Bab 19 Terlena"Idih, siapa juga ngikut Lo, suka-suka Gue dong Gue mau kemana. Memang ini restaurant punya Bapak Lo," ujar Dave. Sumpah ingin rasanya aku nimpuk sendal ni mantan menyebalkan. "Pak Dave, kok Bapak di sini?" Hampir aku melompat saat mendengar suara Mas Raka yang tiba-tiba ada di dekatku. "Mas, kamu kenal dia?" tanyaku dengan suara sedikit gemetar."Malah aku yang heran Sayang, kok kamu kenal sama Pak Dave?" tanya Mas Raka. Gimik mukanya penuh selidik.Aduh mati aku, gimana ini? "Ouh, mm ini. Jadi Saya kenal istri Bapak ini tanpa sengaja, saat itu dompet saya jatuh dan istri Pak Raka inilah yang nemuin dompet Saya dan balikin ke Saya dan isinya masih utuh lo," ujar Dave yang membuatku menarik napas lega. Kami ngobrol sebentar dan aku juga harus pura-pura baik sama lelaki nyebelin ini di depan Mas Raka."Iya loh Pak Raka, istri Anda ini baik banget loh, gak matre lagi," ujar Dave yang membuat aku melotot ke arahnya.Apa maksudnya coba bilang begitu?Untunglah Dave se
Bab20 Pov RakaAku semakin pusing dengan masalahku, runyam, ruwet dan bikin kepala nyut-nyutan. Apalagi saat dukun yang dibawa Hani bilang, aku harus jujur dengan perselingkuhanku. Enggak, aku gak mau kehilangan ladang emas jika bercerai dari Hani."Mas! Aku curiga deh itu dukun palsu," ujar Widya. Saat ini Hani sedang keluar entah kemana dan aku hanya berdua dengan Widya."Hani itu wanita polos lugu, mana bisa dia mikir mau nipuin kita," jawabku."Sapa tahu saja dia pura-pura polos," ujar Widya. Ku lirik sebentar Widya lalu kemudian aku mulai berpikir keras. "Ah gak mungkin," gumamku."Terus apa rencana Mas, mau ngaku kalau kita memang ada main?" Aku menarik napas berat," entahlah." "Aku heran sama kamu Mas, kamu bilang pernikahan ini hanya kedok tapi suruh ngaku gak mau. Jangan-jangan kamu sudah jatuh cinta sama wanita tua itu?" ujar Widya jutek.Aku melirik Widya sekilas, dia kalau marah tatapanya bikin seram, seperti hendak menguliti tubuhku."Awas kamu Mas, kalau sampai ketah
Bab 21 CerdasPov Raka 2"Abang sudah pikirkan caranya, agar semua masalah kita cepat selesai," ujarku."Bagus, aku juga tak mau kalau kandungan ini nanti keburu membesar dan ketahuan," kata Widya.Aku kemudian menjelaskan semua rencana pada Widya. Aku bilang kita harus bersandiwara di depan Hani untuk mengelabuhi Hani agar dia percaya bahwa kehamilan Widya bukan ulahku."Apa adegan tampar gak bisa di skip Bang?" tanya Widya. Mukanya sedikit memelas, dia pasti sudah membayangkan betapa sakitnya tangan besarku ini jika menampar wajahnya tapi tidak ada jalan lain, akting kami harus sempurna."Kalau gak ada adegan tampar ya gak afdol dong Sayang, masa iya kamu hamil aku marahnya biasa saja." Widya mengelus pipinya, jujur aku kasihan tapi hanya ini jalan satu-satunya.Plak...Sekuat tenaga Widya berteriak, suaranya terdengar memilukan. Aku memang tak tanggung-tanggung, tamparan itu begitu kuat bahkan aku mengeluarkan seluruh tenagaku dalam tamparan itu.Bak dalam sinetron- sinetron ikan
Bab 22 Kamu Salah Mas."Ya Allah sayang, terima kasih ya, kamu benar-benar istri terbaikku," ujar Mas Raka memelukku dan meletakkan kepalaku ke dada bidangnya dan mengecup keningku berulang kali."Iya Mas," ujarku tersenyum menyeringai. "Atm kamu aku bawa saja ya Yang," ujar Mas Raka yang tampak tak sabar ingin menguasai tabunganku. Salahku juga teledor waktu itu hingga buku tabunganku ketahuan oleh Mas Raka."Ouh tentu Mas, begitu pulang aku kasih ATM nya," jawabku."Sekarang saja Sayang," ujar Mas Raka setengah memaksa, membuatku mengkerutkan keningku."Gak sabaran banget sih Mas," ujarku."Ouh ini, mm patnerku minta aku transfer dulu sebagian Sayang," ujar Mas Raka sambil membelai lembut pundakku. Cih, dasar kucing garong, kalau ada maunya aja mesra."Kalau aku gak ngasih sebagian, bisnis terancam batal Sayang," kata Mas Raka setengah merayu sambil mengendus-endus leherku mirip tikus."Ouh ok, nanti aku kasih ya. Aku minum dulu, haus," ujarku."Sekarang saja Sayang, nanti keburu
Bab 23 Rasakan!Wajah Mas Raka seketika berseri gembira, senyum melebar di mulutnya saat aku menyerahkan ATM yang isinya mungkin tak lebih dari 80 ribu itu.'Makan tu uang 80 ribu,' batinku sambil menyeringai penuh senyuman."Sayang, besok kita pulang ya," ujar Mas Raka."Loh Mas kok cepat?" tanyaku karena rencana kita liburan satu minggu tapi baru dua hari tiba-tiba saja Mas Raka minta pulang."Mm ini Sayang, Bos aku tadi telepon suruh aku cepat balik, ada urusan di luar kota yang harus aku selesaikan," kata Mas Raka. Cih bos katanya, palingan juga wanita binal simpanan dia itu sudah gatal pingin di nganu. "Maaf ya Sayang, liburan kita jadi kacau begini," ujar Mas Raka membelai pundakku, menatapku dengan mata elangnya lalu mendekatkan wajahnya hingga hidungnya hampir menyentuh hidungku."Awas Mas jangan gerak!" Plak..Sekuat tenaga aku tampar pipi Mas Raka hingga dia berteriak ," Adohai..," ujarnya dengan suara menggelegar ke seluruh ruangan."Haduh," kata Mas Raka sambil mengusap
Bab 24 Pov Raka"Maaf Pak saldo Anda 80 ribu bukan 1.5 M," ujar kasir yang membuatku membulatkan mataku seketika. Bagaimana mungkin?"Ini pasti ada yang salah Mbak, saldo saya tu 1M lebih, mana mungkin cuma 80 ribu," ujarku kesal pada gadis muda di hadapanku ini. Jelas-jelas waktu itu aku melihat saldo Hani 1.5 M, mataku masih normal untuk menghitung jumlah nolnya. "Hai Pak ada uang gak sih, sudah panjang ni antrinya, bikin susah orang saja," celetuk seorang ibu-ibu dibelakangku.Sungguh rasanya aku ingin menghilang sekarang juga, malu beib, mana Widya tak kira-kira lagi ambil belanjaanya, tas, sepatu, baju bermerk semua."Iya ni Mbak, suruh kebelakang sajalah, kita mau buru-buru ni," sambung pengunjung lainnya."Ibu-ibu tenang saja Saya punya uang kok, ini ada kesalahan dikit sama mesin atm di kasirnya," ujarku untuk meredakan malu."Bang, gimana sih, katamu uang istrimu iti banyak, kok cuma 80 ribu," ujar Widya tampak kesal."Beneran Sayang, aku lihat kok saldonnya itu 1.5 M, ma
Bab 25 Dukun Php"Ya itu lihat," ujar Widya menunjuk si twiter yang membuat mataku menuju ke arah telunjuk Widya.Seketika aku lemas, dadaku berdetak kencang dan tubuhku seperti tak bertenaga.Hah, hilang lagi si twiter? Tidak...______Widya masih tidur membelakangiku, aku mengerti dia pasti kesal, di saat mesin sudah panas dan siap berlayar malah kapalku karam duluan. Akupun tak habis pikir kenapa jadi begini, padahal aku sudah memenuhi persyaratan dari Nyi Bantar Angin."Sepertinya Dukun itu palsu," ujarku dengan masih memeluk guling. "Bodo amat, malas aku ngurusin. Kalaulah begini terus-terusan twiter Abang, lama-lama aku cari twiter lain," ujar Widya yang seketika membuatku merubah posisi menghadap kearahnya. "Gila kamu! Sudah mengandung anakku masih juga gatal, apa di otak kamu hanya enak-enak saja!" bentakku. Emosiku meluap- luap, dadaku panas dan sesak mendengar kata-kata Widya.Waraskah dia?"Aku normal Bang, aku juga butuh di nganu," ujarnya tanpa malu sedikitpun dan ent
"Ya itu lihat," ujar Widya menunjuk si twiter yang membuat mataku menuju ke arah telunjuk Widya.Seketika aku lemas, dadaku berdetak kencang dan tubuhku seperti tak bertenaga.Hah, hilang lagi si twiter? Tidak...______Widya masih tidur membelakangiku, aku mengerti dia pasti kesal, di saat mesin sudah panas dan siap berlayar malah kapalku karam duluan. Akupun tak habis pikir kenapa jadi begini, padahal aku sudah memenuhi persyaratan dari Nyi Bantar Angin."Sepertinya Dukun itu palsu," ujarku dengan masih memeluk guling. "Bodo amat, malas aku ngurusin. Kalaulah begini terus-terusan twiter Abang, lama-lama aku cari twiter lain," ujar Widya yang seketika membuatku merubah posisi menghadap kearahnya. "Gila kamu! Sudah mengandung anakku masih juga gatal, apa di otak kamu hanya enak-enak saja!" bentakku. Emosiku meluap- luap, dadaku panas dan sesak mendengar kata-kata Widya.Waraskah dia?"Aku normal Bang, aku juga butuh di nganu," ujarnya tanpa malu sedikitpun dan entah kenapa aku baru