Azura akhirnya bisa keluar dari rumahnya setelah dua hari dia dikurung oleh Ricardo tidak bisa keluar rumah dan sudah berada di kampus bersama Wendy dan Joy. Mereka sekarang sedang berada di cafetaria setelah jam kuliah mereka selesai. Wajah Azura hari terlihat begitu berbeda tidak seperti biasanya.
"Azu dua hari yang lalu mata mu kayak mata panda, hari ini beda lagi membengkak dengan lingkaran mata yang menghitam. Kayaknya perlu touch up deh," kata Wendy .
"Haha makasih yaa Wen kamu perhatian banget sama aku." Azura memeluk Wendy.
"Aku lagi sedih, kesal dan sebel banget sama kakek," ujar Azura.
"Kenapa? Kamu sama kakek Ricardo bertengkar?" tanya Wendy.
"Iya saat aku liat cctv diruang kerja kakek, eeh ketauan dan ngeliat video keluar kayak maling padahal belum sempat melihat siapa yang berada disekitar rumah. Baru kali ini kakek berteriak, membentak aku dengan keras," ujar Azura sedih.
Saat mereka berusaha menghibur Azura terdengar suara jeritan histeris di dalam cafetaria. Mereka pun melihat ke arah pandang para gadis yang ada di sana, tiga orang pria tampan, tinggi masuk ke dalam cafetaria.
"Apa itu si Steve dan teman-temannya bukan? Steve dan Darel anak bisnis dan Bruce anak seni. Mereka cakep banget ya," kata Joy pada Azura dan Wendy.
"Iya itu si Steve dan teman-temannya, waah ada angin apa ya si Steve ke sini. Baru kali ini aku liat si Steve, Bruce, dan Darel secara dekat, yaa ampuuuun cakepnya," kata Wendy ikut antusias melihat mereka.
Azura tidak memperdulikan dengan yang bernama Steve dan teman-temannya, malah sibuk dengan ponselnya membaca pesan dari Gisela asisten Sebastian kakek Alessia.
"Nona Azura, Pak Ricardo masuk kerumah sakit dan berada di ruang rawat."
Azura tertegun membaca pesan dari Gisela, dia harus cepat kerumah sakit melihat kakeknya.
Tanpa Azura sadari Steve dan teman-temannya sudah berada di depan meja mereka dan melihat Azura dengan tatapan tajam. Wendy dan Joy menjadi salah tingkah di datangi para mahluk ciptaan Tuhan yang terlihat sempurna didepan mereka.
"Jadi yang mana diantara mereka bertiga yang nabrak dan marah marah sama kamu Steve?" tanya Bruce pada Steve lalu melihat Azura, Wendy dan Joy.
Wendy dan Joy merasa bingung dengan perkataan Bruce. Steve menunjuk Azura.
"Jadi ini–"
"Wen, Joy aku pulang dulu yaa, ada urusan yang penting." Azura langsung mengambil tasnya dan segera pergi dari hadapan mereka tak menghiraukan Steve, Bruce dan Darel yang bingung melihat gadis tersebut pergi begitu saja saat mereka ada dihadapannya.
"Tapi... tapi... dia kok pergi sih," ujar Steve kesal, lagi-lagi gadis itu meninggalkan dia begitu saja. Kemarin di koridor kampus dan sekarang dicafetaria kampus. Baru kali ini ada seorang wanita yang tak tertarik padanya.
Joy dan Wendy makin bingung mendengar perkataan Steve yang sepertinya terdengar sedang kesal. Steve melihat Joy dan Wendy dengan tajam.
"Siapa nama gadis itu?" tanya Steve pada Joy dan Wendy.
"Maksudnya Azu?" tanya Wendy.
"Iya dia," kata Steve.
"Kalian anak mana?" tanya Bruce.
"Anak papa dan mama kami kak Bruce," jawab Wendy.
"Aduuh nih cewek otaknya nyangkut dimana ya. Dengar yaa maksud aku tuh si Azu itu dan kalian anak jurusan apa?" tanya Bruce kesal.
"Ooh bilang dong kak Bruce jadi aku ga bingung. Kami anak jurusan psikologi," jawab Wendy dengan takut.
"Ada apa yaa kok menanyakan Azu?" tanya Joy dengan tegas.
"Aku ada urusan sama teman mu itu, tadi siapa namanya? Azu, Asu?" tanya Steve lagi.
"Nama nya Azura Marion Javier. Ada urusan apa dengan Azu? Jika ada yang ingin disampaikan kata padaku," kata Joy menatap mereka.
Steve tidak menjawab dia mengajak Bruce, Darel untuk pergi dari cafetaria. Steve akan mencari tau tentang Azura Marion Javier.
Wendy melihat Joy dengan cemas. Wendy tau siapa Steve Cornelius dan teman-temannya, mereka terkenal suka melakukan pembullyan pada orang yang tidak mereka suka. Apa lagi Steve, anak pemilik Universitas Mulya yang terkenal suka mempermainkan banyak gadis dan suka bersikap seenak saja. Sudah banyak gadis-gadis yang jadi korban dan hanya dijadikan mainan oleh Steve. Sedangkan Darel juga hampir sama seperti Steve suka mempermainkan wanita hanya Bruce saja yang agak berbeda dengan mereka tak terlalu memperdulikan wanita hanya sibuk membuat karya seni.
"Joy aku khawatir nih sama si Azu. Azu buat masalah apa lagi sih Joy," ujar Wendy merasa gelisah dan khawatir dengan apa yang akan terjadi.
"Tenang aja aku yakin ga ada masalah," kata Joy yang sedang berfikir.
"Tenang-tenang... Kamu tuh ya tadi kenapa kasih nama Azu ke mereka Joy. Kamu kan tau Steve dan teman-temannya gimana kelakuan mereka."
"Maksud aku kasih tau nama lengkap Azu itu dengan tujuan agar mereka mikir kalo Azu dari keluarga Javier," jawab Joy dengan tenang.
"Aku harap semoga bener yaa Joy. Kita harus hubungi Azu deh tadi dia pergi kemana kok buru buru amat," kata Wendy.
Wendy langsung mengambil ponselnya dan menghubungi Azura.
"Hallo Azu, kamu dimana?" suara Wendy terdengar di ponsel Azura.
"Wen... kakek masuk rumah sakit" jawab Azura dengan menangis.
"Yaa Tuhan, kami segera ke sana. Kamu yang tegar yaa Azu."
*******Steve penasaran dengan Azura. Ia terus memikirkan Azura, gadis bar-bar itu tidak tergoda dengan wajahnya yang rupawan.
"Apa gadis yang bernama Azura itu dari keluarga Javier? Atau hanya nama belakang aja yang sama?" tanya Darel pada Steve saat mereka berada diruangan khusus tempat mereka biasa menghabiskan waktu di kampus. Universitas Mulya milik keluarga Steve, mau berbuat apa saja terserah pada Steve.
"Ricardo Javier? Pengusaha Industri yang sukses itu? Tapi mungkin saja," kata Steve.
"Bentar aku cari tau. Aku jadi penasaran sama si nona Javier itu, cantik dan tak terpengaruh sama sekali dengan pesona kita. Apa lagi dengan pesona mu, Steve." Bruce mengambil laptopnya dan mengotak-atik tuts keybord dengan lincah.
Bruce memang mengerti dengan teknologi dan dia terpaksa kuliah dijurusan seni demi melanjutkan bisnis keluarga. Keluarga Bruce Cowel salah satu pemilik museum seni, galeri seni yang terkenal dan kaya raya.
"Tunggu 30 menit dan kita akan tau data lebih lengkap tentang nona Javier." Bruce melihat Steve.
"Kamu memang sahabat ku yang bisa diandalkan Bruce." Steve tersenyum melirik Bruce.
"Jadi cuman Bruce doang. Kamu anggap aku apa Steve? Sumpah aku sangat terluka Steve," kata Darel dengan mimik wajah berpura-pura sedih.
"Yaelaah kayak apa aja sih, hahaha," tawa mereka terdengar begitu kompak.
Mereka bertiga sudah berteman dari masih kecil, tumbuh besar bersama dan saling mendukung satu dengan yang lain.
"Bro aku udah dapat nih data dan profile nona Javier." Bruce memperlihat laptopnya pada Steve.
Steve membaca tentang informasi Azura. Alessia cucu dari Sebastian Javier seorang pengusaha sukses dengan bisnis industrinya. Azura Marion Javier anak yatim piatu karena orang tuanya Harry Javier dan Megan Smith mengalami kecelakaan saat dia berusia 6 tahun.
Azura dibesarkan oleh Ricardo Javier seorang diri karena istrinya Anita Javier yang merupakan nenek Alessia sudah meninggal 10 tahun yang lalu. Harry Javier anak tunggal Ricardo Javier jadi Alessia Javier adalah pewaris tunggal perusahaan Jcorp.
"Gadis yang menarik. Cocok dengan kriteria keluarga aku." Steve menyeringai melihat foto Azura di layar laptop Bruce.
Bruce dan Darel menelan saliva mereka dengan kompak. Jika Steve sudah begini bisa dipastikan dia akan berusaha mendapatkan apa yang dia inginkan tanpa peduli resikonya.
Azura menangis disamping ranjang pasien VVIP di salah satu rumah sakit swasta terbaik di ibu kota. Dia sangat sedih melihat keadaan Ricardo yang terbaring lemah."Kakek... kakek bangun... aku janji akan jadi anak yang penurut tidak membantah omongan kakek lagi. Bangun kek." Azura memegang tangan kakeknya dengan erat."Tante kita bawa aja kakek pengobatan di luar negeri biar lebih baik dan bisa cepat sembuh.""Nona Azura tenang pak Ricardo pasti akan sehat. Tadi kena serangan jantung. Kamu yang sabar yaa sayang," kata Gisela dengan lembut.Gisela sedih melihat keadaan Ricardo dan Azura. Gisela wanita berumur paruh baya adalah asisten dan sekretaris pribadi Ricardo. Gisela dulu sahabat Megan ibu Azura, Gisela membantu Ricardo dan Anita membesarkan, merawat, dan menjaga Azura dari usia 6 tahun sampai diusianya sekarang 20 tahun.Gisela dulu sempat menikah namun akhirnya bercerai, Mantan suami Gisela menceraikannya karena tidak bisa memberikan ket
Azura masih kepikiran tentang apa yang dia dengar saat pembicaraan Ricardo dengan Luis Geraldo. Siapa yang akan dijodohkan? Apakah dia akan dijodohkan oleh kakeknya dengan anak Luis dan Bella Geraldo? Dia belum siap jika harus menikah di usianya yang masih 20 tahun.Dengan perasaan yang sedang tidak menentu Azura menghubungi Wendy tapi ponsel temannya itu tidak aktif lalu menghubungi Joy. Dia ingin bertemu dengan Joy untuk menceritakan tentang dirinya yang sepertinya akan di jodohkan dengan anak Luis Geraldo walau dia sendiri belum pasti.Wajah Azura tidak bersemangat, dia lelah dengan semua peraturan yang dibuat Ricardo dan juga risau tentang kabar perjodohan. Joy mendengarkan semua keluh kesah Azura yang terlihat tertekan.
Tanpa curiga Azura menerima cocktail yang diberikan Roy. Steve memperhatikan itu juga dengan senyuman licik sebentar lagi Azura akan menjadi miliknya dan gadis itu tidak akan mungkin menolaknya lagi.Apa yang direncanakan oleh Steve tidak semudah yang dibayangkan. Niat jeleknya ternyata sudah diketahui oleh pria yang dari tadi memperhatikan Azura. Azura adalah miliknya tidak akan mudah dia membiarkan Azura menjadi milik orang lain.Azura mengalami rasa yang berbeda pada dirinya yang dia bingung untuk diungkapkan. Dia gelisah dan mulai merasa kegerahan tanpa disadarinya menyentuh lehernya. Sensasi berbeda yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya, meningkatkan gairah yangmenjalar dari aliran darah hingga bagian sensitifnya.Wajah A
Hidup di dunia bagaikan suatu ujian dalam hidup. Ada berbagai cerita yang berharga untuk kita syukuri dan ada cerita sedih sebagai pelajaran dalam kehidupan agar tidak terulang lagi di masa depan.Azura terbangun dengan kondisi badannya tidak seperti dulu. Kepalanya pusing, merasakan sakitnya di sekujur tubuhnya terasa remuk redam. Dia bingung dengan keadaan disekitarnya, kamar ini bukan kamarnya.“Aku di mana?” ujar Azura bingung.“Kenapa aku ga pakai baju?”Berbagai pertanyaan ada di dalam benak Azura. Dia berusaha mengingat apa yang terjadi kemarin malam sehingga bisa berakhir di sebuah r
Penyesalan selalu datang terlambat dan baru akan menyadari jika semuanya telah terjadi. Seandainya kemarin dia mendengarkan kata-kata Joy tentu kejadian yang menghancurkan masa depannya tidak akan terjadi.Joy tidak mengantarkan Azura pulang ke rumahnya. Tidak mungkin Azura pulang dalam keadaan yang memprihatinkan. Wajah Azura pucat dan tampak tertekan tidak ada lagi raut kebahagiaan terpancar wajah cantik sahabatnya yang selalu ceria."Kamu makan dulu, Zu," ujar Joy menyuapkan sesendok nasi pada Azura.Azura tanpa semangat memakan secara perlahan suapan dari Joy. Dia sebenarnya tidak lapar, tapi sahabatnya itu selalu mendukungnya membuatnya tidak enak sendiri."Maafkan aku, Azura ini semua salahku. Seandainya aku lebih keras menyuruhmu tidak ikut ke club malam dan mengawasimu semua ini tidak akan pernah terjadi," ujar Joy dengan menyesal.Air mata terj
Azura sangat terkejut kalau hari ini dia akan langsung bertunangan dengan Reno. Dia berpikir ini terlalu cepat, tingkah laku Reno saja begitu menyebalkan. Kalau tidak ingat ada Kakeknya dan orang tua Reno yang sangat baik padanya ingin dia hajar laki-laki dingin tersebut."Apa bertunangan!" Azura menatap Ricardo.Ricardo terkejut dengan reaksi Azura begitu juga dengan Bella.Raut wajah Bella berubah, dia sedih dengan reaksi Azura hal tersebut membuatnya menjadi tidak enak sendiri."Apa tante yakin hari ini langsung bertunangan? Kan saya dengan Reno baru bertemu sekali tante dan kami belum saling mengenal lebih lanjut tante,” protes Azura. Dia keberatan dengan pertunangan yang mendadak."Bu Bella maafkan saya, ini kesalahan saya yang tidak memberitahukan
Keesokan harinya Azura janjian bertemu dengan Reno. Dia sangat kesal pada tunangan sialannya itu, jika bukan karena kakeknya tidak akan mungkin dia mau dengan Reno. Laki-laki sama sekali tidak memperdulikannya.Azura masuk ke dalam salah satu kafe yang tampak lenggang. Jam makan siang sudah lewat jadi kafe tersebut tidak seramai biasanya. Reno melambaikan tangannya ke arah Azur."Hai Azura," sapa Reno.“Tidak usah basa-basi sekarang apa maumu!” ujar Azura dengan raut wajah kesal."Waah ternyata kamu ga sabar-an ya, udah to the point. Santai dulu lah sejenak, pesan minum gitu.""Iya aku memang ga sabar-an, ga mau pesan-pesan apapun jadi cepetan kamu mau bilang tentan
Rasa kesal dan marah ada di dalam benak Azura. Dia ingin melepaskan segalanya, tapi dia sendiri tidak mampu. Apalagi sekarang dia harus berhadapan dengan Reno, lelaki yang kaku, dingin, dan sama sekali tidak memperdulikannya membuat Azura merasa dihargai oleh seorang wanita.Mata Azura menatap Reno dengan dingin, dia tidak ingin terintimidasi oleh pria tersebut. Sekarang mereka sama-sama saling membutuhkan, itu membuat Azura merasa ada kesempatan untuk mengambil keuntungan juga. Pernikahan mereka ada hanya pernikahan kontrak dan bisnis semata."Sekarang bagaimana kita harus memulainya," kata Azura tanpa berbasa-basi pada Reno."Seperti yang aku katakan kemarin, kita menikah, GL company menanam saham perusahaan Jcorp. Si Liam siap memimpin perusahaan, pap
Seusai itu senja jadi sendu awan pun mengabu Kepergianmu menyisakan duka dalam hidupku 'Ku memintal rindu menyesali waktu mengapa dahulu Tak kuucapkan aku mencintaimu sejuta kali sehari Walau masih bisa senyum Namun tak selepas dulu Kini aku kesepian Kamu dan segala kenangan Menyatu dalam waktu yang berjalan Dan aku kini sendirian Menatap dirimu hanya bayangan Tak ada yang lebih pedih
Tak lama Bella dan Luis datang ke rumah sakit, mereka langsung menemui Azura. Azura hanya terdiam menatap lantai dengan pandangan kosong. Dia tidak pernah menyangka akan mengalami musibah seperti ini. Baru saja 2 tahun dia bahagia bersama Reno tapi sekarang jadi seperti ini."Ada apa ini Azura, kenapa Renk bisa seperti ini?" tanya Bella dengan khawatir."Aku... aku..." Azura tak sanggup berkata-kata lagi air mata terus mengalir di pipinya.Bella memeluk Azura. Dia mengerti perasaan menantunya yang tidak menyangka Reno bisa seperti ini. Luis tidak sabar menunggu kabar dari Dokter yang menangani Reno.“Aduh lama banget sih. Ngapain aja mereka,” ucap Luis gelisah.Mereka hanya saling diam sambil memanjatk
Keesokan harinyaDi saat Reno akan berangkat kerja Gil malah menangis. Dia tidak ingin Reno meninggalkannya membuat Reno tidak tega pada putranya."Mau cama papa, papa ga boleh pelgi.” Gil menarik tangan Reno.Reno menggendong Gil lalu berkata, “Gil mau sama ikut Papa?" tanya Reno."Cama Papa… Papa."Reno tidak tega menolak keinginan Gil. Dia pun tidak jadi berangkat ke rumah sakit demi menemani putranya."Bang apa ga masalah kamu ga
2 tahun kemudianTanpa terasa waktu berlalu dengan cepat. Pernikahan Azura dan Reno sudah 2 tahun begitu juga dengan usia Gil yang menginjak 2 tahun.“Sayang, kamu kenapa kok pucat sekali wajahmu?” tanya Reno khawatir keadaan Azura.“Ga tau nih Bang sudah 3 hari aku selalu mual dan muntah-muntah kali pagi,” jawab Azura.Reno teringat kejadian di Sydney dulu persis seperti keadaan Azura saat ini. Dia berpikir mungkin saja Azura hamil. Dia akan memastikan keadaan Azura hamil atau tidak agar tidak bimbang.“Kita ke dokter yaa pagi ini sekalian ikut ke rumah sakit,” ujar Reno.“Iya Bang.”
Tiga bulan kemudianUsia baby Gil sudah 3 bulan. Azura sudah tidak seperti dulu lagi dia banyak tersenyum seakan kebahagiaan selalu menghampirinya. Dalam hatinya berharap kebahagiaan ini jangan sampai berakhir. Sudah dua bulan ini dia membatasi jam praktiknya agar bisa berkumpul bersama keluarga dan bermain bersama putrinya, Gil.Tapi berbeda dengan Richie. Dia mencoba mengerti dengan kebahagiaan Azura dan Reno hanya bisa menatap dari kejauhan kebahagiaan mereka. Dia ingin sekali menghampiri putranya, memeluk putranya, dan mengatakan kalau dia sangat mencintai Gilbert Rexy Geraldo melebihi apapun di dunia ini.Hingga Richie datang menemui Reno di rumah sakit. Dia ingin meminta sekali saja bersama baby Gil lalu dia akan merelakan semuanya.“Ada apa kamu
Setelah pemeriksaan intensif dengan baby Gil oleh tim dokter barulah Luis merasa lega. Baby Gil mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan. Reno sangat sedih menatap bayi yang baru berusia sehari itu terbaring lemah di inkubator untuk membuat suhu tubuhnya stabil.Jarum infus masuk ke dalam tangan bayi mungil tersebut sampai suara tangisan terdengar tanpa air mata. Baby Gil diberikan air susu ibu pengganti yang sudah disiapkan oleh pihak rumah sakit untuk memenuhi gizi anak Reno. Keadaan Azura yang masih dipengaruhi oleh obat penenang tidak memungkinkan untuk memberikan ASI untuk anaknya. Mungkin setelah Azura sadar baru dapat memberikan ASI yang semestinya.“Kamu baik-baik saja Ren?” tanya Luis.“Iya Pa, aku baik-baik saja,” ucap Reno.Luis tidak
Selvia sangat kesal terus mendengar suara tangisan anak Azura. Ingin sekali dia membungkam anak tersebut.“Woi diam ga? Kalau ga diam ku bunuh kamu," teriak Selvia.Suara teriakan Selvia terdengar sampai luar rumah yang hanya berdinding kayu tersebut. Richie sudah sangat emosional dia akan keluar mobil tapi ditahan oleh Reno.“Kamu jangan gegabah Richie,” ujar Reno.“Tapi anakku dalam bahaya,” protes Richie.Reno terdiam. Dia menatap Richie yang sangat khawatir pada Gilbert. Rasa jiwa seorang ayah seakan keluar dari di
Keberadaan Selvia tidak diketahui. Selvia tidak ada di apartemen atau di tempat biasa wanita itu berada. Hal tersebut membuat Richie menjadi semakin yakin kalau Selvia lah yang menculik anaknya.Richie mondar-mandir di dalam kantor dengan gelisah. Dia sangat khawatir dengan keadaan putranya apalagi baru saja beberapa jam dilahirkan di dunia ini seharusnya dia menyuruh orang untuk menjaga Azura dan Gilbert. Dia juga kesal pada Reno, Reno tidak bisa menjaga Azura dengan semestinya.Dering telepon Richie pun berbunyi."Hallo bagaimana?" tanya Richie."Saya masih melakukan pencarian Tuan, alamat yang kamu berikan sudah kosong sejak seminggu yang lalu sepertinya wanita itu sudah merencanakan ini semua dan wanita di cctv itu memang Selvia," ujar Hans.
Beberapa hari kemudianAkhirnya hari yang dinantikan Reno dan Azura tiba juga, Azura akan melahirkan anak pertama mereka. Reno menemani Azura di ruangan bersalin, tak tega melihat wajah kesakitan istrinya."Abang sakiiit." Azura mengeluh pada Reno."Tarik napas lalu buang sayang, ingat saat kamu senam hamil. Ayo sayang aku ada disini selalu menemanimu," kata Reno memberi semangat pada Azura."Sakiiit Bang.. ini semua gara-gara kamu" teriak Azura."Iya sayang ini semua gara-gara aku, ayoo sayang ambil nafasnya dorong lagi.""Bang sakiit… coba Abang ga bercinta ini ga mungkin sakit.”"Iya Sayang semua salah