Mata Azura memerah, kepalanya terasa pusing semalaman dia terjaga. Walau dia sangat mengantuk, tapi masih mencoba berkonsentrasi dalam kelas Pak Budi di salah satu Universitas swasta terkenal. Rasa kantuk semakin menyerangnya, dia kurang tidur karena kejadian malam itu. Kantung mata dan lingkaran hitam terlihat jelas dimatanya. Entah siapa yang melakukan tindakan yang tidak senonoh padanya membuatnya sangat ketakutan.
Wendy dan Joy menatap Azura dengan heran, tidak seperti biasanya gadis ceria itu seperti itu.
"Azu, kamu kenapa?" Wendy dengan khawatir.
"Aku ngantuk banget, mata ku ga kuat untuk membuka mataku lagi." Azura sambil menahan diri untuk tidak menguap.
"Ijin cuci muka dulu sana, masih 1 jam lagi loh kelas berakhir," ujar Wendy.
Azura meminta ijin untuk dia ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya yang terlihat sangat lelah. Azura berjalan dengan setengah mata hampir tertutup menabrak seorang pria tanpa disengaja.
"Aduuh maaf," kata Azura dengan mengantuk setengan terpejam.
"Kamu kalau jalan pake mata dong!" jawab Lelaki itu ketus.
"Loh kamu salah, jalan itu pakai kaki bukan mata dan aku kan udah minta maaf, mana mungkin aku sengajak nabrak kamu," balas Azura.
"Halah alasan bilang aja sengaja karena kamu mau kenalan sama aku."
Mendengar perkataan pria tersebut membuat mata Azura yang setengah terpejam menjadi membulat sempurna. Dia menatap pria yang berada di hadapannya dengan tidak percaya, pria itu tingkat kepercayaan dirinya sangat akut membuat kepala Azura mendadak semakin pusing.
"Terserah dah, males aku berurusan dengan mahluk aneh kayak kamu," jawab Azura dengan kesal.
Rasa kantuknya mendadak hilang saat dia marah marah dengan pria aneh tersebut. Azura menghentakan kedua kakinya menuju kelasnya kembali.
Wendy dan Joy menatap Azura dengan tatapan heran, mereka berfikir kenapa Alessia begitu cepat kembali dari kamar mandi dan wajahnya terlihat sangat kesal dan tak lagi wajah mengantuk.
"Jangan banyak pertanyaan, aku lagi ga mood," ujar Azura dengan ketus.
******
Azura, Joy, dan Wendy sudah berada di cafetaria kampus mereka. Wajah kesal Azura sudah menghilang saat dia sudah selesai melahap 2 mangkok bakso. Joy dan Wendy menatap Alessia dengan tidak percaya, 1 mangkok yang mereka makan saja sudah bikin kenyang ini malah 2 mangkok.
"Azu, kamu tuh lapar atau rakus sih, gila aja 2 mangkok dan 4 es jeruk." Joy takjub melihat cara makan Azura yang seperti orang kelaparan tidak makan selama setahun.
"Aku laper berat tadi malam aku mengalami kejadian yang bikin stress."
"Kamu kenapa?" tanya Joy dengan wajah nya yang penasaran.
Azura menceritakan pengalaman tadi malam yang mengalami pelecehan seksual oleh orang tak dikenal. Wendy bergidik ngeri dan Joy merasa marah dengan apa yang terjadi pada sahabatnya.
"Kamu ga bilang kakek Ricardo?" tanya Joy.
"Kakek lagi sibuk banget dari kemarin aku tidak berketemu sama kakek. Makanya pas pulang konser BTS aku aman trus ada seorang om-om keluar dari ruang kerja kakek, sempat sih berbicara basa basi nama nya Luis Gera apa Geraldo gitu aku lupa juga sih, setelah itu aku malah kena masalah yang aneh," ujar Azura ketakutan sendiri teringat kejadian malam itu.
"Berarti dirumah kamu ada tamu ya, apa mungkin salah satu tamu yang kerumahmu dan melakukan pelecahan itu Le?" Joy merasa curiga.
"Yaa ampun Joy kamu pinter amat, kenapa aku ga kepikiran ya. Nanti aku cek cctv dirumah tapi cctv cuman ada bagian luar sih ga ada di dalam rumah."
"Tapi setidaknya kamu jadi tau siapa aja yang kerumahmu, nah bisa diliat kan pria mana dengan ciri ciri udah melakukan pelecahan tersebut," ujar Wendy juga jadi ikut penasaran.
"Iya nanti aku cari tau deh tapi ada masalah juga nih, kontrol cctv ada diruang kerja kakek."
"Gimana caranya lah cari cela supaya bisa liat cctv nya dari pada nanti kamu kenapa kenapa lagi." Joy mengkhawatirkan sahabatnya Azura.
Azura, Joy, dan Wendy masih membahas kejadian yang dialaminya dan rencana mereka melihat siapa saja yang malam itu datang kerumahnya.
********
Azura sudah berada dirumahnya tapi lebih tepatnya berada di ruang kerja kakeknya. Dia sibuk dengan mouse memutar kembali video cctv dimalam tersebut membuatnya tak menyadari ada yang masuk ke dalam ruang kerja, dia sendiri sedang focus dengan layar monitor. Ricardk merasa heran dengan kelakuan cucu kesayangannya itu.
"Sedang apa Azu?" suara Ricardo terdengar berat membuat Azura melonjakkan badan karena kaget mendengar suara Kakeknya.
"Ini cuma mau liat tadi malam ada yang mencurigakan atau ga kek. Pas malam itu aku kan ke dapur cari makannan kek eeh ga sengaja liat ada orang keluar dari ruang kerja kakek makanya sekarang aku mau liat tamunya siapa aja kek." Azura memberikan penjelasan pada Ricardo.
"Eiits itu siapa?" tanya Ricardo saat melihat ada seorang wanita berjalan mengendap endap masuk pintu rumah.
Wajag Azura mendadak pucat, dia bermaksud untuk memecahkan masalah malah jadi kena masalah. Dia tidak berani bercerita tentang kejadian malam yang membuatnya trauma.
"Azura Marion Javier! Kamu pulang jam 1 pagi. Kenapa tidak sekalian pulang pagi jam 7 pagi!" bentak Ricardo dengan menatap wajah Azura marah.
"Maaf kakek, maafin aku kakek."
"Ini sudah yang keberapa kali kamu melakukan ini sama kakek! Pergi sesuka hatimu, pulang semaumu sendiri. Kamu melanggar semua peraturan yang kakek buat!! Mau jadi apa kamu nanti Azura. Kamu cuma cucu kakek satu-satunya." Ricardo makin marah.
"Kakek, aku hanya pergi nonton konser BTS idol kpop favorite ku kek, itu juga bersama teman-temanku kek. Kakek aku minta tolong jangan terlalu bersikap berlebihan seperti itu. Aku juga butuh kebebasan kakek, ingin juga pergi seperti anak-anak seumuran aku. Umurku sudah 20 tahun kemana kemana selalu dengan supir disaat teman temanku memakai mobil mereka sendiri tapi kenapa aku tidak boleh kakek, kakek tolong mengerti aku kek." Azura mencoba memberikan penjelasan pada Ricardo.
"Tidak akan ada kebebasan atau hal yang lain Azura. Kamu adalah cucu kakek satu satunya, kakek tak akan pernah melihatmu terluka apapun yang terjadi."
"Kakek, Azu tau sangat sayang sama aku, aku tau kakek ingin selalu memastikan aku aman tapi kel–"
"Tak ada tapi-tapian, tidak ada!" Ricardi semakin tambah marah dan dia membentak Azura dengan suara yang begitu keras.
"Masuk kamar mu Azura. Kamu dihukum tak boleh keluar rumah kecuali kuliah." Ricardo menatap tajam pada cucunya.
"Kakek jahat tak pernah mengerti Azu," sahut Azura sambil berlari menaiki anak tangga dan menangis di atas ranjang.
Ricardo menyesali sudah membentak cucu kesayangnya. Dia sangat khawatir Azura akan mengalami hal yang buruk. Hanya Azura lah yang selamat dari kecelakaan maut, hanya Azura lah penerus bisnis nya dan pewaris segala yang dimilikinya. Demi menjaga dan melindungi Azura apapun akan Ricardo lakukan.
Azura menangis di dalam kamarnya, dia lelah hidup terkekang dan selalu di larang untuk berbuat apa yang menjadi keinginannya. Apakah sulit untuknya bisa sebebas teman-temannya?
Azura akhirnya bisa keluar dari rumahnya setelah dua hari dia dikurung oleh Ricardo tidak bisa keluar rumah dan sudah berada di kampus bersama Wendy dan Joy. Mereka sekarang sedang berada di cafetaria setelah jam kuliah mereka selesai. Wajah Azura hari terlihat begitu berbeda tidak seperti biasanya."Azu dua hari yang lalu mata mu kayak mata panda, hari ini beda lagi membengkak dengan lingkaran mata yang menghitam. Kayaknya perlu touch up deh," kata Wendy ."Haha makasih yaa Wen kamu perhatian banget sama aku." Azura memeluk Wendy."Aku lagi sedih, kesal dan sebel banget sama kakek," ujar Azura."Kenapa? Kamu sama kakek Ricardo bertengkar?" tanya Wendy."Iya saat aku liat cctv diruang kerja kakek, eeh ketauan dan ngeliat video keluar kayak maling padahal belum sempat melihat siapa yang berada disekitar rumah. Baru kali ini kakek berteriak, membentak aku dengan keras," ujar Azura sedih.Saat mereka berusaha menghibur Azura terdengar suara jer
Azura menangis disamping ranjang pasien VVIP di salah satu rumah sakit swasta terbaik di ibu kota. Dia sangat sedih melihat keadaan Ricardo yang terbaring lemah."Kakek... kakek bangun... aku janji akan jadi anak yang penurut tidak membantah omongan kakek lagi. Bangun kek." Azura memegang tangan kakeknya dengan erat."Tante kita bawa aja kakek pengobatan di luar negeri biar lebih baik dan bisa cepat sembuh.""Nona Azura tenang pak Ricardo pasti akan sehat. Tadi kena serangan jantung. Kamu yang sabar yaa sayang," kata Gisela dengan lembut.Gisela sedih melihat keadaan Ricardo dan Azura. Gisela wanita berumur paruh baya adalah asisten dan sekretaris pribadi Ricardo. Gisela dulu sahabat Megan ibu Azura, Gisela membantu Ricardo dan Anita membesarkan, merawat, dan menjaga Azura dari usia 6 tahun sampai diusianya sekarang 20 tahun.Gisela dulu sempat menikah namun akhirnya bercerai, Mantan suami Gisela menceraikannya karena tidak bisa memberikan ket
Azura masih kepikiran tentang apa yang dia dengar saat pembicaraan Ricardo dengan Luis Geraldo. Siapa yang akan dijodohkan? Apakah dia akan dijodohkan oleh kakeknya dengan anak Luis dan Bella Geraldo? Dia belum siap jika harus menikah di usianya yang masih 20 tahun.Dengan perasaan yang sedang tidak menentu Azura menghubungi Wendy tapi ponsel temannya itu tidak aktif lalu menghubungi Joy. Dia ingin bertemu dengan Joy untuk menceritakan tentang dirinya yang sepertinya akan di jodohkan dengan anak Luis Geraldo walau dia sendiri belum pasti.Wajah Azura tidak bersemangat, dia lelah dengan semua peraturan yang dibuat Ricardo dan juga risau tentang kabar perjodohan. Joy mendengarkan semua keluh kesah Azura yang terlihat tertekan.
Tanpa curiga Azura menerima cocktail yang diberikan Roy. Steve memperhatikan itu juga dengan senyuman licik sebentar lagi Azura akan menjadi miliknya dan gadis itu tidak akan mungkin menolaknya lagi.Apa yang direncanakan oleh Steve tidak semudah yang dibayangkan. Niat jeleknya ternyata sudah diketahui oleh pria yang dari tadi memperhatikan Azura. Azura adalah miliknya tidak akan mudah dia membiarkan Azura menjadi milik orang lain.Azura mengalami rasa yang berbeda pada dirinya yang dia bingung untuk diungkapkan. Dia gelisah dan mulai merasa kegerahan tanpa disadarinya menyentuh lehernya. Sensasi berbeda yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya, meningkatkan gairah yangmenjalar dari aliran darah hingga bagian sensitifnya.Wajah A
Hidup di dunia bagaikan suatu ujian dalam hidup. Ada berbagai cerita yang berharga untuk kita syukuri dan ada cerita sedih sebagai pelajaran dalam kehidupan agar tidak terulang lagi di masa depan.Azura terbangun dengan kondisi badannya tidak seperti dulu. Kepalanya pusing, merasakan sakitnya di sekujur tubuhnya terasa remuk redam. Dia bingung dengan keadaan disekitarnya, kamar ini bukan kamarnya.“Aku di mana?” ujar Azura bingung.“Kenapa aku ga pakai baju?”Berbagai pertanyaan ada di dalam benak Azura. Dia berusaha mengingat apa yang terjadi kemarin malam sehingga bisa berakhir di sebuah r
Penyesalan selalu datang terlambat dan baru akan menyadari jika semuanya telah terjadi. Seandainya kemarin dia mendengarkan kata-kata Joy tentu kejadian yang menghancurkan masa depannya tidak akan terjadi.Joy tidak mengantarkan Azura pulang ke rumahnya. Tidak mungkin Azura pulang dalam keadaan yang memprihatinkan. Wajah Azura pucat dan tampak tertekan tidak ada lagi raut kebahagiaan terpancar wajah cantik sahabatnya yang selalu ceria."Kamu makan dulu, Zu," ujar Joy menyuapkan sesendok nasi pada Azura.Azura tanpa semangat memakan secara perlahan suapan dari Joy. Dia sebenarnya tidak lapar, tapi sahabatnya itu selalu mendukungnya membuatnya tidak enak sendiri."Maafkan aku, Azura ini semua salahku. Seandainya aku lebih keras menyuruhmu tidak ikut ke club malam dan mengawasimu semua ini tidak akan pernah terjadi," ujar Joy dengan menyesal.Air mata terj
Azura sangat terkejut kalau hari ini dia akan langsung bertunangan dengan Reno. Dia berpikir ini terlalu cepat, tingkah laku Reno saja begitu menyebalkan. Kalau tidak ingat ada Kakeknya dan orang tua Reno yang sangat baik padanya ingin dia hajar laki-laki dingin tersebut."Apa bertunangan!" Azura menatap Ricardo.Ricardo terkejut dengan reaksi Azura begitu juga dengan Bella.Raut wajah Bella berubah, dia sedih dengan reaksi Azura hal tersebut membuatnya menjadi tidak enak sendiri."Apa tante yakin hari ini langsung bertunangan? Kan saya dengan Reno baru bertemu sekali tante dan kami belum saling mengenal lebih lanjut tante,” protes Azura. Dia keberatan dengan pertunangan yang mendadak."Bu Bella maafkan saya, ini kesalahan saya yang tidak memberitahukan
Keesokan harinya Azura janjian bertemu dengan Reno. Dia sangat kesal pada tunangan sialannya itu, jika bukan karena kakeknya tidak akan mungkin dia mau dengan Reno. Laki-laki sama sekali tidak memperdulikannya.Azura masuk ke dalam salah satu kafe yang tampak lenggang. Jam makan siang sudah lewat jadi kafe tersebut tidak seramai biasanya. Reno melambaikan tangannya ke arah Azur."Hai Azura," sapa Reno.“Tidak usah basa-basi sekarang apa maumu!” ujar Azura dengan raut wajah kesal."Waah ternyata kamu ga sabar-an ya, udah to the point. Santai dulu lah sejenak, pesan minum gitu.""Iya aku memang ga sabar-an, ga mau pesan-pesan apapun jadi cepetan kamu mau bilang tentan
Seusai itu senja jadi sendu awan pun mengabu Kepergianmu menyisakan duka dalam hidupku 'Ku memintal rindu menyesali waktu mengapa dahulu Tak kuucapkan aku mencintaimu sejuta kali sehari Walau masih bisa senyum Namun tak selepas dulu Kini aku kesepian Kamu dan segala kenangan Menyatu dalam waktu yang berjalan Dan aku kini sendirian Menatap dirimu hanya bayangan Tak ada yang lebih pedih
Tak lama Bella dan Luis datang ke rumah sakit, mereka langsung menemui Azura. Azura hanya terdiam menatap lantai dengan pandangan kosong. Dia tidak pernah menyangka akan mengalami musibah seperti ini. Baru saja 2 tahun dia bahagia bersama Reno tapi sekarang jadi seperti ini."Ada apa ini Azura, kenapa Renk bisa seperti ini?" tanya Bella dengan khawatir."Aku... aku..." Azura tak sanggup berkata-kata lagi air mata terus mengalir di pipinya.Bella memeluk Azura. Dia mengerti perasaan menantunya yang tidak menyangka Reno bisa seperti ini. Luis tidak sabar menunggu kabar dari Dokter yang menangani Reno.“Aduh lama banget sih. Ngapain aja mereka,” ucap Luis gelisah.Mereka hanya saling diam sambil memanjatk
Keesokan harinyaDi saat Reno akan berangkat kerja Gil malah menangis. Dia tidak ingin Reno meninggalkannya membuat Reno tidak tega pada putranya."Mau cama papa, papa ga boleh pelgi.” Gil menarik tangan Reno.Reno menggendong Gil lalu berkata, “Gil mau sama ikut Papa?" tanya Reno."Cama Papa… Papa."Reno tidak tega menolak keinginan Gil. Dia pun tidak jadi berangkat ke rumah sakit demi menemani putranya."Bang apa ga masalah kamu ga
2 tahun kemudianTanpa terasa waktu berlalu dengan cepat. Pernikahan Azura dan Reno sudah 2 tahun begitu juga dengan usia Gil yang menginjak 2 tahun.“Sayang, kamu kenapa kok pucat sekali wajahmu?” tanya Reno khawatir keadaan Azura.“Ga tau nih Bang sudah 3 hari aku selalu mual dan muntah-muntah kali pagi,” jawab Azura.Reno teringat kejadian di Sydney dulu persis seperti keadaan Azura saat ini. Dia berpikir mungkin saja Azura hamil. Dia akan memastikan keadaan Azura hamil atau tidak agar tidak bimbang.“Kita ke dokter yaa pagi ini sekalian ikut ke rumah sakit,” ujar Reno.“Iya Bang.”
Tiga bulan kemudianUsia baby Gil sudah 3 bulan. Azura sudah tidak seperti dulu lagi dia banyak tersenyum seakan kebahagiaan selalu menghampirinya. Dalam hatinya berharap kebahagiaan ini jangan sampai berakhir. Sudah dua bulan ini dia membatasi jam praktiknya agar bisa berkumpul bersama keluarga dan bermain bersama putrinya, Gil.Tapi berbeda dengan Richie. Dia mencoba mengerti dengan kebahagiaan Azura dan Reno hanya bisa menatap dari kejauhan kebahagiaan mereka. Dia ingin sekali menghampiri putranya, memeluk putranya, dan mengatakan kalau dia sangat mencintai Gilbert Rexy Geraldo melebihi apapun di dunia ini.Hingga Richie datang menemui Reno di rumah sakit. Dia ingin meminta sekali saja bersama baby Gil lalu dia akan merelakan semuanya.“Ada apa kamu
Setelah pemeriksaan intensif dengan baby Gil oleh tim dokter barulah Luis merasa lega. Baby Gil mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan. Reno sangat sedih menatap bayi yang baru berusia sehari itu terbaring lemah di inkubator untuk membuat suhu tubuhnya stabil.Jarum infus masuk ke dalam tangan bayi mungil tersebut sampai suara tangisan terdengar tanpa air mata. Baby Gil diberikan air susu ibu pengganti yang sudah disiapkan oleh pihak rumah sakit untuk memenuhi gizi anak Reno. Keadaan Azura yang masih dipengaruhi oleh obat penenang tidak memungkinkan untuk memberikan ASI untuk anaknya. Mungkin setelah Azura sadar baru dapat memberikan ASI yang semestinya.“Kamu baik-baik saja Ren?” tanya Luis.“Iya Pa, aku baik-baik saja,” ucap Reno.Luis tidak
Selvia sangat kesal terus mendengar suara tangisan anak Azura. Ingin sekali dia membungkam anak tersebut.“Woi diam ga? Kalau ga diam ku bunuh kamu," teriak Selvia.Suara teriakan Selvia terdengar sampai luar rumah yang hanya berdinding kayu tersebut. Richie sudah sangat emosional dia akan keluar mobil tapi ditahan oleh Reno.“Kamu jangan gegabah Richie,” ujar Reno.“Tapi anakku dalam bahaya,” protes Richie.Reno terdiam. Dia menatap Richie yang sangat khawatir pada Gilbert. Rasa jiwa seorang ayah seakan keluar dari di
Keberadaan Selvia tidak diketahui. Selvia tidak ada di apartemen atau di tempat biasa wanita itu berada. Hal tersebut membuat Richie menjadi semakin yakin kalau Selvia lah yang menculik anaknya.Richie mondar-mandir di dalam kantor dengan gelisah. Dia sangat khawatir dengan keadaan putranya apalagi baru saja beberapa jam dilahirkan di dunia ini seharusnya dia menyuruh orang untuk menjaga Azura dan Gilbert. Dia juga kesal pada Reno, Reno tidak bisa menjaga Azura dengan semestinya.Dering telepon Richie pun berbunyi."Hallo bagaimana?" tanya Richie."Saya masih melakukan pencarian Tuan, alamat yang kamu berikan sudah kosong sejak seminggu yang lalu sepertinya wanita itu sudah merencanakan ini semua dan wanita di cctv itu memang Selvia," ujar Hans.
Beberapa hari kemudianAkhirnya hari yang dinantikan Reno dan Azura tiba juga, Azura akan melahirkan anak pertama mereka. Reno menemani Azura di ruangan bersalin, tak tega melihat wajah kesakitan istrinya."Abang sakiiit." Azura mengeluh pada Reno."Tarik napas lalu buang sayang, ingat saat kamu senam hamil. Ayo sayang aku ada disini selalu menemanimu," kata Reno memberi semangat pada Azura."Sakiiit Bang.. ini semua gara-gara kamu" teriak Azura."Iya sayang ini semua gara-gara aku, ayoo sayang ambil nafasnya dorong lagi.""Bang sakiit… coba Abang ga bercinta ini ga mungkin sakit.”"Iya Sayang semua salah