Claudia mengurusi Christian yang sedang sakit mulai dari makanan hingga obat yang dikonsumsi oleh pria itu. Harus Claudia akui, Christian Hastings seperti anak kecil jika tengah sakit. Makan hanya sedikit, dan minum obat pun susah. Benar-benar sangat menyusahkan dirinya.Kesabaran Claudia benar-benar teruji oleh Christian. Mengurus Christian Hastings malah melebihi dirinya mengurus anak kecil. Dia ingin sekali mengomel pada Christian yang seperti anak kecil, tapi dia tidak tega karena kondisi pria itu pun dalam keadaaan sakit.Akhirnya, satu-satunya jalan yang diwajibkan untuk dirinya lalui adalah bersikap sabar. Walau sedikit mengomel karena Christian sulit ingin makan, tapi tetap gadis itu mengurus Christian dengan sangat amat baik.Empat hari sudah Christian sakit. Empat hari juga Claudia tinggal di kamar hotel Christian untuk merawat pria itu. Dia tak bisa meninggalkan Christian, karena kondisi Christian belum pulih seratus persen.Project Geovan Group dipantau dari kamar hotel me
Claudia dibuat malu oleh Christian, di kala pria itu menggodanya. Dia sama sekali tak menyangka kalau pria itu telah berhasil membuatnya menjadi tak bisa berkutik. Sungguh, jika saja tahu akan seperti ini, maka pasti dia memilih untuk tidak membuatkan soup kepiting untuk Christian. Tentunya, Claudia tetap bersikukuh mengatakan pada Christian, bahwa dia sedang bosan di kamar sampai memutuskan untuk masak di dapur, bukan karena sengaja membuatkan soup kepiting untuk pria itu. Dan, ya … akhirnya Christian tak lagi menggoda Claudia. Alasannya karena pria itu tahu bahwa Claudia sampai kapan pun tak akan pernah mengakui.Claudia duduk di sofa sambil menonton televisi. Di samping gadis itu ada Christian yang tengah berkutat pada iPad-nya. Sudah beberapa hari ini memang Claudia dan Christian tidak pergi ke mana pun. Mereka menyelesaikan pekerjaan mereka dari jarak jauh. Pasalnya, kondisi proyek belum layak untuk dikunjungi.Christian belum berani mengajak Claudia untuk kembali melihat proye
“Sayang, kapan kau pulang?” “Aku belum bisa pulang sekarang. Masih banyak pekerjaan yang harus aku urus di sini, Ella.”“Tapi aku sangat merindukanmu, Sayang.” “Aku akan pulang, jika pekerjaanku sudah selesai. Kau mau aku dianggap tidak bisa bersikap professional?”“Iya-iya, aku akan berusaha mengerti. Tapi, tolong selalu kabari aku. Aku khawatir padamu, Sayang.” “Ya, aku akan selalu mengabarimu. Ella, aku harus tutup dulu. Ada pekerjaan yang harus aku urus.”“Apa kau sangat sibuk, Sayang?” “Ya, aku sangat sibuk.”“Baiklah, kau jaga dirimu, ya?”“Kau tenang saja.”Christian langsung menutup panggilan secara sepihak. Baru saja pria itu menjawab telepon dari Ella. Seperti biasa, Ella hanya menanyakan kapan dirinya bisa kembali ke New York, dan jawaban tetap sama yaitu Christian belum tahu kapan kembali. Pasalnya memang banyak sekali pekerjaan yang harus diurusnya.Christian segera menyudahi percakapan tersebut, karena dia sangat mengenal Ella. Jika dia tak menyudahi percakapan terse
Keheningan membentang dari dalam mobil. Claudia yang duduk di samping Christian tak mengatakan apa pun. Setelah kejadian tadi, memang mereka belum saling bicara. Hanya sesekali, gadis itu melihat wajah Christian yang nampak jelas marah.Claudia tak berani bersuara. Pasalnya raut wajah Christian amat menunjukkan kemarahannya. Dia menyadari tindakannya menyelamatkan anjing tadi memang tidak dibenarkan, karena bisa membahayakan nyawanya. Tapi juga tidak bisa disalahkan. Tentu, Claudia tidak tega kalau sampai anjing kecil itu terluka.Naluri Claudia langsung tergerak. Gadis itu tak bisa hanya diam ketika ada bahaya yang datang menimpa orang lain. Sekalipun itu hanya anjing, tetaplah berharga baginya. Dia menghargai segala makhluk hidup yang ada di muka bumi ini.Akan tetapi, Claudia pun merasa semakin tak enak. Pasalnya, selalu saja Christian yang menyelamatkannya dari bahaya. Jika tadi tidak ada Christian, entah bagaimana hidupnya. Mungkin bisa saja dia sudah tidak lagi bernafas di dunia
Claudia duduk di sofa kamarnya, dengan raut wajah yang nampak jelas menyimpan semua perasaan campur aduk. Yang dirinya rasakan adalah dilema. Hatinya seakan sesak menahan semua perasaan ini. Namun, dia sadar bahwa di hadapan matanya banyak ombak besar yang tak akan mudah diterjang.Claudia tidiak bisa menghindar dari segala ha yang ada. Fakta telah menjebak dirinya di dalam sebuah lingkaran api hingga membuatnya tidak bisa berkutik sama sekali. Claudia ingin berlari sejauh mungkin, tapi nyatanya dia tidak bisa menghindari lingkaran api yang telah menjeratnya.Claudia mengatur napasnya seraya memejamkan mata lelah. Gadis itu mengambil bantal kecil yang ada di sampingnya—dan memeluk bantal kecil itu. Tampak jelas sepasang iris mata ambernya sangat melemah dan lesu. Dia seolah tidak memiliki energy untuk menghadapu kehidupan.Lalu, terdengar suara dering ponsel. Refleks, Claudia mengambil ponselnya yang ada di atas meja. Ya, sebelumnya Christian sudah mengembalikan ponselnya. Berikutnya,
Hati Claudia terasa begitu perih melihat pemandangan di hadapannya. Pemandangan di mana ada wanita asing yang tak dikenal memeluk Christian dengan erat, bahkan begitu possessive. Claudia sama sekali tak mengenali wanita asing itu. Pun sialnya malah Christian tak menolak di kala mendapatkan pelukan dari wanita asing itu.Claudia seperti tersudut terkena bara api. Panasnya membuatnya ingin berteriak marah. Akan tetapi itu adalah hal yang tak mungkin. Gadis itu menyadari bahwa dirinya tak bisa berteriak meluapkan kemarahannya.Ya, Claudia berusaha kuat menahan gejolak emosi dalam diri. Statusnya dengan Christian tentu tak akan mungkin terlupakan. Sungguh, ini sangatlah menyiksa Claudia Fitzgerald. Untuk pertama kalinya, gadis itu merasakan ketidaknyamanan dalam keadaan seperti ini.Leo dan Samson hanya mengukirkan senyumannya, di kala Christian mendapatkan pelukan. Nampaknya dua teman Christian itu mengenal siapa wanita asing yang memeluk Christian. Untungnya, mereka sama sekali tak meny
Christian masih bergeming di tempatnya, menatap Claudia yang sama sekali tak berhenti menangis. Sesuatu hal menggelitik menyentuh ke relung hati paling dalam, di kala melihat Claudia menangis pilu seperti ini. Tangis Claudia seakan menunjukkan bahwa gadis itu berada di posisi yang tersakiti. Christian bukanlah orang bodoh. Pria itu bisa melihat bahwa Claudia terluka.Claudia tak menghiraukan pertanyaan Christian yang bertanya kenapa dirinya menangis. Isi hatinya sudah tak lagi bisa teratasi. Tak bisa terkendali. Sudah sejak tadi Claudia menahan perasaannya, dan kali ini dia sudah tak bisa mengendalikan diri. “Kenapa kau menangis, Claudia?” Christian kembali bertanya, meminta Claudia untuk menjawab pertanyaannya. Pria itu melangkah mendekat, mengikis jarak di antara dirinya dan gadis itu. Meski sudah bisa menduga, tapi dia ingin mendengar langsung dari Claudia.Claudia terisak pelan. “Kau jahat, Christian. Kenapa kau tega berselingkuh di belakang kakakku?” lirihnya pilu, dan amat meny
Christian melucuti dress yang dipakai Claudia, melempar ke sembarangan arah. Bra dan celana dalam berenda yang membalut tubuh Claudia, membuat mata Christian begitu menatap lapar menatap tubuh indah gadis itu.Christian melangkah mundur dua langkah ke belakang, lalu dia mulai membuka kancing kemejanya, melempar kemejanya itu sembarangan. Tampak pipi Claudia merona malu melihat tubuh gagah dan bidang Christian.Lengan kekar. Otot perut tercetak begitu sempurna. Tubuh Christian layaknya pahatan patung yang mamang telah terbentuk indah. Mata Claudia tak berkedip sedikit pun melihat keindahan yang ada di depan matanya.Christian mulai mendekat, membawa tangannya menanggalkan pengait bra gadis itu.“C-Christian.” Claudia menutupi kedua payudaranya menggunakan tangannya. Wajahnya merona malu ketika tubuh bagian atasnya sudah polos tanpa helaian benang apa pun. Meski, Christian sudah pernah melihat tubuhnya, tetap saja Claudia masih merasakan malu.“Jangan ditutup. Aku ingin melihatnya.” Chr