kringg kringg kringg.
Suara alarm yang keras membangunkan lelaki tampan yang sedang tertidur pulas. Benar, lelaki itu adalah Kristaldo, atau yang kerap di panggil Kris.
Kris mulai membuka mata indahnya, melihat cahaya matahari yang menyoroti wajah tampannya. Ia kemudian bergegas ke kamar mandi, melakukan ritual pagi yaitu mandi.
Kris hanya tinggal sendiri di rumah besar itu, kedua orang tua nya ada di Los Angeles karena ada urusan perusahaan.
Setelah siap, Kris turun ke lantai bawah untuk makan, tetapi, yang dia dapatkan hanya sepotong roti sisa kemarin?
"Astaga, kalau begini apa yang harus aku makan?" gumam Kris. Lalu, Kris ingat bahwa dia sekarang mempunyai seorang asisten.
"Aku kan punya asisten, kenapa harus bingung coba. Ahh ini otak kenapa baru fungsi sih" gerutu Kris pada dirinya sendiri.
***
Sedangkan di tempat lain, ada seorang gadis yang sedang mencari info lowongan pekerjaan.
Siapa lagi kalau bukan Liora."Ternyata mencari pekerjaan itu sulit juga ya" ucap Liora.
"Mencari pekerjaan itu memang sulit, tapi kalau tetap berusaha dan selalu berdo'a, pasti akan di permudah" nasehat Dian, ibunda Liora.
Perlu di ketahui bahwa Liora hanya tinggal bersama ibunya, ayahnya sudah meninggal saat Liora berumur 10 tahun. Inilah yang membuat dirinya harus bekerja, agar ia dan ibunya bisa terus bertahan hidup.
"Apa masih belum dapat pekerjaan yang pas?" tanya Dian.
"Belum Bu. Hmm, sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan dengan ibu" ucap Liora ragu.
"Bicaralah nak" .
Dengan jujur, Liora menceritakan kejadian yang terjadi kemarin. Mulai dari ia di tuduh mencuri, datangnya lelaki misterius, hingga perjanjian yang ia sepakati dengan Kris.
Mendengar hal itu, Dian sedikit kaget.
Bagaimana bisa putri satu-satu nya itu bisa di tuduh mencuri, dan menjadi asisten orang tidak di kenal selama 1 tahun?"Maaf karena baru mengatakan hal ini, tapi ibu tidak perlu khawatir, lelaki yang bernama Kris itu sepertinya lelaki yang baik, buktinya dia mau membantuku membayar ganti rugi sebesar 250 juta, jadi ibu tenang saja. Aku janji akan menjaga diri" ucap Liora meyakinkan sang ibu.
"Hmm, baiklah nak. Ibu percayakan semua padamu, tetapi kamu harus tetap berhati hati, bagaimanapun juga kita tidak tau seperti apa Kris itu" ucap Dian menasehati Liora.
Tiba-tiba, ponsel yang di pegang Liora bergetar, menandakan ada panggilan yang masuk.
"Nomor tidak di kenal" ucap Liora sambil melihat nomor baru di layar HP nya.
"Angkat saja dulu, siapa tau memang penting" ujar Dian.
Tanpa babibu, Liora pun mengangkat panggilan itu.
"Hallo, siapa ya?" tanya Liora di dalam panggilan.
> "Aku Kris, datanglah ke rumah, ada yang harus kamu kerjakan" ucap Kris di sebrang sana.
"Baiklah, aku akan segera ke sana" jawab Liora.
> "Hm, cepatlah" perintah Kris lagi. Ia langsung memutuskan panggilan sepihak.
"Siapa nak?" tanya Dian.
"Kris Bu, lelaki yang aku ceritakan tadi. Dia memintaku pergi ke rumahnya, dia bilang ada yang harus ku kerjakan" jawab Liora.
"Ya sudah, lebih baik sekarang kamu pergi. Tidak baik membuat orang lain menunggu" saran Dian yang mendapat anggukan dari Liora.
Setelah itu, Liora bergegas pergi menuju rumah Kris. Dia tidak memiliki kendaraan untuk bepergian, karena itu dia harus memesan ojek online agar bisa sampai lebih cepat ke rumah Kris yang cukup jauh. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 15 menit, Liora pun sampai di rumah yang kemarin menjadi saksi perjanjian antara ia dan Kris.
Tok tok tok. Liora mengetuk pintu rumah itu. Tetapi tidak ada jawaban dari orang di dalam rumah itu.
"Kris!! Bukakan pintunya!" teriak Liora dari luar.
Pintu pun terbuka, menampakan Kris yang hanya memakai celana pendek dan kaos hitam yang melekat pas di tubuhnya. Dengan muka tampan dan rambut seperti idol Korea, membuat siapapun yang melihatnya akan langsung jatuh hati padanya.
"Tidak usah berteriak, kamu membuat seisi rumah sakit telinga karena suaramu yang cempreng itu" oceh Kris dengan muka datar.
"Itukan salahmu yang tidak mau membuka pintu, lagipula di rumah ini sepi tidak ada siapa-siapa" jawab Liora dengan nada sedikit tinggi.
"Terserah" ucap Kris kemudian masuk ke dalam.
Mau tidak mau Liora pun mengikuti Kris di belakang. Setelah sampai di ruang tamu, Liora duduk tanpa mendapat perintah dari Kris."Siapa yang menyuruhmu duduk?" tanya Kris datar.
"Lalu? aku harus berdiri seperti patung?" timpal Liora.
"Aku menyuruhmu kesini untuk bekerja, bukan untuk duduk santai" ucap Kris sinis.
"Baiklah baiklah, lalu apa yang harus aku kerjakan Tuan Kris yang terhormat?" ucap Liora dengan suara yang di buat buat seperti seorang pelayan.
"Tidak usah memanggilku tuan, umurku masih 20 tahun, tak beda jauh darimu" ucap Kris malas.
"Lalu aku harus memanggilmu apa? Mas Kris? Pak Kris? atau Kakek Kris?" ucap Liora sambil tertawa.
"Diamlah, tidak lucu. panggil aku Kris saja. Dan tugasmu sekarang adalah membuatkan sarapan untukku, jangan terlalu pedas dan jangan terlalu asin" perintah Kris untuk Liora.
"Hanya karna itu kamu memanggilku kesini? kenapa kamu tidak pesan go food saja, apa susahnya sih, tinggal klik langsung beres" oceh Liora sebal.
"Kalau begitu untuk apa aku menjadikanmu asistenku? untuk rebahan?" timpal Kris menohok.
"Iya iya, kamu itu laki-laki apa perempuan sih, cerewet banget" ucap Liora.
"Sudah, cepat buatkan aku makanan, dapurnya ada di sana, bahan-bahan nya ada di kulkas" ucap Kris sambil menunjuk ke arah dapur.
"Iya iya" ucap Liora kesal, kemudian pergi ke arah yang Kris tunjukkan.
"Dasar perempuan aneh" gumam Kris.
Tidak butuh waktu lama bagi Liora untuk membuat sarapan, karena dia sudah terbiasa dalam melakukan pekerjaan rumah. Di usia ibunya yang tak lagi muda, dan ibunya juga memiliki penyakit kanker, siapa lagi yang melakukan pekerjaan rumah selain Liora?
"Kris!!" panggil Liora dari meja makan.
Tidak butuh waktu lama, Kris datang dengan muka datar khasnya.
"Apa sudah matang?" tanya Kris yang mendapat anggukan oleh Liora.
Kris mulai mencicipi makanan yang di buat oleh Liora. Hanya makanan sederhana seperti Nasi goreng udang dan Chicken Krispy.
"Enak juga masakanmu, tidak salah aku menjadikanmu sebagai asistenku" puji Kris di sela-sela makannya.
"Diamlah, habiskan saja makananmu. Tidak usah heran, masakanku memang enak" ucap Liora membanggakan diri.
Kris pun memakan makanan nya sampai habis. Setelah selesai, mereka berdua pergi ke ruang tamu dan duduk. Bedanya, kali ini Liora tidak mendapat ocehan karena duduk tanpa perintah.
"Apa ada lagi yang harus ku kerjakan?" tanya Liora sambil men-scroll Ig nya.
"Sepertinya tidak" jawab Kris.
"Baiklah, kalau begitu aku akan pergi" ucap Liora sambil berdiri.
"Mau kemana?" tanya Kris datar.
"Pulang lah, untuk apa aku berlama lama di sini?" jawab Liora malas.
"Apa aku sudah menyuruhmu pulang?" tanya Kris dan Liora hanya diam.
"Duduklah, jika kamu pulang siapa yang akan aku beri perintah nanti?" ucap Kris lagi.
"Tidak jelas" respon Liora singkat. Dia pun kembali duduk dan membuka Handphone nya.
Drrtt drrtt.
Terdengar bunyi getaran dari Handphone Kris yang menandakan ada panggilan masuk, disitu tertuliskan nama 'Mama'."Hallo ma, kenapa nelvon?" tanya Kris.
> "Enggak Kris, mama cuman mau ngasih tau kamu sesuatu" ucap Rena, ibunda Kris.
"Ngasih tau apa ma? semua baik-baik aja kan?" tanya Kris dengan nada khawatir.
> "Iya sayang, semua baik-baik aja kok. Mama cuman mau bilang kalau besok mama dan papa akan pulang, sekitar jam 2 siang mama dan papa sampai di rumah, kamu masih ingat permintaan mama kan sayang?" ucap Rena di sebrang sana.
Deg.
Mendengar kalimat terakhir yang di ucapkan Rena, Kris langsung tegang dan gugup.> "Kris" panggil Rena.
"Eh, iya ma. Kris masih ingat kok, mama tenang aja" jawab Kris gugup.
> "Oke, see you tomorrow sayang" ucap Rena.
> "See you ma" ucap Kris di akhir kalimat.
Kris langsung tegang, memikirkan apa yang akan terjadi besok jika Rena tau yang sebenarnya. Melihat Kris bertingkah aneh, Liora jadi penasaran.
"Siapa yang menelvon? Kenapa kamu tegang begitu?" tanya Liora penasaran.
"Mama" jawab Kris dengan perasaan yang masih tegang.
"Lalu kenapa kamu tegang begitu? Apa ada masalah antara kamu dan ibumu?" tanya Liora lagi.
"Bukan hanya masalah, tapi bahaya" ucap Kris sambil memijat keningnya yang mulai pusing.
"Kamu ini bicara apa? bicaralah yang lebih jelas, aku tidak mengerti bahasa alien" ucap Liora sebal.
"Baiklah, akan aku beritahu padamu. Diam dan dengarkanlah baik-baik" ucap Kris serius.
Liora menunggu Kris melanjutkan ceritanya, sambil bergeser lebih dekat ke arah Kris agar bisa mendengar dengan lebih jelas.
"Jadii, bahaya yang akan datang adalah..."
"Jadii, bahaya yang akan datang adalah mama dan papa, mereka akan tiba besok!" ucap Kris serius."Kamu ini memang aneh ya, orang tua datang bukannya senang malah tegang" timpal Liora merutuki Kris."Kamu ini tidak tau masalahnya tetapi tidak mau diam, biarkan aku menyelesaikan ceritanya dulu baru kamu berkomentar" ucap Kris kesal. Lalu, ia pun melanjutkan ceritanya."Yang aku takutkan jika mama dan papa datang adalah, mereka akan menagih permintaan mereka padaku. Apa kamu tau permintaan mereka?" tanya Kris yang mendapat gelengan kepala dari Liora."Permintaannya adalah, ketika mereka kembali ke Indonesia, aku harus sudah mempunyai pasangan, sedangkan pacar saja aku tidak punya. Argghh ini membuatku pusing" jelas Kris sambil memijat keningnya yang sudah semakin pusing."Hahaha Kris, kamu membuat perutku sakit hahaha" ucap Liora sambil tertawa."Apakah ini lucu? Kamu seharusnya member
"Kris, Liora. Kenapa malah diam begitu?" ucap Rena membuyarkan pandangan Kris dan Liora."Eh, tidak kok ma, kami hanya merasa sedikit malu saja hehe" balas Kris gugup."Jadi, bagaimana? Apa sudah ada rencana untuk menikah dalam waktu dekat ini?" tanya Fahri lagi."Maaf om, tante. Sebenarnya kami masih belum memikirkan tentang pernikahan, kami masih ingin seperti ini. Apa om dan tante keberatan?" ucap Liora memberanikan diri."Ah jadi begitu, ya sudah tidak apa-apa. Mama dan papa ngerti kok, iya kan pa?" ucap Rena meminta tanggapan dari Fahri."Iya, papa maklumi. Tetapi pesan papa, jika kalian berdua memang sudah siap dan yakin, segeralah berlanjut ke hubungan yang lebih serius" pesan Fahri untuk Kris dan Liora."Benar, mama juga sudah tidak sabar ingin menggendong cucu " timpal Rena girang."Mama, menikah saja belum sudah memikirkan perkara anak, malu tauu" rengek K
"Bukankan ini, tante Rena?" ucap Liora cukup keras.Ucapan Liora mampu mengejutkan Dian. Pasalnya, ucapan yang keluar dari mulut Liora memanglah benar bahwa di foto itu tidak lain adalah Rena, ibu Kris."Bagaimana kamu bisa tau kalau teman ibu itu bernama Rena? Apa kamu mengenalnya?" tanya Dian."Jadi ini benar tante Rena bu? tanya Liora tidak percaya."Iya,biru memang Rena. Apa kamu mengenalnya?" tanya Dian lagi. Liora pun terkejut mendengarnya."Apa ibu tau? Tante Rena atau teman SMA ibu itu adalah ibunda Kris, laki-laki yang aku ceritakan waktu itu" jawab Liora."Benarkah? Ternyata dunia ini memang sempit ya, dulu kami yang berteman, dan sekarang anak-anak kami, hehe" ucap Dian sambil tertawa kecil."Ibu, aku dan Kris tidak berteman, ingat itu ya" ucap Liora kesal sambil berdiri dari duduknya."Mau kemana nak?" tanya Dian."Mau b
"Ternyata kalian sudah saling mengenal ya, apa kalian berpacaran?" tanya Rey penasaran. Ada sedikit rasa sakit di dalam hatinya, tapi itu semua dia sembunyikan di balik senyum yang terukir di wajahnya."Dia asistenku" jawab Kris datar.Ternyata Kris dan Aldo adalah satu orang yang sama, hanya saja Rey dan Liora memanggilnya dengan nama yang berbeda.Mendengar jawaban dari Kris, Rey menjadi sedikit lega. Entah kenapa rasanya sakit jika tau bahwa Liora sudah mempunyai seorang kekasih. Apakah dia telah jatuh cinta pada Liora?"Oh ternyata hanya asisten, aku kira kalian adalah sepasang kekasih" ucap Rey dengan senyum yang memancar di wajahnya."Memangnya kenapa jika kami berpacaran?" tanya Liora lugu."Eh tidak apa-apa, aku hanya penasaran saja hehe" jawab Rey cengengesan. Akan tetapi, Kris memikirkan hal lain yang mungkin saja bisa terjadi.
Sesampainya di Kantor, banyak pasang mata yang melihat kagum ke arah Kris. Pasalnya, selain memiliki pesona bak Dewa Yunani, dia juga pintar dalam memimpin perusahaan. Bahkan perusahaan nya itu masuk dalam kategori 10 perusahaan terbesar di Indonesia. Perfect bukan?"Selamat pagi pak, klien sudah menunggu bapak di ruang rapat" ucap pak Dion, sekretaris kepercayaan Kris."Saya segera ke sana, bawakan berkas-berkas yang harus di urus" ucap Kris tegas. Sedangkan Dion langsung mengerjakan perintah bos nya."Sesuai perintah bapak, permisi pak" jawab pak Dion sopan, dia kemudian melangkah pergi."Tunggu pak" panggil Kris. Pak Dion yang di panggil pun menoleh ke belakang tempat Kris berada."Ada lagi yang bisa saya bantu pak?" tanya pak Dion."Tidak, saya hanya tidak ingin di panggil bapak, panggil Kris saja, bapak lebih tua dari saya" ucap Kris sopan.Memang benar bahwa p
Liora sedang menyiapkan makanan untuk Dian, karena tadi Dian bilang kepalanya mendadak pusing."Ibu makan dulu ya biar cepat sembuh" ucap Liora sambil duduk di samping Dian."Nak, jika ibu pergi kamu jaga diri baik-baik ya" ucap Dian yang membuat jantung Liora seakan berhenti."Ibu, jangan berkata seperti itu, Liora yakin ibu akan baik-baik saja, ini hanya sakit kepala biasa Bu" ucap Liora sambil meyakinkan Dian."Terserah kamu saja. Bisa ibu minta tolong?" tanya Dian dengan suara yang mulai lemah."Boleh Bu, ibu boleh minta apa saja ke, selagi Liora bisa pasti Liora lakukan" jawab Liora sambil tersenyum ke arah Dian.Jujur saja, melihat Dian dalam keadaan seperti ini, Liora seakan tidak kuat, tetapi demi ibunya, dia harus terlihat kuat."Tolong kamu suruh Kris dan Keluarganya kesini" ucap Dian sambil tersenyum."Tapi untuk apa Bu?" tanya Liora.
Setelah Fahri dan Rena pergi, Kris berusaha untuk menenangkan Liora."Liora, lihat aku" ucap Kris lembut. Liora yang dipanggil pun menoleh ke arah Kris. Mata mereka saling bertemu, membuat jantung mereka berdebar lebih kencang."Berhentilah menangis, kamu ikhlaskan kepergian tante Dian, jika tante Dian melihatmu seperti ini, maka dia akan sedih, begitu juga dengan ayahmu. Kamu mengerti kan?" ucap Kris lembut, seperti seorang ayah yang sedang menenangkan anaknya."Tapii, aku sendiri, aku tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini" lirih Liora yang sudah mulai berhenti menangis."Siapa bilang kamu sendiri? Aku dan orang tuaku akan ada bersamamu, jadi jangan pernah merasa sendiri lagi, oke?" ucap Kris meyakinkan. Liora yang mendengar ucapan Kris pun mengangguk."Baiklah, sekarang kita keluar dulu, biarkan warga yang mengurus ibumu" ajak Kris sambil mengulurkan tangannya, Liora hanya bisa menuruti Kris,
Kris dan Liora kaget bukan main, keduanya saling pandang, bergulat dengan fikiran masing-masing."Menikah? dengan Kris?" fikir Liora dalam hati."Menikah? dengan asistenku?" fikir Kris dalam hati.Secepat mungkin mereka memutuskan kontak mata, keduanya jadi salah tingkah."Kalian ini kenapa? kok kaget gitu sih. Seharusnya kalian itu senang dengan pernikahan ini, menunda nunda pernikahan itu tidak baik lo" ucap Rena menatap kedua insan di depannya."Ma, apa secepat itu?" tanya Kris ragu."Ini yang terbaik untuk kalian berdua, mama yakin kok kalau kalian bisa jadi keluarga kecil yang bahagia. Dan mama juga yakin kalau Liora nggak mau ngecewain ibu Liora kan?" ucap Rena meyakinkan mereka.Setelah mendengar ucapan Rena, Kris dan Liora kembali merenung. Mereka memikirkan hal yang sama.*Apa ini yang terbaik?*Apa kami bisa bahagia setelah menikah nanti?
Setelah kejadian tadi, Kris dan Liora pergi begitu saja ke ruangan pribadi Kris. Para karyawan yang lain pun kembali ke pekerjaan masing-masing. Sedangkan Bianca, dia pergi dengan rasa kesal dan marah yang dia bawa.Di sinilah Kris dan Liora berada, di sofa panjang yang terletak di sudut ruangan. Masih dengan posisi sama-sama diam tak bersuara. Liora masih memikirkan kejadian tadi yang membuat hatinya seakan teriris tipis. Sedangkan Kris, dia terus memandang istrinya dengan rasa bersalah."Liora, aku minta maaf atas kejadian yang menimpa dirimu tadi" lirih Kris meminta maaf. Perlahan Liora mulai mengangkat kepalanya, menunjukkan wajah cantiknya yang membuat Kris sedikit lega."Tadi itu bukan salahmu, seharusnya aku lebih berhati-hati saat berjalan, seharusnya aku juga tidak kesini tanpa sepengetahuan darimu" ucap Liora lirih."Husstt, ini juga bukan salahmu Liora, jangan menyalahkan dirimu sendiri, dan perusahaan ini juga milikmu, jadi kamu berhak datang
Bianca tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. Lelaki yang dia kagumi sejak SMA telah menikah dengan perempuan lain. Apakah dia akan merelakan Kris dan mencari laki-laki lain? Atau dia akan tetap kekeh berjuang mendapatkan Kris dengan caranya?"Kamu jangan bercanda Kris. Mana mungkin kamu menikah dengan perempuan lain, kamu kan hanya mencintai diriku selama ini" ucap Bianca tak percaya."Cihh, sembarangan saja kamu. Dengar ya, dari dulu aku itu tidak pernah menyukai dirimu apalagi mencintaimu, kamu saja yang tidak pernah mengerti, pakai bilang pacar segala. Nggak tau malu kamu?" ucap Kris menohok. Dia sudah muak dengan tingkah Bianca yang tidak pernah berubah."Kok kamu kasar gitu sih sama aku, nanti nyesel loh" ucap Bianca manja."Aku nggak akan pernah nyesel. Sudahlah, sebaiknya kamu pergi saja dari sini, kamu sangat menggangu!" ucap Kris dengan nada sedikit mengusir."Ngga
Hari ini adalah hari kedua pernikahan Kris dan Liora. Tidak ada yang berbeda dari keduanya, mereka tetap seperti biasanya, hanya saja saat ini status mereka adalah sepasang suami istri.Liora tampak sedang memasak untuk sarapan, dia bangun lebih dulu dari Kris. Sedangkan Kris masih di dalam kamar, bersiap untuk pergi ke kantor.Setelah semua makanan siap, Liora berniat untuk memanggil Kris yang masih ada di kamar. Dia kemudian berjalan menuju kamar. Sesampainya di kamar, dia mendapati Kris yang sedang bersiap. Sepertinya Kris sedang kesulitan memasang dasi."Apa kamu butuh bantuan?" tanya Liora yang sudah ada di depan Kris.Kris yang menyadari adanya Liora pun sedikit tersentak, pasalnya Liora masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu."Ah tidak, aku tidak butuh bantuan saat ini" jawab Kris berbohong. Dia malu untuk mengatakan bahwa dia tidak bisa memasang dasi itu dengan benar."B
Sesampainya di kamar Kris, mereka berdua terlihat canggung. Mereka masih sama-sama duduk di ujung kasur, tidak ada yang berniat membuka suara."Apa yang harus aku lakukan?" fikir mereka dalam hati. Rasa canggung terus menghantui mereka."Ekhem" dehem Kris yang membuat Liora menengok ke arahnya."Apa kamu butuh sesuatu?" tanya Liora spontan."Emm, tolong ambilkan aku air minum itu" perintah Kris sambil menunjuk ke arah meja di samping tempat tidur mereka.Liora langsung beranjak dari duduknya, berniat mengambilkan segelas air untuk laki-laki yang sekarang sudah menjadi suaminya."Ini" ucap Liora sambil menyerahkan segelas air itu. Kris langsung meminumnya."Terimakasih" ucap Kris yang mendapat anggukan dari Liora."Sebaiknya kamu mandi dulu, tidak mungkin kan kamu akan memakai gaun itu terus?" ucap Kris menyarankan."hm iya" ucap Lio
Hari ini adalah hari spesial bagi keluarga Kris dan Liora. Hari ini, semuanya akan berubah, mulai dari hari-hari mereka hingga status mereka. Kehidupan yang sebenarnya akan dimulai, kehidupan dimana ujian yang sebenarnya datang, dan kehidupan dimana dua insan akan terikat oleh ikrar pernikahan.Kris dan Liora sedang bersiap, mereka ada di kamar yang terpisah. Wajah Liora sedang di olesi make up, di bantu oleh Rena dan perancang rias yang sudah ditugaskan oleh Rena."Apa sudah selesai?" tanya Liora yang merasakan tidak ada lagi gerakan alat make up di wajahnya."Sudah, berbaliklah nak, kami semua ingin melihat kecantikanmu" ucap salah satu penata rias, karena yang di tugaskan oleh Rena ada 2 orang.Dengan perlahan, Liora berdiri dan membalikkan tubuhnya. Menampakkan body goals nya dengan gaun putih yang menempel pas di kulitnya. Olesan make up yang tidak terlalu tebal membuatnya semakin anggun dan cantik. Benar-benar
Pernyataan Kris membuat Fahri dan Rena tersenyum bahagia. Mereka sudah tidak sabar melihat Kris dan Liora menikah. Tetapi di sisi lain, Rey justru telah hilang harapan. Hatinya seakan hancur, wanita yang dia cintai akan menikah dengan laki-laki lain yang merupakan sahabatnya sendiri. Apa dia harus mengikhlaskan Liora? Atau tetap berjuang mendapatkan malaikat di hatinya itu?"Alhamdulillah, mama senang dengernya" ucap Rena dengan senyum lebar. Kris dan Liora hanya tersenyum menanggapi.Rey memberanikan diri untuk melangkah ke arah mereka, dengan hati yang hancur, senyum yang di paksakan dan air mata yang di tahan agar tidak keluar."Hai om, tante" sapa Rey dengan senyum yang di paksakan."Loh ada Rey, sudah dari tadi Rey?" tanya Fahri yang menyadari ada Rey disitu."Baru aja om. Rey kesini pengen silaturahmi aja, sekalian ketemu sama om dan tante, katanya besok om sama tante balik ke Los Angeles ya?"
Kris dan Liora kaget bukan main, keduanya saling pandang, bergulat dengan fikiran masing-masing."Menikah? dengan Kris?" fikir Liora dalam hati."Menikah? dengan asistenku?" fikir Kris dalam hati.Secepat mungkin mereka memutuskan kontak mata, keduanya jadi salah tingkah."Kalian ini kenapa? kok kaget gitu sih. Seharusnya kalian itu senang dengan pernikahan ini, menunda nunda pernikahan itu tidak baik lo" ucap Rena menatap kedua insan di depannya."Ma, apa secepat itu?" tanya Kris ragu."Ini yang terbaik untuk kalian berdua, mama yakin kok kalau kalian bisa jadi keluarga kecil yang bahagia. Dan mama juga yakin kalau Liora nggak mau ngecewain ibu Liora kan?" ucap Rena meyakinkan mereka.Setelah mendengar ucapan Rena, Kris dan Liora kembali merenung. Mereka memikirkan hal yang sama.*Apa ini yang terbaik?*Apa kami bisa bahagia setelah menikah nanti?
Setelah Fahri dan Rena pergi, Kris berusaha untuk menenangkan Liora."Liora, lihat aku" ucap Kris lembut. Liora yang dipanggil pun menoleh ke arah Kris. Mata mereka saling bertemu, membuat jantung mereka berdebar lebih kencang."Berhentilah menangis, kamu ikhlaskan kepergian tante Dian, jika tante Dian melihatmu seperti ini, maka dia akan sedih, begitu juga dengan ayahmu. Kamu mengerti kan?" ucap Kris lembut, seperti seorang ayah yang sedang menenangkan anaknya."Tapii, aku sendiri, aku tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini" lirih Liora yang sudah mulai berhenti menangis."Siapa bilang kamu sendiri? Aku dan orang tuaku akan ada bersamamu, jadi jangan pernah merasa sendiri lagi, oke?" ucap Kris meyakinkan. Liora yang mendengar ucapan Kris pun mengangguk."Baiklah, sekarang kita keluar dulu, biarkan warga yang mengurus ibumu" ajak Kris sambil mengulurkan tangannya, Liora hanya bisa menuruti Kris,
Liora sedang menyiapkan makanan untuk Dian, karena tadi Dian bilang kepalanya mendadak pusing."Ibu makan dulu ya biar cepat sembuh" ucap Liora sambil duduk di samping Dian."Nak, jika ibu pergi kamu jaga diri baik-baik ya" ucap Dian yang membuat jantung Liora seakan berhenti."Ibu, jangan berkata seperti itu, Liora yakin ibu akan baik-baik saja, ini hanya sakit kepala biasa Bu" ucap Liora sambil meyakinkan Dian."Terserah kamu saja. Bisa ibu minta tolong?" tanya Dian dengan suara yang mulai lemah."Boleh Bu, ibu boleh minta apa saja ke, selagi Liora bisa pasti Liora lakukan" jawab Liora sambil tersenyum ke arah Dian.Jujur saja, melihat Dian dalam keadaan seperti ini, Liora seakan tidak kuat, tetapi demi ibunya, dia harus terlihat kuat."Tolong kamu suruh Kris dan Keluarganya kesini" ucap Dian sambil tersenyum."Tapi untuk apa Bu?" tanya Liora.