Keheningan membentang dari dalam mobil. Claudia yang duduk di samping Christian tak mengatakan apa pun. Setelah kejadian tadi, memang mereka belum saling bicara. Hanya sesekali, gadis itu melihat wajah Christian yang nampak jelas marah.Claudia tak berani bersuara. Pasalnya raut wajah Christian amat menunjukkan kemarahannya. Dia menyadari tindakannya menyelamatkan anjing tadi memang tidak dibenarkan, karena bisa membahayakan nyawanya. Tapi juga tidak bisa disalahkan. Tentu, Claudia tidak tega kalau sampai anjing kecil itu terluka.Naluri Claudia langsung tergerak. Gadis itu tak bisa hanya diam ketika ada bahaya yang datang menimpa orang lain. Sekalipun itu hanya anjing, tetaplah berharga baginya. Dia menghargai segala makhluk hidup yang ada di muka bumi ini.Akan tetapi, Claudia pun merasa semakin tak enak. Pasalnya, selalu saja Christian yang menyelamatkannya dari bahaya. Jika tadi tidak ada Christian, entah bagaimana hidupnya. Mungkin bisa saja dia sudah tidak lagi bernafas di dunia
Claudia duduk di sofa kamarnya, dengan raut wajah yang nampak jelas menyimpan semua perasaan campur aduk. Yang dirinya rasakan adalah dilema. Hatinya seakan sesak menahan semua perasaan ini. Namun, dia sadar bahwa di hadapan matanya banyak ombak besar yang tak akan mudah diterjang.Claudia tidiak bisa menghindar dari segala ha yang ada. Fakta telah menjebak dirinya di dalam sebuah lingkaran api hingga membuatnya tidak bisa berkutik sama sekali. Claudia ingin berlari sejauh mungkin, tapi nyatanya dia tidak bisa menghindari lingkaran api yang telah menjeratnya.Claudia mengatur napasnya seraya memejamkan mata lelah. Gadis itu mengambil bantal kecil yang ada di sampingnya—dan memeluk bantal kecil itu. Tampak jelas sepasang iris mata ambernya sangat melemah dan lesu. Dia seolah tidak memiliki energy untuk menghadapu kehidupan.Lalu, terdengar suara dering ponsel. Refleks, Claudia mengambil ponselnya yang ada di atas meja. Ya, sebelumnya Christian sudah mengembalikan ponselnya. Berikutnya,
Hati Claudia terasa begitu perih melihat pemandangan di hadapannya. Pemandangan di mana ada wanita asing yang tak dikenal memeluk Christian dengan erat, bahkan begitu possessive. Claudia sama sekali tak mengenali wanita asing itu. Pun sialnya malah Christian tak menolak di kala mendapatkan pelukan dari wanita asing itu.Claudia seperti tersudut terkena bara api. Panasnya membuatnya ingin berteriak marah. Akan tetapi itu adalah hal yang tak mungkin. Gadis itu menyadari bahwa dirinya tak bisa berteriak meluapkan kemarahannya.Ya, Claudia berusaha kuat menahan gejolak emosi dalam diri. Statusnya dengan Christian tentu tak akan mungkin terlupakan. Sungguh, ini sangatlah menyiksa Claudia Fitzgerald. Untuk pertama kalinya, gadis itu merasakan ketidaknyamanan dalam keadaan seperti ini.Leo dan Samson hanya mengukirkan senyumannya, di kala Christian mendapatkan pelukan. Nampaknya dua teman Christian itu mengenal siapa wanita asing yang memeluk Christian. Untungnya, mereka sama sekali tak meny
Christian masih bergeming di tempatnya, menatap Claudia yang sama sekali tak berhenti menangis. Sesuatu hal menggelitik menyentuh ke relung hati paling dalam, di kala melihat Claudia menangis pilu seperti ini. Tangis Claudia seakan menunjukkan bahwa gadis itu berada di posisi yang tersakiti. Christian bukanlah orang bodoh. Pria itu bisa melihat bahwa Claudia terluka.Claudia tak menghiraukan pertanyaan Christian yang bertanya kenapa dirinya menangis. Isi hatinya sudah tak lagi bisa teratasi. Tak bisa terkendali. Sudah sejak tadi Claudia menahan perasaannya, dan kali ini dia sudah tak bisa mengendalikan diri. “Kenapa kau menangis, Claudia?” Christian kembali bertanya, meminta Claudia untuk menjawab pertanyaannya. Pria itu melangkah mendekat, mengikis jarak di antara dirinya dan gadis itu. Meski sudah bisa menduga, tapi dia ingin mendengar langsung dari Claudia.Claudia terisak pelan. “Kau jahat, Christian. Kenapa kau tega berselingkuh di belakang kakakku?” lirihnya pilu, dan amat meny
Christian melucuti dress yang dipakai Claudia, melempar ke sembarangan arah. Bra dan celana dalam berenda yang membalut tubuh Claudia, membuat mata Christian begitu menatap lapar menatap tubuh indah gadis itu.Christian melangkah mundur dua langkah ke belakang, lalu dia mulai membuka kancing kemejanya, melempar kemejanya itu sembarangan. Tampak pipi Claudia merona malu melihat tubuh gagah dan bidang Christian.Lengan kekar. Otot perut tercetak begitu sempurna. Tubuh Christian layaknya pahatan patung yang mamang telah terbentuk indah. Mata Claudia tak berkedip sedikit pun melihat keindahan yang ada di depan matanya.Christian mulai mendekat, membawa tangannya menanggalkan pengait bra gadis itu.“C-Christian.” Claudia menutupi kedua payudaranya menggunakan tangannya. Wajahnya merona malu ketika tubuh bagian atasnya sudah polos tanpa helaian benang apa pun. Meski, Christian sudah pernah melihat tubuhnya, tetap saja Claudia masih merasakan malu.“Jangan ditutup. Aku ingin melihatnya.” Chr
Claudia rasanya ingin berlari sekencang mungkin, menjauh dari sosok pria yang ada di hadapannya, namun semua itu rasanya benar-benar tidaklah mungkin. Menghindar ke mana pun akan tetaplah percuma.Claudia tahu bahwa dirinya telah berada di dalam lingkaran api. Gadis itu tidak bisa keluar ke mana pun. Sejatinya, dia telah terjebak dalam bara api yang dirinya sendiri ciptakan.Menghindar dari bara api tersebut adalah sesuatu hal yang sama sekali tidak mungkin bisa terjadi. Kesalahan besar, tapi bodohnya dia terpedaya akan kesalahan yang dirinya sendiri buat.Claudia membeku diam di tempatnya dengan wajah yang nampak memancarkan perasaan yang campur aduk. Dia mundur ke belakang membentur punggung ke kepala ranjang, dan meremas selimut menutupi tubuh telanjangnya.Claudia tak tahu harus mengatakan apa. Lidahnya seakan kelu. Tak mampu berkata-kata. Ditambah posisinya melihat pria itu hanya memakai handuk yang melilit pinggangnya. Demi Tuhan, jantung Claudia seakan ingin berhenti berdetak.
Suara Claudia berseru keras dengan nada bergetar penuh emosi. Matanya memerah, akibat tangisnya. Gadis itu sama sekali tak mengira akan tindakan Christian yang menolak panggilan telepon Ella.Tadi, Claudia sama sekali tak memiliki niat untuk menolak panggilan kakaknya. Hanya saja untuk menjawab dirinya belum sanggup. Dia dilingkupi rasa bersalah yang mendalam pada kakaknya itu.Tindakan Christian sekarang, membuatnya sangat kesal luar biasa. Sekalipun, Claudia telah dilingkupi perasaan bersalah, tapi dia tidak pernah bermaksud untuk menolak panggilan kakaknya. Kalau sudah seperti ini, bisa saja kakaknya akan berpikiran yang tidak-tidak padanya. Christian semakin membuat Claudia masuk ke dalam lubang masalah semakin dalam.“Tidak usah pikirkan keluargamu. Kita sekarang berada di Seoul. Fokus pada apa yang ada di sini. Jangan pikirkan apa yang ada di New York. Lanjutkan makanmu. Aku tidak mau kau sakit,” balas Christian menegaskan dan menekankan.Claudia masih tetap diam menatap kesal C
Sudah lebih dari dua minggu Claudia dan Christian berada di Seoul. Pekerjaan mereka satu demi satu sudah terselesaikan. Claudia juga telah menemukan ide paling cocok untuk co-working space yang diinginkan oleh Shawn. Bukan hanya Claudia yang sudah menyelesaikan pekerjaannya, tapi Christian pun telah menyelesaikan pekerjaannya.Selama di Seoul, Claudia dan Christian tetap bersikap professional menyelesaikan pekerjaannya, meskipun mereka terlibat dalam suatu hubungan yang rumit. Mereka tak saling banyak bicara. Kondisi lengan Christian sudah membaik, membuat Claudia tak perlu lagi untuk tetap tinggal di kamar hotel yang sama dengan Christian.Sejak kejadian waktu itu, Claudia memang lebih banyak diam. Bahkan bicara dengan Christian saja hanya seperlunya, namun setiap kali Christian ingin mencium ataupun memeluknya tetap Claudia tidak akan menolak. Bukan tanpa alasan, tentu Claudia tahu bahwa melakukan penolakan hanya berujung percuma. Selain penolakan sia-sia, Claudia tidak menampik ba