Share

Soul the Assistant
Soul the Assistant
Author: Affad DaffaMage

1. The Lab

last update Last Updated: 2021-10-08 19:40:50

Siang itu, matahari terik menembus kulit sawo matang serta rambut hitam panjang yang dibiarkan tergerai milik perempuan dengan tinggi 150 cm itu. Rencananya untuk tidur siang hari itu harus dia tunda karena adanya pertemuan teknis terkait lab program. Sebagaimana yang pernah dia dengar dari teman-teman satu fakultasnya, lab ini termasuk lab paling susah karena silabusnya seperti membuka jurang kehancuran. Jangan terkejut jika lab ini akan dihadapi sampai tiga kali selama kuliah, karena standar kelulusannya yang seperti langit dibandingkan lab yang lain di fakultasnya, fakultas elektro dan informatika.

Tentu saja, itu membuatnya ragu untuk menjalani lab ini. Sebagai seorang mahasiswa salah jurusan, dia tentu ingin segera mengambil SBMPTN dan hengkang dari jurusan yang membuat pengalaman kuliahnya seperti neraka. Seluruh pendidikannya selama SMA tidak berarti apa-apa saat dia melangkahkan kaki ke tempat ini. Bahkan, otaknya yang tergolong encer dibandingkan teman-temannya saat SMA terasa kosong setelah menginjakkan kaki ke tempat ini.

Nuriya!” Perempuan itu menolehkan kepalanya ke sumber suara. Seorang perempuan dengan jilbab putih dengan tinggi 10 cm lebih tinggi daripada perempuan yang dipanggil Nuriya tampak menyusulnya.

Alisa!” sapa Nuriya. Perempuan yang dipanggil Alisa mensejajarkan posisinya dengan Nuriya.

Kamu siap buat praktikum?” tanya Alisa. Nuriya menggelengkan kepalanya. Alisa menghela nafas berat.

Aku juga,” komentar Alisa melihat respons dari Nuriya. Rumor tentang lab program sudah terlalu cepat menyebar di kalangan mahasiswa baru, dan yang paling membuat mereka tidak yakin akan kuat menjalaninya adalah rumor tentang salah satu asisten labnya. Asisten lab paling keras, tidak mengenal salah ketik atau salah tulis, dan nggak akan ragu-ragu memberikan tugas yang diluar ekspektasi seorang mahasiswa baru. Masalahnya, mereka tidak tahu orangnya yang mana dan asisten lab hampir tidak pernah memperkenalkan diri dengan nama asli mereka.

Mereka berjalan hingga akhirnya mereka berada di depan ruangan besar semacam aula. Dua sekawan itu segera memasuki ruangan itu dan di sana sudah ada lumayan banyak mahasiswa baru, dan juga beberapa mahasiswa lama, yang berada di ruangan itu. Dua belas orang laki-laki dan empat perempuan juga tampak sibuk di depan panggung mempersiapkan perlengkapan untuk pertemuan teknis ini. Pakaian lab mereka yang berwarna biru dongker dengan tulisan X106 – Programming Lab menunjukkan identitas mereka.

Nuriya menatap ke jam tangannya. Jam 01:24 terpampang jelas di jam tangannya. Masih ada 6 menit sebelum pertemuan teknis dimulai. Satu-satunya kebaikan lab ini adalah kita bisa telat dan masih bisa absen saat pertemuan teknis. Namun, kita tidak bisa melakukannya saat praktikum. Telat semenit dan katakan saja ‘selamat bertemu semester depan’.

Nuriya mengambil posisi duduk di baris terdepan di ruangan itu dan mempersiapkan alat tulis serta catatannya. Dia tidak ingin melewatkan informasi-informasi penting yang mungkin saja menyelamatkannya dari mengulang lab yang konon katanya terkutuk ini. Disampingnya, Alisa meletakkan badannya dan seperti Nuriya, dia mempersiapkan alat tulis dan catatannya.

6 menit berlalu dan ruangan itu ditutup oleh salah satu asisten yang keluar untuk menghindari suara melemparkan diri keluar ruangan. Seorang laki-laki naik ke atas panggung dan dia membuka pertemuan siang itu.

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh!”

Wa’alaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh!” jawaban massal dari ruangan itu menggema keras.

Selamat siang!”

Siang!” dan Nuriya merasa telinganya akan terluka dengan jawaban keras itu.

Baiklah. Siang ini saya akan memberikan peraturan teknis tentang Praktikum Pemrograman Dasar. Mas Shadow, tolong PPT nya,” ucap laki-laki yang memimpin pertemuan itu. Seorang laki-laki dengan kulit yang agak gelap mulai menekan PPT nya dan selama 30 menit, mereka mendengarkan semua peraturan terkait praktikum yang akan mereka ambil mulai minggu selanjutnya. Semuanya standar seperti bagaimana sebuah praktikum seharusnya. Hanya toleransi telat ditiadakan. Laporan pre-lab lumayan banyak dibanding lab-lab semester atas. Asistensi kontak maksimal H+3. Asistensi maksimal H-1 praktikum selanjutnya. Tim bisa dilihat di mading X-106. Ada beberapa pertanyaan kecil terkait laporan, tetapi tidak ada yang bertanya terkait nama. Konon, menanyakan nama mereka adalah hal sia-sia. Kita harus kenal mereka di luar dari interaksi lab, sepertinya.

Apakah ada pertanyaan lagi?” tanya laki-laki itu. Namanya saja tidak tahu dari awal hingga akhir. Tempat itu hening selama sekitar 5 menit sebelum laki-laki itu memutuskan tidak ada pertanyaan dan mencukupkan pertemuan siang itu.

Nuriya, Alisa dan ratusan mahasiswa lainnya keluar dari ruangan itu. Tempat yang mereka tuju pertama kali adalah tempat dimana daftar nama mahasiswa dan timnya ditempelkan, mading X-106.

Setibanya di tempat itu, mereka berdempetan dengan mahasiswa lain untuk dapat melihat tim mereka. Ada yang mengambil foto daftar itu untuk dimasukkan ke grup angkatan, tapi mereka tetap saja penasaran. Setelah sekitar 15 menit berdempetan, kerumunan itu akhirnya bubar dan mereka dapat mendekati daftar itu dan mencari nama mereka.

Soul_M_Vermillion

Nuriya Alyadiva (1)

Alisa Amelia (1)

Ryanho Aristo (1)

Phaelus Harst (1)

Muhammad Aybe (1)

Ilham Muhammad (3)

Nirmala Putri (3)

Lesmana Tri Ayu (5)

Reza Kabir (5)

Itu yang mereka temukan. Tidak seperti lab lain, lab ini menuliskan nama setiap anggota dan semesternya. Tidak diketahui alasannya mengapa. Oh, dan nama paling atas itu adalah nama asistennya. Sepertinya mereka sedikit beruntung dengan keberadaan Aybe dan Phaelus, duo jenius angkatan mereka.

Sial, dapat Mas itu. Bisa ngulang lagi,” keluhan seorang laki-laki menembus telinga mereka. Mereka menoleh ke belakang mereka, yang merupakan arah sumber suara, dan menemukan seorang laki-laki dengan tinggi sekitar 180 cm, yang memiliki penampilan garang dan juga pakaian jaket BEM yang dia kenakan.

Ah, Mas Reza,” ucap Alisa saat dia menyadari kehadiran seniornya, lalu Nuriya dan Alisa membungkuk sopan. Laki-laki yang memiliki nama Reza itu tidak terlalu mengacuhkan mereka dan segera mengambil foto di papan. Tanpa mempedulikan keberadaan dua juniornya, laki-laki itu segera hengkang dari tempat itu. Keduanya tidak berani bersuara, karena laki-laki itu cukup galak saat mereka ospek diawal semester dulu. Sebelum mereka beranjak menjauh setelah kakak tingkat mereka hengkang, seorang perempuan berpakaian syar’i dengan tinggi sepantaran dengan Alisa mendekati papan itu.

Dik, kalian dapat siapa asistennya?” tanya perempuan itu. Sepertinya pakaian hitam putih yang mereka kenakan, yang merupakan wajib maba, membuat perempuan itu mudah menyimpulkan mereka sebagai junior. Mereka membungkuk sebelum menjawab.

Soul M Vermillion Mba,” ucap Alisa mewakili Nuriya yang enggan berbicara. Perempuan itu tampak terkejut. Dia lalu menatap sekilas ke daftar pengumuman lalu ke arah mereka.

Wah, kebetulan banget! Nyari angkatan kalian yang dapat Mas itu aku... Oh ya, jangan membungkuk sama aku, kita ga jauh-jauh beda kok. Aku juga sama Mas Soul,” ucap perempuan itu girang, “ah iya, perkenalkan namaku Nirmala Putri. Panggilannya Putri. Aku mahasiswa semester 3,” lanjutnya memperkenalkan diri dengan kegirangan yang mereda.

Saya Alisa Amelia Mba, ini Nuriya Alyadiva,” ucap Alisa memperkenalkan keduanya. Putri tersenyum, lalu dia mengeluarkan smartphone miliknya.

Bisa minta kontak kalian? Sama teman-teman kalian yang ikut Mas Soul juga,” tanya Putri dan Alisa mengangguk. Dia memberikan kontaknya dan kontak Nuriya serta kontak Ryanho, Phaelus dan Aybe yang dia simpan dari grup angkatan kepada Putri.

Nanti kakak buatin grupnya. Ini belum ketemu Mas Reza sama-” ucapan itu terpotong oleh kehadiran seorang perempuan yang tingginya mendekati 180 cm. Dia memakai gamis panjang berwarna hijau dengan jilbab berwarna senada.

Mba Lesmana!” teriak Putri melihat kehadiran perempuan itu. Perempuan yang dipanggil Lesmana berpelukan dengan Putri sebentar sebelum melepaskannya.

Mba, bisa minta kontak Mas Reza buat lab?” tanya Putri langsung ke poin. Lesmana tersenyum lalu menyerahkan kontak laki-laki itu. Setelah bertukar kontak, Lesmana menatap ke dua juniornya yang membungkuk sesopan mungkin.

Nggak perlu segitunya kok Dik,” ucap Lesmana lembut kepada mereka. Dua juniornya mengangguk sesopan mungkin.

Mereka sudah diundang?” tanya Lesmana kepada Putri. Putri menganggukkan kepalanya.

Sudah Mba. Tapi apa ya, kalau sama Mas ini lagi rasanya pengen drop praktikumnya aja,” keluh Putri. Nuriya mengangkat sebelah alisnya, kenapa semua seniornya seperti enggan berurusan dengan asisten satu ini. Setidaknya dia tahu asisten-asisten yang ada di ruangan tadi, meski tidak menyebut nama mereka, sangatlah baik dan enak diajak bertanya dan tidak terlalu keras.

Berprasangka baiklah kepada Allah SWT Dik. Kekuatan-Nya lah tempat kita bergantung,” jawab Lesmana. Alisa dan Nuriya menyimpulkan kalau Lesmana, atau mereka menyebutnya Mba Lesmana, adalah anak rohis.

Masnya sudah balik dari luar negeri Mba? Kata Mas Akbar terakhir masih keluar negeri,” tanya Putri lagi. Lesmana menggelengkan kepalanya.

Masnya belum balik yang ku tahu Dik. Sepengetahuanku dia justru sedang studi di sana. Makanya aku juga sedikit bingung karena namanya ada di sini,” jawab Lesmana. Putri menghembuskan nafas.

Semoga ganti yang lain, kalau bisa Mas Pika Pika aja,” ucap Putri lagi, “enak kalau Mas Pika soalnya,” lanjutnya. Lesmana hanya tersenyum.

Kami permisi dulu kak,” ucap Alisa mewakili Nuriya dan dirinya sendiri. Putri dan Lesmana mengangguk.

Hati-hati Dik, Assalamu’alaikum,” balas mereka.

Wa’alaikumussalam kak,” jawab Alisa dan Nuriya, kompak.

Related chapters

  • Soul the Assistant   2. The Task

    (Putri menambahkan Alisa, Nuriya, Ryanho, Phaelus, Aybe, Lesmana, Reza, dan Ilham ke obrolan)(Hari ini 19:24)Putri : Assalamu’alaikum.Alisa : Wa’alaikumussalam Mba.Nuriya : Wa’alaikumussalam Mba.Ryanho : Wa’alaikumussalam Mba.Lesmana : Wa&

    Last Updated : 2021-10-08
  • Soul the Assistant   3. The Pre-Praktikum

    Jika kamu pernah membayangkan bagaimana rasanya mengerjakan berlembar-lembar kertas menulis tanpa ada satu tulisan salah, maka sebaiknya buang jauh-jauh bayangan itu. Dia adalah mimpi, dan mimpi dapat melingkup ke dunia nyata. Inilah yang sekarang dirasakan oleh Nuriya.Dia teringat perbincangan singkatnya dengan kakak sepupunya yang baru lulus beberapa bulan silam. Saat itu, dia bingung memilih jurusan dan kakaknya mengusulkan informatika kepadanya. Dan entah apa yang membuatnya berminat mengambil jurusan IT ini. Oh dia sangat menyesal sekarang.Masalahnya, kalau penyesalan di depan namanya pendaftaran.“

    Last Updated : 2021-10-08
  • Soul the Assistant   4. Sepupu

    “Jangan telat praktikum, sepupu,” ucapan itu adalah satu-satunya hal yang mereka dengar dari laki-laki berdarah dingin itu. Tidak ada nada perasaan, tidak ada emosi. Namun, kalimat akhir dari laki-laki itu mengejutkan mereka.“Sepupu?” ucap Aybe dengan nada sedikit terkejut. Laki-laki itu meninggalkan mereka tanpa memberikan komentar yang lain, sementara Putri tampak membeku. Phaelus menatap bingung ke arah Putri dengan tatapan tidak percaya.“Kakak... sepupu dengan masnya?” tanya Phaelus setelah laki-laki itu sudah menghilang dalam keramaian kantin mereka berada. Putri hanya mengangguk lemah. Ilham tampak tidak senang dengan perlakuan oleh laki-laki ta

    Last Updated : 2021-10-08
  • Soul the Assistant   5. The Asistensi

    “Ryan, kamu di mana? Sudah dekat waktunya lho!” teriak Alisa lewat teleponnya. Nuriya hanya tersenyum kecil melihat sikap Alisa yang emosi. Phaelus geleng-geleng kepala. Sudah 10 menit mereka menunggu dua asisten yang menggantikan Hamid.“Ryan sudah biasa telat,” komentar Aybe datar saat dia membuka laptop.“Tetap saja, nggak baik kalau telat,” tanggap Ilham. Terdengar kaki berlari ke tempat itu dan ternyata itu Ryan.“Akhirnya. Kamu kemana saja?” tanya Alisa ketus.“

    Last Updated : 2021-10-08
  • Soul the Assistant   6. Luka Masa Lalu

    Kamis sore, Mas Reza mengundangku dan anggota lainnya di kelompok praktikum untuk bertemu di sebuah cafe. Jujur saja, Mas Reza sekarang lebih terbuka dibanding saat kami pertama mulai praktikum. Memang, dia agak kasar, tetapi dia sangat baik.“Jadi, kemarin aku meminta informasi ke Mas Sadim, tetapi dia hanya memberikan petunjuk yang tidak jelas. Petunjuknya 5, Nikah, dan Pesawat.”Aku merenungkan kalimat dari Mas Reza. Apa yang terjadi?“

    Last Updated : 2021-10-18
  • Soul the Assistant   7. Affa si Arrow

    “Mas Affa ya?” gumamku saat aku menggosok gigiku. Setelah mempersiapkan diri untuk kuliah hari ini, aku bergegas ke kampus.Jam menunjukkan 10:25 saat aku tiba di kampus. Aku bergegas menuju ruangan kuliah Fisika 1. Untungnya aku kelas jam 10:30, sehingga punya waktu untuk mempersiapkan diri untuk kuliah perdana. Aku membuka diskusi grup yang aku tinggalkan setelah aku tertidur tadi malam saat aku tiba di rumah. Aku tidak sekelas dengan Alisa di Fisika 1. Dia kelas pagi.Reza : “Hei semuanya! Berita bagus! Si Soul bakal sibuk minggu depan!”Lesmana : “En

    Last Updated : 2021-10-19
  • Soul the Assistant   8. Yang Tidak Didengarkan

    “Telah terjadi ...”Laki-laki itu mematikan suara dari berita televisi. Dia kembali menatap ke sekumpulan catatan miliknya yang berserakan di mejanya. Gambar sebuah pesawat, sekumpulan daftar nama dan beberapa coretan dengan berbagai gambar serta grafik di dalamnya.“Sepertinya kali ini tidak akan lama dengan lokasi demikian, apalagi dunia masih mengamati kita,” komentar laki-laki itu seraya membenarkan posisinya duduk di salah satu kursi di ruangan itu. Dia lalu menerima sebuah telepon dari seseorang.“Selamat sore?” tanya laki-laki itu seraya men

    Last Updated : 2021-10-20
  • Soul the Assistant   Special: Arrow

    Aku menyimpan sekumpulan kertas yang berisi laporan tentang maintenance dari motorku. Katakan aku aneh, namun aku memiliki kebiasaan untuk mencatat setiap bagian rusak dan perbaikan dari motorku. Kebiasaan yang aku dapatkan dari terlalu banyak menonton kanal informasi tentang perawatan benda raksasa yang terbang di langit, pesawat terbang.“Mas Arrow, Sudah selesai dengan tugas kuliah Artificial Intelligence?” pertanyaan itu dilontark

    Last Updated : 2021-10-21

Latest chapter

  • Soul the Assistant   Epilog

    Kami semua kembali kala minggu pagi tiba. Upacara penutupan tidak memiliki banyak kesan. Semua sudah berlalu.Hanya saja. Rasa ini terus membuncah, dan aku memutuskan untuk tidak mempedulikannya. Biarkan saja dia tenggelam dari hatiku, tidak pernah ada di sana.Dan tepat saat baru saja kami tiba di kampus, untuk pertama kalinya, aku melihat Mas Arrow yang langsung berlari seperti kesetanan. Dia segera mengambil motornya, dan aku lihat dia seg

  • Soul the Assistant   15. Lentera Harapan

    Desa tempat kami berada dapat dibilang lumayan besar. 412 Kepala Keluarga. Penduduknya 2.029 orang seluruhnya. Anak-anaknya 1.035, itu dari usia 6-18 tahun. Tugas kelompokku, dan beberapa lainnya, adalah mengedukasi 5 anak setiap kelompok. Untuk yang diajarkan, kami diharapkan bisa mengajarkan keilmuan yang mereka ingin pelajari serta memberikan motivasi kepada anak-anak tersebut.Pagi itu, setelah makan pagi, kami pergi ke balai desa untuk mengajar anak-anak. Ada juga yang mengajar ibu-ibu, ada yang membantu bapak-bapak membersihkan desa dan seterusnya.Aku dan kelompokku bertemu dengan lima anak yang akan kami berikan ilmu. Tiga orang laki-laki, dan dua orang perempuan. Dari penampilannya, mereka sepertinya sekitar 11 hingga 13 tahun. Mereka tampak senang

  • Soul the Assistant   Special: Affad

    “Soul masuk rumah sakit?” tanya Abraham kepadaku. Aku hanya menganggukkan kepala. Malam di Enschede memang berbeda dengan malam di Indonesia. Salju berhamburan di seluruh kota ini. Kota yang berada dekat perbatasan dengan Jerman ini.“Kamu sudah mengerjakan tugas?” tanyanya lagi. Aku menganggukkan kepala.“Boleh pinjam? Aku mau cek aja,” tanyanya lagi. Aku serahkan satu kertas hasil pekerjaanku.“Terima kasih. Oh ya, mending kamu tidur aja. Ini dingin banget cuacanya,” komentar Abraham. Aku tetap memandang salju yang berjatuhan.“Tidak apa,&rdquo

  • Soul the Assistant   14. Sisi Lain Dia

    Praktikum ke-4 akan dimulai minggu depan. Aku mencatat hal itu di buku catatanku. Tidak terasa aku mencapai minggu ke-10 kuliah.“Nuriya, waktunya tidur,” ucap ibuku dengan lembut dari depan pintu.“Siap bu.”Aku menutup buku catatan itu, lalu pergi tidur.Pagi hari itu, angkatanku dipanggil oleh senior-senior kami. Biasanya, aku tidak pernah peduli dengan kegiatan-kegiatan konyol dari para senior seperti ini, namun kali ini mereka mendesak dengan berbagai ancaman omong kosong yang membuat teman-temanku yang rajin panik luar biasa. Dengan b

  • Soul the Assistant   13. Rumah Sakit

    Putri : “Assalamu’alaikum, baru dapat kabar dari Mas Arrow kalau praktikum ke-4 asistensinya akan di urus oleh Mas Mpu. Mas Soul sedang di opname.”Reza : “MAMPUS.”Lesmana : “Innalillahi, bagaimana bisa Dik Putri?”Putri : “Nggak tahu mba. Saya belum dapat informasi apa-apa.”Alisa : “GWS Mas Soul.”Ryanho :

  • Soul the Assistant   II. Soul

    “Kamu tampak lelah,” komentar Mas Fath. Aku hanya menggelengkan kepala. Di depan mataku ada laptop yang masih ku pakai untuk menyelesaikan tugas-tugasku. Tugas mata kuliah Proyek Besar lumayan menguras tenaga, apalagi tugas ini dilakukan selama satu semester. Besok jam 9 adalah kelasnya dan teman-temanku sangat kacau dalam membuat rancangan sistem alat yang ingin kami buat. Oh, aku menyesal mempercayakan mereka untuk hal ini.“Biarkan dia Mas Fath, dapat kelompoknya ampas di gacha,” komentar si menyebalkan Arrow. Komentar itu langsung di balas oleh Reynald yang duduk di sebelahku. Mas Fath berlal

  • Soul the Assistant   12. Nuriya dan Hamid

    Putri : “Mas Soul akan asistensi besok. Jam 6:30 malam katanya. Gak ada penugasan.”Reza : “ TUMBEN!”Lesmana : “Alhamdulillah.”Ryanho : “Mantap! [OK]”Lesmana : “Yakin nggak ada tugas tambahannya, Dik Putri?”Putri : “Iya mba.”

  • Soul the Assistant   11. Jiwa Hilang

    Praktikum ketiga dimulai hari ini. Tinggal sedikit lagi kami terbebas dari bencana Mas Soul. Semoga kami dikuatkan. Aku sudah selesai membuat laporan untuk praktikum ini, dan sekarang sedang duduk di kantin kampus bersama Alisa.“Kantin jauh lebih ramai,” komentar Alisa.“Sepertinya jurusan lain?” tanyaku setengah bergumam.“Sepertinya begitu, Nur,” jawab Alisa. Kami melihat

  • Soul the Assistant   10. Takut?

    Pernahkah kamu merasa takut pada seseorang? Mungkin iya. Aku juga sering merasakannya. Namun, Mas Soul adalah orang pertama yang membuat nyaliku sangat ciut hingga berbicara saja seperti sebuah pisau akan lewat lehermu jika salah berkata. Hari itu, aku belajar ketakutan yang lebih menakutkan daripada saat dulu aku pernah di-bully.“Nuriya, sudah malam, ayo tidur,” ucap ibuku saat memasuki kamarku. Aku tersenyum sebelum menolehkan kepalaku kepada ibuku.“Nuriya masih mengerjakan tugas kuliah bu. Se

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status