"Kris, Liora. Kenapa malah diam begitu?" ucap Rena membuyarkan pandangan Kris dan Liora.
"Eh, tidak kok ma, kami hanya merasa sedikit malu saja hehe" balas Kris gugup.
"Jadi, bagaimana? Apa sudah ada rencana untuk menikah dalam waktu dekat ini?" tanya Fahri lagi.
"Maaf om, tante. Sebenarnya kami masih belum memikirkan tentang pernikahan, kami masih ingin seperti ini. Apa om dan tante keberatan?" ucap Liora memberanikan diri.
"Ah jadi begitu, ya sudah tidak apa-apa. Mama dan papa ngerti kok, iya kan pa?" ucap Rena meminta tanggapan dari Fahri.
"Iya, papa maklumi. Tetapi pesan papa, jika kalian berdua memang sudah siap dan yakin, segeralah berlanjut ke hubungan yang lebih serius" pesan Fahri untuk Kris dan Liora.
"Benar, mama juga sudah tidak sabar ingin menggendong cucu " timpal Rena girang.
"Mama, menikah saja belum sudah memikirkan perkara anak, malu tauu" rengek Kris seperti anak kecil.
"Kalau begitu segeralah menikah" goda Rena yang membuat Kris semakin sebal.
Sedangkan Fahri dan Liora hanya diam menyaksikan perdebatan antara ibu dan anaknya itu.
"Sudahlah, kami akan ke kamar. Kalian berdua jangan macam-macam, mengerti?" ucap Fahri kemudian berdiri. Disusul Rena yang juga berdiri.
"Iya iya, kami tidak akan macam-macam" ucap Kris dengan raut kesal.
"Liora, jika Kris macam-macam lapor saja ke om, biar nanti Kris om marahi, oke?" pesan Fahri ke Liora.
"Oke om" balas Liora sambil tersenyum.
Fahri dan Rena pun pergi ke kamar mereka. Kini di ruangan itu hanya ada Kris dan Liora.
"Haduhh kenapa jadi kacau begini sih" ucap Kris sambil memijat keningnya.
"Ini semua kan juga gara-gara kamu, pakai memintaku menjadi kekasih pura-pura segala" balas Liora kesal.
"Kenapa kamu jadi menyalahkanku? ini kan sudah tugasmu sebagai seorang asiten, ingat ya, sekarang ini kamu masih jadi asistenku, jadi hormatilah aku!" ucap Kris tegas.
"Cihh, seperti raja saja dia seenaknya memerintahku" ucap Liora pelan, tetapi masih di dengar oleh Kris.
"Apa kamu bilang?" tanya Kris datar.
"Eh hmm, aku hanya sedang memikirkan ibuku, iya ibuku" ucap Liora bohong.
"Aku tau kamu berbohong, jadi lain kali berkata jujurlah padaku!" ucap Kris dengan nada yang ditinggikan.
"Maaf" ucap Liora lirih. Dia menundukkan wajahnya, mood nya sedang tidak baik saat ini.
"Eh kamu kenapa, maafkan aku jika terlalu kasar padamu, aku tidak bermaksud melukai hatimu, sungguh" ucap Kris serius.
Dia jadi merasa bersalah kepada Liora. Bagaimanapun, dia lah yang sudah membawa Liora dalam masalahnya. Mereka berdua saling diam, tidak ada yang mau membuka suara. Tiba-tiba Liora izin untuk pamit.
"Aku ingin pulang, apa aku boleh pergi?" tanya Liora kepada Kris.
"Tentu, kamu boleh pulang" jawab Kris mengizinkan.
Liora pun berdiri, tapi sebelum itu datang Rena dari dalam kamar.
"Eh Liora sayang, mau kemana nak?" tanya Rena sambil berjalan mendekat ke arah Kris dan Liora.
"Liora pamit pulang tante, hari juga sudah sore, takut ibu di rumah khawatir" balas Liora sopan, dia kembali mengukir senyuman di wajah cantiknya.
"Kalau begitu biar Kris yang antar, tidak baik perempuan pergi sendiri, apalagi sudah sore dan langit mulai gelap" ucap Rena sambil tersenyum ramah.
"Eh tidak perlu tante, Liora bisa kok pulang sendiri" ucap Liora.
"Biar aku antar, benar kata mama, tidak baik perempuan pergi sendiri di sore hari seperti ini, lagi pula aku tidak mau terjadi apa-apa padamu" ucap Kris meyakinkan. Mendengar kalimat terakhir Kris, jantung Liora berdetak lebih kencang.
"Apa dia mengkhawatirkan diriku?" batin Liora.
"Liora" panggil Rena membuyarkan lamunan Liora.
"Ah maaf Tante, Liora tadi tidak memperhatikan" ucap Liora merasa bersalah.
"Sudah tidak apa, lebih baik kalian pergi sekarang" ucap Rena menyarankan.
"Baiklah ma, kami pergi dulu" pamit Kris.
"Iya, berhati-hatilah, tidak usah ngebut menyetirnya" pesan Rena.
"Kalau begitu Liora pamit tante, titip salam buat om ya tante" pamit Liora sambil mencium tangan Rena.
"Iya sayang, hati-hati" balas Rena.
Mereka berdua pun keluar dari rumah itu. Menaiki mobil milik Kris yang sudah terparkir di depan. Mereka berdua pergi menuju rumah Liora. Hanya ada keheningan di perjalanan, hingga Kris membuka suara.
"Dimana alamat rumahmu?" tanya Kris tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan.
"Di jalan Anggrek nomor 4" jawab Liora mengarahkan.
Setelah beberapa menit, akhirnya mereka pun sampai di depan rumah Liora. Tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil untuk di tempati Liora dan ibunya. Tanpa menunggu lama, Liora pun berniat keluar dari mobil Kris.
"Tunggu" ucap Kris menghentikan Liora.
"Ada apa?" tanya Liora.
"Hm, terimakasih untuk hari ini. Maaf telah membawamu dalam masalah pribadiku" ucap Kris tulus.
Liora yang mendengar ucapan Kris pun sedikit tidak menyangka,ternyata lelaki seperti Kris juga bisa bersikap lembut dan manis.
"Sama-sama. Tidak usah meminta maaf, lagipula ini sudah menjadi tugasku sebagai asistenmu bukan? Jadi tidak usah sungkan meminta bantuan padaku" ucap Liora dengan senyuman yang terukir indah di wajahnya.
"Hm, kamu memang asisten yang baik meskipun sedikit aneh" ucap Kris sambil cengengesan.
"Kamu juga tidak kalah aneh dariku. Sudahlah aku akan masuk, kamu pulanglah, sampaikan salamku untuk orang tuamu" ucap Liora yang mendapat anggukan dari Kris. Kemudian dia keluar dari mobil Kris.
Mobil Kris mulai menjauh dari rumah Liora. Dengan perasaan lebih lega dari sebelumnya, Kris pun sampai di rumah. Dia masuk dengan senyuman yang terukir di wajahnya.
"Sudah pulang Kris, eh kenapa kamu? kok senyum-senyum begitu?" sapa Rena saat Kris tiba di ruang tamu.
"Tidak ada apa-apa, cuaca nya membuat mood Kris naik saja, Kris ke kamar dulu ma" jawab Kris sambil pamit menuju kamarnya.
"Dasar anak muda, palingan juga karena Liora" tebak Rena yang pas sasaran hehe.
_Di rumah Liora_
Di kamar, Liora sedang memainkan Handphone nya. tiba-tiba saja dia teringat perkataan Kris tadi yang masih teringat jelas di fikirkan Liora.
*Aku tidak mau terjadi apa-apa padamu*
*Aku tidak mau terjadi apa-apa padamu*
kata-kata itu terus melayang di fikirkan Liora.
"Ahh kenapa aku jadi memikirkan dia sih, Liora sadarlah!" gerutu Liora pada dirinya sendiri.
Kemudian dia membaringkan tubuhnya berusaha untuk tertidur, karena jam menunjukan pukul 21.15 WIB.
Pagi harinya, Liora melihat ibunya sedang duduk di ruang tamu sambil memegang sesuatu di tangannya. Karena Liora penasaran, dia pun pergi menghampiri ibunya.
"Ibu, apa yang sedang ibu lihat?" tanya Liora sambil mendekat ke arah ibunya.
"Oh Liora, kamu mengagetkan ibu saja. Kemarilah, ibu sedang melihat foto ibu dan teman ibu sewaktu masih SMA, kamu mau lihat?" jelas Dian.
"Waah ternyata ibu masih menyimpan kenangan lama ya, coba aku lihat" ucap Liora sambil melihat bingkai foto yang tidak terlalu besar.
Akan tetapi, ada yang aneh di foto itu. Liora terus berfikir sampai dia pun menemukan jawabannya.
"Bukankah ini.."
"Bukankan ini, tante Rena?" ucap Liora cukup keras.Ucapan Liora mampu mengejutkan Dian. Pasalnya, ucapan yang keluar dari mulut Liora memanglah benar bahwa di foto itu tidak lain adalah Rena, ibu Kris."Bagaimana kamu bisa tau kalau teman ibu itu bernama Rena? Apa kamu mengenalnya?" tanya Dian."Jadi ini benar tante Rena bu? tanya Liora tidak percaya."Iya,biru memang Rena. Apa kamu mengenalnya?" tanya Dian lagi. Liora pun terkejut mendengarnya."Apa ibu tau? Tante Rena atau teman SMA ibu itu adalah ibunda Kris, laki-laki yang aku ceritakan waktu itu" jawab Liora."Benarkah? Ternyata dunia ini memang sempit ya, dulu kami yang berteman, dan sekarang anak-anak kami, hehe" ucap Dian sambil tertawa kecil."Ibu, aku dan Kris tidak berteman, ingat itu ya" ucap Liora kesal sambil berdiri dari duduknya."Mau kemana nak?" tanya Dian."Mau b
"Ternyata kalian sudah saling mengenal ya, apa kalian berpacaran?" tanya Rey penasaran. Ada sedikit rasa sakit di dalam hatinya, tapi itu semua dia sembunyikan di balik senyum yang terukir di wajahnya."Dia asistenku" jawab Kris datar.Ternyata Kris dan Aldo adalah satu orang yang sama, hanya saja Rey dan Liora memanggilnya dengan nama yang berbeda.Mendengar jawaban dari Kris, Rey menjadi sedikit lega. Entah kenapa rasanya sakit jika tau bahwa Liora sudah mempunyai seorang kekasih. Apakah dia telah jatuh cinta pada Liora?"Oh ternyata hanya asisten, aku kira kalian adalah sepasang kekasih" ucap Rey dengan senyum yang memancar di wajahnya."Memangnya kenapa jika kami berpacaran?" tanya Liora lugu."Eh tidak apa-apa, aku hanya penasaran saja hehe" jawab Rey cengengesan. Akan tetapi, Kris memikirkan hal lain yang mungkin saja bisa terjadi.
Sesampainya di Kantor, banyak pasang mata yang melihat kagum ke arah Kris. Pasalnya, selain memiliki pesona bak Dewa Yunani, dia juga pintar dalam memimpin perusahaan. Bahkan perusahaan nya itu masuk dalam kategori 10 perusahaan terbesar di Indonesia. Perfect bukan?"Selamat pagi pak, klien sudah menunggu bapak di ruang rapat" ucap pak Dion, sekretaris kepercayaan Kris."Saya segera ke sana, bawakan berkas-berkas yang harus di urus" ucap Kris tegas. Sedangkan Dion langsung mengerjakan perintah bos nya."Sesuai perintah bapak, permisi pak" jawab pak Dion sopan, dia kemudian melangkah pergi."Tunggu pak" panggil Kris. Pak Dion yang di panggil pun menoleh ke belakang tempat Kris berada."Ada lagi yang bisa saya bantu pak?" tanya pak Dion."Tidak, saya hanya tidak ingin di panggil bapak, panggil Kris saja, bapak lebih tua dari saya" ucap Kris sopan.Memang benar bahwa p
Liora sedang menyiapkan makanan untuk Dian, karena tadi Dian bilang kepalanya mendadak pusing."Ibu makan dulu ya biar cepat sembuh" ucap Liora sambil duduk di samping Dian."Nak, jika ibu pergi kamu jaga diri baik-baik ya" ucap Dian yang membuat jantung Liora seakan berhenti."Ibu, jangan berkata seperti itu, Liora yakin ibu akan baik-baik saja, ini hanya sakit kepala biasa Bu" ucap Liora sambil meyakinkan Dian."Terserah kamu saja. Bisa ibu minta tolong?" tanya Dian dengan suara yang mulai lemah."Boleh Bu, ibu boleh minta apa saja ke, selagi Liora bisa pasti Liora lakukan" jawab Liora sambil tersenyum ke arah Dian.Jujur saja, melihat Dian dalam keadaan seperti ini, Liora seakan tidak kuat, tetapi demi ibunya, dia harus terlihat kuat."Tolong kamu suruh Kris dan Keluarganya kesini" ucap Dian sambil tersenyum."Tapi untuk apa Bu?" tanya Liora.
Setelah Fahri dan Rena pergi, Kris berusaha untuk menenangkan Liora."Liora, lihat aku" ucap Kris lembut. Liora yang dipanggil pun menoleh ke arah Kris. Mata mereka saling bertemu, membuat jantung mereka berdebar lebih kencang."Berhentilah menangis, kamu ikhlaskan kepergian tante Dian, jika tante Dian melihatmu seperti ini, maka dia akan sedih, begitu juga dengan ayahmu. Kamu mengerti kan?" ucap Kris lembut, seperti seorang ayah yang sedang menenangkan anaknya."Tapii, aku sendiri, aku tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini" lirih Liora yang sudah mulai berhenti menangis."Siapa bilang kamu sendiri? Aku dan orang tuaku akan ada bersamamu, jadi jangan pernah merasa sendiri lagi, oke?" ucap Kris meyakinkan. Liora yang mendengar ucapan Kris pun mengangguk."Baiklah, sekarang kita keluar dulu, biarkan warga yang mengurus ibumu" ajak Kris sambil mengulurkan tangannya, Liora hanya bisa menuruti Kris,
Kris dan Liora kaget bukan main, keduanya saling pandang, bergulat dengan fikiran masing-masing."Menikah? dengan Kris?" fikir Liora dalam hati."Menikah? dengan asistenku?" fikir Kris dalam hati.Secepat mungkin mereka memutuskan kontak mata, keduanya jadi salah tingkah."Kalian ini kenapa? kok kaget gitu sih. Seharusnya kalian itu senang dengan pernikahan ini, menunda nunda pernikahan itu tidak baik lo" ucap Rena menatap kedua insan di depannya."Ma, apa secepat itu?" tanya Kris ragu."Ini yang terbaik untuk kalian berdua, mama yakin kok kalau kalian bisa jadi keluarga kecil yang bahagia. Dan mama juga yakin kalau Liora nggak mau ngecewain ibu Liora kan?" ucap Rena meyakinkan mereka.Setelah mendengar ucapan Rena, Kris dan Liora kembali merenung. Mereka memikirkan hal yang sama.*Apa ini yang terbaik?*Apa kami bisa bahagia setelah menikah nanti?
Pernyataan Kris membuat Fahri dan Rena tersenyum bahagia. Mereka sudah tidak sabar melihat Kris dan Liora menikah. Tetapi di sisi lain, Rey justru telah hilang harapan. Hatinya seakan hancur, wanita yang dia cintai akan menikah dengan laki-laki lain yang merupakan sahabatnya sendiri. Apa dia harus mengikhlaskan Liora? Atau tetap berjuang mendapatkan malaikat di hatinya itu?"Alhamdulillah, mama senang dengernya" ucap Rena dengan senyum lebar. Kris dan Liora hanya tersenyum menanggapi.Rey memberanikan diri untuk melangkah ke arah mereka, dengan hati yang hancur, senyum yang di paksakan dan air mata yang di tahan agar tidak keluar."Hai om, tante" sapa Rey dengan senyum yang di paksakan."Loh ada Rey, sudah dari tadi Rey?" tanya Fahri yang menyadari ada Rey disitu."Baru aja om. Rey kesini pengen silaturahmi aja, sekalian ketemu sama om dan tante, katanya besok om sama tante balik ke Los Angeles ya?"
Hari ini adalah hari spesial bagi keluarga Kris dan Liora. Hari ini, semuanya akan berubah, mulai dari hari-hari mereka hingga status mereka. Kehidupan yang sebenarnya akan dimulai, kehidupan dimana ujian yang sebenarnya datang, dan kehidupan dimana dua insan akan terikat oleh ikrar pernikahan.Kris dan Liora sedang bersiap, mereka ada di kamar yang terpisah. Wajah Liora sedang di olesi make up, di bantu oleh Rena dan perancang rias yang sudah ditugaskan oleh Rena."Apa sudah selesai?" tanya Liora yang merasakan tidak ada lagi gerakan alat make up di wajahnya."Sudah, berbaliklah nak, kami semua ingin melihat kecantikanmu" ucap salah satu penata rias, karena yang di tugaskan oleh Rena ada 2 orang.Dengan perlahan, Liora berdiri dan membalikkan tubuhnya. Menampakkan body goals nya dengan gaun putih yang menempel pas di kulitnya. Olesan make up yang tidak terlalu tebal membuatnya semakin anggun dan cantik. Benar-benar
Setelah kejadian tadi, Kris dan Liora pergi begitu saja ke ruangan pribadi Kris. Para karyawan yang lain pun kembali ke pekerjaan masing-masing. Sedangkan Bianca, dia pergi dengan rasa kesal dan marah yang dia bawa.Di sinilah Kris dan Liora berada, di sofa panjang yang terletak di sudut ruangan. Masih dengan posisi sama-sama diam tak bersuara. Liora masih memikirkan kejadian tadi yang membuat hatinya seakan teriris tipis. Sedangkan Kris, dia terus memandang istrinya dengan rasa bersalah."Liora, aku minta maaf atas kejadian yang menimpa dirimu tadi" lirih Kris meminta maaf. Perlahan Liora mulai mengangkat kepalanya, menunjukkan wajah cantiknya yang membuat Kris sedikit lega."Tadi itu bukan salahmu, seharusnya aku lebih berhati-hati saat berjalan, seharusnya aku juga tidak kesini tanpa sepengetahuan darimu" ucap Liora lirih."Husstt, ini juga bukan salahmu Liora, jangan menyalahkan dirimu sendiri, dan perusahaan ini juga milikmu, jadi kamu berhak datang
Bianca tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. Lelaki yang dia kagumi sejak SMA telah menikah dengan perempuan lain. Apakah dia akan merelakan Kris dan mencari laki-laki lain? Atau dia akan tetap kekeh berjuang mendapatkan Kris dengan caranya?"Kamu jangan bercanda Kris. Mana mungkin kamu menikah dengan perempuan lain, kamu kan hanya mencintai diriku selama ini" ucap Bianca tak percaya."Cihh, sembarangan saja kamu. Dengar ya, dari dulu aku itu tidak pernah menyukai dirimu apalagi mencintaimu, kamu saja yang tidak pernah mengerti, pakai bilang pacar segala. Nggak tau malu kamu?" ucap Kris menohok. Dia sudah muak dengan tingkah Bianca yang tidak pernah berubah."Kok kamu kasar gitu sih sama aku, nanti nyesel loh" ucap Bianca manja."Aku nggak akan pernah nyesel. Sudahlah, sebaiknya kamu pergi saja dari sini, kamu sangat menggangu!" ucap Kris dengan nada sedikit mengusir."Ngga
Hari ini adalah hari kedua pernikahan Kris dan Liora. Tidak ada yang berbeda dari keduanya, mereka tetap seperti biasanya, hanya saja saat ini status mereka adalah sepasang suami istri.Liora tampak sedang memasak untuk sarapan, dia bangun lebih dulu dari Kris. Sedangkan Kris masih di dalam kamar, bersiap untuk pergi ke kantor.Setelah semua makanan siap, Liora berniat untuk memanggil Kris yang masih ada di kamar. Dia kemudian berjalan menuju kamar. Sesampainya di kamar, dia mendapati Kris yang sedang bersiap. Sepertinya Kris sedang kesulitan memasang dasi."Apa kamu butuh bantuan?" tanya Liora yang sudah ada di depan Kris.Kris yang menyadari adanya Liora pun sedikit tersentak, pasalnya Liora masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu."Ah tidak, aku tidak butuh bantuan saat ini" jawab Kris berbohong. Dia malu untuk mengatakan bahwa dia tidak bisa memasang dasi itu dengan benar."B
Sesampainya di kamar Kris, mereka berdua terlihat canggung. Mereka masih sama-sama duduk di ujung kasur, tidak ada yang berniat membuka suara."Apa yang harus aku lakukan?" fikir mereka dalam hati. Rasa canggung terus menghantui mereka."Ekhem" dehem Kris yang membuat Liora menengok ke arahnya."Apa kamu butuh sesuatu?" tanya Liora spontan."Emm, tolong ambilkan aku air minum itu" perintah Kris sambil menunjuk ke arah meja di samping tempat tidur mereka.Liora langsung beranjak dari duduknya, berniat mengambilkan segelas air untuk laki-laki yang sekarang sudah menjadi suaminya."Ini" ucap Liora sambil menyerahkan segelas air itu. Kris langsung meminumnya."Terimakasih" ucap Kris yang mendapat anggukan dari Liora."Sebaiknya kamu mandi dulu, tidak mungkin kan kamu akan memakai gaun itu terus?" ucap Kris menyarankan."hm iya" ucap Lio
Hari ini adalah hari spesial bagi keluarga Kris dan Liora. Hari ini, semuanya akan berubah, mulai dari hari-hari mereka hingga status mereka. Kehidupan yang sebenarnya akan dimulai, kehidupan dimana ujian yang sebenarnya datang, dan kehidupan dimana dua insan akan terikat oleh ikrar pernikahan.Kris dan Liora sedang bersiap, mereka ada di kamar yang terpisah. Wajah Liora sedang di olesi make up, di bantu oleh Rena dan perancang rias yang sudah ditugaskan oleh Rena."Apa sudah selesai?" tanya Liora yang merasakan tidak ada lagi gerakan alat make up di wajahnya."Sudah, berbaliklah nak, kami semua ingin melihat kecantikanmu" ucap salah satu penata rias, karena yang di tugaskan oleh Rena ada 2 orang.Dengan perlahan, Liora berdiri dan membalikkan tubuhnya. Menampakkan body goals nya dengan gaun putih yang menempel pas di kulitnya. Olesan make up yang tidak terlalu tebal membuatnya semakin anggun dan cantik. Benar-benar
Pernyataan Kris membuat Fahri dan Rena tersenyum bahagia. Mereka sudah tidak sabar melihat Kris dan Liora menikah. Tetapi di sisi lain, Rey justru telah hilang harapan. Hatinya seakan hancur, wanita yang dia cintai akan menikah dengan laki-laki lain yang merupakan sahabatnya sendiri. Apa dia harus mengikhlaskan Liora? Atau tetap berjuang mendapatkan malaikat di hatinya itu?"Alhamdulillah, mama senang dengernya" ucap Rena dengan senyum lebar. Kris dan Liora hanya tersenyum menanggapi.Rey memberanikan diri untuk melangkah ke arah mereka, dengan hati yang hancur, senyum yang di paksakan dan air mata yang di tahan agar tidak keluar."Hai om, tante" sapa Rey dengan senyum yang di paksakan."Loh ada Rey, sudah dari tadi Rey?" tanya Fahri yang menyadari ada Rey disitu."Baru aja om. Rey kesini pengen silaturahmi aja, sekalian ketemu sama om dan tante, katanya besok om sama tante balik ke Los Angeles ya?"
Kris dan Liora kaget bukan main, keduanya saling pandang, bergulat dengan fikiran masing-masing."Menikah? dengan Kris?" fikir Liora dalam hati."Menikah? dengan asistenku?" fikir Kris dalam hati.Secepat mungkin mereka memutuskan kontak mata, keduanya jadi salah tingkah."Kalian ini kenapa? kok kaget gitu sih. Seharusnya kalian itu senang dengan pernikahan ini, menunda nunda pernikahan itu tidak baik lo" ucap Rena menatap kedua insan di depannya."Ma, apa secepat itu?" tanya Kris ragu."Ini yang terbaik untuk kalian berdua, mama yakin kok kalau kalian bisa jadi keluarga kecil yang bahagia. Dan mama juga yakin kalau Liora nggak mau ngecewain ibu Liora kan?" ucap Rena meyakinkan mereka.Setelah mendengar ucapan Rena, Kris dan Liora kembali merenung. Mereka memikirkan hal yang sama.*Apa ini yang terbaik?*Apa kami bisa bahagia setelah menikah nanti?
Setelah Fahri dan Rena pergi, Kris berusaha untuk menenangkan Liora."Liora, lihat aku" ucap Kris lembut. Liora yang dipanggil pun menoleh ke arah Kris. Mata mereka saling bertemu, membuat jantung mereka berdebar lebih kencang."Berhentilah menangis, kamu ikhlaskan kepergian tante Dian, jika tante Dian melihatmu seperti ini, maka dia akan sedih, begitu juga dengan ayahmu. Kamu mengerti kan?" ucap Kris lembut, seperti seorang ayah yang sedang menenangkan anaknya."Tapii, aku sendiri, aku tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini" lirih Liora yang sudah mulai berhenti menangis."Siapa bilang kamu sendiri? Aku dan orang tuaku akan ada bersamamu, jadi jangan pernah merasa sendiri lagi, oke?" ucap Kris meyakinkan. Liora yang mendengar ucapan Kris pun mengangguk."Baiklah, sekarang kita keluar dulu, biarkan warga yang mengurus ibumu" ajak Kris sambil mengulurkan tangannya, Liora hanya bisa menuruti Kris,
Liora sedang menyiapkan makanan untuk Dian, karena tadi Dian bilang kepalanya mendadak pusing."Ibu makan dulu ya biar cepat sembuh" ucap Liora sambil duduk di samping Dian."Nak, jika ibu pergi kamu jaga diri baik-baik ya" ucap Dian yang membuat jantung Liora seakan berhenti."Ibu, jangan berkata seperti itu, Liora yakin ibu akan baik-baik saja, ini hanya sakit kepala biasa Bu" ucap Liora sambil meyakinkan Dian."Terserah kamu saja. Bisa ibu minta tolong?" tanya Dian dengan suara yang mulai lemah."Boleh Bu, ibu boleh minta apa saja ke, selagi Liora bisa pasti Liora lakukan" jawab Liora sambil tersenyum ke arah Dian.Jujur saja, melihat Dian dalam keadaan seperti ini, Liora seakan tidak kuat, tetapi demi ibunya, dia harus terlihat kuat."Tolong kamu suruh Kris dan Keluarganya kesini" ucap Dian sambil tersenyum."Tapi untuk apa Bu?" tanya Liora.