Semua mata tertuju pada Felix yang malah terpaku dengan pertanyaan Renata. Dia tidak membutuhkan asisten untuk menghandle perkerjaannya. Namun, Felix melihat alis Alex terangkat. Felix mengartikan hal itu sebagai kode untuk mengiyakan pertanyaan Renata. "Ehm, mungkin Anda bisa membantuku untuk satu atau dua pekerjaan yang aku handle," ucap Felix mencoba menjawab dengan bijak pertanyaan dari Renata.Freya tersenyum mendengar ucapan Felix. "Berarti aku dan Renata bisa bekerja di Perusahaan Kingston, kan?" tanya Freya dengan sumringah pada suaminya.Alex menganggukkan kepalanya. "Tentu, Sayang. Kalau kau inginkan, hari ini juga kamu bisa langsung menjadi asistenku. Aku tidak keberatan kamu langsung bekerja," jawab Alex dengan senyum tipisnya. "Tetapi, bagaimana dengan uang pinalti yang harus kita bayarkan? Aku belum menyelesaikan kontrakku di Perusahaan Howard," ungkap Renata dengan khawatir.Freya terdiam mendengar perkataan Renata, dia juga baru satu bulan bekerja, pasti perusahaan m
Alex gelisah mengetahui keadaan Claudia. Bagaimana pun, wanita itu pernah menjadi bagian dari kehidupan Alex di masa lalu. Alex mempertimbangkan untuk menjenguk Claudia. "Felix, aku ada urusan dan harus melakukan sesuatu. Tolong kamu katakan pada Freya agar tidak menungguku. Dia bisa pulang setelah urusannya dengan Pak Leo selesai," pesan Alex. "Baik, Pak. Namun, apa tidak sebaiknya Pak Alex sendiri yang mengatakan hal ini? Saya lihat sebentar lagi mereka akan selesai berbicara dengan Pak Leo," saran Felix. Alex terdiam sejenak, dia tidak ingin membuat Freya mencurigainya. Pria itu menggelengkan kepalanya. "Tidak! Nanti aku akan mengirimkan pesan saja pada Freya. Tolong handle peninjauan resort dan siapkan supir untuk mengantar Freya dan Renata pulang!" pinta Alex. Felix ingin membalas perkataan Alex, tetapi atasannya itu sudah pergi menuju lobi. Dia merasa kepergian Alex akan menjadi awal malapetaka bagi rumah tangga pria yang telah menjadi bosnya selama tujuh tahun.Selesai berb
"Bisakah Anda meninggalkan kami, saya ingin berbicara dengan Claudia untuk menegaskan suatu hal?" pinta Alex."Tentu, Tuan Alex!" jawab Tania kemudian menatap Claudia sekilas lalu pergi meninggalkan keduanya. Tania memberikan privasi pada kedua orang yang dulunya sepasang kekasih. Tania sebenarnya ragu ketika Claudia mengatakan akan menghubungi Alex. Claudia telah mengkhianati hubungan mereka dahulu hanya untuk mencapai karier yang lebih tinggi. Namun, mereka tidak memiliki cara lain untuk mendapatkan uang pengobatan Claudia. "Tidak perlu berbasa basi padaku. Katakan apa yang kau inginkan Claudia!" seru Alex. Claudia tampak terkejut dengan sikap dingin Alex. Dia mengharapkan Alex memberikan rasa simpatinya. Keadaannya saat ini sudah cukup sulit karena penyakit yang di derita. Wanita itu ingin Alex kembali memberikan perhatian padanya seperti dulu. "Mengapa kamu berkata seperti itu? Tidak adakah sedikit perasaan yang tertinggal saat melihat keadaanku?" tanya Claudia. Alex memicing
"Tentu berbeda, kita pernah mengalami hal yang indah bersama. Paling tidak kamu bisa menolongku karena masa lalu yang ada di antara kita," ungkap Claudia dengan wajah memelas."Apa pengalaman dengan selingkuhanmu itu tidak indah?" sindir Alex. "Bukan begitu maksudku, Al. Tidak ada lagi orang yang peduli denganku, Al. Hanya kamulah satu-satunya harapanku. Kumohon bantulah aku untuk dapat menjalani pengobatan ini," pinta wanita berwajah pucat itu. Alex menghela napasnya, dia mulai merasa goyah. Rasa kasihan pada Claudia mulai timbul dalam harinya. Biar bagaimanapun sesama manusia harus saling menolong. Bukankah tidak boleh pilih kasih dalam membantu sesama?"Baiklah aku akan mengurus semua pengobatanmu di rumah sakit ini!" ucap Alex pada akhirnya. Binar di mata Claudia terpancar, dia bersorak dalam hatinya. Keyakinannya akan Alex yang masih mencintainya semakin kuat. Dia yakin Alex tidak mungkin secepat itu melupakannya. "Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, aku harus segera
Freya terus menghubungi Alex, tetapi tidak mendapatkan jawaban. Hatinya diliputi kegelisahan karena Alex tiba-tiba pergi tanpa berpamitan dengannya. Ini berbeda dengan sikap Alex yang biasanya. "Apa hatimu masih tidak tenang, Frey?" tanya Renata. Freya memandangi hamparan pasir putih di depannya. Ombak kecil berkejaran saling mendahului menuju bibir pantai. Dia fokus pada lamunannya tentang Alex. "Frey! Kamu baik-baik saja? Kalau ada yang kamu cemaskan lebih baik kita segera pulang!" usul Renata pada sahabatnya. Dia menepuk pundak Freya karena tidak ada tanggapan dari wanita yang sedang bermuram durja itu. Freya terperangah karena tepukan yang diberikan oleh Renata. "Ya? Ada apa Ren? Kamu sudah bosan?" tanya Freya dengan ekspresi kebingungan.Renata menggelengkan kepalanya, rasanya hal yang telah dilalui olehnya tidak lebih buruk dibandingkan dengan Freya. Wanita di hadapannya ini tampak tidak bergairah karena suaminya sudah pergi terlebih dahulu. "Lebih baik kita check out dan
"Mendukungmu untuk apa? Merebut suami orang lain?" tuduh Tania. Selama menjadi manager dari Claudia, dia telah mengenal perempuan itu dengan baik. Kegilaannya saat menggunakan tubuhnya untuk menaikkan karirnya sudah dilarang oleh Tania. Akan tetapi, Claudia tetap melancarkan aksinya hingga dia sendiri terpuruk sendirian. Karier hancur dan keluarga tidak mempedulikan dirinya sama sekali. Tania masih setia mendampingi Claudia hanya karena mereka sahabat dari kecil. Jika tidak, dapat dipastikan dirinya juga meninggalkan Claudia. Emosi Claudia yang selalu meledak-ledak terkadang membuat Tania kesal, tetapi Claudia selalu dapat membujuknya untuk tetap tinggal di sisinya. "Kalau aku kembali pada Alex, hidup kita akan terjamin kembali. Mungkin aku dapat menjadi Brand Ambasador untuk perusahaan Alex. Walau perusahaannya bergerak di bidang properti, pasti tetap membutuhkan aktris untuk mengiklankannya, bukan?" ucap Claudia. "Apa belum cukup semua kejadian yang menimpamu setelah kejadian it
"Maaf, Nyonya. Tuan Alex tidak memberitahukan alasan kepergianya,. Jadi, saya tidak tahu ke mana beliau pergi," kata Felix dengan pelan. Felix melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Pria itu berkali-kali melirik ke arah Freya yang selalu memeriksa ponselnya. Kekecewaan tercetak dengan jelas di wajah Freya. Tidak ada yang dapat Felix lakukan, dia sudah beberapa kali mencoba menghubungi Alex, tetapi tidak dijawab. "Sudahlah, kamu tidak perlu memandangi ponsel terus menerus. Aku rasa Alex memang memiliki suatu hal penting karena itu dia tidak dapat menghubungimu," tutur Renata yang bosan melihat tingkah laku Freya. Freya menatap ke arah sahabatnya yang menampilkan muka masam. Wanita itu mengetikkan pesan untuk Alex terlebih dahulu karena sejauh ini Freya hanya menghubunginya tanpa meninggalkan pesan. Freya: Al, kamu ke mana? Hubungi aku ketika urusanmu sudah selesai! Aku menunggu pesanmu. I Love You! "Maafkan aku, Ren. Aku hanya cemas, beberapa kali menghubunginya, tetapi tidak d
Setelah keluar dari ruang rawat Claudia, Alex berhenti sejenak. Pria itu bingung menentukan harus kembali ke resort atau langsung pulang menuju apartemen. Dia memang sudah memberitahukan pada Felix untuk menyiapkan supir, jika Freya ingin kembali ke resort mereka. Akan tetapi, Alex khawatir Freya masih menunggunya karena kepergiannya tanpa pamit.Alex merogoh ponselnya yang dia letakkan dalam jasnya. Sambil berjalan menuju mobilnya, Alex mengaktifkan kembali ponselnya. Beberapa panggilan masuk terlihat dalam notifikasi ponselnya. Di antaranya dari Freya. Ketika Alex ingin menghubungi Freya ponselnya mati. "Sial! Mengapa ponselku mati di saat penting seperti ini?" rutuk Alex. Setelah berpikir sejenak, hari pun sudah larut malam akhirnya Alex memutuskan untuk pulang ke apartemennya. Pria itu berharap Freya sudah kembali pulang ke apartemen mereka. "Pasti dia sangat kesal padaku yang pergi tanpa pamit! Aku sedikit menyesal karena harus berlama-lama menjenguk Claudia," gumam Alex, lalu