Share

BAB 4 PERTEMUAN

Penulis: DNN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Drap drap drap.

Suara langkah kaki yang terburu-buru dan bergegas masuk ke salah satu bangsal. Berlari-lari kecil sembari mencari-cari seseorang namun tak kunjung ketemu. Tak mau menyerahkan, dokter itu tetap mengitari semua pasien yang ada di bangsal itu. Satu persatu pasien di bangsal itu dilihatnya dengan teliti. Hingga tersisa satu pasien yang belum dilihatnya yaitu pasien yang berada dipojok paling akhir dengan tirai tertutup.

Hanya satu meter jarak antara dokter itu dengan pasien terakhir. Dokter itu terdiam sejenak untuk menghela nafas sambil menepuk-nepuk pelan dadanya. Tak lupa menyeka keringat di wajahnya.

Sraaak.

Tirai digeser perlahan dan separu tubuh pasien terlihat berbaring lengkap dengan selimutnya. Dokter itu berniat menggeser tirai itu lagi karena masih penasaran dengan wajah pasien. Namun, niatnya terhenti karena mendengar seseorang memanggilnya.

"Dokter, pasien yang kemarin ngamuk lagi!" Teriak perawat dari pintu bangsal.

"Dimana pasiennya?" Tanya dokter itu dan bergegas lari keluar.

"Di bangsal sebelah dok." Jawab perawat.

"Panggil perawat lainnya dan segera susul ke sini secepatnya!" Titah dokter itu.

"Baik, dok." Jawab perawat sigap.

Selama satu jam, dokter dan perawat menangani pasien yang mengamuk itu. Dan berhasil ditenangkan.

"Hah." Dokter itu menghela nafas di tempat duduk koridor.

"Gak terasa udah sore aja." Gumam dokter kelelahan sembari melihat jam tangannya.

"Lagi ngapain bro?" Tanya dokter Arya yang tiba-tiba muncul disebelahnya.

"Lagi bernafas." Canda dokter itu.

"Terus, ngapain juga kamu disini?" Lanjut dokter itu.

"Lagi bernafas." Tiru dokter Arya.

"Hah." Dokter itu lagi-lagi menghela nafas.

"Dari tadi kamu menghela nafas terus, ada masalah ya?" Tanya dokter Arya penasaran.

"..." Dokter itu hanya diam.

"Btw, aku punya berita bagus nih. Aku punya pasien yang super duper caaaantik. Bisa nih buatmu, tertarik gak?" Tanya dokter Arya mencairkan suasana.

"Gak tertarik." Jawab dokter itu dingin.

"Loh, kenapa? Kan bisa PDKT dulu. Gak langsung nikah, bro." Cerewet dokter Arya.

"Terus?" Respon dokter itu tidak tertarik.

"Sudah saatnya melepas kejombloanmu itu, bro. Biar cewek-cewek di rumah sakit ini tau kalau kamu itu sudah bertindak." Tambah dokter Arya makin cerewet.

"Belum saatnya." Jawab singkat dokter itu.

"Kamu tau kan, berapa banyak cewek-cewek di sini yang berusaha mengejar-ngejarmu? Itu karna kamu bro. Dokter primadona yang gantengnya kebangetan dan satu-satunya dokter di rumah sakit ini yang punya klub penggemar plus masih single. Paket lengkap, bro." Jelas dokter Arya cerewet bin lebai.

"Ya ya ya." Jawab dokter itu yang terlihat malas menanggapi.

"Kalau aku jadi kamu, sudah aku manfaatin gelar primadona itu, heh." Gumam dokter Arya iri.

"..." Dokter itu tak menanggapinya.

"Oh iya? Siapa ya nama pasien yang cantik itu? Duh, kenapa bisa lupa kepala ini?" Gumam dokter Arya lebai sembari menepuk jidatnya.

" Oh, tau tau. Namanya Arisa...., A-ni...." Gumam dokter Arya sambil mengingat-ingat nama pasiennya.

"Apa? Siapa namanya?" Tanya dokter itu kaget.

"Aku cuma ingat nama depannya itu, Arisa. Tapi gak ingat nama lengkapnya." Jawab dokter Arya.

"Arisa Anita Zahra?" Tanya dokter itu.

"Yup, betul sekali. Cantik banget orangnya, bro. Oh iya, aku mau ngasih tau kamu kalau dia itu pasien yang harus kamu pantau. Karena asumsi sementara dia sepertinya mengalami gangguan kesehatan men..." Jelas dokter Arya.

"Oke." Potong dokter itu, dan langsung bergegas pergi.

"Woi, mau kemana? Aku belum selesai ngomong." Teriak dokter Arya kesal.

Drap drap drap.

"Sepertinya benar, pemilik nama Arisa adalah orang yang aku kenal." Gumam dokter itu sambil berlari di koridor.

Drap drap tap.

Kini, dokter itu sudah berada di depan bangsal yang tertulis nama Arisa. Dokter itu berniat mengecek kembali pasien yang belum sempat dilihatnya.

Tap tap tap

Dokter itu tepat berada di depan tirai pasien terakhir di pojokan. Hanya satu langkah lagi untuk memastikannya.

Sret sraaaak.

Tirai dibuka dan dokter itu terdiam sejenak. Ternyata, pasiennya tidak ada di kasurnya. Hanya selimut yang tertata rapi di atasnya.

"Apa dia sudah pergi?" Gumamnya penasaran.

"Permisi bu, apa ibu tau kemana pasien yang di sini?" Tanya dokter itu kepada pasien di sebelahnya.

"Barusan dia pergi keluar, tapi tidak tau kemana." Jawab pasien itu.

"Terima kasih, bu." Ucap dokter itu dan bergegas pergi.

Drap drap drap.

"Apa dia sudah keluar rumah sakit?" Gumam dokter itu yang masih berlarian.

"Izinkan aku bertemu dengannya walau hanya sebentar." Pinta dokter itu dalam hatinya.

Dokter itu masih berlarian mengitari koridor rumah sakit. Tak tau kemana, dokter itu berlarian tanpa arah yang jelas. Timur, barat, atas, bawah, hampir semua penjuru rumah sakit dikelilinginya. Namun tak berbuah hasil.

"Aku ingin bertemu dengannya. Izinkan aku melihatnya walau sekilas." Pinta dokter itu pasrah.

Dokter itu duduk termenung di kursi taman. Melepas penat dan lelah sembari menghirup udara segar di bawah pohon rindang.

Tiba-tiba matanya tertuju pada siluet seseorang yang lewat di depannya. Dilihatnya dengan seksama punggung orang yang lewat itu. Tatapan matanya mengisyaratkan bahwa dia telah menemukan orang yang dicarinya.

Grep.

"Arisa." Panggil dokter itu sembari memegang siku orang itu.

"Eh? Saya bukan Arisa, dok." Jawab orang itu heran.

"Maaf, saya salah orang." Ucap dokter itu dan pergi.

"Sepertinya aku tidak diizinkan bertemu dengannya." Gumam dokter itu pasrah.

***

Ckiit.

Tak.

Umi dan Abi yang baru tiba di parkiran basemen rumah sakit bergegas keluar mobil.

"Abi, kok bagasinya gak dibuka?" Tanya Umi.

"Oh iya lupa, sebentar Abi buka." Jawab Abi.

"Cepetan ya!" Titah Umi.

"Iya iya, sabar Umi. Toh, sudah." Ucap Abi.

"Nah, gitu dong Abi." Ucap Umi senang sembari memeriksa barang dibagasi.

"Ini dibawa semuanya? Gak kebanyakan?" Tanya Abi.

"Iya. Ini keperluan dan perlengkapan buat Arisa di rumah sakit." Jelas Umi.

"Serius Umi? Barang sebanyak itu kayak mau pindahan rumah, bukan untuk nginap di rumah sakit." Canda Abi.

"Ih, Abi kayak gak tau aja. Barang-barang keperluan perempuan itu memang banyak." Jawab Umi serius.

"Pantesan lemari baju di kamar kita jebol, perempuan ini penyebabnya to." Ucap Abi sembari mencubit hidung Umi.

"Itu mah lemarinya yang mau diganti." Jawab Umi gak bersalah.

"Hmmm, emang iya?" Tanya Abi usil.

"Udah ah Abi, ini kapan dibawanya? Ayo cepetan dibawa!" Ucap Umi mengalihkan topik.

"Siap, Umi." Jawab Abi sigap.

***

Rindang, hijau, dan lebatnya dedaunan yang tumbuh disetiap tangkai pohon memberikan rasa sejuk dan nyaman bagi siapa saja yang duduk di bawahnya. Namun, tidak dengan dokter itu. Sepoi-sepoi angin yang berhembus kencang seakan-akan ingin mencoba menghibur dokter itu, tapi tidak berhasil. Yang ada hanya helaan nafas berkali-kali.

"Aku,... rindu." Gumam dokter itu seraya melamun.

"Haaah..." Dokter itu menghela nafas lagi.

Tap tap tap.

Suara langkah dua orang yang tiba-tiba lewat di hadapan dokter itu membuyarkan lamunannya. Dua orang itu nampak membawa banyak barang dan familiar dimata dokter itu.

"Sepertinya kesempatan itu akan terkabul dalam beberapa hari ke depan." Gumam dokter dan bergegas menghampiri dua orang itu.

"Assalamualaikum Umi, Abi." Sapa dokter itu.

"Wa'alaikumussalam, anda siapa ya?" Tanya Abi tak kenal.

"Wa'alaikumussalam,.....ZAIN!" Jawab Umi kaget.

Bab terkait

  • Suami Baru Penawar Jiwaku    BAB 5 CERITA LAMA

    Umi Salma dan Abi Jakfar adalah orang tua Arisa yang selalu Zain ingat sampai sekarang. Sosok Umi yang sangat baik, peduli, perhatian, murah senyum dan penyayang kepada siapapun yang ia temui membuat Zain selalu ingat dengan Umi. Berbeda dengan Abi yang nampak ketus, dingin, dan jarang tersenyum, tapi hatinya punya kehangatan yang begitu besar. Nyatanya, Abi sering bercanda dan usil kepada istrinya sendiri. Dimata Zain, dua sosok yang berkebalikan terlihat sempurna ketika bersama.Zain pertama kali bertemu Umi Salma dan Abi Jakfar ketika berusia 15 th. Kala itu, Umi Salma dan Abi Jakfar pertama kalinya berkunjung ke panti asuhan anak "Mulia Indah". Kunjungan mereka ke panti asuhan untuk memberikan bantuan kepada anak-anak panti seperti membagikan pakaian, makanan, snack dan uang untuk keperluan pembangunan panti asuhan. Sebagai anak tertua disana, Zain sering membantu keperluan para tamu yang berkunjung. Seperti membantu memindahkan barang-barang yang didonasikan, mencatat pemasukan

  • Suami Baru Penawar Jiwaku    BAB 6 PENOLAKAN

    Srrrr.Suara tirai tertiup angin yang datang dari jendela yang sengaja dibiarkan terbuka. Udara yang menyejukkan seolah-olah menemani pasien yang duduk termenung di kasurnya.Tes tes.Sesekali pasien itu memperhatikan tetesan cairan yang menetes dan mengalir melalui saluran kecil nan bening yang terpasang di punggung tangannya. Dan pasien itu sudah pasti Arisa."Hah,...bosannya." Gumam Arisa."Umi sama Abi belum kembali juga." Tambah Arisa.Tidak ada kegiatan yang dilakukan Arisa selain berdiam di atas kasur membuatnya sering menghela nafas panjang. Namun, tak lama kemudian matanya tertarik memperhatikan dua paruh baya yang berada satu bangsal dengannya."Sayang, apa masih ada yang sakit?" Tanya Kakek khawatir."Yang namanya tua, semuanya memang terasa sakit." Jawab Nenek tenang agar kakek tidak khawatir."Iya tau. Tapi kalau merasa sakitnya kambuh lagi, jangan ditahan sendiri." Saran Kakek."Iya, suamiku sayang." Jawab Nenek patuh.Triring triring.Bunyi alarm di meja dekat Kakek dan

  • Suami Baru Penawar Jiwaku    BAB 7 BIANG KEROK

    Umi langsung tertidur tak lama setelah dia menyenderkan punggungnya. Begitu juga dengan Arisa yang masih tertidur pulas. Berselang 10 menit, handphone di dalam tas Umi berdering.Triring triring."Hm?" Gumam Umi yang masih setengah tidur."Siapa yang nelpon Umi disaat lagi enak-enaknya tidur? Tanya Umi sembari merogoh tasnya."Hm? Abi! Ngapain nelpon segala? Gumam Umi heran."Assalamualaikum, ada apa Abi?" Tanya Umi sedikit kesal."Wa'alaikumussalam. Umi lagi ngapain? Gak sibukkan?" Tanya balik Abi."Lagi tidur, tapi sudah dibangunin sama dering handphone." Jawab Umi kesal."Iya, maaf Umi. Abi nelpon karena Abi mau minta tolong sama Umi." Jelas Abi."Minta tolong apa?" Tanya Umi."Bantuin Abi bicara sama Zain tentang rencana kita itu." Jawab Abi."Oh, ayo. Sekarang Abi lagi dimana?" Tanya Umi beranjak dari kursinya."Di ruangan dokter Zain. Cepat ya Umi!" Jawab Abi singkat.Tut."Loh, kok sudah dimatiin? Umi gak tau dimana ruangan dokter Zain. Abi ini dasar! Ngasih taunya gak jelas."

  • Suami Baru Penawar Jiwaku    BAB 8 PASIEN LAGI

    Dari jauh, wanita tak dikenal itu tidak sengaja melihat Umi dan Arisa. Namun mata wanita itu langsung tertuju pada Arisa. Dia merasa sangat familiar dengan Arisa. Ketika ingin mendekati Arisa, wanita itu mengurungkan niatnya lantaran ada Umi di dekat Arisa. Wanita itu hanya bisa mengamati dari jauh seakan menunggu waktu yang tepat untuk beraksi. "Kenapa aku merasa sangat familiar dengan wanita kecil itu?" Gumam wanita tak dikenal itu."Dimana ya aku pernah melihatnya?" Gumam wanita tak dikenal itu sembari merogoh tasnya.Dia mengeluarkan sebuah foto dari tasnya. Seseorang yang nampak dalam foto itu sangat persis dengan Arisa. Dan tertulis nama "Arisa" di balik foto itu."Ha? Ternyata benar! Persis sekali." Gumam marah wanita tak dikenal itu."Orang yang selama ini gangguin suamiku dan ngehancurin keluargaku." Ucap wanita tak dikenal itu semakin memanas.Kemarahan wanita tak dikenal itu semakin menjadi-jadi setelah menemukan orang yang selama ini gangguin suaminya hingga keluarganya b

  • Suami Baru Penawar Jiwaku    BAB 1 NYATA

    Tok tok tok. Bunyi ketuk palu yang dilayangkan oleh hakim. Mengisyaratkan bahwa statusku berubah dan sah. Hari yang sangat menyakitkan bagiku. Tepat dua tahun setelah pernikahan. Masih terngiang dikepalaku bagaimana ekspresi yang tergambar diwajah suamiku. "Bukan lagi suamiku, sekarang mantan suami." Gumam Arisa sambil berjalan meninggalkan ruang sidang.Seumur hidup Arisa, ini hari pertamanya duduk dipersidangan. Tak terbayang sekalipun akan terjadi perceraian dengan seseorang yang sangat dia cintai.Untuk pertama kalinya juga Arisa menyadari bahwa dua insan yang saling mencintai satu sama lain belum tentu kekal abadi bersama seumur hidup. Setiap manusia punya takdirnya masing-masing. Begitu juga dengan Arisa.Tap tap....tap....tap.....Langkah kaki Arisa semakin melambat dan tidak bertenaga. "Arisa, kamu kuat. Jangan nangis." Ucap Arisa kepada dirinya sendiri."Please jangan nangis." Lagi-lagi Arisa bertekad menahan tangisnya.Baru kali ini Arisa merasakan betapa beratnya memben

  • Suami Baru Penawar Jiwaku    BAB 2 AWAL MULA

    Sudah dua minggu, tidak ada perubahan sedikitpun dari Arisa. Mengurung diri dikamar, jarang makan, melamun hingga meneteskan air mata. Siapapun yang melihatnya pasti mengkhawatirkan Arisa, terlebih orang tuanya.Tok tok tok."Arisa, makan yuk! Umi bawain sarapan buat kamu." Bujuk Umi di depan pintu kamar Arisa."Umi tau kamu lagi sedih, tapi jangan sampai lupa makan." Tambah Umi."Masuk Umi, gak dikunci kok." Jawab Arisa.Trak."Ini dimakan ya. Mau ibu suapin?" Tanya Umi."..." Arisa hanya memandang makanan yang dibawa umi dengan mata yang berkaca-kaca."Ini makanan favorit kamu loh, Arisa. Cobain ya!" Pinta Umi sembari menyodorkan sesendok nasi ke mulut Arisa.Arisa hanya mengunyah nasi dengan pelan tanpa merespon UminyaSemur ayam adalah makanan favorit Arisa, begitu pula Tris. Seminggu sekali, Arisa selalu memasak semur ayam favorit mereka berdua.Setiap hari kamis, Arisa selalu menyajikan makanan favorit mereka untuk makan malam. Biasanya Tris akan pulang kerja pada jam 05.00 sore

  • Suami Baru Penawar Jiwaku    BAB 3 SEKILAS

    Umi hanya bisa duduk berpangku kedua tangannya sembari berdoa yang terbaik untuk anak kesayangannya, Arisa. Pasrah dengan keadaan dan tawakal agar diberikan kabar baik dari dokter. "Semoga baik-baik saja kamu nak." Doa Umi penuh harapan.Drap drap drap."Arisa kenapa Umi?" Tanya Abi yang masih ngos-ngosan sehabis berlari."Arisa pingsan, Abi. Waktu itu Umi mengantarkan makanan ke kamarnya dan Arisa hanya makan secuil nasi. Tiba-tiba menangis dan pingsan dipelukan Umi." Jawab Umi tergesa-gesa."Sudah, yang tenang Umi. Jangan panik dulu, baca istighfar Umi." Jawab Abi yang berusaha menenangkan Umi."Astaghfirullah." Ucap Umi refleks."Kita doakan yang terbaik untuk Arisa ya Umi." Bujuk Abi sembari memeluk Umi.Umi yang dari tadi menahan air matanya tiba-tiba menetes dengan entengnya setelah dipeluk Abi. Sekuat-kuatnya Umi, Abi yang paling tahu bagaimana isi hati Umi yang sebenarnya. "Ingin menangis tapi tidak ingin dilihat orang lain", itulah yang tertulis di wajah Umi. Hanya Abi yang

Bab terbaru

  • Suami Baru Penawar Jiwaku    BAB 8 PASIEN LAGI

    Dari jauh, wanita tak dikenal itu tidak sengaja melihat Umi dan Arisa. Namun mata wanita itu langsung tertuju pada Arisa. Dia merasa sangat familiar dengan Arisa. Ketika ingin mendekati Arisa, wanita itu mengurungkan niatnya lantaran ada Umi di dekat Arisa. Wanita itu hanya bisa mengamati dari jauh seakan menunggu waktu yang tepat untuk beraksi. "Kenapa aku merasa sangat familiar dengan wanita kecil itu?" Gumam wanita tak dikenal itu."Dimana ya aku pernah melihatnya?" Gumam wanita tak dikenal itu sembari merogoh tasnya.Dia mengeluarkan sebuah foto dari tasnya. Seseorang yang nampak dalam foto itu sangat persis dengan Arisa. Dan tertulis nama "Arisa" di balik foto itu."Ha? Ternyata benar! Persis sekali." Gumam marah wanita tak dikenal itu."Orang yang selama ini gangguin suamiku dan ngehancurin keluargaku." Ucap wanita tak dikenal itu semakin memanas.Kemarahan wanita tak dikenal itu semakin menjadi-jadi setelah menemukan orang yang selama ini gangguin suaminya hingga keluarganya b

  • Suami Baru Penawar Jiwaku    BAB 7 BIANG KEROK

    Umi langsung tertidur tak lama setelah dia menyenderkan punggungnya. Begitu juga dengan Arisa yang masih tertidur pulas. Berselang 10 menit, handphone di dalam tas Umi berdering.Triring triring."Hm?" Gumam Umi yang masih setengah tidur."Siapa yang nelpon Umi disaat lagi enak-enaknya tidur? Tanya Umi sembari merogoh tasnya."Hm? Abi! Ngapain nelpon segala? Gumam Umi heran."Assalamualaikum, ada apa Abi?" Tanya Umi sedikit kesal."Wa'alaikumussalam. Umi lagi ngapain? Gak sibukkan?" Tanya balik Abi."Lagi tidur, tapi sudah dibangunin sama dering handphone." Jawab Umi kesal."Iya, maaf Umi. Abi nelpon karena Abi mau minta tolong sama Umi." Jelas Abi."Minta tolong apa?" Tanya Umi."Bantuin Abi bicara sama Zain tentang rencana kita itu." Jawab Abi."Oh, ayo. Sekarang Abi lagi dimana?" Tanya Umi beranjak dari kursinya."Di ruangan dokter Zain. Cepat ya Umi!" Jawab Abi singkat.Tut."Loh, kok sudah dimatiin? Umi gak tau dimana ruangan dokter Zain. Abi ini dasar! Ngasih taunya gak jelas."

  • Suami Baru Penawar Jiwaku    BAB 6 PENOLAKAN

    Srrrr.Suara tirai tertiup angin yang datang dari jendela yang sengaja dibiarkan terbuka. Udara yang menyejukkan seolah-olah menemani pasien yang duduk termenung di kasurnya.Tes tes.Sesekali pasien itu memperhatikan tetesan cairan yang menetes dan mengalir melalui saluran kecil nan bening yang terpasang di punggung tangannya. Dan pasien itu sudah pasti Arisa."Hah,...bosannya." Gumam Arisa."Umi sama Abi belum kembali juga." Tambah Arisa.Tidak ada kegiatan yang dilakukan Arisa selain berdiam di atas kasur membuatnya sering menghela nafas panjang. Namun, tak lama kemudian matanya tertarik memperhatikan dua paruh baya yang berada satu bangsal dengannya."Sayang, apa masih ada yang sakit?" Tanya Kakek khawatir."Yang namanya tua, semuanya memang terasa sakit." Jawab Nenek tenang agar kakek tidak khawatir."Iya tau. Tapi kalau merasa sakitnya kambuh lagi, jangan ditahan sendiri." Saran Kakek."Iya, suamiku sayang." Jawab Nenek patuh.Triring triring.Bunyi alarm di meja dekat Kakek dan

  • Suami Baru Penawar Jiwaku    BAB 5 CERITA LAMA

    Umi Salma dan Abi Jakfar adalah orang tua Arisa yang selalu Zain ingat sampai sekarang. Sosok Umi yang sangat baik, peduli, perhatian, murah senyum dan penyayang kepada siapapun yang ia temui membuat Zain selalu ingat dengan Umi. Berbeda dengan Abi yang nampak ketus, dingin, dan jarang tersenyum, tapi hatinya punya kehangatan yang begitu besar. Nyatanya, Abi sering bercanda dan usil kepada istrinya sendiri. Dimata Zain, dua sosok yang berkebalikan terlihat sempurna ketika bersama.Zain pertama kali bertemu Umi Salma dan Abi Jakfar ketika berusia 15 th. Kala itu, Umi Salma dan Abi Jakfar pertama kalinya berkunjung ke panti asuhan anak "Mulia Indah". Kunjungan mereka ke panti asuhan untuk memberikan bantuan kepada anak-anak panti seperti membagikan pakaian, makanan, snack dan uang untuk keperluan pembangunan panti asuhan. Sebagai anak tertua disana, Zain sering membantu keperluan para tamu yang berkunjung. Seperti membantu memindahkan barang-barang yang didonasikan, mencatat pemasukan

  • Suami Baru Penawar Jiwaku    BAB 4 PERTEMUAN

    Drap drap drap.Suara langkah kaki yang terburu-buru dan bergegas masuk ke salah satu bangsal. Berlari-lari kecil sembari mencari-cari seseorang namun tak kunjung ketemu. Tak mau menyerahkan, dokter itu tetap mengitari semua pasien yang ada di bangsal itu. Satu persatu pasien di bangsal itu dilihatnya dengan teliti. Hingga tersisa satu pasien yang belum dilihatnya yaitu pasien yang berada dipojok paling akhir dengan tirai tertutup.Hanya satu meter jarak antara dokter itu dengan pasien terakhir. Dokter itu terdiam sejenak untuk menghela nafas sambil menepuk-nepuk pelan dadanya. Tak lupa menyeka keringat di wajahnya. Sraaak.Tirai digeser perlahan dan separu tubuh pasien terlihat berbaring lengkap dengan selimutnya. Dokter itu berniat menggeser tirai itu lagi karena masih penasaran dengan wajah pasien. Namun, niatnya terhenti karena mendengar seseorang memanggilnya."Dokter, pasien yang kemarin ngamuk lagi!" Teriak perawat dari pintu bangsal."Dimana pasiennya?" Tanya dokter itu dan b

  • Suami Baru Penawar Jiwaku    BAB 3 SEKILAS

    Umi hanya bisa duduk berpangku kedua tangannya sembari berdoa yang terbaik untuk anak kesayangannya, Arisa. Pasrah dengan keadaan dan tawakal agar diberikan kabar baik dari dokter. "Semoga baik-baik saja kamu nak." Doa Umi penuh harapan.Drap drap drap."Arisa kenapa Umi?" Tanya Abi yang masih ngos-ngosan sehabis berlari."Arisa pingsan, Abi. Waktu itu Umi mengantarkan makanan ke kamarnya dan Arisa hanya makan secuil nasi. Tiba-tiba menangis dan pingsan dipelukan Umi." Jawab Umi tergesa-gesa."Sudah, yang tenang Umi. Jangan panik dulu, baca istighfar Umi." Jawab Abi yang berusaha menenangkan Umi."Astaghfirullah." Ucap Umi refleks."Kita doakan yang terbaik untuk Arisa ya Umi." Bujuk Abi sembari memeluk Umi.Umi yang dari tadi menahan air matanya tiba-tiba menetes dengan entengnya setelah dipeluk Abi. Sekuat-kuatnya Umi, Abi yang paling tahu bagaimana isi hati Umi yang sebenarnya. "Ingin menangis tapi tidak ingin dilihat orang lain", itulah yang tertulis di wajah Umi. Hanya Abi yang

  • Suami Baru Penawar Jiwaku    BAB 2 AWAL MULA

    Sudah dua minggu, tidak ada perubahan sedikitpun dari Arisa. Mengurung diri dikamar, jarang makan, melamun hingga meneteskan air mata. Siapapun yang melihatnya pasti mengkhawatirkan Arisa, terlebih orang tuanya.Tok tok tok."Arisa, makan yuk! Umi bawain sarapan buat kamu." Bujuk Umi di depan pintu kamar Arisa."Umi tau kamu lagi sedih, tapi jangan sampai lupa makan." Tambah Umi."Masuk Umi, gak dikunci kok." Jawab Arisa.Trak."Ini dimakan ya. Mau ibu suapin?" Tanya Umi."..." Arisa hanya memandang makanan yang dibawa umi dengan mata yang berkaca-kaca."Ini makanan favorit kamu loh, Arisa. Cobain ya!" Pinta Umi sembari menyodorkan sesendok nasi ke mulut Arisa.Arisa hanya mengunyah nasi dengan pelan tanpa merespon UminyaSemur ayam adalah makanan favorit Arisa, begitu pula Tris. Seminggu sekali, Arisa selalu memasak semur ayam favorit mereka berdua.Setiap hari kamis, Arisa selalu menyajikan makanan favorit mereka untuk makan malam. Biasanya Tris akan pulang kerja pada jam 05.00 sore

  • Suami Baru Penawar Jiwaku    BAB 1 NYATA

    Tok tok tok. Bunyi ketuk palu yang dilayangkan oleh hakim. Mengisyaratkan bahwa statusku berubah dan sah. Hari yang sangat menyakitkan bagiku. Tepat dua tahun setelah pernikahan. Masih terngiang dikepalaku bagaimana ekspresi yang tergambar diwajah suamiku. "Bukan lagi suamiku, sekarang mantan suami." Gumam Arisa sambil berjalan meninggalkan ruang sidang.Seumur hidup Arisa, ini hari pertamanya duduk dipersidangan. Tak terbayang sekalipun akan terjadi perceraian dengan seseorang yang sangat dia cintai.Untuk pertama kalinya juga Arisa menyadari bahwa dua insan yang saling mencintai satu sama lain belum tentu kekal abadi bersama seumur hidup. Setiap manusia punya takdirnya masing-masing. Begitu juga dengan Arisa.Tap tap....tap....tap.....Langkah kaki Arisa semakin melambat dan tidak bertenaga. "Arisa, kamu kuat. Jangan nangis." Ucap Arisa kepada dirinya sendiri."Please jangan nangis." Lagi-lagi Arisa bertekad menahan tangisnya.Baru kali ini Arisa merasakan betapa beratnya memben

DMCA.com Protection Status