Freya menggigit bibirnya saat Alex datang. Dia ingin mengetahui lebih lanjut tentang Olivia dari Ghina. Namun, obrolan mereka terpotong karena kedatangan Alex. "Makanlah dulu, Frey, kemudian minum obatmu. Jangan terlalu banyak pikiran, oke?" ucap Ghina.Freya menganggukkan kepalanya. Alex hanya mengerutkan dahinya mendengar perkataan Ghina. Mungkinkah Freya sakit karena terlalu banyak berpikir? Kepergian dan kebohongannya mungkin saja membuat Freya semakin overthinking tentang Alex. Pria itu bersikap seolah tidak mendengar perkataan Ghina. Dia membantu Freya untuk duduk di ranjang mereka. Alex membuatkan bubur khusus untuk istrinya yang sedang sakit."Ayo buka mulutmu!" ucap Alex seraya menyodorkan sesendok bubur di hadapan Freya.Freya menolehkan kepalanya, dia enggan disuapi oleh Alex. Matanya melirik ke arah Ghina yang tersenyum. Teman Alex itu tersenyum mengerti, dia berpikir Freya malu karena dia melihat interaksi antara sepasang suami istri di hadapannya."Ehm... kalau begitu
Alex menghentikan ciumannya pada Freya. Dia mengingat wanitanya itu sedang sakit, tidak mungkin pria itu melakukan hal berlebihan pada Freya. Emosinya selalu memuncak ketika Freya menanyakan perasaannya pada Alex. "Bersabarlah Frey, aku yakin perasaan cintaku akan tumbuh seiring waktu." Alex menempelkan keningnya dengan kening Freya.Dalam lubuk hatinya, dia sudah menyadari kalau Alex memiliki perasaan pada Freya. Namun, pria itu selalu menyangkal karena ketakutan yang tidak beralasan. Dia takut Freya akan mengkhianatinya seperti yang dilakukan oleh Claudia bila Alex memberikan hatinya pada istrinya itu."Aku hanya ingin mengetahui batasnya, Al," ucap Freya yang masih terengah-engah karena ciuman Alex. Pria itu selalu dapat menaklukkannya, seharusnya saat Alex menyetujui perceraian mereka Freya pergi jauh darinya agar tidak bisa ditemukan. Namun, takdir berkata lain, mereka masih terjebak dalam pernikahan yang awalnya dijalani terpaksa oleh Alex. "Sampai aku mencintaimu," ucap Alex
"Kamu yakin akan mulai bekerja hari, ini?" tanya Alex sambil menyodorkan roti berisi selai cokelat.Selama Freya sakit dua hari Alex tidak pergi bekerja. Mereka juga tidak sempat mengunjungi Brian yang telah selesai operasi. Namun, untungnya Brian memaklumi keadaan Freya. Dia memerintahkan Alex untuk menjaga Freya."Ya, aku yakin sudah lebih baik. Bukankah aku harus mulai bekerja, walaupun kamu adalah atasanku. Aku tidak boleh menjadi karyawan yang pemalas!" jawab Freya, kemudian memasukkan roti ke dalam mulutnya.Freya sudah dari kemarin membayangkan akan berkerja bersama Alex. Biasanya, dia hanya memperhatikan suaminya ketika sedang memeriksa pesan yang masuk dalam surel elektronik. Nanti, dia akan terus bersama dengan Alex di perusahaan. "Aku harap kamu tidak akan bosan denganku," celetuk Freya tiba-tiba.Wanita itu memandang Alex dengan alis yang terangkat. Dia khawatir seringnya mereka bertemu, apalagi mereka berada di tempat yang sama akan membuat Alex bosan padanya. Padahal, d
"Apa maksudmu? Bukankah lebih baik aku satu ruangan di luar bersama dengan Renata?" protes Freya pada suaminya."Tentu tidak, Sayang! Aku harus satu ruangan denganmu karena kamu adalah asisten pribadiku. Selain itu, Renata bisa dengan baik membantu pekerjaan Felix," ucap Alex pada Freya yang memprotes pengaturan ruangan dari dirinya."Aku ingin satu ruangan dengan Renata, please," pinta Freya menatap pria yang dicintainya dengan wajah memelas. Alex berdiri kemudian berjalan menghampiri Freya. Tanpa memperdulikan kehadiran Renata dan Felix pria itu melingkarkan tangannya di pinggang Freya. Dia menghiraukan tatapan bawahannya itu lalu berbisik pada istrinya."Sayang, aku selalu ingin bersamamu, kapan pun dan di mana pun. Jangan protes lagi dengan pengaturan yang sudah aku buat. Aku akan semakin posesif bila sudah memiliki perasaan padamu," bisik Alex tepat di telinga Freya. Tubuh Freya meremang, bisikan dari Alex membuatnya mengangguk pasrah. Pria itu telah memikirkan segalanya dari a
"Baiklah, tapi besok kamu baru akan mulai normal bekerja," ucap Alex menyerah.Freya menyunggingkan senyumnya lalu berdiri untuk mengecup pipi Alex. "Terima kasih, Sayang," ujar Freya."Apa kamu begitu senang diberikan pekerjaan? Seharusnya sejak lama kamu menjadi asisten pribadiku!" ungkap Alex."Ya, seharusnya seperti itu, kamu harus membagi tugas dengan baik. Aku lihat Felix mengerjakan pekerjaan ganda. Kasihan sekali pria itu. Seharusnya, dengan jabatanmu sebagai CEO, kamu harus memiliki beberapa orang kepercayaan agar pekerjaanmu lebih ringan," saran Freya sambil berdiri di ujung meja."Nanti aku akan pikirkan tentang hal itu! Aku harus mulai bekerja. Hari ini, lebih baik kamu sedikit bersantai saja. Aku hanya memintamu untuk mereservasi restoran untuk makan siang kita," ucap Alex. Pria itu kemudian kembali ke tempat duduknya. Sebenarnya, Alex ingin sekali bermesraan dengan istrinya di kantor. Namun, dia menyadari banyak sekali dokumen yang harus diperiksa olehnya. Freya memain
"Jadi, kita akan memakan steak lagi hari ini?" Alex bertanya pada istrinya."Ya, entahlah, akhir-akhir ini aku sangat menggemari makan steak. Tidak apa-apa kan? Atau kamu ingin memakan menu lain?" Freya menatap Alex yang heran dengan keinginan istrinya.Beberapa waktu ini, Freya menginginkan steak untuk menu makannya. Namun, Alex tidak keberatan pada selera makan Freya karena dia ingin wanita itu lekas pulih dari sakitnya. Alex selalu memenuhi permintaan Freya yang ingin makan steak setiap waktu."Tidak apa, aku ikut saja pada pilihanmu. Kamu tahu bukan kalau aku bukanlah pria pemilih," ucap Alex dengan menyunggingkan senyum diwajahnya. "Terima kasih, Sayang," Freya terlonjak senang kemudian mendahului Alex menuju meja yang telah dia reservasi. Alex menggelengkan kepalanya seaya tersenyum melihat tingkah dari Freya yang menggemaskan. Tanpa disadari olehnya seorang wanita terkejut melihat kehadirannya. Sebuah Kebetulan yang sangat disangka oleh wanita tersebut. Dia segera menghampiri
"Aku sudah berusaha untuk menasehatinya, tetapi seperti yang Anda tahu. Aku tidak bisa memaksakan kehendak pada Claudia," ucap Tania dengan pelan. Selama menjadi manager Claudia, dirinya selalu mengingatkan bahwa sahabatnya itu harus berlaku dengan baik. Akan tetapi, dia tetap tidak bisa mengendalikan Claudia. Jadilah, Claudia terlibat skandal dan tidak dapat memulihkan namanya hingga saat ini. "Aku rasa Anda tidak perlu memperingatiku. Sudah aku katakan bukan kalau aku tidak ingin terlibat dengan dirinya lagi. Cukup sudah bantuanku pada Claudia, aku ingin tidak ada lagi yang dapat menghubungkanku dengan Claudia." Alex tetap tenang saat berbicara dengan Tania. "Ya Tuan! Aku akan berusaha sebaik mungkin agar Claudia tidak mengganggu pernikahan Anda dan istri. Aku harap kalian terus berbahagia," harap Tania sambil menatap Freya yang sedari tadi melihat interaksinya dengan Alex yang tampak penasaran. Alex tentu memikirkan semua peringatan dari Tania. Dia sedikit menyesali tindakan di
Setelah kejadian di restoran, Freya memikirkan cara untuk mengetahui masa lalu Alex. Percintaan Alex dan Claudia hanya diketahui oleh Brian dan Irene. Tidak mungkin dia menanyakan hal tersebut pada Brian. Bila menanyakan pada Brian, Freya takut kakek tua itu akan curiga. Brian sangat menyukai Freya, dia tidak ingin cucu menantunya itu tersakiti. Oleh karena itu, Freya memilih untuk menanyakan pada Irene tentang masa lalu Alex."Besok, aku akan pergi bersama Tante Irene. Kami ingin pergi ke salon dan berbelanja," ucap Freya memberitahukan pada Alex.Alex yang sedang memeriksa ponselnya menengadahkan kepalanya, dia menatap Freya dengan heran. Istrinya itu tidak menyukai acara berbelanja atau ke salon. Kepergiannya bila menghabiskan waktu untuk berbelanja bisa dibilang sangat singkat."Apa aku harus ikut dengan kalian?" tanya Alex."Tidak, ini adalah waktu untuk kami berdua. Kamu tenang saja, nikmati waktumu berdua dengan Kakek Brian. Aku akan menghabiskan waktuku bersama Tante Irene,"