Share

Bab 152: Kegelisahan Livy

Penulis: NACL
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
‘Dia ‘kan wanita itu,’ Livy membatin, pandangannya tak luput dari sosok berdiri anggun di depan suaminya.

Saat ini, paru-paru dan jantungnya bagai menciut, napas terasa berat dan nyeri sekitar dada. Livy membelalak ketika El menerima uluran tangan itu. Tidak ada yang aneh memang, lagi pula sejak tadi pria dan wanita saling berjabat tangan.

Berbeda dengan yang ini, Livy tidak terima, ingin sekali ia berteriak dan mengusir wanita di depannya.

“Terima kasih, silakan nikmati pestanya,” ujar El sembari melepaskan tangan.

“Tuan, Nyonya, saya datang menyampaikan hadiah dari Bos, beliau berhalangan hadir,” tutur wanita itu memberikan kotak kecil ke tangan El.

Entah mengapa di telinga Livy suara itu merambat manja dan menggoda. Mungkin perasaannya terlalu berlebihan, mengingat foto yang ditunjukan oleh Diego.

“Permisi Tuan dan Nyonya,” pamit wanita bergaun seksi dan terbuka.

Meskipun wanita berparas cantik itu telah menjauh, Livy tidak serta merta tenang. Ia mengigit bibir bawahnya, menatap taj
NACL

selamat membaca (◠‿・)—☆ siapa tau ada yang masih bangun (。•̀ᴗ-)✧

| 3
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Harsa Amerta Nawasena
Semoga tidak ada jebakan batman baik untuk El maupun Livy
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Skandal Semalam Bersama Kakak Ipar   Bab 153: Berat Melepasmu Pergi

    Livy mengerjapkan mata, celoteh serta tawa bayi memaksa membuka kelopak dengan lebar. Walau badannya lemas seperti selesai pertandingan karate, ia melengkungkan bibir lalu duduk menyandar pada kepala ranjang.Sebagai ibu yang baik, Livy menyapa Alessandro. Bayi gembul itu tengah bercanda bersama El, hatinya menghangat melihat dua lelaki berharga dalam hidupnya.“Pagi Sayang,” sapa Livy.El memutar tubuh, mencubit pipi polos Livy. “Mommy bangun terlambat, lihat matahari semakin tinggi, ini sudah siang Mommy,” kelakarnya.“Kenapa kamu diam saja aku bangun siang?!” Livy menyingkap selimut, mengambil kemeja putih sang suami di kaki ranjang. Ia bergegas membersihkan diri, lalu menyusui Al, karena buah dada terasa penuh.Ternyata selama Livy tidur, Al disuapi Daddy-nya. El berinisiatif memesan bubur bayi, lelaki ini bukan hanya pandai mengatur dan mengelola bisnis, tetapi mengasuh bayi menjadi keahlian baru.Selesai menyuapi Al, El cekatan memandikan bayi gembulnya, kedua lelaki itu bermain

  • Skandal Semalam Bersama Kakak Ipar   Bab 154: LDR Livy dan El

    “Kamu mengantar bunga ini untukku?” Livy menggeser kursi, ia berdiri menghampir wanita itu, mengambil buket bunga mawar.Kini, tidak ragu lagi kalau kiriman bunga memang untuknya. Tanpa banyak tanya, semua orang tahu siapa sosok pria belebihan itu.“Nyonya, Tuan Muda bilang saya harus mengantarnya langsung ke sini. Maaf mengganggu waktunya,” tutur Esme—sekretaris kutu buku Torres Inc.“Terima kasih Esme. Kamu … ayo duduk dulu, belum makan malam ‘kan?” ujar Livy dengan ramah.Jujur, hatinya merasa lega karena Esme ada di kota ini tidak ikut atau menyusul El ke Birmingham. Ia menggiring wanita berkacamata tebal itu duduk dan menikmati malam.Setelahnya, Livy kembali ke kamar, ia memeluk bunga yang sukar dipeluk lantaran ukuran terlalu besar. Ia mengulum senyum, walaupun suaminya jauh tetapi malam ini lelaki itu seolah-olah hadir di kamar tidur.“Harum banget bunganya,” gumam Livy tersipu-sipu.Ia juga membaca kartu ucapan kecil di atas kotak coklat besar berbentuk hati. Lagi-lagi, El mam

  • Skandal Semalam Bersama Kakak Ipar   Bab 155: Diabaikan

    [Selamat pagi, tumben kamu lupa membangunkan aku?][Sayang, kenapa teleponnya tidak diterima? Sibuk mengurus Al ya, dia rewel?][Livy, di mana?! Estefania bilang kamu berangkat lebih pagi. Ada masalah apa di kantor?][Sayang, jangan lupa makan siang! Kenapa kamu diam begini? Terima teleponku dan bicara ada apa! Aku tidak mengerti alasanmu berubah.][Kalau begini caranya, aku bisa gila. Apa mungkin ponsel kamu tertinggal?]Livy memutar bola mata jengah, bukan tidak membaca isi pesan, ia mengintip tetapi enggan membalas atau menerima telepon dari El.Sejak semalam, suaminya itu meninggalkan tujuh panggilan tak terjawab dan dua pesan singkat. Disusul pagi ini sampai sore, El tak berhenti menelepon dan mengirim pesan.Dari kemarin sore juga Livy menghabiskan waktu dengan menyendiri dan menangis. Bahkan ia meredam suaranya saat malam tiba, saking tak mau adik ipar mngetahui masalah yang terjadi.Sekarang, Livy menyandarkan tubuh pada punggung kursi empuk. Ia menengadahkan kepala, menatap la

  • Skandal Semalam Bersama Kakak Ipar   Bab 156: Rindu Itu Berat

    “Kepalaku pusing,” desah Livy mulai mengerjapkan kelopak, perlahan membuka mata, melirik ke samping, pemandangan pertama yang dilihat bukan plafon atau hal lain.Melainkan seorang pria sedang tersenyum manis. El berbaring miring, menopang kepala dengan sebelah telapak tangan. Rahang tegas bersih tak berambut halus itu begitu nyata, iris biru safirnya memancarkan tatapan penuh cinta.Namun, Livy mengerutkan dahi, ia menggeleng lemah, dan mengembuskan napas lelah. Sejurus kemudian, ia melipat bibir mungil nan penuhnya.Wanita ini menggeser pandangan ke jam digital, waktu menunjukkan pukul satu dini hari. Langit di luar gelap gulita, di kamar tidur yang luas hening, tetapi suara napas seseorang menyadarkan Livy tidak sendirian di ruangan ini.“Ternyata rindu itu berat ya. Bisa-bisanya aku berhalusinasi, mengira Estefania berubah jadi Kak El,” gumam ibu muda, menertawakan diri sendiri. “Kalau benar Kak El ada di sampingku, aku remas badannya karena bikin kesal terus,” sambungnya lagi semba

  • Skandal Semalam Bersama Kakak Ipar   Bab 157: LDR Itu Berat

    “Kamu cemburu? Tapi kenapa menuduhku?” El mengangkat sebelah alisnya.Tidak terima dituduh begitu saja, lelaki ini membawa Livy kembali ke kamar. El enggan masalah kehidupan rumah tangganya terdengar oleh anggota keluarga lain.Mereka yang tidak tahu bisa saja berpikiran buruk, cukup sekali ia mendapat perlakuan tak biasa karena masa lalu.“Kenapa ke kamar? Jadi benar kalau kalian—“ cerca Livy tertahan.Sayang, El membungkam bibir merah muda itu dengan lumatan lembut, badannya lelah kekurangan tidur ditambah melakukan perjalanan jauh, sekarang perlu menjelaskan sesuatu yang tidak terduga.Sedangkan Livy berusaha memberontak, walau pukulannya terlalu lemah bagi pria bertubuh atletis. El membiarkan sang istri melampiaskan amarah dalam hati.Setelah Livy-nya sedikit tenang, El melepas pagutan, merangkum kedua pipi basah akibat kristal bening menganak sungai.Pria ini tak menjauh, bahkan embusan napas hangat menerpa kulit wajah Livy. El mempertemukan dahinya dengan kening sang istri, mengh

  • Skandal Semalam Bersama Kakak Ipar   Bab 158: Bantuan Wanita Penggoda

    “Ayolah Sayang, temani aku di sana, mau ya?” El memelas, ia tahu wanita ini sibuk, tetapi sebagai suami El ingin dimanja, diprioritaskan di atas pekerjaan.Livy termenung menatap sorot mata biru safir suaminya. Ia menelan ludah, lidahnya terasa kelu, mendadak pembendaharaan katanya menghilang tak bersisa. “Umm, aku—“ Lagi, El menyela ucapan sang istri, “Tidak bisa ya? Bawa pekerjaanmu ke Birmingham juga tidak bisa Sayang?” pintanya seraya melihat riak pada wajah Livy, pria ini mengembuskan napas kecewa. “Ya sudah, aku juga tidak memaksa, kita perlu saling mempercayai selama berjauhan, hum?”El mengacak puncak kepala Livy, lantas mengambil nampan berisi churros dan saus coklat. Ia meraih satu potong dan mencoleknya dengan saus.Sedangkan Livy masih sibuk sendiri dengan pikirannya, gamang antara memilih mengikuti suami atau mengurusi pekerjaan kantor yang tidak ada habisnya. Pandangannya berubah sendu, ia memperhatikan El seakan tak mempermasalahkan hubungan jarak jauh ini. Namun, bag

  • Skandal Semalam Bersama Kakak Ipar   Bab 159: Mempertahankan Milikku

    [Berangkat jam berapa? Aku jemput di bandara. Aku sewa apartemen, cukup luas, pasti kamu suka.]Livy mengulum senyum membaca isi pesan singkat dari sang suami. Atas perintah khusus dari El, ia dan Al diantar dua orang pengawal wanita.“Tidak perlu dijemput, sebaiknya selesaikan pekerjaan Kakak. Kirim alamat apartemennya ya.” Isi pesan balasan Livy sesaat sebelum pesawat lepas landas dari Madrid.Hampir tiga jam mengudara, akhirnya Livy tiba di kota terbesar kedua Britania Raya. Ibu muda ini memangku Al, ia melirik kagum pada suasana bandar udara. Sedangkan dua pengawal pribadi mengawasi dari sisi kanan dan kiri.Livy memeriksa benda pipihnya, ia manggut-manggut membaca lokasi apartemen yang dikirimkan sang suami. Kemudian mengikuti langkah pengawal, menaiki satu unit mobil yang membawanya ke lokasi.“Kak El sudah di apartemen belum? Jangan lembur ya, nanti aku marah.” Ketikan pesan itu segera dikirim, Livy tidak sabar bertemu dan menghabiskan waktu bersama suaminya.Setelah puluhan men

  • Skandal Semalam Bersama Kakak Ipar   Bab 160: Mengusir Pelakor

    “Apa? Tanpa diminta juga pasti ku beri.” El menggesek puncak hidung bangirnya pada daun telinga Livy.“Bantu aku!” jawab Livy singkat dan padat, seketika kerutan halus terpahat di kening El.“Bantu apa?” El penasaran, karena wanitanya bermain teka-teki.Bukannya langsung menjawab pertanyaan sang suami, Livy malah merubah posisi duduknya. Ia menghadap El, kedua tungkai sengaja dibiarkan terayun di sisi kanan dan kiri. Lima jari lentik bermain di atas kancing kemeja putih, perlahan tapi pasti, Livy meloloskan dari pengaitnya. Ia mengerling nakal, membelai kepala bagian belakang El, dan mengikis celah tersisa.Wanita ini menempelkan bibir ke telinga El, tampak membisikan sesuatu. "Itu keinginanku, bisa 'kan?"El mengangguk, dan berkata, “Nakal.”Pria ini berusaha mempercepat tempo, memajukan kepala, hendak meraup bibir candunya.Sayang, Livy lebih senang mengulur waktu, menikmati setiap detik kebersamaan. Tingkah wanita ini membuat El panas dingin kepala atas dan bawah.“Sayang,” desah

Bab terbaru

  • Skandal Semalam Bersama Kakak Ipar   Bab 300: Terima Kasih - Tamat

    “Ini sudah siang, di mana Al? Dia bilang olahraga di sekitar hotel,” gusar Livy bolak-balik melihat jam digital.“Periksa saja kamarnya, anak itu senang kabur, menyelinap masuk dan seolah tidak terjadi sesuatu,” jawab El begitu enteng sembari bermain lego bersama An.Livy mendengus kasar mendengar jawaban sang suami. Ia ingin sekali mengahancurkan susunan lego yang terhampar luas di atas lantai. Suaminya itu bukan mencari keberadaan Al malah asyik bermain seperti anak kecil. Alhasil ibu tiga anak itu membuka pintu kamar Al, ternyata kosong.“Al belum pulang,” lirih Livy melirik putra kedua yang asyik bermain game.Akibat kesal, tidak ada yang peduli pada perasaannya, Livy mengunjungi pusat kebugaran serta taman hotel. Memang banyak orang menggunakan fasilitas untuk olahraha, tetapi setengah jam ia mengamati, tidak menemukan putra sulungnya.“Di mana kamu Al?” Livy memijat pelipis.Ketika ia berjalan menuju lobi, Livy tercenung melihat El menggendong An, berjalan tergesa-gesa, diikuti

  • Skandal Semalam Bersama Kakak Ipar   Bab 299: Bertemu Teman Kecil

    “Kenapa kamu di sini?” Kedua bola mata Al berbinar menatap sosok gadis cantik di depannya.“Menurumu, untuk apa aku di sini?” goda anak kecil yang kini menjelma menjad remaja luar biasa.“Mommy-mu di sini?” Al menolehkan kepala ke kanan dan kiri.Gadis itu terkekeh geli melihat tingkah teman baiknya. Lalu mendekati Al yang masih kebingungan, sebab ini Swiss bukan New York, lintas benua yang tidak mudah dilalui hanya dengan satu atau dua jam.“Tentu saja Al, aku menemani Mommy,” sahut anak itu.“Ah, aku pikir kamu nyasar. Bagaimana kabarmu Belle?” Al maju satu langkah hendak mengulurkan tangan.Namun, gadis itu mundur satu langkah dengan wajah tersipu, tetapi pandangannya tidak teralihkan dari Al. Seakan kehabisan kosakata, Belle bungkam, tidak menjawab pertanyaan Al. Anak itu larut dalam pesona remaja tampan di hadapannya.Tidak ingin semakin salah tingkah, Belle meraih minuman tinggi gula, lantas meneguknya. Membuat Al semakin mengikis jarak.Bahkan, putra sulung El dan Livy, merebu

  • Skandal Semalam Bersama Kakak Ipar   Bab 298: Pesta Di Zurich

    “Mi Amor?!” pekik El, melihat Livy berjalan gontai di tengah ramainya orang berlalu-lalang.“Mom, ada apa?!”Seketika El, Al, dan Gal berlarian menghampiri Livy. Bahkan El memapah tubuh wanitanya yang gemetaran.“An … di-a menghilang.” Tangis Livy pecah, perhatian semua orang tertuju pada keluarga kecil itu.Setelah mendengar hal itu, Al dan Gal bergegas ke toilet wanita, mereka masuk tanpa izin, hingga para pengguna kamar kecil berteriak. Tak sedikit dari beberapa orang melempar dengan sepatu. “Kak, bagaimana ini? An benar-benar menghilang.” Gal tidak menyangka hari istiewa yang dinanti berujung petaka.“Ayo temui Mom dan Daddy,” ajak Al menyeret pergelangan tangan adik laki-laki. Walaupun perih menjalar, Gal tidak peduli, karena saat ini paling penting menemukan keberadaan Antonia. Pikiran dua remaja tampan itu khawatir adiknya diculik, tetapi mengingat belakang ini tidak ada sesuatu yang mencurigakan, hal itu pun mustahil.Livy dan El menuju ruang keamanan, di susul Al dan Gal.

  • Skandal Semalam Bersama Kakak Ipar   Bab 297: Saling Menyayangi

    “Berisik!” teriak seorang gadis kecil, menutup telinga dan memelotot menatap dua remaja di depannya.“Anak nakal!” seru suara bass sambil menunjuk penuh amarah. “Itu milikku!”“Ambil saja kalau berani!” sahut remaja satunya lagi.Dalam beberapa tahun berlalu, putra dan putri Livy tumbuh pesat. Ketiganya meramaikan mansion, terutama ketika momen liburan seperti sekarang.Di mana, bukan hanya Al, Gal dan An berkumpul, tetapi Estelle serta para sepupu lain turut menyumbang suara di Mansion Torres.“Kalian itu sudah besar kenapa bertingkah seperti kami?!” lontar An menatap gemas dua kakak laki-lakinya.“Galtero merebut laptopku!” geram Al, “Adik nakal, seharusnya kamu ikut Daddy dan Mommy ke pertemuan bisnis, bukan menjadi pengganggu!” Kalimat pedas Al tertuju pada adiknya.Tidak ingin acara bermainnya terusik, An melangkah maju, mendekati kakak keduanya. Bocah itu bertolak pinggang, menjulurkan tangan, meminta secara baik-baik supaya Gal mengembalikan laptop Al. Akan tetapi, Galtero sang

  • Skandal Semalam Bersama Kakak Ipar   Bab 296: Tiga Bersaudara

    “Jika itu sakit tidak mungkin Livy hamil sampai tiga kali!” jawab El.Livy langsung menundukkan wajah, entah dari mana suaminya bisa memiliki jawaban memalukan seperti itu. Jujur, saat ini ia kehilangan muka di hadapan adik ipar. Bukan hanya adik ipar, tetapi ibu mertua yang mendadak masuk kamar. Seketika, ingin sekali Livy melempar bantal pada wajah tampan suami.“Sudah, tidak perlu dibahas. Itu rahasia ranjang,” celetuk Mom Pamela setelah melihat kulit pipi menantu berubah masak.“Tapi … aku penasaran Mom. Setidaknya aku tahu, ternyata tidak sakit.” Tawa Estefania sambil menubrukkan bahu ke lengan Livy.Rasa malu Livy semakin menggunung ketika El sengaja menghampiri, merunduk, lalu menaruh ibu jari di bawah dagu, perlahan menariknya, mempertemukan dua bibir.“Wah, romantis sekali. Tapi seharusnya kalian tidak pamer kemesraan,” ucap Estefania dengan lemas. “Luis belum pulang. Huh, kenapa dia betah sekali di NYC mengunjungi kakak sepupunya, padahal kami lebih membutuhkan,” sambungnya

  • Skandal Semalam Bersama Kakak Ipar   Bab 295: Bagaimana Bisa, Dia ....

    [Kak El, cepat ke mansion utama! Sepertinya Livy mengalami kontraksi.]Isi pesan Estefania, dikirim secara diam-diam, sebab Livy selalu menolak. Wanita itu berdalih berdasarkan pengalaman, belum waktunya bersalin.Kedua wanita itu entah sudah berapa putara mengelilingi taman mansion yang luas. Estefania dibanjiri keringat, sama seperti Livy. Akan tetapi, ibu hamil itu enggan mengakhiri kegiatan olahraga ringan.“Akh … tidak apa-apa, semakin terasa sakit, maka waktu bertemu kita lebih cepat,” gumam ibu dari Al dan Gal, membelai bagian bawah perut, seakan mengetahui di sanalah letak kepala bayi.“Mommy percaya kita bisa Nak. Kakak Al dan Gal tidak sabar bermain denganmu,” sambung Livy sembari terkekeh pelan.Sementara Estefania berlinang air mata, menatap Livy sesekali meringis, keringat bercucuran dari kening, bahkan bagian punggung tampak basah.Wanita berambut pirang itu sesenggukan karena ia selalu mengeluh tidak mau mengandung dan melahirkan lagi. Sebab, adik bungsu El merasa tidak

  • Skandal Semalam Bersama Kakak Ipar   Bab 294: Sulitnya Merawat Bayi

    “Ternyata kamu masih mengingatnya, aku tidak suka! Di dalam sini dan sini.” El menunjuk kepala serta dada Livy. “Hanya ada aku, pria lain tidak boleh!”Setelah mengatakan itu, El masuk ke mansion lebih dulu, tujuannya bukan ruang kerja atau kamar.Puas menikmati pemandangan langit malam serta suasana kota yang diramaikan pejalan kaki, El memutuskan membawa Livy pulang.Tadi, dalam perjalanan menuju mansion, El penasaran alasan wanitanya sangat menyukai kopi di café itu tetapi enggan berkunjung.Rupanya, di tempat itu Livy kerap menghabiskan waktu, membuang lelah serta perih karena memikirkan nasib pernikahannya bersama Sergio. “Mommy, bagaimana Bibi Es? Apa adik bayi sudah lahir?” tanya Al antara khawatir dan gembira.“Estefania sakit perut karena terlalu banyak makan pedas. Doakan yang terbaik untuk Bibi ya.” Livy memulas senyum lantas memberi kecupan sebelum tidur pada kedua buah hati.Wanita berperut besar itu melangkah ke kamar, ia membersihkan kulit dari sisa-sisa debu. Menggant

  • Skandal Semalam Bersama Kakak Ipar   Bab 293: Karena Adik Ipar

    “Kita mau ke mana Mi Amor?!” Dahi El berkerut cukup dalam.Pria itu tidak tahu apa pun, tanpa basa-basi Livy membuka pintu kamar, langsung menarik pergelangan tangan sang suami.“Hati-hati jalannya Mi Amor, sebenarnya ada apa? Kenapa kita buru-buru begini?” El mengamati wajah cantik Livy dihiasi garis kecemasan.“Nanti saja di mobil, ini penting El.” Livy tak melepas tangannya dari pergelangan El. “Tolong kemudikan dengan cepat Pak,” pinta wanita itu tanpa memberi perintah dan arah tujuan.Merasa terdapat sesuatu yang genting, El menjelaskan secara perlahan pada sopir untuk mempersiapkan mobil. Bahkan pria itu harus menambah stok kesabaran, lantaran Livy tidak bisa diam karena menarik-narik lengan kaos.Setelah duduk nyaman, kendaraan roda empat melaju menuju kediaman William. Terlebih dahulu, Livy meneguk setengah botol air mineral.“Pelan-pelan Mi Amor! Kamu bisa tersedak!” Nada peringatan El membuat sopir berjengit. “Lanjutkan, jangan berhenti!” titahnya pada pria di balik setir.“T

  • Skandal Semalam Bersama Kakak Ipar   Bab 292: Suami Menyebalkan

    “Kenapa membeli pakaian bayi sebanyak ini, Es? Dia tumbuh cepat, dan berakhir tidak terpakai semua.” Livy melihat adik iparnya tersenyum lebar sambil memerintah maid merapikan kamar bayi. “Kamu tahu Livy, aku sudah tidak sabar berbelanja pakaian bayi sejak kita mendekor kamar anaknya Abril. Akhirnya sekarang Luis mengizinkan aku keluar, ah senangnya.” Estefania menjentikkan telunjuk pada maid. “Lemarinya digeser sedikit, ranjangnya jangan terlalu dekat dengan jendela!”Beberapa bulan berlalu, kandungan para ibu hamil itu telah memasuki tri semester tiga. Apalagi Estefania kurang dari satu bulan lagi melahirkan. Paska terjadi hal tidak diinginkan di salon, wanita itu terpeleset dan mengalami pendarahan ringan. Luis sangat posesif, melarang Etefania melakukan kegiatan apa pun, termasuk belanja kebutuhan bayi.Estefania melirik Livy. “Lalu kamu sudah membeli apa saja?”“Oh itu, karena dokter bilang calon anak ketiga kami laki-laki, kebetulan beberapa baju bayi Al dan Gal masih ku simpa

DMCA.com Protection Status