selamat membaca (づ ̄ ³ ̄)づ boleh berikan ulasan dan gem ya terima kasih ...
“S-si-siapa yang cemburu?” Suara Livy terbata.“Kamu.” Tunjuk El ke arahnya.Wanita ini menelan saliva yang terasa pekat, mendadak tangannya gemetaran karena gugup. Sejenak Livy berpikir untuk memastikan bahwa tidak ada yang salah pada kalimatnya. Namun, dalam kondisi begini malah membuat otaknya tidak bisa mencerna dengan baik. Hanya Livy yang dikuasai oleh kegugupan, sedangkan pria paling digilai seantero Spanyol tampak santai. Bahkan El memelankan laju dan menepikan kendaraan miliknya. Ia melepas sabuk keselamatan, lalu duduk menghadap adik ipar.Sungguh Livy merasa sedang berada di ruang sidang, padahal ia juga tidak tahu, lantaran belum pernah masuk ke pengadilan. Antara takut, penasaran dan merasa bersalah bercampur menjadi jadi satu. “Kak, m-maaf aku lancang. Tapi aku tidak—“ “Aku dan Sonia tidak melakukan apa pun. Semalam, setelah makan aku langusng tidur,” tutur El seolah mengerti apa yang dimaksud adik iparnya.Jawaban yang keluar dari bibir agak tebal itu sangat berbeda
“Kak El?” gugup Livy.Kini irama jantungnya menjadi lebih cepat, ia sendiri kebingungan apa yang dilakukan kakak iparnya. Berada sedekat ini bersama El mampu membuyarkan konsentrasi, jemari pria itu terus membelai lembut kulit pipi.Kedua tangan Livy tersampir di pundak El, otaknya memerintah mendorong, tetapi reaksi tubuhnya berkhianat. Ia memejamkan mata karena wajah kakak ipar semakin mendekat.“Kenapa menutup mata? Ada noda kering di pipi.” El terus menggosok kulit mulus itu.“Hah?” Segera Livy membuka mata, sungguh dirinya merasa malu karena telah berharap El menciumnya. “Aku ambilkan handuk basah, tunggu sebentar!” El beranjak dari depan Livy, berlari kecil menuju toilet.Di dalam toilet yang cukup luas, pria ini menatap diri pada cermin besar. Ia tidak mengerti, mengapa bisa berpikir ingin menikmati bibir ranum itu. Semula El memang berniat mengahapus noda pada pipi adik ipar, tetapi melihat daging kenyal berwarna merah muda menjadikannya lupa diri.‘Donatello Xavier! Dia adik
“Apa ada yang lain?” Tanya Livy pada seorang pramuniaga.Setelah dipertimbangkan, akhirnya Livy menerima undangan pesta ulang tahun nenek dari El. Semula ia ragu karena tidak memiliki gaun, tetapi mengingat dua minggu ini tokonya ramai sehingga memiliki keuntungan di atas rata-rata.Sekarang wanita berperawakan mungil ini dipandu oleh seorang pramuniaga. Livy dihadapkan pada jajaran gaun mewah yang sebelumnya hanya bisa dilihat di televisi atau sosial media. Ia menelan ludah setelah melihat harga, benar-benar mencekik kaum sederhana.“Bukankah tadi Nona bilang mau yang terbaru?” tanggapan pramuniaga.“Ya, tapi … aku rasa, ini tidak cocok karena sangat terbuka.” Livy menutup kelopak mata, karena anggaran yang dimiliki kurang.“Kenapa Nona tidak bilang dari tadi? Kami masih memiliki koleksi yang lain, ini lebih tertutup.” Pramuniaga berlalu, tidak lama membawa beberapa gaun cantik dan indah.Sayangnya, Livy terbelalak setelah melihat harganya. Ia menghela napas karena datang ke tempat ya
Sepuluh menit sebelumnya El menerima laporan dari salah satu petugas keamanan di mansion. Menyatakan bahwa seorang wanita memaksa masuk, mengatakan status sebagai adik ipar Tuan Muda Torres.Presdir Torres Inc yang tengah dalam perjalanan menuju mansion, langsung teringat pada Livy, serta undangan ibunya untuk menghadiri pesta. Saat itu juga, El langsung menginjak pedal gas, menambah kecepatan di atas rata-rata.Setibanya di depan pagar, El segera melepas sabuk pengaman, lalu turun dari kuda besinya .“Kenapa dia balik lagi?” gumam pria tampan dan terkaya seantero Spanyol.Ketukan langkah dari alas kaki berpadu dengan aspal menimbulkan irama nyaring. Pria ini mengikis jarak dengan Livy, hingga semakin dekat, ia menarik lengan adik iparnya.Seketika tubuh Livy terjatuh ke dalam dekapan El. Keduanya menempel tak berjarak, iris coklat dan biru safir saling memandang.“Livy, kamu ke sini?” El tidak melonggarkan tangannya pada tubuh Livy.Sedangkan wanita ini, mengedip mata perlahan, rasa le
“Sonia! Hentikan! Di sini tidak ada aturan harus memberikan hadiah, bahkan aku tidak memiliki kado,” sentak El. Pria ini geram melihat tingkah sang istri yang arogan dan kasar. El pikir, Sonia tidak datang, lantaran menurut informasi, wanita itu sedang sibuk di depan kamera. Sekarang, hadir dan membuat keributan, sebagai suami tentu saja merasa malu.“Tapi bisa saja Livy bohong, sayang! Aku … aku sayang sama abuela.” Nada Sonia melemah karena menyadari sikapnya salah besar.“Ok, aku akan hubungi ahli gizi untuk memeriksanya! Jadi, jangan sentuh kue abuela.” El segera menarik paksa pergelangan Sonia, membawanya masuk ke dalam.Sedangkan abuela tampak kecewa tidak bisa menikmati kue unik. Mereka semua masuk ke dalam karena makan malam bersama keluarga segera dimulai, meninggalkan Livy yang merelakan kuenya dibawa pergi.Di meja makan, keheningan tercipta, bahkan hanya menyisakan denting dari peralatan. Namun, tidak berlangsung lama, sebab abuela membuka suara kepada cucunya.“Kamu bilan
“Semoga hari ini jauh lebih baik dibanding kemarin.” Sebelum festival dimulai, Livy dan pegawainya menumpuk tangan di udara sebagai penyemangat.Beberapa hari belakangan, omset di toko roti menurun drastis. Stok roti banyak tersisa, padahal toko buka hingga sore hari. Pelanggan setia perlahan menghilang, hanya Torres Inc dan rumah sakit tetap setia memesan setiap harinya.Livy sempat patah semangat, menyangka bahwa konsumen mulai jenuh dan tidak menyukai roti buatannya lagi. Dari pertama membuka toko, kejadian seperti ini baru menimpanya. Setelah mempelajari karakter bisnis, memang tidak selamanya berjalan mulus. “Iya Bu, aku yakin toko roti Bu Livy pasti kembali ramai,” ucap seorang pegawai setia.Wanita berparas manis mengulas senyum sembari menganggukkan kepala. “Ayo kita rapikan boothnya, sebentar lagi para festival di mulai.” Awalnya, Livy sempat ragu mengikuti festival tetapi El terus memaksanya. Bahwa ia bisa melalui rintangan yang membentang. Tepat pukul delapan pagi area fe
“Sebenarnya, berita apa yang mereka maksud?” Setelah mendengar percakapan beberapa pengunjung, Livy kembali ke boothnya, tidak jadi membeli churros.“Mana churrosnya, Bu?” Seorang pegawai menoleh karena Livy masuk dengan tangan kosong.Livy menggelengkan kepala. “Apa yang lagi ramai di sosial media?”Wanita ini memeriksa ponselnya, karena kesibukan yang mendera, belakangan tidak lagi membuka sosial media, ia fokus pada usahanya. Perlahan Livy menggulir layar, dan menemukan berita bahwa roti buatannya hasil menjiplak resep orang lain. “Apa-apaan ini?” geram Livy, tubuh bagian atasnya langsung naik turun, deru napas terdengar kasar.“Kenapa Bu?” Pegawai toko mendekat dan mengintip ke layar pipih.Kemudian Livy mencari sumber berita, salah satu media pemberitaan menunjukkan bukti bahwa tokonya mencuri resep. Ia tidak habis pikir, siapa orang yang tega merusak nama baik roti buatannya yang baru saja berdiri. “Apa yang harus aku lakukan?” lirih Livy, lantas berpikir sembari menyandarkan p
“Cepat tangani dia! Pastikan wanita ini bisa bergerak dan tidak lumpuh!” teriak Sergio pada pria berjas putih. Ia enggan mengakui Livy sebagai istri di depan umum, bahkan otak liciknya menganggap semua yang dilakukan adalah sandiwara.“Baik, silakan Tuan tunggu di depan. Kami harus menangani pasien.” Bukan dokter, melainkan perawat menjulurkan tangan ke arah pintu.Sergio geram sebab rencananya gagal, seharusnya berhasil menarik uang di rekening. Saat ini yang ada di otaknya bukan keadaan sang istri, tetapi uang, dan cara mengambil tanpa memerlukan persetujuan Livy.Bodoh memang, pria itu berpikir Livy tidak akan mengendus perselingkuhannya. Padahal Sergio telah berhasil membuat wanita polos menyimpan uang di rekening bersama. “Setelah dia siuman, aku harus mendapatkan tanda tangannya!” seru Sergio.Kemudian pria ini merogoh ponsel pada saku celana, menghubungi sang kekasih yang menunggu di bandara. Sergio terpaksa membujuk rayu selingkuhan, supaya sabar menanti. Dengan mulut manis y