ab 13 Mati Kutu "Katanya Mas kalau sudah begini sampai kapanpun gak akan sembuh, tetap mengkeret." "A-apa, maksudnya si twiter?" "Ya anu Mas, maksudnya ya si twiter tetap akan tidur malah semakin lelap," ujarku santai tiada beban.Wajah Mas Raka pucat, bibirnya gemetar dan sesaat kemudian pingsan.Haha rasain kamu Mas aku kerjain.Aku tersenyum puas setelah sukses mengerjain Mas Raka. Kini giliran rencana selanjutnya._____Mas Raka tersadar setelah aku ngasih minyak angin di hidungnya."Syukurlah Mas sudah bangun?" ujarku saat melihat Mas Raka membuka matanya. Wajahnya tampak penuh beban seperti tadi."Apa kamu gak ada solusi Sayang, biar si twiter gak tidur terus?" tanya Mas Raka dengan suara lemah dan berat.'Gampang sih Mas, tinggal aku beri mantra penawarnya, hilang deh tu pengaruh mantranya. Tapi keenakan kamu dong nanti main kapal-kapalan terus sama wanita murahan itu, lagi pula aku juga belum puas ngerjain kamu,' aku membatin."Mm bentar ya Mas, aku mikir dulu," ujarku pura
"Iya Mbah, saya Hani." "Saya dengar.." "Udah Mbah, ngomongnya nanti aja," ujarku memotong ucapan Mbah dukun dan menariknya ke dalam.______Sesampainya di dalam rumah"Ini Mbah suami saya," ujarku menunjuk pada Mas Raka yang masih anteng duduk di sofa.Bersamaaan dengan itu muncul si pelakor yang sumpah ingin ku lenyek-lenyek dan ku cabaiin mukanya itu. Di tanganya menenteng plastik bertuliskan nama sebuah klinik.'Syukurin, pasti mules tu perutnya,' batinku dan tak lupa tertawa jahat."Lo siapa?" tanya Widya. Benar- benar tak ada aklak ni bocah.Mbah Dukun yang mirip Pak Raden itu memandang sekilas ke arahku," dia itu adik suami saya Mbah," ujarku."Ouh, cantik wajahnya tapi tak cantik hatinya," ujar Mbah Raden yang membuat mata Widya melotot seperti hendak lepas."Hati- hati dia Dukun, nanti di kutuk kamu jadi kodok," bisikku yang membuat Widya terdiam."Jadi apa yang bisa saya bantu?" tanya Mbah Dukun itu pada Mas Raka."Mm anu Mbah, twiter saya..," kata Mas Raka menjeda ucapann
"Hai wanita songong, apa-apain sih kamu pakai bawa lelaki gak jelas segala ke rumah ini," ujar Widya dengan suara menggelegar ke seluruh ruangan.'Memangnya kenapa, takut perselingkuhan kalian terbongkar terus aku viralin?!' batinku.Coba saja aku bilang begitu pasti pucat wajah si Widya dan Mas Raka."Heh Widya cukup ya, kamu tu benar- benar gak ada sopan santunnya sama orang tua, orang tua kamu gak pernah ajarin kamu sopan santun ya. Ouh iya lupa, ibu kamu kan kabur sama pria lain sebab tak puas dengan Papa kamu. Pantaslah anaknya seperti ini, buah jatuh tak jauh dari pohonnya," ujarku yang sudah tak bisa menahan emosiku lagi.Dulu memang Mas Raka pernah cerita tentang ibu kandung Widya yang ninggalin Widya dan Papanya karena alasan tak puas di nganu. Cih pantes punya anak juga gatalnya sampai langit ke tujuh."Berani kamu ya lawan aku sekarang," ujar Widya. Tanganya siap menamparku. Namun, segera ku tangkap."Dengar ya, bocah tak ada akhlak. Aku diam bukan berarti selama ini taku
agi harinya"Mana sarapan?" tanya Widya seperti biasa. Aku memang sengaja menyiapkan sepiring nasi goreng da segelas juss yang tentu saja untuk diriku sendiri karena Mas Raka masih meringkuk dan tak mau kerja."Kamu nanya aku?" "Ya iyalah dasar geblek.""Maaf ya, kamu kan punya tangan jadi kalau mau sarapan ya kamu buat saja sendiri," ujarku santai sambil makan nasi goreng."Awas kamu ya, aku adukan kamu ke abangku. Biar kamu di cerai!" Aku hanya meliriknya sekilas," malah Abangmu tu yang merengek semalaman minta agar aku tak menceraikan dia," ujarku."Apa katamu, gak mungkin ya Abangku seperti itu apalagi sampai memohon seperti itu. Abangku itu ganteng pasti banyak kok perempuan yang mau sama dia, jadi kamu jangan GR," ujar Widya."Itu kalau twiter dia gak bobok terus kek gitu, kakau gitu ya perempuan ogah. Wong gak ada bedanya laki sama perempuan."Selesai berkata begitu aku pergi meninggalkan meja makan, kuatir jika selera makanku hilang karena mual melihat wajah menjijikkan si W
Aku menautkan alisku," maksudnya Mas?" "Dia hamil, dan entah lelaki mana yang menghamilinya!" "Hamil, kok bisa bukanya twiter Mas masih bobok?"ujarku meluncur begitu saja.Ini mulut kenapa ember sih?"Maksudku kan Widya masih gadis Mas kok bisa hamil?" ujarku setelah Mas Raka menatap horor padaku."Memang masih gadis tapi entah sudah berapa lelaki yang menidurinya, murahan!" murka Mas Raka.Uluh-uluh kek dia gak ikut nyicip aja, bahkan lebih kenyang."Beneran kamu hamil?" tanyaku pada Widya."Mbak, tolong aku Mbak! Jangan biarkan Bang Raka mengusirku, aku mau tidur dimana Mbak," ujar Widya tergugu. Entah akting atau beneran."Mas, apa gak bisa kamu tolerin perbuatan si Widya, kita tanya baik-baik saja Mas, siapa lelaki yang menghamili Widya lalu kita nikahkan dia," ujarku mencoba membujuk Mas Raka."Gak! Aku gak sudi menerima kotoran yang di lempar di wajahku. Biar saja dia jadi gelandangan di luar sana," ujar Mas Raka tanpa menatap Widya. Entahlah sepertinya dia enggan menatap wajah
Widya," panggilkku dan Widya segera menoleh ke arahku."Maaf ya Mbak gak bisa bujuk Abangmu, ini ambil saja untuk kamu cari tempat kos," ujarku memberikan sejumlah uang."Terima kasih Mbak," ujarnya sendu.Aku yakin jika aku cerita sama Tary, si kampret itu tak akan berhenti memakiku karena telah menolong pelakor dalam rumah tanggaku dan juga musuh bebuyutanku sendiri."Iya, nanti kalau ada apa-apa kamu hubungin Mbak ya," ujarku.Entah aku ini waras atau tidak perduli pada Widya padahal jelas-jelas dia ini pelakor dan perusak rumah tanggaku. Aku yakin kalau berita ini tersebar di kalangan Mak-mak KBM mereka pasti pada bilang aku oon.Ck mereka tak tahu saja rencana Hani, kalau terbukti ternyata mereka itu cuma akting aku akan bertindak lebih kejam dari santet twiter bobok yang aku kasih ke Mas Raka.___"Kamu dari mana?" tanya Mas Raka penuh selidik saat aku masuk ke dalam rumah."Dari depan Mas, lihat Widya." "Ngapain lihat-lihat dia, gak penting!" ketus Mas Raka."Kasihan Mas,dia tu
"Yang menghamili aku..." "Siapa Wid?"ujarku membujuk. "Abang." Mataku membulat tajam mendengar itu, walaupun itu sudah ku sangkakan sebelumnya, tetap saja aku terkejut mendengarnya. "A-abang?" Anehnya bukannya menanggapi ucapanku, justru Widya bergerak dengan cepatan mengambil tas dan tampak- tampak buru-buru berdiri."Mbak aku pergi dulu, nanti kapan-kapan aku hubungi Mbak," ujar Widya kemudian pergi meninggalkan aku tanpa sempat aku menjawab."Loh, Wid," ujarku masih kaget. Namun, Widya tampak setengah berlari meninggakkan cafe.Aku tersentak saat merasakan seseorang menyentuh bahuku. "Sayang, kamu ngapain di sini?" tanya Mas Raka yang tiba-tiba saja ada dibelakangku. Apa ini yang membuat Widya tadi pergi dengan buru-buru dan maksud kata 'Abang' tadi adalah reaksinya karena kaget melihat kehadiran Mas Raka."Sayang kok bengong?" tanya Mas Raka lagi mungkin setelah beberapa saat aku bengong dan tak menjawab ucapannya."A-a-aku tadi pingin makan ayam bakar Mas, sudah lama kamu
Beberapa saat setelah Mas Raka pergi."Hoii kampret kenapa gak bilang ada suami Lo, lama Gue nunggu di sana, dah kek obat nyamuk aja Gue," ujar Tary.Aku memang menghubungi Tary tadi untuk jaga-jaga kalau-kalau si Widya brengs*k itu buat sesuatu padaku. "Ya aku juga gak tahu kok ada Mas Raka di sini," jawabku. Selama ini memang Mas Raka tak pernah tahu aku punya teman setajir Tary. Bisa terbongkar kedokku kalau sebenarnya aku adalah anak orang kaya yang bahkan suamiku sebenarnya juga bekerja di perusahaaan Papaku."Lo tumben cuma makan ayam, sudah miskin Lo," ujar Tary. Si kampret ini suka sekali ngeledek."Diam Lo kampret, kalau aku pesen makanan yang biasa kita makan bisa pingsan tu laki, takut duitnya habis," ujarku.Tary hanya ngakak mendengar ucapanku."Tadi Lo lihat Widya kan?" "Lihat," jawab Tary."Gimana menurut Lo?" "Baik, tangannya masih dua, kulitnya masih mulus beda sama Lo yang udah sedikit kusam dan itu ya ampun.. kenapa muka Lo berjerawat beib?" ujar Tary menunjuk sa
Bab 41 Ancaman BaruPov Hani"Is itu laki lo ngapain sih, ganggu aja!" ujar Tary kesal. Bagaimana tidak, sejak pertama datang sampai sekarang Mas Raka tak henti-hentinya meneleponku.Aku tahu dia cemburu melihat Dave yang menggandengku di lif tadi, tambah lagi saat meeting tak henti-hentinya Dave menggoda dan melirikku. Entah bagaimana hati Mas Raka saat ini? Rasakan kau Mas, memang kamu saja yang bisa nyakitin."Entah nelepon, ngirim pesan melulu, aku rasa dia miikir aku sama Dave sekarang, makanya dia sibuk nanya aku kemana," jawabku.Saat ini aku dan Tary sedang berada di sebuah Cafe untuk menunggu Cecil, adik perempuanku. Sudah beberapa hari ini dia menelepon dan menghubungiku dan membuat Mas Raka cemburu dan menuduhku selingkuh. Cih dia pikir aku sampah macam dia apa, yang tak tahu dosa hingga melanggar norma-norma berumah tangga. Aku memang sudah tak cinta lagi sama Mas Raka, aku pertahanin rumah tangga juga hanya untuk balas dendam. Tapi, aku tak akan menjalin hubungan sebe
Bab 40 Diblokir[Buka video ini, biar Lo sadar!] Tanpa pikir panjang aku tekan tanda play pada video tersebut.Begitu video terputar, jantungku serasa berhenti berdetak, darahku membeku seketika.Di video itu aku melihat Widya sedang enak-enak dengan seorang pria yang wajahnya tak aku kenali karena tak begitu jelas bagian wajahnya."Bajin*an! Pelacur! Perek! Jadi ini kelakuannya di belakangku, anj *ng!" seruku penuh emosi. Kalau saja Widya, bocah edan itu sekarang ini ada di hapapanku, sudah tak cabik-cabik wajahnya, kutendang dan kuremas-remas mulutnya yang kalau berucap semanis gula itu.AwwAku berteriak sambil meremas rambutku karena emosi, begitu bodohnya aku terlalu percaya pada mulut manisnya hingga hidupku gini hancur.Istriku yang dulu penyayang dan penurut sekarang berubah, duit tabungan hsbis juga demi dia, sekarang seperti ini kelakuannya padaku."Awas kamu Widya!" Umpatku. Aku berjalan keluar dengan terburu-buru, dadaku seperti meledak-ledak, kepalaku panas dan mau pec
Bab 39 Baru saja aku akan merebahkan tubuhku tiba-tiba ada pesan masuk dari nomor tak aku kemali.[Dasar bodoh! Kamu pikir anak yang dikandung Widya itu anakmu!] Hah! Apa-apaan ini benarkan anak di kandungan Widya bukan anakku, lalu anak siapa?[Kamu siapa?] balasku pada orang yang mengirimkan pesan padaku.[Salah satu pelanggan Widya]jawab orang itu yang hampir membuat dadaku sesak, jantung tak berhenti berdetak dan napasku sesak.Apa-apaan ini, pelanggan apa?[Lo kalau bacot jangan asal ya! Lo pikir adik Gue wanita apaan, perek, pelacur atau cewek yang suka open BO. Hah?!] ujarku penuh emosi dengan dada yang meledak-ledak dan napas yang tersengal seperti orang asma.[Dasar bodoh, pantaslah yang Lo dapat juga sampkah, otak Lo aja macam sampah, pantaslah Hani juga selingkuh, capek ngadepin pria begok ke Lo] Membaca ini benar-benar membuat tensi darahku naik sampai di atas 150. Kepalaku panas dadaku sesak membacanya dan dengan emosi meledak-ledak kutekan tanda calling."Hai, anjjin
"Abang pikirlah sendiri!" Percakapan berhenti sampai di sini karena aku harus buru-buru ke kantor, barusan Pak Hans memberi peringatan kalau aku tak ikut meeting, aku akan dipecat.Enggak, aku gak mau dipecat.________Aku berjalan cepat masuk ke lif, waktu meeting tinggal beberapa menit lagi. Namun, sesampainya di lif."Heh! Lepas! Enak aja main-main pegang, ini istri Saya," kataku emosi saat melihat Dave memegang tangan Hani.Dasar setan, kemana-mana selalu ada."Lah apa urusan kamu!" kata Dave datar membuatku kupingku panas mendengarnya. Butakah dia? Apa dia lupa aku ini siapa, suami mana yang rela tangan istrinya di pegang-pegang begitu."Kamu buta ya, apa kamu lupa aku ini siapa, dasar lelaki murahan. Pebinor,"cibirku.Bukanya menanggapiku, Dave malah tersenyum menatap Hani dan kesalnya Hanipun menanggapinya."Sini kamu!" ujarku menarik tangan Hani. Sakit sekali rasanya melihat mereka saling tatap dan saling melempar senyum begitu."Apaan sih, lepas!" seru Hani jutek sambil me
Bab 40 Diblokir[Buka video ini, biar Lo sadar!] Tanpa pikir panjang aku tekan tanda play pada video tersebut.Begitu video terputar, jantungku serasa berhenti berdetak, darahku membeku seketika.Di video itu aku melihat Widya sedang enak-enak dengan seorang pria yang wajahnya tak aku kenali karena tak begitu jelas bagian wajahnya."Bajin*an! Pelacur! Perek! Jadi ini kelakuannya di belakangku, anj *ng!" seruku penuh emosi. Kalau saja Widya, bocah edan itu sekarang ini ada di hapapanku, sudah tak cabik-cabik wajahnya, kutendang dan kuremas-remas mulutnya yang kalau berucap semanis gula itu.AwwAku berteriak sambil meremas rambutku karena emosi, begitu bodohnya aku terlalu percaya pada mulut manisnya hingga hidupku gini hancur.Istriku yang dulu penyayang dan penurut sekarang berubah, duit tabungan hsbis juga demi dia, sekarang seperti ini kelakuannya padaku."Awas kamu Widya!" Umpatku. Aku berjalan keluar dengan terburu-buru, dadaku seperti meledak-ledak, kepalaku panas dan mau pec
Bab 40 Diblokir[Buka video ini, biar Lo sadar!] Tanpa pikir panjang aku tekan tanda play pada video tersebut.Begitu video terputar, jantungku serasa berhenti berdetak, darahku membeku seketika.Di video itu aku melihat Widya sedang enak-enak dengan seorang pria yang wajahnya tak aku kenali karena tak begitu jelas bagian wajahnya."Bajin*an! Pelacur! Perek! Jadi ini kelakuannya di belakangku, anj *ng!" seruku penuh emosi. Kalau saja Widya, bocah edan itu sekarang ini ada di hapapanku, sudah tak cabik-cabik wajahnya, kutendang dan kuremas-remas mulutnya yang kalau berucap semanis gula itu.AwwAku berteriak sambil meremas rambutku karena emosi, begitu bodohnya aku terlalu percaya pada mulut manisnya hingga hidupku gini hancur.Istriku yang dulu penyayang dan penurut sekarang berubah, duit tabungan hsbis juga demi dia, sekarang seperti ini kelakuannya padaku."Awas kamu Widya!" Umpatku. Aku berjalan keluar dengan terburu-buru, dadaku seperti meledak-ledak, kepalaku panas dan mau pec
Bab 39 Baru saja aku akan merebahkan tubuhku tiba-tiba ada pesan masuk dari nomor tak aku kemali.[Dasar bodoh! Kamu pikir anak yang dikandung Widya itu anakmu!] Hah! Apa-apaan ini benarkan anak di kandungan Widya bukan anakku, lalu anak siapa?[Kamu siapa?] balasku pada orang yang mengirimkan pesan padaku.[Salah satu pelanggan Widya]jawab orang itu yang hampir membuat dadaku sesak, jantung tak berhenti berdetak dan napasku sesak.Apa-apaan ini, pelanggan apa?[Lo kalau bacot jangan asal ya! Lo pikir adik Gue wanita apaan, perek, pelacur atau cewek yang suka open BO. Hah?!] ujarku penuh emosi dengan dada yang meledak-ledak dan napas yang tersengal seperti orang asma.[Dasar bodoh, pantaslah yang Lo dapat juga sampkah, otak Lo aja macam sampah, pantaslah Hani juga selingkuh, capek ngadepin pria begok ke Lo] Membaca ini benar-benar membuat tensi darahku naik sampai di atas 150. Kepalaku panas dadaku sesak membacanya dan dengan emosi meledak-ledak kutekan tanda calling."Hai, anjjin
Bab 38 Pov Raka"Apa-apaan ini, jadi kamu sengkongkol ingin memerasku?! ujarku dengan nada penuh emosi dan menatap tajam pada Widya. Kalau tak salah dengar tadi aku dengar sayup -sayup dia menyebut nama Hari.Widya balik menatap tajam ke arahku."Abang waras?" "Dasar bocah sinting, ya waras lah," jawabku kesal."Ya kalau waras harusnya kan bisa mikir, mana mungkin aku mau menyebar bau busuk badanku sendiri, sama saja buat malu diri sendiri," ujar Widya jutek."Maksudnya?" tanyaku kurang paham dengan kata-kata Widya yang menurutku berbelit-belit. "Abang lama-lama ketularan Hani deh, oonnya," ketus Widya."Jangan bawa-bawa Hani deh, jawab saja!" Entah kenapa ada yang nyeri di dalam sini ketika Widya menghina Hani, rasanya aku tak terima istriku di hina seperti itu."Loh kok sekarang kok Abang belain nenek lampir itu, jangan bilang Abang cinta dengannya?" cerca Widya menatap tajam ke arahku.'Orang aneh masa iya, suka sama istri sendiri dilarang.'"Heh! Kenapa bengong!" Aku hanpir
Bab 37 Rasakan! Pov Widya"Gimana aktingku, bagus kan?" tanya Hari setelah Mas Raka pergi."Bagus apaan! Lembek gitu," ketusku."Yang penting kan kita berhasil mengeruk uang si Raka," ujar Mas Hari."Belum berhasil, duitnya aja belum balik kok. Aku mau duitku yang di tileb sama dia itu dia kembalikan. Enak saja, rumah milik Papaku, dia yang habiskan uangnya. Entah-entah dia kasihkan istrinya," ocehku."Tenang Sayang aku pasti bantu kok," kata Hari sambil menoel bokongku.Aku kenal dengan Hari sebenarnya cukup lama, Bang Raka yang memperkenalkan aku dengan Hari waktu itu saat aku di ajak ke pesta sahavatnya. Sejak saat itu hubungan kami cukup dekat.Hingga beberapa hari yang lalu.[Mas, kita ketemuan ya!] pintaku.[Tumben kamu ngajak aku ketemuan]jawab Hari. Sudah lama Hari mengejarku bahkan terang-terangan bilang suka padaku. Tapi, aku enggan menanggapinya. Wajah Hari yang jauh dibawah standartku dan juga sepertinya dari segi perekonomian dia juga gak jauh-jauh dari Abangku menjadi