"Hai wanita songong, apa-apain sih kamu pakai bawa lelaki gak jelas segala ke rumah ini," ujar Widya dengan suara menggelegar ke seluruh ruangan.'Memangnya kenapa, takut perselingkuhan kalian terbongkar terus aku viralin?!' batinku.Coba saja aku bilang begitu pasti pucat wajah si Widya dan Mas Raka."Heh Widya cukup ya, kamu tu benar- benar gak ada sopan santunnya sama orang tua, orang tua kamu gak pernah ajarin kamu sopan santun ya. Ouh iya lupa, ibu kamu kan kabur sama pria lain sebab tak puas dengan Papa kamu. Pantaslah anaknya seperti ini, buah jatuh tak jauh dari pohonnya," ujarku yang sudah tak bisa menahan emosiku lagi.Dulu memang Mas Raka pernah cerita tentang ibu kandung Widya yang ninggalin Widya dan Papanya karena alasan tak puas di nganu. Cih pantes punya anak juga gatalnya sampai langit ke tujuh."Berani kamu ya lawan aku sekarang," ujar Widya. Tanganya siap menamparku. Namun, segera ku tangkap."Dengar ya, bocah tak ada akhlak. Aku diam bukan berarti selama ini taku
agi harinya"Mana sarapan?" tanya Widya seperti biasa. Aku memang sengaja menyiapkan sepiring nasi goreng da segelas juss yang tentu saja untuk diriku sendiri karena Mas Raka masih meringkuk dan tak mau kerja."Kamu nanya aku?" "Ya iyalah dasar geblek.""Maaf ya, kamu kan punya tangan jadi kalau mau sarapan ya kamu buat saja sendiri," ujarku santai sambil makan nasi goreng."Awas kamu ya, aku adukan kamu ke abangku. Biar kamu di cerai!" Aku hanya meliriknya sekilas," malah Abangmu tu yang merengek semalaman minta agar aku tak menceraikan dia," ujarku."Apa katamu, gak mungkin ya Abangku seperti itu apalagi sampai memohon seperti itu. Abangku itu ganteng pasti banyak kok perempuan yang mau sama dia, jadi kamu jangan GR," ujar Widya."Itu kalau twiter dia gak bobok terus kek gitu, kakau gitu ya perempuan ogah. Wong gak ada bedanya laki sama perempuan."Selesai berkata begitu aku pergi meninggalkan meja makan, kuatir jika selera makanku hilang karena mual melihat wajah menjijikkan si W
Aku menautkan alisku," maksudnya Mas?" "Dia hamil, dan entah lelaki mana yang menghamilinya!" "Hamil, kok bisa bukanya twiter Mas masih bobok?"ujarku meluncur begitu saja.Ini mulut kenapa ember sih?"Maksudku kan Widya masih gadis Mas kok bisa hamil?" ujarku setelah Mas Raka menatap horor padaku."Memang masih gadis tapi entah sudah berapa lelaki yang menidurinya, murahan!" murka Mas Raka.Uluh-uluh kek dia gak ikut nyicip aja, bahkan lebih kenyang."Beneran kamu hamil?" tanyaku pada Widya."Mbak, tolong aku Mbak! Jangan biarkan Bang Raka mengusirku, aku mau tidur dimana Mbak," ujar Widya tergugu. Entah akting atau beneran."Mas, apa gak bisa kamu tolerin perbuatan si Widya, kita tanya baik-baik saja Mas, siapa lelaki yang menghamili Widya lalu kita nikahkan dia," ujarku mencoba membujuk Mas Raka."Gak! Aku gak sudi menerima kotoran yang di lempar di wajahku. Biar saja dia jadi gelandangan di luar sana," ujar Mas Raka tanpa menatap Widya. Entahlah sepertinya dia enggan menatap wajah
Widya," panggilkku dan Widya segera menoleh ke arahku."Maaf ya Mbak gak bisa bujuk Abangmu, ini ambil saja untuk kamu cari tempat kos," ujarku memberikan sejumlah uang."Terima kasih Mbak," ujarnya sendu.Aku yakin jika aku cerita sama Tary, si kampret itu tak akan berhenti memakiku karena telah menolong pelakor dalam rumah tanggaku dan juga musuh bebuyutanku sendiri."Iya, nanti kalau ada apa-apa kamu hubungin Mbak ya," ujarku.Entah aku ini waras atau tidak perduli pada Widya padahal jelas-jelas dia ini pelakor dan perusak rumah tanggaku. Aku yakin kalau berita ini tersebar di kalangan Mak-mak KBM mereka pasti pada bilang aku oon.Ck mereka tak tahu saja rencana Hani, kalau terbukti ternyata mereka itu cuma akting aku akan bertindak lebih kejam dari santet twiter bobok yang aku kasih ke Mas Raka.___"Kamu dari mana?" tanya Mas Raka penuh selidik saat aku masuk ke dalam rumah."Dari depan Mas, lihat Widya." "Ngapain lihat-lihat dia, gak penting!" ketus Mas Raka."Kasihan Mas,dia tu
"Yang menghamili aku..." "Siapa Wid?"ujarku membujuk. "Abang." Mataku membulat tajam mendengar itu, walaupun itu sudah ku sangkakan sebelumnya, tetap saja aku terkejut mendengarnya. "A-abang?" Anehnya bukannya menanggapi ucapanku, justru Widya bergerak dengan cepatan mengambil tas dan tampak- tampak buru-buru berdiri."Mbak aku pergi dulu, nanti kapan-kapan aku hubungi Mbak," ujar Widya kemudian pergi meninggalkan aku tanpa sempat aku menjawab."Loh, Wid," ujarku masih kaget. Namun, Widya tampak setengah berlari meninggakkan cafe.Aku tersentak saat merasakan seseorang menyentuh bahuku. "Sayang, kamu ngapain di sini?" tanya Mas Raka yang tiba-tiba saja ada dibelakangku. Apa ini yang membuat Widya tadi pergi dengan buru-buru dan maksud kata 'Abang' tadi adalah reaksinya karena kaget melihat kehadiran Mas Raka."Sayang kok bengong?" tanya Mas Raka lagi mungkin setelah beberapa saat aku bengong dan tak menjawab ucapannya."A-a-aku tadi pingin makan ayam bakar Mas, sudah lama kamu
Beberapa saat setelah Mas Raka pergi."Hoii kampret kenapa gak bilang ada suami Lo, lama Gue nunggu di sana, dah kek obat nyamuk aja Gue," ujar Tary.Aku memang menghubungi Tary tadi untuk jaga-jaga kalau-kalau si Widya brengs*k itu buat sesuatu padaku. "Ya aku juga gak tahu kok ada Mas Raka di sini," jawabku. Selama ini memang Mas Raka tak pernah tahu aku punya teman setajir Tary. Bisa terbongkar kedokku kalau sebenarnya aku adalah anak orang kaya yang bahkan suamiku sebenarnya juga bekerja di perusahaaan Papaku."Lo tumben cuma makan ayam, sudah miskin Lo," ujar Tary. Si kampret ini suka sekali ngeledek."Diam Lo kampret, kalau aku pesen makanan yang biasa kita makan bisa pingsan tu laki, takut duitnya habis," ujarku.Tary hanya ngakak mendengar ucapanku."Tadi Lo lihat Widya kan?" "Lihat," jawab Tary."Gimana menurut Lo?" "Baik, tangannya masih dua, kulitnya masih mulus beda sama Lo yang udah sedikit kusam dan itu ya ampun.. kenapa muka Lo berjerawat beib?" ujar Tary menunjuk sa
"Jangan hanya Widya bersikap lembut, pakainnya sopan terus Lo simpati sama dia. Ingat Han, mereka itu memiliki kemampuan akting yang luar biasa hingga artis duniapun kalah," ujar Tary.'Awas saja kalian, kalau terbukti kalian membohongiku, akan ku balas kalian,' batinku."Hani!" Aku menoleh ketika seseorang memaggilku, mataku langsung membulat sempurna, detak jantungku tak beraturan."Dave," gumamku saat melihat pria tinggi tegap, berpakaian rapi dan berambut klimisi dengan wajah yang tampan bak artis korea.Dave Natacel, anak seorang pengusaha kaya patner ayahku yang telah selama 6 tahun namanya bertahta dalam hatiku dan selalu mengisi hari-hariku dengan penuh warna."Jadi ini beneran kamu," cibirnya."Iya ini aku, memang kenapa?" kataku jutek.Dave kemudian mengambil tempat duduk di dekat Hani."Aku dengar kamu sudah nikah kan? Apa suami kamu gak bisa merawat kamu hingga jadi hancur gini penampilanmu?" kata Dave. Sumpah rasanya ingin sekali ku timpuk sendal ni lelaki bermulut pedas
"Beberapa saat kemudian saat aku fokus nonton Tv aku merasakan tangan Mas Raka melingkar dipundakku dan tatapan mata elangnya lekat menatap mataku. Ya Tuhan kenapa jantungku berdebar gini?"Sayang, twiter udah gak bobok lagi ni," ujar Mas Raka dan wajahnya kian mendekat dan mendekat hingga hidung kami bersentuhan, tatapan kami beradu begitu cepat dan tarikan napas beratnya ku rasakan.Haruskah aku luluh dan memberikan napkah batin yang di inginkan suamiku?Dalam hatiku bergelut antara menolak dan menerima permintaan Mas Raka, sebagai wanita normal aku juga sangat merindukan belaian suamiku. Namun, di sisi lain aku masih ragu.Napas Mas Raka kian memburu, hawa panas dari tarikan napasnya juga sudah menerpa wajahku, wajah Mas Raka kian dekat dan bibir kami siap bersentuhan."Maaf Mas," ujarku mendorong pelan dada Mas Raka, membuat lelaki itu menataku penuh tanya. "Aku lagi datang bulan Mas," ujarku beralasan."Yah, kok datang bulan. Padahal lagi pingin buat dedek," ujar Mas Raka kecew