Masa muda harus dinikmati dengan berbagai pengalaman juga petualangan. Dan itu lah yang dilakukan Azura sekarang. Dia sedang berjingkrak jingkrak, menggerakan badannya, dan bersenandung mengikuti alunan music BTS yang menggunakan bahasa Korea. Alessia menonton konser BTS dengan Joy dan Wendy, sahabatnya.
"Jin, i love you," teriak Joy saat melihat Jin berjalan dari atas panggung menuju tempatnya berdiri.
"Loh V mana, eeh itu V... V," teriak Azura tak mau kalah dari Joy.
Makin histeris Azura berteriak saat V seperti menatap ke arahnya. "Saranghae Oppa... V ooh my god V." Azura berteriak makin keras.
"Woi keras amat sih teriaknya, sumpah berisik banget," ujar Wendy kesal dengan teriakan Azura.
"Apaan sih, biasa aja kali... Namanya juga konser bebas dong mau teriak-teriak juga, mau sepi ke hutan aja sana nonton konser Tarzan," jawab Azura kesal dengan Wendy.
"Terserah dah, eeeh itu Jungkook mana, marry me Jungkook." Wendy juga berteriak saat melihat Jungkook menuju arahnya.
"Is... iis, dia sendiri aja begitu," ejek Azura.
"Astaga cakep amat ya, mata aku bagaikan kena vitamin A." Joy masih bersemangat.
"Cakepan V dong," kata Azura tak mau kalah.
"Cakepan Jungkook," jawab Joy.
"Iiish apaan sih pada berantem cuma gara-gara idol doang, asal kalian tau yaa yang paling cakep dan sexy itu cuman Jin," ujar Wendy.
"Terserah dah, bagi aku V, bagi Joy Jungkook, bagi Wendy Jin jadi sesama Army jangan saling tikung dan saling support demi idol kesayangan kita." Alessia berucap dengan bijak pada Wendy dan Joy.
Mereka melihat Alessia dengan heran, sejak kapan Alessia mendadak bijak dalam berkata-kata membuat Joy dan Wendy tertawa terbahak-bahak."Kamu kenapa Azu? Apa kesambet jin iprit saat perjalanan menuju konser? Kok tiba-tiba bisa berubah mendadak bijak seperti dapat wangsit," ujar Joy yang tidak berhenti tersenyum dengan perubahan Azura.
"Yaa ampun kalian bukannya bersykur dan merasa bahagia punya teman mendadak bijak malah diketawain. Ga asyik akh."
"Bukannya ga asyik, tapi kami heran kamu kok tiba-tiba berubah begitu, bener ga Wend," ujar Joy lagi.
"Sudahlah kita nikmati saja konser BTS. Ga usah dipikirin aku yang begini. Kita 'kan Army sejati."
"Iya.. iya betul sekali hidup BTS, hidup Army," teriak Joy dan Wendy bersamaan.
Merekapun berteriak dengan serempak yel-yel nama member BTS saat lagu Diamond berkumandang. Kim Namjoon! Kim Seokjin! Min Yoongi! Jung Hoseok! Park Jimin! Kim Taehyung! Jeon Jungkook! BTS!
Azura, Joy dan Wendy kembali menikmati konser BTS dengan bahagia. Malam yang sulit dilupakan oleh mereka bertiga menonton boyband yang sangat digandungi anak muda jaman sekarang.
*********************************
Tanpa terasa sudah waktu sudah menunjukan jam 1 pagi dini hari. Sudah saatnya mereka kembali ke rumah masing-masing.
"Gila aku ga akan melupakan konser mereka deh, sumpah keren banget," ucap Alessia yang masih tersenyum teringat konser tadi saat berada di mobil Wendy.
"Iya sama aku juga," kata Wendy senyuman yang tak lepas dari wajahnya.
"Azu tumben banget kamu bisa keluar sampe jam 1 pagi, ga dimarahin kakek Ricardo pulang jam segini?" tanya Joy pada Azura.
"Mati aku." Azura menepuk dahinya dengan kebingungan, dia belum pernah pulang sampai selarut ini. Pulang jam 11 malam saja dia pasti sudah kena omelan dan amarah Ricardo Javier, kakeknya.
Sepanjang perjalanan pulang bibir Alessia tak berhenti bergerak. Dia mengucapkan berbagai macam doa-doa yang diingatnya berharap Ricardo tidak mengetahui kalau dia belum berada di rumah.
"Azu kenapa mulut mu komat kamit terus kayak mbah dukun lagi baca mantra sih," ujar Joy heran menatap Azura.
"Enak aja bilang aku kayak mbah dukun lagi baca mantra. Aku lagi baca doa ini berharap kakek udah tidur dan ga tau kalau aku belum pulang. Pusing aku." Azura merasa gelisah sendiri.
Ricardo Javier, kakek Azura sangat protektif pada dirinya, menjaga, dan melindunginya. Ricardo juga sangat memanjakan Alessia dan memberikan semua hal terbaik untuk cucu semata wayangnya tidak ada yang lebih berharga bagi Ricardo selain Azura. Apapun akan Ricardo lakukan demi kebahagiaan Azura.
Kedua orang tua Azura sudah meninggal karena kecelakaan mobil dan hanya Azura yang selamat dari kecelakaan tersebut. Semenjak kejadian tersebut Ricardo lah yang menjadi satu-satunya yang melindungi Azura, dia tidak akan membiarkan cucunya kekurangan kasih sayang.
Teman-teman Azura menurunkannya tidak terlalu jauh dari rumahnya. Dia berharap Ricardk sudah tidur dan tidak menunggunya pulang. Dengan sangat perlahan Azura membuka pintu ruang tamu. Mengedarkan matanya untuk melihat keadaan sekeliling rumah, mungkin hari ini merupakan keberuntungan untuknya tidak ada sang kakek dimanapun. Azura menarik napasnya dengan lega saat sudah berada dikamarnya dan berteriak kecil.
"Aaah berhasil."
Azura membaringkan badannya di atas ranjangnya yang empuk merasakan aroma parfum cherry blossom kesukaannya. Dia pun teringat konser BTS yang membuatnya tersenyum kembali, wajah para member BTS seakan mengelilingannya. Dia sangat bahagia sekarang bisa menikmati waktu-waktu yang tidak akan pernah dia lupakan.
Sambil bersenandung lagu BTS dia membersihkan sisa-sisa make up di wajahnya. Menatap wajahnya di cermin yang sudah polos tanpa ada polesan.
"Aku memang cantik," ujar Azura memuji dirinya sendiri.
Azura mengganti pakaian dengan baju tidur, tapi tiba-tiba terdengar suara dari dalam perutnya. Membuatnya teringat kalau belum makan malam, dia merasa ragu untuk makan apalagi ini sudah lewat dari jam makan malamnya. Perut Azura semakin mengeluarkan suara yang lebih keras, cacing-cacing di dalam perutnya sudah berdemo untuk minta diberi makanan.
"Jangan makan nanti gembrot," ucapnya mencoba melupakan keinginannya untuk makan malam.
Azura mencoba memejamkan matanya membiarkan rasa lapar yang menderanya. Tapi tetap sulit untuknya untuk tidur malah dia semakin lapar. Dengan perasaan berat Azura pun memutuskan untuk ke dapur. Saat berada di dapur dia membuka kulkas melihat ada apel disana. Menggigit dengan santai buah apel yang ada di dalam genggamnya. Berkali-kali dia menguap, rasa kantuk sudah menderainya, lelah tapi lapar.
Saat sedang asyik makan buah apel Azura merasa ada yang memperhatikannya. Sendirian berada di dalam dapur membuatnya takut.
"Jangan-jangan ada setan lagi," ujar Azura bergidik ngeri.
"Aku makan di kamar aja deh. Serem juga di sini." Azura melangkahkan kakinya keluar dapur.
Tapi ada sesuatu yang aneh, Azura heran kenapa lampu di ruang kerja Ricardo masih menyala. Apakah Kakeknya sedang menerima tamu? Padahal sekarang sudah malam. Seorang pria setengah baya berpakaian parlente keluar dari ruang kerja Ricardo menatap Azura.
"Apa kamu Azura Marion Javier, 'kan?" tanya pria tersebut pada Azura.
Azura menganggukan kepalanya dengan perlahan dan heran pada lelaki tersebut.
"Kamu sangat cantik."
Azura menyerengit dahinya.
"Maaf anda siapa ya?" tanya Azura.
"Saya Luis Geraldo. Sekarang kamu sudah besar Azura menjadi seorang gadis cantik yang pintar dan dewasa. Seandainya kedua orang tua mu masih hidup tentu mereka akan sangat bahagia mempunyai putri sepertimu dan saya permisi dulu karena malam semakin larut," ucap Luis Geraldo menatap Azura.
Azura hanya terdiam mendengarkan lelaki yang bernama Luis Geraldo berbicara tentang dirinya dan kedua orang tuanya. Apa Luis Geraldo ingin mengenal Harry dan Megan orang tuanya?
"Hari sudah semakin malam, saya permisi pulang dulu Azura. Sampai bertemu lagi," ucap Luis.
"Iya Om."
Dengan heran Azura pun kembali ke kamarnya sambil memikirkan apa yang telah terjadi. Besok dia akan bertanya siapa Luis Geraldo pada Ricardo. Setelah tiba di depan pintu kamarnya Azura terkejut saat ada yang memeluk dirinya dari belakang dan membekap mulutnya.
Azura meronta-rontakan badannya. Dia ketakutan dan bingung dengan apa yang telah terjadi.
"Diam!!" suara berat seorang pria membentak Azura.
Bukannya diam Azura semakin meronta-rontakan badannya. Dia harus melepaskan dirinya dalam bekapan pria tersebut.
"Diam atau kau akan aku sakiti," ancam pria tersebut.
Mendengar perkataan pria tersebut Azura ketakutan dan dia memilih untuk menuruti perkataan pria itu.
"Buka pintu kamarmu," ujar pria itu lagi.
Azura menurutinya dan membuka pintu kamarnya.
"Matikan lampunya."
Lagi-lagi Azura menuruti perintah pria itu. Tanpa Azura sangka pria itu malah mencium lehernya membuat tubuhnya meneramang. Dia ketakutan sangat ketakutan apalagi tangan pria itu berada di salah satu gunung kembarnya meremasnya dengan perlahan membuat tubuhnya menggeliat.
Azura yang tidak ingin dilecehkan meraba bagian bagian sensitif pria itu dan meremasnya dengan kencang membuat pria itu memekik dan mendorong tubuh Azura terjatuh di lantai.
"Apa yang kamu lakukan!" teriknya lalu langsung keluar dari kamar Azura dengan kesakitan.
Azura yang terjatuh dilantai tidak percaya apa yang telah dialaminya malam ini. Dengan cepat dia mengunci kamarnya dan menangis diatas ranjang. Dia sangat ketakutan.
Mata Azura memerah, kepalanya terasa pusing semalaman dia terjaga. Walau dia sangat mengantuk, tapi masih mencoba berkonsentrasi dalam kelas Pak Budi di salah satu Universitas swasta terkenal. Rasa kantuk semakin menyerangnya, dia kurang tidur karena kejadian malam itu. Kantung mata dan lingkaran hitam terlihat jelas dimatanya. Entah siapa yang melakukan tindakan yang tidak senonoh padanya membuatnya sangat ketakutan.Wendy dan Joy menatap Azura dengan heran, tidak seperti biasanya gadis ceria itu seperti itu."Azu, kamu kenapa?" Wendy dengan khawatir."Aku ngantuk banget, mata ku ga kuat untuk membuka mataku lagi." Azura sambil menahan diri untuk tidak menguap."Ijin cuci muka dulu sana, masih 1 jam lagi loh kelas berakhir," ujar Wendy.Azura meminta ijin untuk dia ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya yang terlihat sangat lelah. Azura berjalan dengan setengah mata hampir tertutup menabrak seorang pr
Azura akhirnya bisa keluar dari rumahnya setelah dua hari dia dikurung oleh Ricardo tidak bisa keluar rumah dan sudah berada di kampus bersama Wendy dan Joy. Mereka sekarang sedang berada di cafetaria setelah jam kuliah mereka selesai. Wajah Azura hari terlihat begitu berbeda tidak seperti biasanya."Azu dua hari yang lalu mata mu kayak mata panda, hari ini beda lagi membengkak dengan lingkaran mata yang menghitam. Kayaknya perlu touch up deh," kata Wendy ."Haha makasih yaa Wen kamu perhatian banget sama aku." Azura memeluk Wendy."Aku lagi sedih, kesal dan sebel banget sama kakek," ujar Azura."Kenapa? Kamu sama kakek Ricardo bertengkar?" tanya Wendy."Iya saat aku liat cctv diruang kerja kakek, eeh ketauan dan ngeliat video keluar kayak maling padahal belum sempat melihat siapa yang berada disekitar rumah. Baru kali ini kakek berteriak, membentak aku dengan keras," ujar Azura sedih.Saat mereka berusaha menghibur Azura terdengar suara jer
Azura menangis disamping ranjang pasien VVIP di salah satu rumah sakit swasta terbaik di ibu kota. Dia sangat sedih melihat keadaan Ricardo yang terbaring lemah."Kakek... kakek bangun... aku janji akan jadi anak yang penurut tidak membantah omongan kakek lagi. Bangun kek." Azura memegang tangan kakeknya dengan erat."Tante kita bawa aja kakek pengobatan di luar negeri biar lebih baik dan bisa cepat sembuh.""Nona Azura tenang pak Ricardo pasti akan sehat. Tadi kena serangan jantung. Kamu yang sabar yaa sayang," kata Gisela dengan lembut.Gisela sedih melihat keadaan Ricardo dan Azura. Gisela wanita berumur paruh baya adalah asisten dan sekretaris pribadi Ricardo. Gisela dulu sahabat Megan ibu Azura, Gisela membantu Ricardo dan Anita membesarkan, merawat, dan menjaga Azura dari usia 6 tahun sampai diusianya sekarang 20 tahun.Gisela dulu sempat menikah namun akhirnya bercerai, Mantan suami Gisela menceraikannya karena tidak bisa memberikan ket
Azura masih kepikiran tentang apa yang dia dengar saat pembicaraan Ricardo dengan Luis Geraldo. Siapa yang akan dijodohkan? Apakah dia akan dijodohkan oleh kakeknya dengan anak Luis dan Bella Geraldo? Dia belum siap jika harus menikah di usianya yang masih 20 tahun.Dengan perasaan yang sedang tidak menentu Azura menghubungi Wendy tapi ponsel temannya itu tidak aktif lalu menghubungi Joy. Dia ingin bertemu dengan Joy untuk menceritakan tentang dirinya yang sepertinya akan di jodohkan dengan anak Luis Geraldo walau dia sendiri belum pasti.Wajah Azura tidak bersemangat, dia lelah dengan semua peraturan yang dibuat Ricardo dan juga risau tentang kabar perjodohan. Joy mendengarkan semua keluh kesah Azura yang terlihat tertekan.
Tanpa curiga Azura menerima cocktail yang diberikan Roy. Steve memperhatikan itu juga dengan senyuman licik sebentar lagi Azura akan menjadi miliknya dan gadis itu tidak akan mungkin menolaknya lagi.Apa yang direncanakan oleh Steve tidak semudah yang dibayangkan. Niat jeleknya ternyata sudah diketahui oleh pria yang dari tadi memperhatikan Azura. Azura adalah miliknya tidak akan mudah dia membiarkan Azura menjadi milik orang lain.Azura mengalami rasa yang berbeda pada dirinya yang dia bingung untuk diungkapkan. Dia gelisah dan mulai merasa kegerahan tanpa disadarinya menyentuh lehernya. Sensasi berbeda yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya, meningkatkan gairah yangmenjalar dari aliran darah hingga bagian sensitifnya.Wajah A
Hidup di dunia bagaikan suatu ujian dalam hidup. Ada berbagai cerita yang berharga untuk kita syukuri dan ada cerita sedih sebagai pelajaran dalam kehidupan agar tidak terulang lagi di masa depan.Azura terbangun dengan kondisi badannya tidak seperti dulu. Kepalanya pusing, merasakan sakitnya di sekujur tubuhnya terasa remuk redam. Dia bingung dengan keadaan disekitarnya, kamar ini bukan kamarnya.“Aku di mana?” ujar Azura bingung.“Kenapa aku ga pakai baju?”Berbagai pertanyaan ada di dalam benak Azura. Dia berusaha mengingat apa yang terjadi kemarin malam sehingga bisa berakhir di sebuah r
Penyesalan selalu datang terlambat dan baru akan menyadari jika semuanya telah terjadi. Seandainya kemarin dia mendengarkan kata-kata Joy tentu kejadian yang menghancurkan masa depannya tidak akan terjadi.Joy tidak mengantarkan Azura pulang ke rumahnya. Tidak mungkin Azura pulang dalam keadaan yang memprihatinkan. Wajah Azura pucat dan tampak tertekan tidak ada lagi raut kebahagiaan terpancar wajah cantik sahabatnya yang selalu ceria."Kamu makan dulu, Zu," ujar Joy menyuapkan sesendok nasi pada Azura.Azura tanpa semangat memakan secara perlahan suapan dari Joy. Dia sebenarnya tidak lapar, tapi sahabatnya itu selalu mendukungnya membuatnya tidak enak sendiri."Maafkan aku, Azura ini semua salahku. Seandainya aku lebih keras menyuruhmu tidak ikut ke club malam dan mengawasimu semua ini tidak akan pernah terjadi," ujar Joy dengan menyesal.Air mata terj
Azura sangat terkejut kalau hari ini dia akan langsung bertunangan dengan Reno. Dia berpikir ini terlalu cepat, tingkah laku Reno saja begitu menyebalkan. Kalau tidak ingat ada Kakeknya dan orang tua Reno yang sangat baik padanya ingin dia hajar laki-laki dingin tersebut."Apa bertunangan!" Azura menatap Ricardo.Ricardo terkejut dengan reaksi Azura begitu juga dengan Bella.Raut wajah Bella berubah, dia sedih dengan reaksi Azura hal tersebut membuatnya menjadi tidak enak sendiri."Apa tante yakin hari ini langsung bertunangan? Kan saya dengan Reno baru bertemu sekali tante dan kami belum saling mengenal lebih lanjut tante,” protes Azura. Dia keberatan dengan pertunangan yang mendadak."Bu Bella maafkan saya, ini kesalahan saya yang tidak memberitahukan
Seusai itu senja jadi sendu awan pun mengabu Kepergianmu menyisakan duka dalam hidupku 'Ku memintal rindu menyesali waktu mengapa dahulu Tak kuucapkan aku mencintaimu sejuta kali sehari Walau masih bisa senyum Namun tak selepas dulu Kini aku kesepian Kamu dan segala kenangan Menyatu dalam waktu yang berjalan Dan aku kini sendirian Menatap dirimu hanya bayangan Tak ada yang lebih pedih
Tak lama Bella dan Luis datang ke rumah sakit, mereka langsung menemui Azura. Azura hanya terdiam menatap lantai dengan pandangan kosong. Dia tidak pernah menyangka akan mengalami musibah seperti ini. Baru saja 2 tahun dia bahagia bersama Reno tapi sekarang jadi seperti ini."Ada apa ini Azura, kenapa Renk bisa seperti ini?" tanya Bella dengan khawatir."Aku... aku..." Azura tak sanggup berkata-kata lagi air mata terus mengalir di pipinya.Bella memeluk Azura. Dia mengerti perasaan menantunya yang tidak menyangka Reno bisa seperti ini. Luis tidak sabar menunggu kabar dari Dokter yang menangani Reno.“Aduh lama banget sih. Ngapain aja mereka,” ucap Luis gelisah.Mereka hanya saling diam sambil memanjatk
Keesokan harinyaDi saat Reno akan berangkat kerja Gil malah menangis. Dia tidak ingin Reno meninggalkannya membuat Reno tidak tega pada putranya."Mau cama papa, papa ga boleh pelgi.” Gil menarik tangan Reno.Reno menggendong Gil lalu berkata, “Gil mau sama ikut Papa?" tanya Reno."Cama Papa… Papa."Reno tidak tega menolak keinginan Gil. Dia pun tidak jadi berangkat ke rumah sakit demi menemani putranya."Bang apa ga masalah kamu ga
2 tahun kemudianTanpa terasa waktu berlalu dengan cepat. Pernikahan Azura dan Reno sudah 2 tahun begitu juga dengan usia Gil yang menginjak 2 tahun.“Sayang, kamu kenapa kok pucat sekali wajahmu?” tanya Reno khawatir keadaan Azura.“Ga tau nih Bang sudah 3 hari aku selalu mual dan muntah-muntah kali pagi,” jawab Azura.Reno teringat kejadian di Sydney dulu persis seperti keadaan Azura saat ini. Dia berpikir mungkin saja Azura hamil. Dia akan memastikan keadaan Azura hamil atau tidak agar tidak bimbang.“Kita ke dokter yaa pagi ini sekalian ikut ke rumah sakit,” ujar Reno.“Iya Bang.”
Tiga bulan kemudianUsia baby Gil sudah 3 bulan. Azura sudah tidak seperti dulu lagi dia banyak tersenyum seakan kebahagiaan selalu menghampirinya. Dalam hatinya berharap kebahagiaan ini jangan sampai berakhir. Sudah dua bulan ini dia membatasi jam praktiknya agar bisa berkumpul bersama keluarga dan bermain bersama putrinya, Gil.Tapi berbeda dengan Richie. Dia mencoba mengerti dengan kebahagiaan Azura dan Reno hanya bisa menatap dari kejauhan kebahagiaan mereka. Dia ingin sekali menghampiri putranya, memeluk putranya, dan mengatakan kalau dia sangat mencintai Gilbert Rexy Geraldo melebihi apapun di dunia ini.Hingga Richie datang menemui Reno di rumah sakit. Dia ingin meminta sekali saja bersama baby Gil lalu dia akan merelakan semuanya.“Ada apa kamu
Setelah pemeriksaan intensif dengan baby Gil oleh tim dokter barulah Luis merasa lega. Baby Gil mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan. Reno sangat sedih menatap bayi yang baru berusia sehari itu terbaring lemah di inkubator untuk membuat suhu tubuhnya stabil.Jarum infus masuk ke dalam tangan bayi mungil tersebut sampai suara tangisan terdengar tanpa air mata. Baby Gil diberikan air susu ibu pengganti yang sudah disiapkan oleh pihak rumah sakit untuk memenuhi gizi anak Reno. Keadaan Azura yang masih dipengaruhi oleh obat penenang tidak memungkinkan untuk memberikan ASI untuk anaknya. Mungkin setelah Azura sadar baru dapat memberikan ASI yang semestinya.“Kamu baik-baik saja Ren?” tanya Luis.“Iya Pa, aku baik-baik saja,” ucap Reno.Luis tidak
Selvia sangat kesal terus mendengar suara tangisan anak Azura. Ingin sekali dia membungkam anak tersebut.“Woi diam ga? Kalau ga diam ku bunuh kamu," teriak Selvia.Suara teriakan Selvia terdengar sampai luar rumah yang hanya berdinding kayu tersebut. Richie sudah sangat emosional dia akan keluar mobil tapi ditahan oleh Reno.“Kamu jangan gegabah Richie,” ujar Reno.“Tapi anakku dalam bahaya,” protes Richie.Reno terdiam. Dia menatap Richie yang sangat khawatir pada Gilbert. Rasa jiwa seorang ayah seakan keluar dari di
Keberadaan Selvia tidak diketahui. Selvia tidak ada di apartemen atau di tempat biasa wanita itu berada. Hal tersebut membuat Richie menjadi semakin yakin kalau Selvia lah yang menculik anaknya.Richie mondar-mandir di dalam kantor dengan gelisah. Dia sangat khawatir dengan keadaan putranya apalagi baru saja beberapa jam dilahirkan di dunia ini seharusnya dia menyuruh orang untuk menjaga Azura dan Gilbert. Dia juga kesal pada Reno, Reno tidak bisa menjaga Azura dengan semestinya.Dering telepon Richie pun berbunyi."Hallo bagaimana?" tanya Richie."Saya masih melakukan pencarian Tuan, alamat yang kamu berikan sudah kosong sejak seminggu yang lalu sepertinya wanita itu sudah merencanakan ini semua dan wanita di cctv itu memang Selvia," ujar Hans.
Beberapa hari kemudianAkhirnya hari yang dinantikan Reno dan Azura tiba juga, Azura akan melahirkan anak pertama mereka. Reno menemani Azura di ruangan bersalin, tak tega melihat wajah kesakitan istrinya."Abang sakiiit." Azura mengeluh pada Reno."Tarik napas lalu buang sayang, ingat saat kamu senam hamil. Ayo sayang aku ada disini selalu menemanimu," kata Reno memberi semangat pada Azura."Sakiiit Bang.. ini semua gara-gara kamu" teriak Azura."Iya sayang ini semua gara-gara aku, ayoo sayang ambil nafasnya dorong lagi.""Bang sakiit… coba Abang ga bercinta ini ga mungkin sakit.”"Iya Sayang semua salah