“Minggir. Aku tidak punya waktu sekarang!” Logan mendecak berang.Wajah dingin Lewis terpaku pada Grace yang meringis kesakitan. Logan tau itu, tapi bukannya peduli, dirinya justru semakin mencengkeram rambut istrinya lebih kuat.“Argh!” Grace memekik saat merasakan beberapa helai rambutnya tercabut.“Daddy—”“Apa kau ingin menggantikan jalang ini?!” Logan menyambar sebelum ucapan Lewis tuntas.Sang putra mematung. Dia sudah ratusan kali merasakan siksaan Logan yang menyakitkan. Jika menantang ayahnya, artinya dia cari mati.Logan pun kembali menyeret Grace ke atas. Dia menyenggol bahu Lewis hingga putranya menyingkir dari jalan. Namun, melihat Grace yang meronta dengan wajah tersiksa, membuat Lewis langsung mengepalkan tangannya.“Daddy, saya akan memberitahu siapa sebenarnya suami Bibi Annelies!” tukas Lewis tegas.Kalimat itu sontak membuat Logan terhenti. Dia yang selama ini menggali informasi tentang Dan Theo, tentunya akan kegirangan jika menemukan faktanya.Dia berpaling ke bel
“Berikan.” Dan Theo meraih kamera yang semula dipungut Annelies.Alisnya menyatu mengamati kamera CCTV mungil itu. Lampu merah terus berkedip seolah itu mata yang berpandangan dengannya.“Si brengsek itu memantaumu!” tukasnya dengan gigi terkatup.“Apa maksudmu? Kak Alexei bukan orang seperti itu, Dan Theo!” sahut Annelies tak percaya.Ya, sejak kecil kakak sepupunya tak pernah menunjukan cela. Bahkan lelaki itu memperlakukan Annelies layaknya tuan putri yang selalu dia lindungi. Dan Annelies menganggap semua itu kasih sayang kakak pada adiknya. Tidak lebih!Dan Theo tak menjawab. Dia membuang tatapan tajamnya dan mulai menyisir nakas dekat almari di sisi kanan. Pria itu menyeringai saat menemukan kamera serupa di balik kap lampu tidur.Dia menunjukannya pada Annelies seraya mendecak, “ini posisi yang te
“Big Boss, se-sebaiknya saya pergi sekarang!” tukas Eugen canggung.Situasi tak memungkinkan baginya untuk terus di sini. Tanpa menunggu sahutan Dan Theo, Eugen pun menunduk hormat dan langsung mangkir dari ruangan tersebut.Dan Theo meliriknya sambil menghela napas lega. Untunglah Eugen sangat peka.“A-aku tidak tau kalau kau ada tamu,” tutur Annelies kikuk.Perhatian Annelies tersita pada koper yang ada di sebelah Dan Theo. Irisnya berbinar saat menyadari itu miliknya.“Kapan koperku sampai di sini? Apa orang tadi yang mengantarnya?” tanya wanita itu menghampiri Dan Theo.Sang pria menoleh. Dia menghadang Annelies hingga wanita itu terpaksa berhenti. Tatapan lekatnya yang sulit diartikan, seketika memicu Annelies menarik bawahan kemeja putih Dan Theo yang dia kenakan.“Kau sengaja menggodaku, ya?” Dan Theo berkata seraya menaikkan sebelah alisnya.Manik hazel Annelies sekejap berubah selebar cakram. Pipinya pun bersemu merah tanpa dia kehendaki.“Si-siapa yang menggodamu?!” sambar
Antek Logan yang berperawakan gempal menendang perut Kaelus amat kencang. “Cepat bawa si brengsek ini!” decaknya kemudian. Tatapan buram Kaelus tak sengaja melihat sosok wanita rambut sebahu yang berada beberapa meter di sana. Cedera di kepala membuat Kaelus tak bisa mengenali Cloe yang berbondong-bondong lari ke arahnya. Ya, Cloe yang tak sengaja melewati jalan tersebut seketika terhenti karena beberapa mobil memblokir jalan. Dirinya terkejut saat tau bahwa Kaelus sedang dikeroyok oleh orang-orang bersenjata. “Tuan Kaelus?!” Cloe memekik saat keluar mobilnya. “Tu-tunggu, kalian mau membawanya ke mana?!” Namun, para antek Logan bergegas membawa Kaelus yang tak sadarkan diri ke mobilnya. Bahkan mereka segera melesat dari sana sebelum Cloe menghampirinya. “Ti-tidak! Itu benar-benar Tuan Kaelus. Tapi kenapa mereka membawanya? Apa mereka perampok?!” tukas Cloe buncah sendiri. Dia menyibak rambut, lalu bergegas kembali ke mobil dan menyambar ponselnya. “Aish, benar. Aku tidak tau ke
“Kau pikir aku akan menjawab hanya karena kau bertanya? Kenapa aku harus memberitahumu, hah?!” Antek Logan itu semakin menekan cengkeramannya pada rahang Kaelus. Meski napasnya serasa tercekat, tapi Kaelus justru menatap kian berang. Sorot matanya seolah membara, jelas sekali dia ingin mencabik-cabik antek Logan tersebut. “Cepat katakan sebelum aku membunuhmu!” decak Kaelus dengan gigi terkatup. Lawan bincangnya malah menyeringai. Dia melirik kedua tangan Kaelus yang terborgol dengan ekspresi penuh cibiran. “Brengsek! Beraninya kau mengancamku padahal—” “Argh!” Antek Logan itu memekik berang saat Kaelus tiba-tiba menghantamkan dahi ke wajahnya. Kerasnya kening memicu darah merembes dari hidungnya. “Aish, brengsek!” umpat antek Logan mengusap darah yang mengalir. Dia memicing penuh dendam dan langsug menghajar wajah Kaelus dengan keras. Tangannya terangat lagi, tapi belum sampai memukul Kaelus, pintu ruangan itu mendadak terbuka. “Silakan, Master!” tutur seorang anak buah yang
“Apa maksud Anda?!” tanya Annelies seraya menyatukan alis.Wajahnya berangsur muram saat membaca ekspresi dingin Eugen.“Big Boss tidak selamanya bersama Nona. Jadi berhentilah sebelum Anda terluka. Ini peringatan pertama dan terakhir kalinya!” sahut Eugen dengan sorot tegas.Alih-alih gentar, Annelies justru tersenyum tipis. Dirinya sudah pernah menghadapi Kaelus yang menentang hubungannya dengan Dan Theo, maka Eugen juga bukan masalah. Seperti itu pikirnya.“Saya tidak peduli ancaman apapun yang Anda katakan. Hubungan ini tentang Dan Theo dan saya. Bukan orang lain ataupun organisasi kalian. Dan Theo memilih saya. Dan saya menerimanya!” Annelies berkata tajam.Akan tetapi, penegasan darinya tak meruntuhkan wajah kaku Eugen.Lelaki tersebut menatap lebih tajam seraya berkata, “sepertinya Anda salah paham. Big Boss memang menguasai organisasi, tapi Big Boss tidak akan bisa mencintai seorang wanita. Karena itu bukan haknya!”Ya, Eugen yang bekerja langsung di bawah ketua organisasi tau
“Jika Anda tidak menyerahkan anak-anak berisi Raica Ruby pada Master sebelum tengah malam, mereka akan melenyapkan Kaelus!” Vivian berkata dengan wajah tegang.Dan Theo menilik wanita itu dengan tatapan curiga. ini sangat aneh. Bagaimana bisa Logan tiba-tiba tau kalau dia-lah yang membawa anak-anak tersebut?‘Kaelus tidak mungkin buka mulut semudah itu. Meski dia hampir mati, Kaelus tetap setia pada organisasi. Lalu dari mana Logan tau?!’ Dan Theo memicing tajam. ‘Wanita ini! Dia sangat mudah mengkhianati geng Ceko, tidak mustahil dia mengkhianatiku ‘kan?!’“Kau. Bagaimana aku bisa mempercayaimu?!” tukas Dan Theo tajam.Melihat ekspresi dingin pria itu, Vivian langsung berkata, “sa-saya tidak berbohong. Saya saja hampir mati ketakutan karena menguping pembicaraan mereka. Karena jika Master tau saya mata-mata, leher saya akan putus saat itu juga!”Situasi jadi hening karena Dan Theo hanya bungkam. Itu membuat Vivian penasaran.“A-apa Anda akan menyerahkan anak-anak? Waktu kita tidak ba
Lengan Eugen terangkat melindungi wajah saat mobilnya terguling beberapa meter. Suara gubrakan dari tabrakan itu terdengar kencang, hingga membuat petugas keamanan keluar posnya.“Hah! Ada tabrakan?!” Petugas keamanan berbadan gempal membelalak.Dia dan rekannya yang jangkung langsung mendekati lokasi. Namun, baru beberapa langkah berlari, tiba-tiba seseorang dari truk melesatkan peluru pada mereka.“Ugh!” Petugas keamanan yang jangkung seketika ambruk saat anak timah itu menembus dahinya.“Hei, a-apa yang terjadi—”Belum tuntas ucapan petugas berbadan gempal, mendadak dada kirinya tertembak. Dia jatuh tersungkur di sebelah rekannya yang sudah tak bernyawa.‘Brengsek! Siapa bajingan ini?!’ batin Eugen memaki saat melihat orang-orang tertembak.Kepalanya yang berlumuran darah sangat pusing. Apalagi kini posisi mobilnya terbalik karena tabrakan tadi.“Argh!” Eugen mengerang saat berusaha melepas sabuk pengaman.Meski tubuhnya serasa remuk, tapi Eugen berupaya keras untuk keluar dari mob
“Oh? Bukankah Anda … adik Tuan Frans dari Cosmo Group?” ujar Annelies sambil merapatkan alisnya.Lawan bincangnya bangkit dengan senyum binar. “Ya, aku Blair. Senangnya, ternyata Kak Annelies masih mengingatku!”Annelies balas tersenyum.“Tentu saja saya ingat. Anda dan Tuan Frans sangat membantu saya saat itu. Terima kasih, Nona Blair,” katanya.Ya, pertama kali Annelies bertemu Blair ketika Frans membawanya ke rumah. Itu saat seseorang menyerang Annelies di penthousenya dan sang suami sedang sekarat di markas Ratz.“Ehei, tolong jangan bicara terlalu formal padaku. Aku ingin lebih dekat dengan Kak Annelies,” balas adik Frans tersebut.Maniknya bergulir pada Dan Theo di sebelah Annelies, lalu melanjutkan. “Omong-omong, siapa pria di samping Kak Annelies?”“Dia suamiku, Dan Theo,” sahut Annelies yang lantas menggandeng lengan pria itu.Dia tahu raut wajah Dan Theo berubah masam saat dirinya menyebut nama Frans tadi. Jadi Annelies berusaha meredam rasa cemburu suaminya tersebut.“Ah …
“Dasar mesum! Cepat pergi atau aku akan memanggil petugas keamanan!” Wanita itu mengancam tegas.Velos yang masih berdiri di dekat pintu seketika mengernyit heran.Tanpa mau mengalah, dia justru berkata, “harusnya Anda yang keluar. Ini kamar saya. Kenapa Anda bisa masuk ke sini?”Sang wanita mengerjap dengan manik lebar.“Apa kau gila? Sejak kapan ini jadi kamarmu, hah?!” decaknya yang lantas menyugar rambut basahnya dengan frustasi. “Hei, dengarlah bajingan mesum!”“Apa? Bajingan mesum?!” Velos menyatukan alisnya. “Nona—”“Kau pikir aku tidak bisa menghadapimu? Brengsek sepertimu harus diberi pelajaran agar tahu batasan. Jangan kau kira aku wanita lemah yang akan ketakutan dan tunduk padamu!” sambar wanita tersebut seraya mengangkat dagunya angkuh. “Aku akan hitung sampai tiga. Jika kau tidak keluar, maka kau akan menyesal!”Sorot matanya terpampang tajam, tapi entah mengapa malah serasa menantang Velos.“Menarik. Saya jadi penasaran, apa yang akan Anda lakukan, Nona?” tukas Velos kem
“Bagaimana bisa semuanya ada di sini?” Annelies bertanya dengan manik binar.Ya, di luar gedung L&F Company, Butler bersaudara sudah ada di sana. Bahkan Cloe juga. “Selamat atas pengangkatan Anda, Direktur. Ah, tunggu. Harusnya sekarang saya memanggil Anda, Nyonya Komisaris,” tutur Cloe seiring kedua alisnya yang naik ke atas. Annelies seketika tersenyum, lalu menimpali, “panggil senyamannya Anda, Nona Cloe.”“Tapi, kenapa semuanya berkumpul di sini?” Annelies bergantian melirik Kaelus dan Velos. Dan Theo yang berada di sebelahnya pun merengkuh pinggangnya dan lantas menjawab, “ke depannya kau pasti sibuk mengurus perusahaan. Sebelum itu, mari kita nikmati waktu bersantai dengan liburan bersama, istriku.”“Ah … jadi ini rencanamu?” sahut Annelies yang memicu sebelah alis suaminya terangkat. Dan Theo pun mendekati wajah sang istri sambil berbisik, “bukankah aku hebat dalam menyiapkan kejutan?”“Kau yang terbaik!” balas Annelies yang tak ragu mengecup pipinya.“Kenapa hanya di pipi?
Ekspresi binar di wajah Annelies seketika lenyap setelah menerima telepon. Jelas sekali ada sesuatu yang mengusiknya.Dan Theo yang penasaran pun bertanya, “ada masalah apa, istriku?”“Aku harus pergi. Tolong temani aku, Dan Theo,” sahut Annelies saat berpaling pada suaminya. Usai bersiap-siap, mereka lantas menuju L&F Hotel. Sudah lama Annelies tak mengunjungi hotel keluarganya tersebut. Hotel itu hampir bangkrut, tapi beberapa minggu terakhir managementnya telah diperbarui Lewis sebelum pemuda tersebut masuk penjara.Ya, jika saja Lewis menekuninya, mungkin L&F Hotel akan kembali berjaya. Sayangnya dia harus menjadi korban keserakahan Logan dan berakhir meregang nyawa.Begitu tiba di hotel tersebut, Annelies pun masuk sambil menggandeng lengan Dan Theo.“Selamat datang, Nyonya, Tuan,” tutur seorang Resepsionis menyapa. “Tuan Dave sudah menunggu di ruang VIP.”Benar, orang yang membuat Annelies datang ke hotel ini memang Dave. Padahal sebelumnya Annelies memutuskan tak ingin berhubu
“Katakan, Dan Theo! Apa maksudmu sebenarnya?!” Annelies menuntut penjelasan seiring nadanya yang kian menekan.Telinganya jelas mendengar bahwa Dan Theo ingin mengakhiri hubungan, tapi wanita itu tak mau berasumsi tanpa tau alasan di balik semua ini.Dengan wajah tegang, dia kembali berkata, “kau akan tetap diam?!”Tangannya meraih lembaran dokumen di meja. Sepasang alisnya seketika mendapuk saat membaca isinya.“Hah … ini?”“Robeklah!” Dan Theo menyahut tegas.Annelies kembali menatapnya. Ekspresi muramnya berangsur binar saat mendapati titah itu. Hingga tanpa ragu, Annelies pun merobek lembaran dokumen tersebut tepat di hadapan Dan Theo.“Hubungan kontrak kita resmi berakhir, Dan Theo. Mari kita mulai hubungan baru tanpa batas waktu!” tutur wanita itu memandang lekat.Ya, itu memang dokumen perjanjian satu tahun pernikahan mereka. Jika sesuai kontrak, maka harusnya Dan Theo dan Annelies akan berpisah. Tapi keduanya tak menyangka, dalam waktu sesingkat itu hubungan mereka jadi tak te
Alih-alih menjawab dengan ucapan, Dan Theo malah menawarkan lengannya agar digandeng sang istri.“Kalau kau sangat ingin tahu, ayo kita berangkat sekarang,” tuturnya dengan nada rendah.“Cih!” Annelies membalas dengan desisan. “Kau sangaja membuatku semakin penasaran, ya? Dasar kekanakan!”Meski mengejeknya, tapi tak bisa disangkal Annelies malah kian tertarik. Dia lantas merengkuh lengan sang suami dan berjalan mengikuti langkah panjangnya.Mereka pun menyusuri jalanan Linberg dengan mobil Dan Theo. Setelah cukup lama berkendara, pria itu menghentikan mobilnya di depan PeterSoul. Ya sebelumnya Dan Theo sudah membuat reservasi di restoran bintang michelin tersebut.Annelies yang semula melihat keluar jendela, kini berpaling pada Dan Theo lagi.“Di sini sangat sulit mendapat meja. Kapan kau memesan tempat?” tanyanya. “Tidak sesulit itu, karena ini diriku,” sahut Dan Theo seiring sebelah alisnya yang naik ke atas.Lawan bincangnya menyeringai tipis. Dia mengamati Dan Theo mengitari dep
***Esok harinya, Annelies mendatangi rumah tahanan Linberg untuk menemui Logan. Dia sengaja datang sendiri dan tidak memberitahu Dan Theo. Jelas sekali sang suami akan melarang jika tahu Annelies pergi ke sana. Namun, Annelies harus memastikan sesuatu.Begitu Logan muncul, Annelies hanya menatapnya dengan sorot dingin.‘Dunia sudah mulai menghukumnya, ya?’ batin Annelies mengamati wajah Logan yang babak belur.Ya, agaknya para narapidana telah menghajarnya habis-habisan.“Hah … sial! Apa kau datang untuk menertawakanku?!” Logan berkata dengan sorot tajamnya. “Jangan pikir kau sudah menang. Aku tidak akan lama berada di sini!”Alih-alih menjawab, Annelies malah memamerkan seringai tipis.“Sepertinya kau masih tidak sadar dengan kenyataan. Kau sudah tamat. Kau akan membusuk di penjara ini!” Annelies bicara dengan ekspresi penuh dendam.“Tutup mulutmu, jalang sialan!” Logan mengumpat seiring tangannya yang memukul kaca pembatas.Annelies yang berada di sisi seberang, malah semakin terse
Annelies mengikuti Grace ke taman di area gedung pengadilan. Mereka duduk bersebelahan, sementara Dan Theo menunggu tak jauh dari sana. Ya, pria itu sengaja memberi privasi agar kedua wanita tadi bisa bicara leluasa.“Katakan, aku hanya punya waktu sepuluh menit untukmu!” Annelies berkata dengan ketusnya.“Aku tahu kau pasti marah padaku karena—”“Marah? Siapa yang bilang aku marah?” Annelies menyambar ucapan Grace sebelum tuntas.Wanita itu berpaling pada Grace dengan ekspresi dinginnya. “Aku tidak marah, tapi lebih tepatnya aku membencimu!”Benar, meski Grace punya andil besar dalam penuntutan Logan, tapi Annelies juga membencinya karena dia sengaja menyembunyikan fakta.“Kau tau Ayah dibunuh, bahkan tinggal dengan pembunuhnya. Kau yang hanya diam, tidak ada bedanya dengan Kak Logan!” pungkas Annelies dengan leher tegang. Wajah Grace berangsur pucat, kata-katanya pun seperti tersangkut di tenggorokan saat melihat tatapan Annelies yang penuh dendam.Dia perlahan menundukkan pandang
‘Nyonya Grace?!’ Casper melebarkan maniknya dengan wajah tegang saat saksi itu masuk.Ya, itu memang Grace Langford. Langkahnya tampak mantap menuju kursi saksi di persidangan suaminya. Situasi ini membuat hawa pengadilan semakin panas. Orang-orang tak menyangka bahwa Grace akan menjadi saksi dari pihak jaksa, alih-aliih Logan.‘Gawat! Aku lengah. Aku tidak berpikir Nyonya Grace akan berkhianat dari Tuan Logan. Apa saja rahasia Tuan Logan yang ada di tangannya?’ geming Casper yang sejak tadi menautkan alisnya.Casper beralih menatap Logan. Jelas sekali tuannya itu menahan amukan besar.Begitu Grace duduk di kursi saksi, Logan terus memancarkan tatapan mematikan padanya. Jika bisa, dia ingin menyeret wanita itu keluar dari ruang sidang dan membungkamnya.‘Lihat saja, Grace. Sekali saja kau berani bicara macam-macam, aku akan melubangi kepalamu!’ Logan membatin dengan gigi menggertak.Dari sebelah, pengacara Logan pun bingung.Dengan nada bisikan, dia lantas bertanya, “Tuan, mengapa ist