Azura sangat terkejut kalau hari ini dia akan langsung bertunangan dengan Reno. Dia berpikir ini terlalu cepat, tingkah laku Reno saja begitu menyebalkan. Kalau tidak ingat ada Kakeknya dan orang tua Reno yang sangat baik padanya ingin dia hajar laki-laki dingin tersebut.
"Apa bertunangan!" Azura menatap Ricardo.
Ricardo terkejut dengan reaksi Azura begitu juga dengan Bella.Raut wajah Bella berubah, dia sedih dengan reaksi Azura hal tersebut membuatnya menjadi tidak enak sendiri.
"Apa tante yakin hari ini langsung bertunangan? Kan saya dengan Reno baru bertemu sekali tante dan kami belum saling mengenal lebih lanjut tante,” protes Azura. Dia keberatan dengan pertunangan yang mendadak.
"Bu Bella maafkan saya, ini kesalahan saya yang tidak memberitahukan
Keesokan harinya Azura janjian bertemu dengan Reno. Dia sangat kesal pada tunangan sialannya itu, jika bukan karena kakeknya tidak akan mungkin dia mau dengan Reno. Laki-laki sama sekali tidak memperdulikannya.Azura masuk ke dalam salah satu kafe yang tampak lenggang. Jam makan siang sudah lewat jadi kafe tersebut tidak seramai biasanya. Reno melambaikan tangannya ke arah Azur."Hai Azura," sapa Reno.“Tidak usah basa-basi sekarang apa maumu!” ujar Azura dengan raut wajah kesal."Waah ternyata kamu ga sabar-an ya, udah to the point. Santai dulu lah sejenak, pesan minum gitu.""Iya aku memang ga sabar-an, ga mau pesan-pesan apapun jadi cepetan kamu mau bilang tentan
Rasa kesal dan marah ada di dalam benak Azura. Dia ingin melepaskan segalanya, tapi dia sendiri tidak mampu. Apalagi sekarang dia harus berhadapan dengan Reno, lelaki yang kaku, dingin, dan sama sekali tidak memperdulikannya membuat Azura merasa dihargai oleh seorang wanita.Mata Azura menatap Reno dengan dingin, dia tidak ingin terintimidasi oleh pria tersebut. Sekarang mereka sama-sama saling membutuhkan, itu membuat Azura merasa ada kesempatan untuk mengambil keuntungan juga. Pernikahan mereka ada hanya pernikahan kontrak dan bisnis semata."Sekarang bagaimana kita harus memulainya," kata Azura tanpa berbasa-basi pada Reno."Seperti yang aku katakan kemarin, kita menikah, GL company menanam saham perusahaan Jcorp. Si Liam siap memimpin perusahaan, pap
Alessia, Wendy, dan Joy berada di kantor keamanan rumah sakit. Seorang satpam disana melihat mereka dengan heran."Siapa mereka? Apa pencuri?" tanya seorang satpam paruh baya pada Doni."Saya belum tau pak tapi kayak nya fans dokter Reno," ujar Doni dengan sopan."Waah dokter Reno memang sangat terkenal yaa dikalangan para suster, dokter, hingga pasien. Yaa udah kamu periksa saja kita tak pernah tau pencuri itu seperti apa, sayangnya pada cantik-cantik tapi–""Pak jaga omongan anda yaa, teman saya ini Azura Javier calon istri dokter Reno. Kami tidak berbohong pak," ujar Wendy."Kalian duduk lah dulu," kata Doni mempersilahkan mereka untuk duduk disalah satu kursi."Identitas?" Doni meminta identitias mereka bertiga."Awas aja kalian kalau sampai dokter Reno tahu kalian memperlakuk
Hari ini merupakan hari pernikahan Azura dan Reno. Nuansa putih merupakan tema dari pernikahan yang dipilih oleh Bella. Pernikahan sempurna dengan bunga-bunga mawar putih menghiasi setiap sudut gereja. Pernikahan mereka membuat setiap mata merasa iri dengan berbagai kemewahan yang memanjakan mata.Pintu gereja sudah terbuka, Azura berjalan dengan anggun mengenakan gaun putih bersama Ricardo.Semua mata melihat dengan kagum kecantikan sang mempelai wanita tidak terkecuali Reno. Reno terpesona menatap Azura, gadis tersebut tampak berbeda dari biasanya yang selalu cantik dan sekarang semakin cantik. Penampilan Reno pun tampak berbeda, dia mengenakan setelan jas pengantin putih.Reno mengulurkan tangannya untuk mengambil tangan Azura dari tangan Ricardo.
Teriakan Azura membuat Reno seakan tersadar dengan apa yang telah dilakukannya, apalagi sekarang wajah Azura pucat pasih seperti orang yang akan diperkosa. Reno menyadari itu lalu melepaskan Azura dengan menghela napasnya dengaa berat, dia khilaf.Dia hampir memperkosa Azura hanya karena tak suka ada pria lain menyentuh istrinya. Entah apa yang dia rasakan sekarang ini, entah dia cemburu, atau apapun itu, dia sendiri pun tak tahu. Dia tak suka kalau ada orang lain yang menyentuh miliknya, tapi reaksi Azura yang membuatnya heran. Istrinya itu seperti mengalami trauma akibat pelecehan seksual.Azura hanya diam mematung dengan air mata terus mengalir di pipinya. Dia merasa dirinya begitu hina dan tidak berharga."Maafkan aku Azura... maaf," ujar Reno dengan sangat menyesal.Tanpa menunggu jawaban dari Azura, dia memutuskan untuk keluar kamar, d
Sangat kesal dan merasa terhina itulah yang dirasakan Azura sekarang. Dia tidak pernah menyangka Reno akan berkata seperti itu padanya, tidak menghargai perasaannya sebagai istri walau pernikahan mereka hanyalah pernikahan kontrak.“Lihat saja setelah setahun kontrak berakhir aku akan pergi sejauh mungkin dari laki-laki sialan itu,” ujar Azura dengan emosi.“Apa yang dia lakukan sekarang akan aku balas pada saat yang tepat. Dasar laki-laki bodoh, aku sumpahin kamu ga akan pernah kembali dengan si Selvia itu dan menderita sendiri.”Tapi suara ketukan pintu kamar membuat Azura menoleh ke sumber suara, tak lama wajah Reno muncul dari balik pintu.“Apa maumu?” tanya Azura.
Pagi ini terasa sangat berbeda antara Azura dan Reno. Reno menghindari Azura saat mereka saling bertatapan. Tentu saja kelakuan Reno yang sangat terlihat menghindarinya membuat Azura semakin membenci suaminya.Laki-laki sialan! Dasar kutu kumpret.Sumpah serapah keluar dari dalam batin Azura. Tapi berbeda dengan Reno, dia menghindari bertatapan dengan Azura bukan tanpa alasan. Dia khawatir pada dirinya sendiri, Azura terlihat begitu cantik dan mempesona saat mengenakan gaun selutut berwarna hijau mint.Aduh kenapa Azura jadi kelihatan bersinar begitu sih. Jangan sampai aku menyukai Azura. Ingat Reno kalian hanya menikah kontrak bukan yang lainnya.Tak lama Bella dan Luis tiba di rumah Reno menjemput pengantin baru untuk segera pergi berbulan madu. Reno bersikap sok mesra pada Azura, d
Setelah selesai dengan kesepakatan tentang pemilihan tempat tidur sekarang Azura bingung. Dia ingin mandi, tapi ada Reno ada di dalam kamar sedang sibuk melihat layar ponselnya."Aku mau mandi," ujar Azura."Hmm," jawab Reno sambil terus melihat ponsel."Kita belum membicarakan bagaimana kita akan mandi."Reno tak memperdulikan Azura, matanya masih fokus menatap ponsel."Renoo, aku mau mandi,” ujar Azura lagi dengan suara keras."Ya udah mandi sana, masalah mandi aja pakai dipermasalahkan. Mandi jebar-jebur beres," jawab Reno dengan dingin."Tapi aku ga bisa mandi kalau ada kamu disini."
Seusai itu senja jadi sendu awan pun mengabu Kepergianmu menyisakan duka dalam hidupku 'Ku memintal rindu menyesali waktu mengapa dahulu Tak kuucapkan aku mencintaimu sejuta kali sehari Walau masih bisa senyum Namun tak selepas dulu Kini aku kesepian Kamu dan segala kenangan Menyatu dalam waktu yang berjalan Dan aku kini sendirian Menatap dirimu hanya bayangan Tak ada yang lebih pedih
Tak lama Bella dan Luis datang ke rumah sakit, mereka langsung menemui Azura. Azura hanya terdiam menatap lantai dengan pandangan kosong. Dia tidak pernah menyangka akan mengalami musibah seperti ini. Baru saja 2 tahun dia bahagia bersama Reno tapi sekarang jadi seperti ini."Ada apa ini Azura, kenapa Renk bisa seperti ini?" tanya Bella dengan khawatir."Aku... aku..." Azura tak sanggup berkata-kata lagi air mata terus mengalir di pipinya.Bella memeluk Azura. Dia mengerti perasaan menantunya yang tidak menyangka Reno bisa seperti ini. Luis tidak sabar menunggu kabar dari Dokter yang menangani Reno.“Aduh lama banget sih. Ngapain aja mereka,” ucap Luis gelisah.Mereka hanya saling diam sambil memanjatk
Keesokan harinyaDi saat Reno akan berangkat kerja Gil malah menangis. Dia tidak ingin Reno meninggalkannya membuat Reno tidak tega pada putranya."Mau cama papa, papa ga boleh pelgi.” Gil menarik tangan Reno.Reno menggendong Gil lalu berkata, “Gil mau sama ikut Papa?" tanya Reno."Cama Papa… Papa."Reno tidak tega menolak keinginan Gil. Dia pun tidak jadi berangkat ke rumah sakit demi menemani putranya."Bang apa ga masalah kamu ga
2 tahun kemudianTanpa terasa waktu berlalu dengan cepat. Pernikahan Azura dan Reno sudah 2 tahun begitu juga dengan usia Gil yang menginjak 2 tahun.“Sayang, kamu kenapa kok pucat sekali wajahmu?” tanya Reno khawatir keadaan Azura.“Ga tau nih Bang sudah 3 hari aku selalu mual dan muntah-muntah kali pagi,” jawab Azura.Reno teringat kejadian di Sydney dulu persis seperti keadaan Azura saat ini. Dia berpikir mungkin saja Azura hamil. Dia akan memastikan keadaan Azura hamil atau tidak agar tidak bimbang.“Kita ke dokter yaa pagi ini sekalian ikut ke rumah sakit,” ujar Reno.“Iya Bang.”
Tiga bulan kemudianUsia baby Gil sudah 3 bulan. Azura sudah tidak seperti dulu lagi dia banyak tersenyum seakan kebahagiaan selalu menghampirinya. Dalam hatinya berharap kebahagiaan ini jangan sampai berakhir. Sudah dua bulan ini dia membatasi jam praktiknya agar bisa berkumpul bersama keluarga dan bermain bersama putrinya, Gil.Tapi berbeda dengan Richie. Dia mencoba mengerti dengan kebahagiaan Azura dan Reno hanya bisa menatap dari kejauhan kebahagiaan mereka. Dia ingin sekali menghampiri putranya, memeluk putranya, dan mengatakan kalau dia sangat mencintai Gilbert Rexy Geraldo melebihi apapun di dunia ini.Hingga Richie datang menemui Reno di rumah sakit. Dia ingin meminta sekali saja bersama baby Gil lalu dia akan merelakan semuanya.“Ada apa kamu
Setelah pemeriksaan intensif dengan baby Gil oleh tim dokter barulah Luis merasa lega. Baby Gil mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan. Reno sangat sedih menatap bayi yang baru berusia sehari itu terbaring lemah di inkubator untuk membuat suhu tubuhnya stabil.Jarum infus masuk ke dalam tangan bayi mungil tersebut sampai suara tangisan terdengar tanpa air mata. Baby Gil diberikan air susu ibu pengganti yang sudah disiapkan oleh pihak rumah sakit untuk memenuhi gizi anak Reno. Keadaan Azura yang masih dipengaruhi oleh obat penenang tidak memungkinkan untuk memberikan ASI untuk anaknya. Mungkin setelah Azura sadar baru dapat memberikan ASI yang semestinya.“Kamu baik-baik saja Ren?” tanya Luis.“Iya Pa, aku baik-baik saja,” ucap Reno.Luis tidak
Selvia sangat kesal terus mendengar suara tangisan anak Azura. Ingin sekali dia membungkam anak tersebut.“Woi diam ga? Kalau ga diam ku bunuh kamu," teriak Selvia.Suara teriakan Selvia terdengar sampai luar rumah yang hanya berdinding kayu tersebut. Richie sudah sangat emosional dia akan keluar mobil tapi ditahan oleh Reno.“Kamu jangan gegabah Richie,” ujar Reno.“Tapi anakku dalam bahaya,” protes Richie.Reno terdiam. Dia menatap Richie yang sangat khawatir pada Gilbert. Rasa jiwa seorang ayah seakan keluar dari di
Keberadaan Selvia tidak diketahui. Selvia tidak ada di apartemen atau di tempat biasa wanita itu berada. Hal tersebut membuat Richie menjadi semakin yakin kalau Selvia lah yang menculik anaknya.Richie mondar-mandir di dalam kantor dengan gelisah. Dia sangat khawatir dengan keadaan putranya apalagi baru saja beberapa jam dilahirkan di dunia ini seharusnya dia menyuruh orang untuk menjaga Azura dan Gilbert. Dia juga kesal pada Reno, Reno tidak bisa menjaga Azura dengan semestinya.Dering telepon Richie pun berbunyi."Hallo bagaimana?" tanya Richie."Saya masih melakukan pencarian Tuan, alamat yang kamu berikan sudah kosong sejak seminggu yang lalu sepertinya wanita itu sudah merencanakan ini semua dan wanita di cctv itu memang Selvia," ujar Hans.
Beberapa hari kemudianAkhirnya hari yang dinantikan Reno dan Azura tiba juga, Azura akan melahirkan anak pertama mereka. Reno menemani Azura di ruangan bersalin, tak tega melihat wajah kesakitan istrinya."Abang sakiiit." Azura mengeluh pada Reno."Tarik napas lalu buang sayang, ingat saat kamu senam hamil. Ayo sayang aku ada disini selalu menemanimu," kata Reno memberi semangat pada Azura."Sakiiit Bang.. ini semua gara-gara kamu" teriak Azura."Iya sayang ini semua gara-gara aku, ayoo sayang ambil nafasnya dorong lagi.""Bang sakiit… coba Abang ga bercinta ini ga mungkin sakit.”"Iya Sayang semua salah