"Ternyata kalian sudah saling mengenal ya, apa kalian berpacaran?" tanya Rey penasaran.
Ada sedikit rasa sakit di dalam hatinya, tapi itu semua dia sembunyikan di balik senyum yang terukir di wajahnya.
"Dia asistenku" jawab Kris datar.
Ternyata Kris dan Aldo adalah satu orang yang sama, hanya saja Rey dan Liora memanggilnya dengan nama yang berbeda.
Mendengar jawaban dari Kris, Rey menjadi sedikit lega. Entah kenapa rasanya sakit jika tau bahwa Liora sudah mempunyai seorang kekasih. Apakah dia telah jatuh cinta pada Liora?
"Oh ternyata hanya asisten, aku kira kalian adalah sepasang kekasih" ucap Rey dengan senyum yang memancar di wajahnya.
"Memangnya kenapa jika kami berpacaran?" tanya Liora lugu.
"Eh tidak apa-apa, aku hanya penasaran saja hehe" jawab Rey cengengesan. Akan tetapi, Kris memikirkan hal lain yang mungkin saja bisa terjadi.
"Apa dia menyukai Liora?" batin.
"Bagaimana kalian bisa bersama? Apa kalian juga saling mengenal?" tanya Liora penasaran.
"Kami sudah berteman dari kecil, kebetulan ibu kami adalah teman dekat, benar kan Kris?" jawab Rey meminta tanggapan dari Kris.
"Kenapa kamu jadi ikut-ikut memanggilku Kris?" bukannya menjawab dia malah balik bertanya.
"Aku hanya ikut-ikut saja hehe" jawab Rey sambil tertawa pelan.
"Terserah kamu saja" ucap Kris datar sambil mengalihkan pandangan.
"Apa dia juga seperti ini jika kepadamu?" tanya Rey pada Liora dengan suara yang sedikit pelan sehingga Kris tidak terlalu mendengarnya.
"Kamu tidak tau saja, jika bersamaku dia itu seperti wanita yang sedang PMS, bawaannya marah melulu" ucap Liora cengengesan.
"Hihi, sekarang pria juga bisa PMS ternyata" ucap Rey sambil menahan tawa.
"Apa kalian berdua sedang membicarakanku?" tanya Kris sambil menatap Rey dan Liora sinis.
"Ah tidak tidak, kami hanya sedang memuji ketampananmu, iya kan Liora?" jawab Rey bohong.
"Kami tidak sedang memujimu, kami sedang membicarakan sifatmu yang dingin itu" ucap Liora jujur.
"Kenapa kamu mengatakannya, nanti dia bisa marah" tanya Rey pada Liora.
"Karena terakhir kali aku berbohong padanya, aku justru kena marah, dan dia bilang dia tau kalau aku sedang berbohong, jadi lebih baik aku jujur saja" jawab Liora santai. Kris yang mendengar itupun menjadi tersentuh.
"Ternyata dia tidak seperti yang aku kira, jika wanita lain pasti akan berbohong agar aku tidak marah, tapi dia berbeda" fikir Kris dalam hati. Tanpa sadar, bibirnya terangkat dan mengukir senyum di wajah tampan miliknya.
"Kris, apa kamu tidak marah?" tanya Rey ragu.
"Untuk apa aku marah?" jawab Kris datar, senyum di wajahnya pun seketika musnah. Cepat sekali merubah ekspresi, huhh.
"Kenapa kakak-kakak ini ribut sekali sih, tidak sadar apa kalau ada anak se imut aku di sini?" gerutu Yola dengan suara pelan, akan tetapi masih di dengar oleh Liora.
"Ya ampun, kakak jadi lupa kalau disini ada anak se imut Yola, sini dekat kakak" ucap Liora yang menyadarkan mereka semua.
Yola pun mendekat ke arah Liora, dengan tangan yang di ulurkan meminta di gendong.
"Ya ampun kakak lupa, maafkan kakak sayang. Kita pulang yuk, nanti bunda nyariin" ajak Rey.
"Yola pulangnya sama kakak cantik" rengek Yola manja.
"Anak ini manja banget sih, seenaknya minta pulang sama Liora. Padahal kan dia asistenku, seharusnya dia pulang bersamaku, agrhh" gerutu Kris di dalam hati.
"Yola, kak Liora juga mau pulang sayang, Yola pulang sama kakak aja ya" bujuk Rey lembut.
"Nggak mau, Yola maunya sama kakak cantik" ucap Yola dengan nada tinggi.
"Sudah Rey, tidak apa, biar aku antar Yola sampai rumah" ucap Liora sambil tersenyum
"Apa tidak merepotkan?" tanya Rey tidak enak.
"Tidak kok" jawab Liora. Tetapi Kris tidak menyetujui jawaban Liora. Baginya, itu adalah jawaban yang bodoh.
"Eh tidak boleh. Dia kan asistenku, jadi dia pulang bersamaku" ucap Kris tegas. Tunggu, kenapa Kris jadi posesif gitu?
"Apa apaan sih Kris, apa kamu tidak kasihan dengan Yola? Dia ingin pulang bersamaku, sekali saja" ucap Liora dengan raut sebal.
"Bilang saja kamu ingin berduaan dengan Rey, iya kan?" ucap Kris asal.
"Eh eh kok jadi gini sih, jangan salah faham dulu Kris. Lagipula kami juga kan bertiga, bukan berdua, jadi kamu jangan berfikiran yang tidak tidak ya" ucap Rey menengahi.
"Sudahlah, kita pergi saja, tidak usah meladeni orang seperti dia, ayo Yola" ucap Liora sinis, kemudian dia pergi menjauh bersama Yola, menyisakan dua lelaki yang sedang berdiri.
"Kenapa kalian jadi meninggalkanku sih, tunggu aku" teriak Rey yang tidak di perdulikan.
"Maaf Kris, aku harus pergi menyusul mereka. Kapan-kapan kita ketemu lagi, bye" ucap Rey sambil pergi meninggalkan Kris.
"Arghh, kenapa mereka malah meninggalkanku sendiri sih, kalau tau begini lebih baik aku tidak datang kesini tadi" gerutu Kris sebal, hari ini adalah hari yang menyebalkan baginya.
Mereka semua pergi ke rumah masing-masing. Begitupun dengan Liora, setelah mengantar Yola, Rey mengantar Liora ke rumah. Meski awalnya Liora sempat menolak, tapi karna Rey memaksa yah mau tidak mau Liora pun ikut bersama Rey.
Saat sampai di rumah, Kris tetap menunjukkan ekspresi sebalnya, membuat penghuni rumah pun keheranan melihatnya.
"Ada apa Kris? kenapa mukanya di tekuk gitu sih, jelek tau" ucap Rena mengomentari. Di sebelahnya ada Fahri yang juga penasaran dengan anak satu-satunya itu.
"Tidak apa kok ma, Kris hanya kelelahan, Kris ke kamar dulu" jawab Kris kemudian pergi menaiki tangga menuju kamarnya.
"Anak kita kenapa pa?" tanya Rena pada Fahri.
"Mungkin hanya kelelahan ma, biasa lah anak laki-laki kalau main kan yang keras-keras, jadi yah gitu" jawab Fahri santai.
"Mungkin" ucap Rena sambil menganggukan kepalanya.
Mereka pun kembali fokus pada TV yang terpancar di depan mereka, menampilkan sebuah sinetron berjudul "Cinta pengusaha muda".
Keesokan harinya, Kris keluar dari kamar dengan pakaian kantor yang melekat di tubuhnya. Hari ini ada rapat di perusahaan miliknya.
Sebenarnya dulunya itu adalah perusahaan milik Fahri, akan tetapi setelah perusaahan yang ada di LA sudah jadi, Fahri pun memutuskan untuk fokus ke sana, sedangkan perusahaan yang ada di Indonesia dia serahkan kepada Kris, anak tunggalnya.
"Kris, sudah mau berangkat sayang?" tanya Rena dari dapur.
"Iya ma, setengah jam lagi rapatnya di mulai, jadi Kris harus berangkat sekarang agar tidak terjebak macet" jawab Kris.
"Baiklah nak, semoga sukses rapatnya" ucap Rena menyemangati anaknya.
"Makasih ma" ucap Kris kemudian pergi menuju perusaahan nya.
Jika kalian bertanya dimana Fahri, dia sedang di kamarnya untuk mengurusi perusahaan nya yang ada di LA. Meskipun sekarang dia di Indonesia, tetapi segala sesuatu yang terjadi di LA selalu dia pantau.
Part 6 selesai:)
Tinggalkan jejak kakak♡‿♡
Sesampainya di Kantor, banyak pasang mata yang melihat kagum ke arah Kris. Pasalnya, selain memiliki pesona bak Dewa Yunani, dia juga pintar dalam memimpin perusahaan. Bahkan perusahaan nya itu masuk dalam kategori 10 perusahaan terbesar di Indonesia. Perfect bukan?"Selamat pagi pak, klien sudah menunggu bapak di ruang rapat" ucap pak Dion, sekretaris kepercayaan Kris."Saya segera ke sana, bawakan berkas-berkas yang harus di urus" ucap Kris tegas. Sedangkan Dion langsung mengerjakan perintah bos nya."Sesuai perintah bapak, permisi pak" jawab pak Dion sopan, dia kemudian melangkah pergi."Tunggu pak" panggil Kris. Pak Dion yang di panggil pun menoleh ke belakang tempat Kris berada."Ada lagi yang bisa saya bantu pak?" tanya pak Dion."Tidak, saya hanya tidak ingin di panggil bapak, panggil Kris saja, bapak lebih tua dari saya" ucap Kris sopan.Memang benar bahwa p
Liora sedang menyiapkan makanan untuk Dian, karena tadi Dian bilang kepalanya mendadak pusing."Ibu makan dulu ya biar cepat sembuh" ucap Liora sambil duduk di samping Dian."Nak, jika ibu pergi kamu jaga diri baik-baik ya" ucap Dian yang membuat jantung Liora seakan berhenti."Ibu, jangan berkata seperti itu, Liora yakin ibu akan baik-baik saja, ini hanya sakit kepala biasa Bu" ucap Liora sambil meyakinkan Dian."Terserah kamu saja. Bisa ibu minta tolong?" tanya Dian dengan suara yang mulai lemah."Boleh Bu, ibu boleh minta apa saja ke, selagi Liora bisa pasti Liora lakukan" jawab Liora sambil tersenyum ke arah Dian.Jujur saja, melihat Dian dalam keadaan seperti ini, Liora seakan tidak kuat, tetapi demi ibunya, dia harus terlihat kuat."Tolong kamu suruh Kris dan Keluarganya kesini" ucap Dian sambil tersenyum."Tapi untuk apa Bu?" tanya Liora.
Setelah Fahri dan Rena pergi, Kris berusaha untuk menenangkan Liora."Liora, lihat aku" ucap Kris lembut. Liora yang dipanggil pun menoleh ke arah Kris. Mata mereka saling bertemu, membuat jantung mereka berdebar lebih kencang."Berhentilah menangis, kamu ikhlaskan kepergian tante Dian, jika tante Dian melihatmu seperti ini, maka dia akan sedih, begitu juga dengan ayahmu. Kamu mengerti kan?" ucap Kris lembut, seperti seorang ayah yang sedang menenangkan anaknya."Tapii, aku sendiri, aku tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini" lirih Liora yang sudah mulai berhenti menangis."Siapa bilang kamu sendiri? Aku dan orang tuaku akan ada bersamamu, jadi jangan pernah merasa sendiri lagi, oke?" ucap Kris meyakinkan. Liora yang mendengar ucapan Kris pun mengangguk."Baiklah, sekarang kita keluar dulu, biarkan warga yang mengurus ibumu" ajak Kris sambil mengulurkan tangannya, Liora hanya bisa menuruti Kris,
Kris dan Liora kaget bukan main, keduanya saling pandang, bergulat dengan fikiran masing-masing."Menikah? dengan Kris?" fikir Liora dalam hati."Menikah? dengan asistenku?" fikir Kris dalam hati.Secepat mungkin mereka memutuskan kontak mata, keduanya jadi salah tingkah."Kalian ini kenapa? kok kaget gitu sih. Seharusnya kalian itu senang dengan pernikahan ini, menunda nunda pernikahan itu tidak baik lo" ucap Rena menatap kedua insan di depannya."Ma, apa secepat itu?" tanya Kris ragu."Ini yang terbaik untuk kalian berdua, mama yakin kok kalau kalian bisa jadi keluarga kecil yang bahagia. Dan mama juga yakin kalau Liora nggak mau ngecewain ibu Liora kan?" ucap Rena meyakinkan mereka.Setelah mendengar ucapan Rena, Kris dan Liora kembali merenung. Mereka memikirkan hal yang sama.*Apa ini yang terbaik?*Apa kami bisa bahagia setelah menikah nanti?
Pernyataan Kris membuat Fahri dan Rena tersenyum bahagia. Mereka sudah tidak sabar melihat Kris dan Liora menikah. Tetapi di sisi lain, Rey justru telah hilang harapan. Hatinya seakan hancur, wanita yang dia cintai akan menikah dengan laki-laki lain yang merupakan sahabatnya sendiri. Apa dia harus mengikhlaskan Liora? Atau tetap berjuang mendapatkan malaikat di hatinya itu?"Alhamdulillah, mama senang dengernya" ucap Rena dengan senyum lebar. Kris dan Liora hanya tersenyum menanggapi.Rey memberanikan diri untuk melangkah ke arah mereka, dengan hati yang hancur, senyum yang di paksakan dan air mata yang di tahan agar tidak keluar."Hai om, tante" sapa Rey dengan senyum yang di paksakan."Loh ada Rey, sudah dari tadi Rey?" tanya Fahri yang menyadari ada Rey disitu."Baru aja om. Rey kesini pengen silaturahmi aja, sekalian ketemu sama om dan tante, katanya besok om sama tante balik ke Los Angeles ya?"
Hari ini adalah hari spesial bagi keluarga Kris dan Liora. Hari ini, semuanya akan berubah, mulai dari hari-hari mereka hingga status mereka. Kehidupan yang sebenarnya akan dimulai, kehidupan dimana ujian yang sebenarnya datang, dan kehidupan dimana dua insan akan terikat oleh ikrar pernikahan.Kris dan Liora sedang bersiap, mereka ada di kamar yang terpisah. Wajah Liora sedang di olesi make up, di bantu oleh Rena dan perancang rias yang sudah ditugaskan oleh Rena."Apa sudah selesai?" tanya Liora yang merasakan tidak ada lagi gerakan alat make up di wajahnya."Sudah, berbaliklah nak, kami semua ingin melihat kecantikanmu" ucap salah satu penata rias, karena yang di tugaskan oleh Rena ada 2 orang.Dengan perlahan, Liora berdiri dan membalikkan tubuhnya. Menampakkan body goals nya dengan gaun putih yang menempel pas di kulitnya. Olesan make up yang tidak terlalu tebal membuatnya semakin anggun dan cantik. Benar-benar
Sesampainya di kamar Kris, mereka berdua terlihat canggung. Mereka masih sama-sama duduk di ujung kasur, tidak ada yang berniat membuka suara."Apa yang harus aku lakukan?" fikir mereka dalam hati. Rasa canggung terus menghantui mereka."Ekhem" dehem Kris yang membuat Liora menengok ke arahnya."Apa kamu butuh sesuatu?" tanya Liora spontan."Emm, tolong ambilkan aku air minum itu" perintah Kris sambil menunjuk ke arah meja di samping tempat tidur mereka.Liora langsung beranjak dari duduknya, berniat mengambilkan segelas air untuk laki-laki yang sekarang sudah menjadi suaminya."Ini" ucap Liora sambil menyerahkan segelas air itu. Kris langsung meminumnya."Terimakasih" ucap Kris yang mendapat anggukan dari Liora."Sebaiknya kamu mandi dulu, tidak mungkin kan kamu akan memakai gaun itu terus?" ucap Kris menyarankan."hm iya" ucap Lio
Hari ini adalah hari kedua pernikahan Kris dan Liora. Tidak ada yang berbeda dari keduanya, mereka tetap seperti biasanya, hanya saja saat ini status mereka adalah sepasang suami istri.Liora tampak sedang memasak untuk sarapan, dia bangun lebih dulu dari Kris. Sedangkan Kris masih di dalam kamar, bersiap untuk pergi ke kantor.Setelah semua makanan siap, Liora berniat untuk memanggil Kris yang masih ada di kamar. Dia kemudian berjalan menuju kamar. Sesampainya di kamar, dia mendapati Kris yang sedang bersiap. Sepertinya Kris sedang kesulitan memasang dasi."Apa kamu butuh bantuan?" tanya Liora yang sudah ada di depan Kris.Kris yang menyadari adanya Liora pun sedikit tersentak, pasalnya Liora masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu."Ah tidak, aku tidak butuh bantuan saat ini" jawab Kris berbohong. Dia malu untuk mengatakan bahwa dia tidak bisa memasang dasi itu dengan benar."B
Setelah kejadian tadi, Kris dan Liora pergi begitu saja ke ruangan pribadi Kris. Para karyawan yang lain pun kembali ke pekerjaan masing-masing. Sedangkan Bianca, dia pergi dengan rasa kesal dan marah yang dia bawa.Di sinilah Kris dan Liora berada, di sofa panjang yang terletak di sudut ruangan. Masih dengan posisi sama-sama diam tak bersuara. Liora masih memikirkan kejadian tadi yang membuat hatinya seakan teriris tipis. Sedangkan Kris, dia terus memandang istrinya dengan rasa bersalah."Liora, aku minta maaf atas kejadian yang menimpa dirimu tadi" lirih Kris meminta maaf. Perlahan Liora mulai mengangkat kepalanya, menunjukkan wajah cantiknya yang membuat Kris sedikit lega."Tadi itu bukan salahmu, seharusnya aku lebih berhati-hati saat berjalan, seharusnya aku juga tidak kesini tanpa sepengetahuan darimu" ucap Liora lirih."Husstt, ini juga bukan salahmu Liora, jangan menyalahkan dirimu sendiri, dan perusahaan ini juga milikmu, jadi kamu berhak datang
Bianca tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. Lelaki yang dia kagumi sejak SMA telah menikah dengan perempuan lain. Apakah dia akan merelakan Kris dan mencari laki-laki lain? Atau dia akan tetap kekeh berjuang mendapatkan Kris dengan caranya?"Kamu jangan bercanda Kris. Mana mungkin kamu menikah dengan perempuan lain, kamu kan hanya mencintai diriku selama ini" ucap Bianca tak percaya."Cihh, sembarangan saja kamu. Dengar ya, dari dulu aku itu tidak pernah menyukai dirimu apalagi mencintaimu, kamu saja yang tidak pernah mengerti, pakai bilang pacar segala. Nggak tau malu kamu?" ucap Kris menohok. Dia sudah muak dengan tingkah Bianca yang tidak pernah berubah."Kok kamu kasar gitu sih sama aku, nanti nyesel loh" ucap Bianca manja."Aku nggak akan pernah nyesel. Sudahlah, sebaiknya kamu pergi saja dari sini, kamu sangat menggangu!" ucap Kris dengan nada sedikit mengusir."Ngga
Hari ini adalah hari kedua pernikahan Kris dan Liora. Tidak ada yang berbeda dari keduanya, mereka tetap seperti biasanya, hanya saja saat ini status mereka adalah sepasang suami istri.Liora tampak sedang memasak untuk sarapan, dia bangun lebih dulu dari Kris. Sedangkan Kris masih di dalam kamar, bersiap untuk pergi ke kantor.Setelah semua makanan siap, Liora berniat untuk memanggil Kris yang masih ada di kamar. Dia kemudian berjalan menuju kamar. Sesampainya di kamar, dia mendapati Kris yang sedang bersiap. Sepertinya Kris sedang kesulitan memasang dasi."Apa kamu butuh bantuan?" tanya Liora yang sudah ada di depan Kris.Kris yang menyadari adanya Liora pun sedikit tersentak, pasalnya Liora masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu."Ah tidak, aku tidak butuh bantuan saat ini" jawab Kris berbohong. Dia malu untuk mengatakan bahwa dia tidak bisa memasang dasi itu dengan benar."B
Sesampainya di kamar Kris, mereka berdua terlihat canggung. Mereka masih sama-sama duduk di ujung kasur, tidak ada yang berniat membuka suara."Apa yang harus aku lakukan?" fikir mereka dalam hati. Rasa canggung terus menghantui mereka."Ekhem" dehem Kris yang membuat Liora menengok ke arahnya."Apa kamu butuh sesuatu?" tanya Liora spontan."Emm, tolong ambilkan aku air minum itu" perintah Kris sambil menunjuk ke arah meja di samping tempat tidur mereka.Liora langsung beranjak dari duduknya, berniat mengambilkan segelas air untuk laki-laki yang sekarang sudah menjadi suaminya."Ini" ucap Liora sambil menyerahkan segelas air itu. Kris langsung meminumnya."Terimakasih" ucap Kris yang mendapat anggukan dari Liora."Sebaiknya kamu mandi dulu, tidak mungkin kan kamu akan memakai gaun itu terus?" ucap Kris menyarankan."hm iya" ucap Lio
Hari ini adalah hari spesial bagi keluarga Kris dan Liora. Hari ini, semuanya akan berubah, mulai dari hari-hari mereka hingga status mereka. Kehidupan yang sebenarnya akan dimulai, kehidupan dimana ujian yang sebenarnya datang, dan kehidupan dimana dua insan akan terikat oleh ikrar pernikahan.Kris dan Liora sedang bersiap, mereka ada di kamar yang terpisah. Wajah Liora sedang di olesi make up, di bantu oleh Rena dan perancang rias yang sudah ditugaskan oleh Rena."Apa sudah selesai?" tanya Liora yang merasakan tidak ada lagi gerakan alat make up di wajahnya."Sudah, berbaliklah nak, kami semua ingin melihat kecantikanmu" ucap salah satu penata rias, karena yang di tugaskan oleh Rena ada 2 orang.Dengan perlahan, Liora berdiri dan membalikkan tubuhnya. Menampakkan body goals nya dengan gaun putih yang menempel pas di kulitnya. Olesan make up yang tidak terlalu tebal membuatnya semakin anggun dan cantik. Benar-benar
Pernyataan Kris membuat Fahri dan Rena tersenyum bahagia. Mereka sudah tidak sabar melihat Kris dan Liora menikah. Tetapi di sisi lain, Rey justru telah hilang harapan. Hatinya seakan hancur, wanita yang dia cintai akan menikah dengan laki-laki lain yang merupakan sahabatnya sendiri. Apa dia harus mengikhlaskan Liora? Atau tetap berjuang mendapatkan malaikat di hatinya itu?"Alhamdulillah, mama senang dengernya" ucap Rena dengan senyum lebar. Kris dan Liora hanya tersenyum menanggapi.Rey memberanikan diri untuk melangkah ke arah mereka, dengan hati yang hancur, senyum yang di paksakan dan air mata yang di tahan agar tidak keluar."Hai om, tante" sapa Rey dengan senyum yang di paksakan."Loh ada Rey, sudah dari tadi Rey?" tanya Fahri yang menyadari ada Rey disitu."Baru aja om. Rey kesini pengen silaturahmi aja, sekalian ketemu sama om dan tante, katanya besok om sama tante balik ke Los Angeles ya?"
Kris dan Liora kaget bukan main, keduanya saling pandang, bergulat dengan fikiran masing-masing."Menikah? dengan Kris?" fikir Liora dalam hati."Menikah? dengan asistenku?" fikir Kris dalam hati.Secepat mungkin mereka memutuskan kontak mata, keduanya jadi salah tingkah."Kalian ini kenapa? kok kaget gitu sih. Seharusnya kalian itu senang dengan pernikahan ini, menunda nunda pernikahan itu tidak baik lo" ucap Rena menatap kedua insan di depannya."Ma, apa secepat itu?" tanya Kris ragu."Ini yang terbaik untuk kalian berdua, mama yakin kok kalau kalian bisa jadi keluarga kecil yang bahagia. Dan mama juga yakin kalau Liora nggak mau ngecewain ibu Liora kan?" ucap Rena meyakinkan mereka.Setelah mendengar ucapan Rena, Kris dan Liora kembali merenung. Mereka memikirkan hal yang sama.*Apa ini yang terbaik?*Apa kami bisa bahagia setelah menikah nanti?
Setelah Fahri dan Rena pergi, Kris berusaha untuk menenangkan Liora."Liora, lihat aku" ucap Kris lembut. Liora yang dipanggil pun menoleh ke arah Kris. Mata mereka saling bertemu, membuat jantung mereka berdebar lebih kencang."Berhentilah menangis, kamu ikhlaskan kepergian tante Dian, jika tante Dian melihatmu seperti ini, maka dia akan sedih, begitu juga dengan ayahmu. Kamu mengerti kan?" ucap Kris lembut, seperti seorang ayah yang sedang menenangkan anaknya."Tapii, aku sendiri, aku tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini" lirih Liora yang sudah mulai berhenti menangis."Siapa bilang kamu sendiri? Aku dan orang tuaku akan ada bersamamu, jadi jangan pernah merasa sendiri lagi, oke?" ucap Kris meyakinkan. Liora yang mendengar ucapan Kris pun mengangguk."Baiklah, sekarang kita keluar dulu, biarkan warga yang mengurus ibumu" ajak Kris sambil mengulurkan tangannya, Liora hanya bisa menuruti Kris,
Liora sedang menyiapkan makanan untuk Dian, karena tadi Dian bilang kepalanya mendadak pusing."Ibu makan dulu ya biar cepat sembuh" ucap Liora sambil duduk di samping Dian."Nak, jika ibu pergi kamu jaga diri baik-baik ya" ucap Dian yang membuat jantung Liora seakan berhenti."Ibu, jangan berkata seperti itu, Liora yakin ibu akan baik-baik saja, ini hanya sakit kepala biasa Bu" ucap Liora sambil meyakinkan Dian."Terserah kamu saja. Bisa ibu minta tolong?" tanya Dian dengan suara yang mulai lemah."Boleh Bu, ibu boleh minta apa saja ke, selagi Liora bisa pasti Liora lakukan" jawab Liora sambil tersenyum ke arah Dian.Jujur saja, melihat Dian dalam keadaan seperti ini, Liora seakan tidak kuat, tetapi demi ibunya, dia harus terlihat kuat."Tolong kamu suruh Kris dan Keluarganya kesini" ucap Dian sambil tersenyum."Tapi untuk apa Bu?" tanya Liora.