Share

| 21 |

Penulis: Poetry Alexandria
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Roda ban mobil BMW 7 series itu berdecit ketika Nevano membelokkannya ke arah pekarangan istana keluarga Abraham dengan kecepatan tinggi. Ia nyaris menabrak sederet pepohonan palem yang tumbuh berbaris di sekitar tempat parkir. Lalu, turun dengan membanting kasar pintu mobil dan berjalan tergesa-gesa menuju bangunan utama. 

Beberapa orang pelayan yang berada di sekitar buru-buru menghampiri putra sulung Rafianto Abraham tersebut, bermaksud untuk bertanya basa-basi ada keperluan apa sampai kemari. Ya, memang hal yang mengejutkan bila Nevano bisa menginjakkan kaki ke tempat ini secara tiba-tiba. Apalagi melihat ekspresi kemarahan yang terpancar di wajah pemuda itu, jelas akan ada satu lagi keributan yang mungkin akan terjadi.

"Di mana Papa?" tanya Nevano kepada para pelayan tersebut sambil terus melangkah menelusuri lorong demi lorong yang menghubungkan tiap ru

Poetry Alexandria

Halo, yang membaca cerita ini mohon dukungannya yaa.. Apa kalian suka dengan ceritanya? šŸ¤—šŸ’–

| 1
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 22 |

    ļæ¼ "Bunda!" "Bunda!" Seorang bocah berusia delapan tahun berlarian dengan penuh semangat menaiki tangga. Tangannya yang memegang selembar kertas, berkali-kali ia acungkan ke atas. "Bunda!" teriaknya lagi, dengan lincah melompati satu demi satu anak tangga di hadapan. Senyum manis terkembang di bibir mungilnya. Memunculkan dua lubang indah di kedua pipi bulat si bocah."Tuan Nevano, hati-hati! Nanti Tuan bisa jatuh!" Seorang pelayan yang sejak tadi memperhatikan buru-buru mengingatkan.Namun, si bocah tak menggubris ucapan pelayan itu. Justru ia semakin antusias melompati anak tangga tersisa, demi mencari sosok wanita yang sejak tadi me

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 23 |

    Suara musik yang berdebam-debam di sekeliling Nevano, sama sekali tak menarik perhatian pemuda berlesung pipi itu. Nevano justru sibuk menuang Jack Daniels ke dalam gelas, lalu menenggaknya sampai tandas. Kenangan indah masa kecil kembali berputar seperti sebuah kaset rusak di dalam kepala. Nevano sampai tidak ingat bahwa dirinya pernah sebahagia itu dulu. Pernah merasakan hal yang diinginkan semua orang di dunia, yaitu memiliki sepasang orangtua yang begitu rukun dan saling mencintai. Namun, sekarang semua kebahagiaan itu telah menjadi puing-puing menyedihkan. Yang tersisa hanyalah dendam dan kebencian, membuat Nevano harus selalu terkungkung dalam kubangan lukanya sendiri."Woi, No! Lo udah sampe duluan ternyata?" Sebuah seruan beserta tepukan keras di pundak sedikit menyentakkan Nevano dari lamunan.Pemuda itu menoleh, mendapati Median dan Rendi—minu

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 24 |

    Pagi-pagi sekali Zora sudah bangun, membereskan rumah, menyiapkan sarapan untuk Zia berangkat sekolah dan segala macam pekerjaan rumah lain yang cukup menguras energi. Gadis itu berusaha menyibukkan diri. Setidaknya ia masih bisa melakukan kegiatan yang bermanfaat di rumah selama masanya menganggur sebelum mendapatkan pekerjaan baru.Setelah selesai menyiapkan bekal makan siang untuk Zia, Zora pun segera berjalan ke kamar adik perempuannya itu, menyuruhnya bergegas agar tidak terlambat."Zia ...," panggil Zora di depan pintu kamar yang tertutup seraya mengetuk. "Sarapan, yuk! Nanti keburu telat."Tak berapa lama pintu kamar itu terbuka. Zia yang telah rapi mengenakan seragam, melangkah keluar dengan raut yang tampak lesu dan sedikit pucat dari biasanya.Zora yang menyadari keadaan adiknya itu serta-merta bertanya, "Eh, kamu sakit?"Zia menggeleng sambil mengulas senyum tipis. "Nggak,

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 25 |

    "Makasih ya, Kak. Udah mau anterin aku hari ini," kata Evelina ketika Levi menghentikan mobilnya di depan sebuah gedung hotel berbintang. Hotel yang menjadi tempat gadis itu bekerja selama setahun terakhir. Levi tersenyum. Matanya menatap ke arah gedung hotel tersebut. Ia baru kali ini mampir mengantarkan calon tunangannya itu kemari. Hotel milik keluarga Evelina ternyata lebih megah dari yang ia sangka. "Nggak apa-apa, Eve. Lagian sekalian Kakak berangkat ke rumah sakit juga karena searah," sahut Levi. Sebenarnya ia sedikit berbohong lantaran seperti biasa, Kinanti-lah yang memaksanya dari semalam untuk melakukan hal ini. Evelina membuka sabuk pengaman yang mengikat tubuhnya. Sebelum pergi, ia menyerahkan sebuah paper bag berisi kotak bekal makan siang pada Levi. "Oh ya, ini buat Kakak. Semoga Kak Levi suka," katanya s

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 26 |

    Jika ditanya hal apa yang paling Zora takuti di dunia ini, maka gadis itu sudah pasti akan menjawab kehilangan.Zora sudah pernah mengalami mimpi buruk itu ketika menginjak usia 15 tahun. Ibunya meninggal secara tiba-tiba karena penyakit jantung yang dideritanya. Seolah dunia tak ingin repot-repot bersimpati, dua bulan kemudian ayah Zora pun mengalami kecelakaan dan kaki kirinya tak bisa lagi digunakan secara normal. Kecelakaan itu membuat Gustian depresi lantaran ia juga di PHK dari tempatnya bekerja. Lalu, satu tahun berikutnya giliran Zia divonis menderita penyakit jantung bawaan.Semua kejadian buruk itu menimpa keluarga Zora secara beruntun. Gadis itu sempat tak tahu lagi bagaimana menjalani hidupnya dengan normal. Namun, Zora tetap berusaha bersikap optimis dan percaya bahwa akan selalu ada pelangi di setiap badai yang datang.Tetapi, itu dulu. Dulu saat Zora masih berpikir naif. Saat Zora masih percaya mukj

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 27 |

    "Jadi, kamu dengan seenaknya memecat seorang karyawan tanpa melapor lebih dulu kepada saya?" Nevano berdiri tegak dengan kedua tangan di dalam saku. Nada bicaranya terkesan datar, tapi sorot tajam dari kedua mata elangnya siap menciutkan nyali lawan bicaranya."Ma—maafkan saya, Pak. Saya hanya menjalankan perintah—""Perintah?" potong Nevano dengan sebelah alis terangkat. Ia nyaris tertawa karena merasa geli. "Perintah siapa? Bukankah saya yang berhak memberi perintah di sini?"Pria bernama Barata Wirawan itu hanya bisa meneguk ludah dengan kepala tertunduk. Ia merupakan Manager HRD yang kemarin memecat Zora. Hari ini Nevano meminta semua manager dari setiap divisi menghadap ke ruangannya. Membahas segala macam permasalahan yang dihadapi perusahaan, terutama masalah pemecatan Zora yang sungguh membuatnya naik pitam."Bapak Rafianto Abraham yang menyuruh saya, Pak. Saya minta maaf bila tidak mel

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 28 |

    ļæ¼"Levi?" seru Zora sekali lagi, menatap pemuda yang berdiri di hadapannya dengan perasaan tak percaya. Ia mengerjap, mungkin saja ia salah lihat. Namun, penglihatannya memang tidak salah. Pemuda itu benar-benar Levi."Zo—Zora?" balas Levi dengan keterkejutan yang sama.Zora melongo. Dari sejuta kemungkinan yang bisa terjadi, melihat Levi berada di ruangan ini adalah satu hal yang sama sekali tak pernah terpikirkan olehnya. Gadis itu sampai bertanya-tanya, apa yang membuat Levi bisa berada di sini?"Kenapa kamu bisa ada di sini?" Zora akhirnya menyuarakan pikirannya setelah terdiam beberapa saat.Levi menghela napas gugup. Pemuda itu sedikit menyesal kenapa nekat masuk kemari dan akhirnya tertangkap basah. Seharusnya memang ia kembali saja ke lobi tadi. Sekarang apa yang harus ia katakan? Tidak mungkin ia menjawab sejujurnya bahwa ia merasa penasaran dan i

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 29 |

    Kringgggg!!!Bel sekolah yang berbunyi nyaring itu menandakan kegiatan sekolah hari ini telah berakhir. Semua murid berseru antusias seraya membereskan buku pelajaran masing-masing ke dalam tas, bersiap untuk pulang, termasuk Zora yang berada di ruang kelas XI IPA 1.Selesai membereskan peralatan sekolahnya ke dalam tas, Zora bergegas memacu langkah menuju ruang musik yang terletak di lantai tiga gedung sekolah. Gadis itu berniat untuk menemui guru seni mereka, membicarakan tentang kontes bulan Bahasa yang akan diadakan 2 minggu ke depan. Zora ingin mengundurkan diri dari kontes tersebut lantaran ia tidak bisa ikut. Zora tidak dapat meninggalkan Zia sendirian di rumah karena acara kontes itu diadakan di Cibubur selama tiga hari dan mengharuskan mereka untuk menginap.Zora menaiki tangga menuju lantai tiga, menyalip

Bab terbaru

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 99 |

    "Bagaimana kalau kita mencoba mengenalkan new product kita dengan mengusung tema healthy, smarty and friendly?" usul Zora saat Tim Perencanaan, Tim Marketing dan Tim Produksi meeting bersama untuk ke sekian kali di Rabu pagi hari itu.Meeting kali ini dilakukan untuk membahas pengembangan desain serta penyempurnaan uji coba new product yang sebentar lagi akan dirilis ke pasaran."Healthy, smarty and friendly?" ulang Tami, salah satu staff Divisi Marketing, yang duduk tak jauh dari Zora. Ia terlihat menimbang-nimbang usul tersebut.Zora menatap ke arah wanita berambut hitam legam itu dan mengangguk. "Iya, karena dari product concept yang sudah kita kembangkan, tema ini yang paling cocok. Terutama untuk mie sagu.""Bisa dijelaskan lebih rinci?" pinta staff yang lain."Oke." Zora bangkit dari duduknya, sementara rekan-rekannya di Tim Perencanaan menatap gadis itu takjub. Ya, selama meeting berlangsung, mereka tak menyangka Zora begitu antusias memberikan banyak ide ajaib yang amat sangat

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 98 |

    RING DING DONG!RING DING DONG!Suara dering alarm dari jam weker digital di atas nakas terdengar beberapa kali berdering. Pemuda di balik selimut itu perlahan-lahan mengulurkan tangan ke atas nakas untuk mematikannya. Namun, karena tak berhati-hati ia malah menjatuhkan benda berbentuk segi empat itu hingga menimbulkan bunyi jatuh cukup keras.Levi mengerang kasar. Matanya yang masih terpejam, seketika terbuka. Disibak selimut yang masih membalut tubuhnya dan menegakkan badan. Rasa pusing tiba-tiba saja mendera dan pemuda itu tersentak kala menyadari bahwa ada jejak air mata yang membasahi kedua pipinya.Hell? Rupanya tanpa sadar, Levi sejak tadi menangis dalam tidurnya.Apa-apaan ini? pikir pemuda itu, heran sekaligus aneh. Kenapa ia bisa menangis seperti ini?Dengan napas yang terembus kasar, Levi pun mencoba mengingat-ingat. Dan pemuda itu langsung terhenyak kala menyadari apa yang menyebabkan dirinya menangis dalam tidur. Ternyata itu karena ia memimpikan Zora.Ya Tuhan! Apa sih y

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 97 |

    Sepi.Tak ada apapun selain angin yang berembus menerbangkan dedaunan kering serta tapak sepatu beradu aspal hitam yang dipenuhi jejak hujan semalam. Matahari baru sejengkal menampakkan sinarnya di ujung cakrawala dan keheningan itu masih terasa sama seperti hari-hari sebelumnya.Namun, ada sesuatu yang rasanya janggal.Sesuatu yang menjadi alasan remaja laki-laki itu berdiri diam dengan alis bertautan. Menatap penasaran pada sosok gadis di balik pintu gerbang. "Zora?" Vokal itu datang dengan sedikit tertahan. Ada keterkejutan di ujung nadanya."Ada apa? Kenapa nggak kasih tahu mau kemari sepagi ini?"Gadis yang dipanggil Zora itu tak menjawab. Ia berdiri dengan kepala tertunduk serta kedua bahu bergetar, seolah-olah sedang menahan sesuatu yang mengguncang. Jejemarinya mengepal, mencengkram ujung seragam lusuh yang masih dikenakan, sementara rambut hitam panjangnya yang tergerai, tampak lembab dan kusut di beberapa bagian."Kenapa kamu masih pake seragam? Kamu nggak pulang ke rumah?

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 96 |

    "Jadi Nevano membuat ulah lagi di kantor?" Rafianto menatap sekretaris pribadinya yang sedang berdiri di hadapannya dengan pandangan tajam."Ya, Pak. Saya mendengar dari sekretaris Tuan Nevano kalau Tuan Muda mencium gadis bernama Zora itu di kantor kemarin. Sepertinya Tuan Muda sengaja melakukannya untuk membuat kehebohan," sahut Pak Hendris seraya menganggukkan kepala.Rafianto mengepalkan buku-buku jarinya dan mendengkus kasar. "Anak brengsek itu kenapa selalu saja bertindak ceroboh?""Apa yang harus kita lakukan, Pak?"Pertanyaan itu membuat perasaan Rafianto berkecamuk."Apa Anda yakin ingin tetap menjodohkan Tuan Nevano dengan putri Adi Nugraha itu? Saya rasa ini tidak akan berjalan lancar.""Saya harus melakukannya," tegas Rafianto. "Saya tidak bisa membiarkan apa yang sudah saya bangun dengan susah payah harus runtuh begitu saja. Lagipula ini semua demi kebaikan Nevano juga. Dia adalah ahli waris utama keluarga Abraham saat ini. Jadi mencarikannya pendamping yang tepat adalah s

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 95 |

    "Oh ya, Pak Septian mana?" tanya Zora seraya mengedarkan pandang. Baru tersadar kalau pria tangan kanan Nevano itu sejak tadi tak kelihatan batang hidungnya."Pak Septian udah pergi dari subuh tadi," jawab Nevano. Kali ini ia bergerak memecah beberapa butir telur dan mengocoknya di dalam wadah kecil untuk dijadikan omelet. "Ke mana?""Ke acara peringatan kematian bunda."Kalimat itu membuat Zora tersentak. "Kamu nggak pergi?"Nevano menoleh sekilas dan menggeleng. "Nggak.""Kenapa?""That's just waste of time." Pemuda itu tersenyum miris. "Aku lebih suka ziarah ke makam bunda secara langsung daripada ikut acara seperti itu."Jeda."Karena apapun yang mereka lakukan sekarang, nggak mengubah fakta kalau mereka dulunya juga ikut andil atas kematian bunda."Zora terdiam. Ia tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Tetapi, ucapan itu juga turut membuat hati Zora merasa sedih."Nanti siang kita jadi ziarah ke makam bunda kamu, 'kan?" tanya Zora kemudian, menatap Nevano lekat.Yang ditatap refl

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 94 |

    It's so sweet, knowing that you love me.Though we don't need to say it to each other, sweet...Knowing that I love you, and running my fingers through your hair.It's so sweet...(Sweet ~ Cigarettes After Sex)ā£"Ayo, kita menikah, Zora."Kalimat itu terus terngiang-ngiang dalam benak Zora sepanjang hari itu. Sepanjang Zora membuka mata dan terbangun dari tidurnya.Gadis itu bahkan sudah membersihkan diri dalam bathub selama nyaris satu jam. Memasang instrumental klasik kesukaan pada speaker phone. Menghidu lilin aromatherapy yang ia bakar dan diletakkan di atas lemari nakas. Melihat bagaimana sinar mentari pagi menyusup masuk melalui jendela dan membias di langit-langit membentuk pola kristal temaram.Namun, Zora masih saja belum bisa mengenyahkan kalimat itu dari pikirannya.Oke, satu hal yang rasanya aneh.Sepanjang Zora mengenal Nevano, pemuda itu memang tipikal pribadi yang spontanitas, impulsif dan sulit ditebak. Namun, tak pernah terbayangkan Nevano bisa mengatakan kalimat ing

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 93 |

    "Lo nyari Nevano?" Kedua tangan Zora yang berada di sisi tubuh, mengepal sesaat. Gadis itu kemudian mengangguk sebagai jawaban.Laki-laki dengan tato bergambar mawar hitam di pergelangan tangan itu menilai sejenak penampilan Zora yang mungkin terlalu mencolok. Ya, mengingat gadis itu masih mengenakan seragam di hari menjelang petang dan di tempat para anak muda bermain billiard, tentu hal ini cukup menarik perhatian.Namun, laki-laki itu akhirnya mengendikkan kepala ke arah belakang punggungnya. "Dia ada di lantai dua. Masuk aja. Di meja paling ujung sebelah kiri.""Terima kasih," ucap Zora seraya menganggukkan kepala dan berjalan cepat menaiki tangga yang berada tiga meter dari laki-laki bertato itu.Hal pertama yang menyambut Zora ketika kakinya menjejak di lantai dua adalah bau asap rokok di mana-mana, dentuman keras musik punk serta gelak tawa dan suara geretakan bola-bola dipukul di atas meja pool.Pandangan Zora mengedar. Mencari sosok Nevano di antara para pengunjung yang nyar

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 92 |

    "Zora, sudah berapa kali rasanya nilai ulanganmu turun drastis. Sebentar lagi kita akan ujian akhir kenaikan kelas. Kalau nilaimu begini terus, bisa-bisa beasiswamu terancam," tegur Pak Agung pada Zora yang tengah duduk di hadapannya.Saat ini sekolah sudah berakhir dan Zora secara khusus dipanggil oleh guru wali kelas XI IPA 1 itu. Membahas nilai Zora yang menurun beberapa minggu belakangan."Ini adalah nilai ulangan matematikamu kemarin. Bapak benar-benar tidak menyangka kamu bisa mendapat nilai di bawah 60 pada ulangan kali ini."Zora memandangi lembar ulangan miliknya dengan nanar. Angka 58 tertulis besar-besar di sana, membuat gadis itu menelan ludah. Ya, bila mengingat lagi ke belakang, ini adalah pertama kalinya Zora bisa mendapat nilai seburuk ini dalam sejarahnya bersekolah. Paling rendah nilai yang ia dapatkan setiap ulangan adalah 80. Jadi, kejadian ini tentu membuat wali kelasnya itu merasa kaget. "Apa terjadi sesuatu? Apa kamu sedang ada masalah?" Pak Agung menatap Zora

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 91 |

    Haloo, berhubung update-an kali ini super duper molor, disarankan untuk membaca part sebelumnya biar gak lupa.Dan juga tiga bab ke depan akan menampilkan adegan flashback yaa.Terimakasih ā¤Sembilan tahun lalu ketika rasa cinta itu belum bermekaran."Anjing!""Bangsat!""Mati aja lo sekarang!"Serentetan makian dan sumpah serapah mengiringi hantaman, tendangan serta pukulan bertubi-tubi pada sosok laki-laki bertubuh agak ringkih di pojokan teras rumah.Laki-laki itu adalah Gustian, ayah Zora. Ia hanya bisa mengerang serta meringkuk tak berdaya setiap kali menerima pukulan keras yang dilakukan oleh lima orang pria berwajah sangar yang mengelilinginya."Berani-beraninya lo kabur dan sembunyi setelah nipu kami semua! Lo pikir kami ini goblok, hah!?" seru pria berperawakan paling kekar di antara yang lain. Sepertinya pria itu merupakan pemimpin gerombolan preman-preman tersebut dan yang sejak tadi paling sadis menghajar Gustian."Mampus lo, anjing!"Satu tendangan lagi mendarat ke perut

DMCA.com Protection Status