa malah serasa menantang Velos.“Menarik. Saya jadi penasaran, apa yang akan Anda lakukan, Nona?” tukas Velos kem
“Bagaimana bisa semuanya ada di sini?” Annelies bertanya dengan manik binar.Ya, di luar gedung L&F Company, Butler bersaudara sudah ada di sana. Bahkan Cloe juga. “Selamat atas pengangkatan Anda, Direktur. Ah, tunggu. Harusnya sekarang saya memanggil Anda, Nyonya Komisaris,” tutur Cloe seiring kedua alisnya yang naik ke atas. Annelies seketika tersenyum, lalu menimpali, “panggil senyamannya Anda, Nona Cloe.”“Tapi, kenapa semuanya berkumpul di sini?” Annelies bergantian melirik Kaelus dan Velos. Dan Theo yang berada di sebelahnya pun merengkuh pinggangnya dan lantas menjawab, “ke depannya kau pasti sibuk mengurus perusahaan. Sebelum itu, mari kita nikmati waktu bersantai dengan liburan bersama, istriku.”“Ah … jadi ini rencanamu?” sahut Annelies yang memicu sebelah alis suaminya terangkat. Dan Theo pun mendekati wajah sang istri sambil berbisik, “bukankah aku hebat dalam menyiapkan kejutan?”“Kau yang terbaik!” balas Annelies yang tak ragu mengecup pipinya.“Kenapa hanya di pipi?
Ekspresi binar di wajah Annelies seketika lenyap setelah menerima telepon. Jelas sekali ada sesuatu yang mengusiknya.Dan Theo yang penasaran pun bertanya, “ada masalah apa, istriku?”“Aku harus pergi. Tolong temani aku, Dan Theo,” sahut Annelies saat berpaling pada suaminya. Usai bersiap-siap, mereka lantas menuju L&F Hotel. Sudah lama Annelies tak mengunjungi hotel keluarganya tersebut. Hotel itu hampir bangkrut, tapi beberapa minggu terakhir managementnya telah diperbarui Lewis sebelum pemuda tersebut masuk penjara.Ya, jika saja Lewis menekuninya, mungkin L&F Hotel akan kembali berjaya. Sayangnya dia harus menjadi korban keserakahan Logan dan berakhir meregang nyawa.Begitu tiba di hotel tersebut, Annelies pun masuk sambil menggandeng lengan Dan Theo.“Selamat datang, Nyonya, Tuan,” tutur seorang Resepsionis menyapa. “Tuan Dave sudah menunggu di ruang VIP.”Benar, orang yang membuat Annelies datang ke hotel ini memang Dave. Padahal sebelumnya Annelies memutuskan tak ingin berhubu
“Katakan, Dan Theo! Apa maksudmu sebenarnya?!” Annelies menuntut penjelasan seiring nadanya yang kian menekan.Telinganya jelas mendengar bahwa Dan Theo ingin mengakhiri hubungan, tapi wanita itu tak mau berasumsi tanpa tau alasan di balik semua ini.Dengan wajah tegang, dia kembali berkata, “kau akan tetap diam?!”Tangannya meraih lembaran dokumen di meja. Sepasang alisnya seketika mendapuk saat membaca isinya.“Hah … ini?”“Robeklah!” Dan Theo menyahut tegas.Annelies kembali menatapnya. Ekspresi muramnya berangsur binar saat mendapati titah itu. Hingga tanpa ragu, Annelies pun merobek lembaran dokumen tersebut tepat di hadapan Dan Theo.“Hubungan kontrak kita resmi berakhir, Dan Theo. Mari kita mulai hubungan baru tanpa batas waktu!” tutur wanita itu memandang lekat.Ya, itu memang dokumen perjanjian satu tahun pernikahan mereka. Jika sesuai kontrak, maka harusnya Dan Theo dan Annelies akan berpisah. Tapi keduanya tak menyangka, dalam waktu sesingkat itu hubungan mereka jadi tak te
Alih-alih menjawab dengan ucapan, Dan Theo malah menawarkan lengannya agar digandeng sang istri.“Kalau kau sangat ingin tahu, ayo kita berangkat sekarang,” tuturnya dengan nada rendah.“Cih!” Annelies membalas dengan desisan. “Kau sangaja membuatku semakin penasaran, ya? Dasar kekanakan!”Meski mengejeknya, tapi tak bisa disangkal Annelies malah kian tertarik. Dia lantas merengkuh lengan sang suami dan berjalan mengikuti langkah panjangnya.Mereka pun menyusuri jalanan Linberg dengan mobil Dan Theo. Setelah cukup lama berkendara, pria itu menghentikan mobilnya di depan PeterSoul. Ya sebelumnya Dan Theo sudah membuat reservasi di restoran bintang michelin tersebut.Annelies yang semula melihat keluar jendela, kini berpaling pada Dan Theo lagi.“Di sini sangat sulit mendapat meja. Kapan kau memesan tempat?” tanyanya. “Tidak sesulit itu, karena ini diriku,” sahut Dan Theo seiring sebelah alisnya yang naik ke atas.Lawan bincangnya menyeringai tipis. Dia mengamati Dan Theo mengitari dep
***Esok harinya, Annelies mendatangi rumah tahanan Linberg untuk menemui Logan. Dia sengaja datang sendiri dan tidak memberitahu Dan Theo. Jelas sekali sang suami akan melarang jika tahu Annelies pergi ke sana. Namun, Annelies harus memastikan sesuatu.Begitu Logan muncul, Annelies hanya menatapnya dengan sorot dingin.‘Dunia sudah mulai menghukumnya, ya?’ batin Annelies mengamati wajah Logan yang babak belur.Ya, agaknya para narapidana telah menghajarnya habis-habisan.“Hah … sial! Apa kau datang untuk menertawakanku?!” Logan berkata dengan sorot tajamnya. “Jangan pikir kau sudah menang. Aku tidak akan lama berada di sini!”Alih-alih menjawab, Annelies malah memamerkan seringai tipis.“Sepertinya kau masih tidak sadar dengan kenyataan. Kau sudah tamat. Kau akan membusuk di penjara ini!” Annelies bicara dengan ekspresi penuh dendam.“Tutup mulutmu, jalang sialan!” Logan mengumpat seiring tangannya yang memukul kaca pembatas.Annelies yang berada di sisi seberang, malah semakin terse
Annelies mengikuti Grace ke taman di area gedung pengadilan. Mereka duduk bersebelahan, sementara Dan Theo menunggu tak jauh dari sana. Ya, pria itu sengaja memberi privasi agar kedua wanita tadi bisa bicara leluasa.“Katakan, aku hanya punya waktu sepuluh menit untukmu!” Annelies berkata dengan ketusnya.“Aku tahu kau pasti marah padaku karena—”“Marah? Siapa yang bilang aku marah?” Annelies menyambar ucapan Grace sebelum tuntas.Wanita itu berpaling pada Grace dengan ekspresi dinginnya. “Aku tidak marah, tapi lebih tepatnya aku membencimu!”Benar, meski Grace punya andil besar dalam penuntutan Logan, tapi Annelies juga membencinya karena dia sengaja menyembunyikan fakta.“Kau tau Ayah dibunuh, bahkan tinggal dengan pembunuhnya. Kau yang hanya diam, tidak ada bedanya dengan Kak Logan!” pungkas Annelies dengan leher tegang. Wajah Grace berangsur pucat, kata-katanya pun seperti tersangkut di tenggorokan saat melihat tatapan Annelies yang penuh dendam.Dia perlahan menundukkan pandang