Share

Stigma
Stigma
Penulis: Leafy

Prolog

Penulis: Leafy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Jika kau bertanya bagaimana kecacatan yang nyata, maka bukan dirimu yang menjadi jawabannya, tapi aku. Kau mungkin kehilangan penglihatanmu, tapi bagiku, netramu adalah yang paling indah dan paling teduh. Kau mungkin kehilangan martabatmu, tapi bagiku, kau adalah kesucian yang paling murni dan berderajad.

Jika yang membedakan manusia dan h ewan adalah akal pikiran, maka aku yang telak menjadi pemenang. Aku memiliki semua rencana dan pemikiran sistematis yang menguntungkan. Manipulatif sudah lama menjadi nama tengahku. Aku akan melakukan segala cara agar menggenggam segala keinginanku.

Akan tetapi jika yang membedakan manusia dan sampah adalah hati, maka aku kalah. Aku tidak memiliki hati yang sesempurna dirimu, Lavina. Pembunuh tidak seharusnya memiliki hati bukan? Akan tetapi, bertemu denganmu, membuat batinku condong untuk mulai mengasihi.

Mungkin netraku dapat menatap tajam seolah mampu membelah lautan, tapi aku kalah dengan dalamnya sorot mata indahmu yang mampu membelah bulan. Mungkin tubuhku tak pernah terjamah oleh para j*lang, tapi aku hanyalah bedebah br*ngsek yang kalah karena terangsang dengan lembutnya senyum ranum bibirmu.

Jika kau bertanya tentang sebuah kecacatan, bukan dirimu yang menjadi jawabannya, tapi aku. Buta tidak menjadikan kesempurnaanmu berkurang. Justru aku yang bisa melihat, menjadi makhluk menyedihkan dan rendah. Mungkin aku terlihat bahagia dan kau terlihat sengsara, tapi Penguasa semesta memang cerdik dalam mengatur takdir bukan?

Kita akhirnya bertemu ketika aku berada dalam sisi tergelapku dan kau berda si sisi terhinamu. Yang buruk akan mendapatkan yang buruk katanya. Satu sisi aku menyetujuinya, sisi lain aku membantahnya. Dari sudut pandangku, kau adalah yang terindah. Dirimu satu-satunya yang bisa menggerakkan hatiku hanya dengan melihat ketulusan di matamu. Baru kali ini aku menurunkan senjata pada target yang harus aku lenyapkan dan memilih untuk menyelamatkanmu.

Bukan tanpa sebab. Aku iri padamu. Meskipun kita berada dalam jeruji stigma yang kejam, tapi aku menemukan bagaimana indahnya dirimu dan menemukan diriku yang akan bahagia bersamamu.  Aku ingin menjadi sempurna. Maka, maukah kau berbagi jawaban dan mengajariku tentang arti kesempurnaan, Lavina ?

_Aku, Raveen. Di jeruji stigma_

***

Netra karamel milik seorang gadis yang tengah ketakutan itu, begitu memikat hati Raveen. Meskipun di sana membendung air mata, untuk pertama kalinya, Raveen menjumpai mata sebening dan sejernih itu. Ketika menemukan dirinya, tubuh perempuan itu tengah bergemetar hebat, tapi bibir yang tidak tipis dan tidak tebal itu mampu membuat Raveen menegak ludah. Itu bukanlah bibir, melainkan telaga madu—terlihat manis. Bolehkah mengecupnya sedikit?

Dia tak peduli dengan darah di sekujur tubuh atau baju yang terkoyak milik sang gadis. Tidak ada noda yang bisa menyembunyikan kecantikannya dari Raveen. Terlalu indah. Apakah gadis itu benar-benar termasuk dalam daftar orang yang harus Raveen singkirkan? Well, misinya memang harus memusnahkan keluarga Dawson. Akan tetapi ada hal yang menggelitik ketika bertemu dengan anggota keluarga terakhir ini.

Raveen akhirnya memilih menyimpan senjata apinya setelah beberapa saat lalu, membidikkan isinya ke laki-laki yang telah terkapar bersimbah darah sekarang. Dia memasukkannya ke dalam saku kemudian berjalan mendekati gadis yang tampak kacau di atas tempat tidur.

Kriet ....

Maka suara tempat tidur berbunyi saat Raveen duduk di atasnya, membuat gadis itu beringsut mundur dan meraih apa pun untuk menutupi tubuhnya yang sebagian terekspos.

Raveen mengerutkan dahi. Mengamati lamat-lamat tanpa mengatakan satu patah pun. Ia sedikit memiringkan kepala, muncul pertanyaan di dalam kepalanya. Ke mana arah pandang gadis itu? Jelas-jelas Raveen ada di depannya, tapi dia sama sekali tak memandang Raveen. Tidak bisa melihat? Akhirnya laki-laki itu menggerakkan tangganya di depan wajah mungil itu. Melambaikan tangan untuk memastikan sebuah jawaban yang telah ia dapat dari pertanyaannya.

Tidak ada respon.

Raveen bukannya bodoh. Dia tentu mengetahui jika gadis itu buta. Well, bukankah lebih baik jika Raveen mengakhiri hidup perempuan ini sekarang? Kematian yang cepat tanpa rasa sakit akan Raveen berikan pada gadis berparas cantik itu. Setidaknya kematiannya akan menjadi hadiah untuk gadis yang sudah ternoda bukan? Dia sudah diperkosa oleh para lelaki hidung belang yang tergeletak di kamar itu kan? Atau perlukah Raveen membuat noda lain yang menghancurkan kehormatannya lagi sebelum menghabisinya? Oh ... sungguh gadis malang yang tak punya masa depan.

Akan tetapi, kenyataan justru bertolak belakang. Raveen tak mengakhirinya. Tidak seperti rencana semula. . Dia juga mengurungkan niat menjadi bajingan untuk menyetubuhi Lavina. Bibirnya yang ingin melecehkan, justru berucap lain

“Kau Lavina?”

Tentu saja pertanyaan itu hanya formalitas saja. Pembunuh tidak mungkin tidak mengetahui target yang harus dia lenyapkan bukan? Raveen sudah mengetahui segala sesuatu tentang perempuan yang semakin beringsut takut di depannya. Apa yang dia tanyakan hanya untuk menguji bagaimana cara dirinya merespon Raveen.

Gadis itu nyatanya hanya tertegun. Bibirnya yang hendak terbuka terlihat menggigil. Sepertinya ia hendak mengatakan sesuatu, tapi kembali ia telan kembali bersama dengan labium bibirnya yang tertutup. Gadis bernama Lavina itu memilih untuk bungkam. Tenaganya sudah habis. Sudah pasrah jika pada akhirnya dia akan mati dalam keadaan seperti ini. Toh rasanya seperti tidak tahu malu jika masih berani berharap hidup layaknya gadis normal lain.

Raveen juga masih terdiam, menunggu dengan sabar respon sang gadis—meskipun sebenarnya dia tahu bahwa Lavina tidak akan menanggapi apa yang dia tanyankan. Hanya saja, diam dan menatap Lavina tepat di matanya membuat Raveen berdesir semakin gila. Air mata yang tertahan di pelupuk matanya, membuat fatamorgana lain di netra teduhnya. Begitu indah dan menenangkan. Apakah mutiara seperti ini harus benar-benar Raveen habisi?

Raveen telah terjatuh semakin dalam. Kecenderungan lain lebih kuat mendominasi. Tidak masalah jika dia meloloskan mangsanya kali ini bukan? Toh dia buta dan tidak berdaya. Tidak akan sanggup melawan Raveen. Jangankan melawan, sepertinya untuk berjalan saja gadis ini pasti membutuhkan bantuan bukan? Oleh karena itu, menurutnya Lavina tidak akan menjadi ancaman meskipun tetap hidup.

Akan tetapi, bukan benar-benar tanpa ancaman. Sudah jelas perintah dari ayahnya untuk menghancurkan Dawson. Dirinya harus menghabisi semua keturunan Dawson tanpa kecuali. Tidak disangka jika gadis buta keturunan terakhir Dawson ini malah membuat Raveen lemah.

Sayangnya, Raveen bukan seseorang yang akan menyerah begitu saja. Setelah melihat Lavina, dia menginginkannya. Bagaimanapun, Raveen ingin mengikatnya dan menjadikan gadis ini sebagai miliknya. Statusnya akan berubah dan Raveen memiliki autoritas penuh atas Lavina. Jika sudah begitu, seharusnya tidak akan ada yang bisa mengusik dirinya karena tidak melenyapkan keturunan terakhir Dawson bukan?

“Jangan takut, Lavina. Aku akan menyelamatkanmu.”

Maka Raveen benar-benar telah gagal dalam misinya.

***

Bab terkait

  • Stigma   The End of Dawson

    Raveen segera menuju salah satu bangsal VVIP di rumah sakit setelah mendapat kabar jika sang ibu kecelakaan. Bukan sekedar kecelakaan biasa, ada yang sengaja mencelakainya dengan menabrak mobilnya. Tentu saja itu bukan hal yang mengejutkan karena Keluarga Landergee merupakan salah satu yang paling disegani dan ditakuti. Musuh ada di mana-mana. Ketika ada kesempatan, maka siapa pun ingin mengalahkan dan menghancurkan keluarga itu. Meskipun kenyataannya keluarganya memang tidak jauh dari kelicikan dan sangat kejam seta memiliki pembenci yang banyak, Raveen tak bisa mentoleransinya. Siapa pun yang berani menyakiti anggota keluarga Landergee, terutama ibunya, maka harus berujung pada maut. Sungguh dia marah. Beraninya dia melukai seorang yang begitu dia sayangi. “Sialan! Keluarga Dawson akan menerima akibatnya!” Rael, sang ayah menatap udara nyalang saat anak buahnya memberikan kabar jika ternyata Keluarga Dawson yang menjadi dalang atas kecelakaan Emily, sang istri.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Stigma   When You're Mine

    Dante sesekali melirik dari kaca spion, melihat Raveen yang begitu posesif memeluk seseorang yang tengah dililit selimut dan tertidur pulas di dekapan laki-laki bermarga Landergee itu. Perempuan yang cantik—meskipun tidak secantik aphroditenya—Dante akui perempuan itu memang sangat cantik. Dante sedikit mengernyit saat Raveen sesekali memberikan kecupan di puncak kepala Lavina. Apa yang terjadi dengan rekannya ini? “Jangan katakan kau jatuh cinta padanya,” ucap Dante tiba-tiba. “Hm.” sahut Raveen ala kadarnya. Masih fokus pada perempuan yang baru saja ia kecup keningnya. “Hei! There’s no love just at the first sight, Dude.” Dante terkekeh tapi Raveen tak peduli. Yang ada di pikirannya sekarang adalah membawa Lavina pergi jauh dan menjadikannya hanya miliknya. “Aku ingin memilikinya, Dante. Sama sepertimu keinginanmu untuk memiliki aphroditemu,” sahut Raveen yang membuat Dante bungkam. Selalu saja Dante terjebak dalam situasi yang mirip dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Stigma   Pine Citrust Mint Musk

    Raveen menghabiskan malam bersama Lavina. Berada di tepat di sampingnya dan terlelap sembari mendekap perempuan yang juga memeluknya. Pagi ini Raveen terbangun lebih dahulu. Sementara perempuan cantik itu masih terlelap di sisinya. Bibir Raveen tertarik ke atas ketika mengamati tiap inci wajah Lavina. Dia hendak menyentuh wajah Lavina namun urung saat ponsel miliknya bergetar. Dia menatap layar ponsel itu dan tertera nama sang ayah di sana. Raveen segera bangkit dan keluar dari kamar sejenak. “Halo.” “Bundamu sudah siuman. Datanglah kemari, dia mencarimu,” ucap sang ayah dari seberang. Raveen menghela napas lega. “Aku akan segera ke sana, Ayah. Sampaikan salamku untuk Bunda. Aku akan segera menemuinya,” sahut Raveen. “Raveen ...,” suara ayahnya memberat. Memanggil nama Raveen dengan penuh penekanan. Rasanya tidak nyaman. “Iya, Ayah?” “Apakah kau sudah melenyapkan semua keturuan Dawson?” Deg.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Stigma   Demi Dirinya

    Raveen masih menyandang sebagai mahasiswa. Dia harus kuliah. Masalahnya, dirinya tidak mungkin meninggalkan Lavina dalam waktu yang lama. Bagaimana perempuan itu akan mengurus dirinya sendiri?Raveen menghela napas gusar. Pagi-pagi sekali dirinya sudah beranjak dari rumah kayu dan pulang menuju rumahnya. Sedari tadi kepalanya buntu karena tidak memiliki ide agar Lavina tetap terjaga meskipun dirinya tidak berada di sampingnya. Jika Raveen mengutus anak buahnya, tentu saja malah akan berbahaya bagi Lavina. Bisa saja ayahnya akan tahu bahwa ternyata dirinya menyembunyikan salah satu keturunan Dawson.Sial! Umpatnya.Tak lama, akhirnya Raveen sampai di rumahnya. Di sana, Emily ternyata sudah menunggunya—ibunya sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit kemarin.“Raveen kau dari mana saja? Kenapa semalam tidak di rumah, hm?” Emily bertanya sembari menggandeng putranya masuk ke mansion megah mereka.“Maafkan ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Stigma   Scared to be Alone

    Raveen menatap Lavina yang masih bergeming di atas tempat tidur. Dia benar-benar marah rupanya karena Raveen meninggalkannya terlalu lama. Raveen mendekat.“Lavina,” panggil Raveen lagi. Kali ini Raveen duduk di atas ranjang. Ia hendak menyentuh punggung Lavina sebelum ia mendengar isakan kecil. Raveen bergerak semakin mendekat pada Lavina lalu membuka selimut yang menutupi tubuhnya.Lavina buru-buru menutupi wajahnya. Raveen menghela napas berat ketika Lavina seperti itu. Sangat jelas jika perempuan ini tidak ingin menunjukkan wajahnya pada Raveen. Sepertinya dirinya sedang ketakutan atau sedih dan mungkin—oh sudah pasti—juga marah. Marah dan kesal menjadi kondisi perasaan Lavina paling memungkinkan karena ia kembali mengingkari janjinya padanya.Dirinya memang tidak berpengalaman tentang bagaimana cara menghadapi wanita. Namun, bukan berarti dia sama sekali buta untuk memperlakukan wanita. Ayahnya adalah contoh terbaik yang bisa Raveen

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Stigma   Pergi

    Raveen menatap langit yang gelap di pagi hari. Medung. Tampaknya akan turun hujan. Cuacanya sangat tidak menyenangkan. Melihat pagi yang suram seperti ini, siapa yang bisa bersemangat? Sama seperti Raveen yang hatinya begitu kelabu.Bukan tanpa sebab dirinya murung. Lima menit yang lalu, ayahnya memintanya pergi ke Jerman segera untuk menyelesaikan sesuatu yang berkaitan dengan perusahaan yang Rael kelola. Bukannya dia tidak ingin pergi. Tapi bagaimana dengan Lavina? Setengah hari saja Raveen tak bertemu dengannya, bisa membuatnya gila, apa lagi jika harus pergi jauh dari sisinya?Kepalanya terasa berat. Pikirannya begitu terhimpit sehingga rasanya gelarnya sebagai seorang jenius hilang dihisap situasi yang menyebalkan. Dia tidak bisa melakukan apa pun. Tidak ada ide brilian yang muncul di kepalanya. Bagaimana dia bisa pergi tanpa mengkhawatirkan Lavina? Lagi pula ini bukan hanya soal hati tapi juga keselamatan perempuan itu.“Apa yang kau pikirkan Raveen?

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Stigma   Ketahuan

    Hamburg memanglah indah. Meskipun begitu, selama dua bulan ini, tidak ada pemandangan yang bisa menggoda Raveen untuk melengkungkan bibirnya. Menyadari bahwa dirinya telah bermil-mil jauh dari Lavina, Raveen semakin biru lalu berubah menjadi abu-abu. Hatinya kelabu. Hitam malah. Awan kumulunimbus kalah telak dengan suramnya Raveen saat ini.Apalagi pekerjaan yang harus dia handle adalah sesuatu yang sangat berkaitan erat dengan Lavina. Membahas kehancuran keluarga Dawson dan mendiskusikan kekayaan yang ditinggalkan. Mungkin diskusi merupakan istilah yang terlalu halus. Tidak-tidak! Mereka tidak sedang berdiskusi. Mereka tengah berebut untuk mendapatkan harta kekayaan keluarga itu. Seperti anjing yang berebut tulang.“Karena semua keluarga Dawson sudah tewas, maka yang menjadi masalah sekarang adalah harta warisan yang ditinggalkan tidak ada satu pun yang berhak mendapatkannya. Tapi, kabar baiknya hakim memutuskan untuk menyerahkan semuanya pada rekan bisnis kelua

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Stigma   Kehilangan

    Dunia runtuh, dua kata itu yang kini menghantam Raveen. Sama seperti badai yang tiba-tiba datang menerjang lembah bunga yang begitu indah. Luluh lantah. Tidak berbekas. Menerbangkan semua kelopak. Tidak indah lagi. Begitulah gambaran Raveen sekarang. Dirinya diam seribu bahasa. Ia tak menyangka pertanyaan itu lebih cepat dilayangkan oleh sang ayah. Sekarang ayahnya tahu jika dialah yang telah menyembunyikan Lavina. Dia tidak menuntaskan misi dari ayahnya. Dia mengkhianati Rael. Dia tidak membunuh Lavina dan memilih untuk menyelamatkannya. Sekarang dia harus apa?“Apa maksud Ayah?” Raveen mencoba berkilah namun malah satu tamparan keras yang ia dapat.PLAK.Perih dan panas yang terasa di pipinya bisa menggambarkan bagaimana murkanya Rael padanya.“APAKAH KAU SEDANG BERUSAHA MENGKHIANATIKU?!” bentak sang ayah. Amarahnya pecah. Wajahnya sudah merah padam. Meledak. Ingin menghancurkan pemuda di depannya ini jika tidak mengingat bahwa R

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Stigma   Epilog

    “Bisakah kau tersenyum Altar? Tidak baik menunjukkan wajah cemberutmu pada teman-temanmu.” Lavina mengusap pipi Altar yang menggembung.Altar Landergee sudah menginjak usia lima tahun pagi ini. Mansion megah mereka sudah dihiasi banyak sekali balon dan semua pernak pernik ulang tahun. Seharusnya menjadi momen yang menyenangkan untuk Altar. Semua yang disiapkan, Lavina pastikan adalah semua yang terbaik dan yang paling disukai oleh putranya itu.“Ailee tidak datang!”Akhirnya Lavina tahu alasannya. Meskipun hadiah sudah menumpuk tinggi, tidak bisa menyembuhkan kesedihan Altar karena teman playgroup-nya yang bernama Ailee tidak datang. Gadis kecil itu memang telah menjadi teman favorit Altar.

  • Stigma   Save Me

    Lavina spontan memegang perutnya yang sudah besar ketika melihat berita yang ada di televisi. Jane dikabarkan bunuh diri, melompat dari atas gedung media milik orang tuanya. Tiba-tiba firasatnya buruk. Apakah itu perbuatan Raveen? Dia tidak ingin berprasangka buruk pada suaminya, tapi perasaannya benar-benar tidak nyaman, seolah mengatakan bahwa Raveen adalah dalang di balik kematian Jane. Apalagi setelah pernikahan mereka yang hancur, hidup Lavina lebih tenang. Tidak ada kejadian apapun selain pemberitaan yang terlalu berlebihan tentang keburukan Jane yang telah menghancurkan rumah tangga Raveen dan Lavina. Memang sebelumnya itu adalah bagian dari rencana Lavina, tapi kali ini beritanya sangat berlebihan. Bahkan seperti mengulik semua keburukan Jane dan orang tuanya. Rumornya mereka terlibat kasus korupsi. Pamornya jatuh dan per

  • Stigma   Kita Baik-baik Saja

    Semenjak hamil, Lavina berubah. Terutama pemikirannya. Mungkin memang masih ada rasa khawatir tentang bagaimana dia harus mengasuh anak, namun dia akan berusaha. Seiring dengan bertambahnya usia kandungan Lavina, ia merasa sangat terikat dengan sang bayi. Ada jalinan kasih yang berbeda, yang tidak bisa Lavina deskripsikan. Jika ditilik secara sains, itu wajar karena saat hamil, hormon oksitosin yang katanya adalah hormon cinta, meningkat. Itulah yang menyebabkan cinta ibu pada bayinya semakin kuat.Mungkin di awal masih belum begitu kentara. Hanya sayang saja. Belum begitu benar-benar mencintai. Hanya menyadari bahwa dia akan menjadi ibu dan harus mengasuh bayinya. Tapi kejadian tragis itu membuat Lavina menyadari betapa ia sangat ketakutan. Ketakutan yang sama seperti yang dia alami saat lampau.Apalagi melihat darah yang merembes di gaun putih yang dia pakai.

  • Stigma   Tragedi Pernikahan

    Rencana Lavina tampak berjalan dengan sangat baik. Sebuah persiapan untuk pernikahan megah telah selesai dilakukan. Hanya perlu menambah hal-hal kecil saja. Sisanya, gedung yang telah didekorasi sedemikian rupa siap untuk digunakan. Jujur saja, Lavina sedikit iri karena pesta pernikahan ini digelar lebih megah daripada pernikahan Lavina. Tentu saja karena Jane mendapatkan banyak kucuran dana dari banyak pihak.“Are you living in Disney Land or something?” tanya Lavina yang tampak takjub.Di sebelahnya Jane hanya tersenyum remeh. Terang-terangan meledek Lavina. Dia tengah menunjukkan superioritasnya karena tahu bahwa pesta pernikahannya lebih megah dibandingkan siapapun.“Tentu saja. Aku ratu di semesta Raveen. Sudah seharusnya seperti itu.”Lavina

  • Stigma   Scripted

    Lavina dan Raveen keluar dari gedung perusahaan Dawson. Di sana sudah ada banyak wartawan yang menunggu. Mereka sengaja keluar dari pintu utama. Pura-pura terkejut dengan kehadiran mereka.“Bagaimana tanggapan Anda dengan skandal Anda?”“Apakah benar bayi yang dikandung Jane adalah anak Anda?”“Nona Lavina? Bagaimana kondisi kandungan Anda? Apakah Anda baik-baik saja?”“Bagaimana tanggapan Anda soal skandal yang menimpa suami Anda?”Dan banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh para reporter itu. Akan tetapi, baik Raveen dan Lavina hanya bungkam. Belum saatnya mereka membuka suara. Justru diamnya mereka memang sengaja dilakukan agar semakin menciptakan banyak asumsi publik. Akan l

  • Stigma   Manipulatif

    Berita tentang Jane yang mengandung anak Raveen semakin merebak. Bahkan gosip itu membuat harga saham perusahaan Landergee turun. Beberapa pihak mulai sedikit panik dan meminta Raveen untuk melakukan tindakan lebih lanjut.Musuh dalam selimut itu memang ada. apa yang Lavina katakan sebelumnya benar, beberapa orang terlihat menjadi pihak oposisi. Saat rapat darurat dilakukan oleh semua orang pemegang saham, Raveen dipaksa bertanggung jawab. Jane harus segera dinikahi oleh Raveen atau citra Landergee akan semakin buruk.“Kalian memintaku untuk menikahinya? Kenapa tidak memaksaku untuk melakukan tes DNA saja pada bayi itu? Apakah dia anakku?” Raveen melempar pertanyaan retoris ke dalam forum.“Bagaimana bisa itu bukan anakmu, Tuan Raveen? Beberapa kali aku melihatmu dengan wanita itu. Bahkan kau menga

  • Stigma   Rencana Lavina

    “Sayang sekali, sepertinya kita harus menundanya,” ujar Lavina. Pura-pura kecewa karena laboratorium rumah sakit tidak bisa beroperasi. Padahal kenyataannya kejadian ini adalah pancingan saja. Sudah direncanakan oleh Lavina dan Raveen hanya mengikuti alur permainan istrinya.Raveen merangkul Lavina, “Kita terpaksa harus pulang,” Raveen juga pura-pura kecewa.“Kau benar. Kita harus pulang. Lagipula aku sudah lelah, bayi kita perlu istirahat.” Jane menimbrung. Dia tidak terlihat kecewa. Wajahnya yang sebelumnya panik, berubah menjadi cerah. Seolah masalah yang menimpanya bisa diselesaikan dengan mudah.Akan tetapi, justru ini membuat dugaan Lavina semakin benar. Wanita itu memang berbohong soal anak yang sedang dikandungnya. Hanya tinggal memikirkan bagaimana membuat wanita ini terp

  • Stigma   Cheese in The Trap

    Raveen masih tidak mengerti apa yang Lavina rencanakan. Istrinya itu sama sekali tidak terlihat marah. Bahkan memberikan kursi depannya pada wanita menjijikkan itu. Yang hanya bisa Raveen lakukan adalah mempercayai Lavina.Meskipun begitu, Raveen tidak diam begitu saja. Dia meminta anak buahnya untuk menyelidiki wanita itu. Raveen bisa memastikan bahwa bayi yang dikandungnya bukanlah anak Raveen. Raveen memang pernah membawa wanita itu ke rumah dan ke pesta, sering bertemu tapi tidak untuk melakukan hubungan seksual.Sebenarnya Raveen ingin menyingkirkan wanita itu, tapi dia harus menahan diri karena mempercayai Lavina akan menyelesaikan masalah ini. Raveen menduga ada seseorang di balik semua ini. Wanita itu terlalu berani datang ke rumah dan berbohong bahwa dia hamil anak Raveen kecuali memang ada seseorang yang berdiri di belakangnya.

  • Stigma   Trouble

    Di akhir pekan, Lavina dan Raveen akhirnya meninggalkan apartemen dan pindah ke mansion baru mereka. Lavina takjub sekali ketika melihat bagunan yang begitu megah di depannya. Halamannya sangat luas dengan beberapa tanaman, membuat suasana rumah lebih asri. Apalagi bagunan itu dibangun di tengah hutan, membuat kesan damai. Sejuk sekali. Lavina sangat suka. Seperti … mansion ini begitu privat hanya untuk mereka berdua.“Kau suka?” tanya Raveen.Lavina yang masih takjub mengangguk mantap. Siapa yang tidak akan menyukai mansion ini? “Cantik sekali. Aku benar-benar menyukainya.” Netra Lavina tak bisa lepas dari mansion itu. Menyisir segala sisi, mengamati segala lekukan mansion itu.“Ini seperti lukisan!” imbuh Lavina.Pria yang ter

DMCA.com Protection Status