Claudia tak banyak bicara sejak di mana perdebatannya dengan Christian. Gadis itu masih kecewa dengan apa yang Christian katakan. Dia tak menyangka kalau Christian akan bersikap sedingin itu pada Esther. Sungguh, hatinya bukan hanya kecewa pada Christian tapi dia juga kasihan pada Esther.Selama puluhan tahun sejak Esther berpisah dengan Tadeo, belum pernah sekalipun Esther memiliki pasangan. Kalau sekarang Esther ingin menikah, maka pasti itu menandakan Esther telah menemukan sosok pasangan yang paling tepat. Tentunya Claudia ikut senang mendengar itu, tapi entah apa yang ada di dalam pikiran Christian, sampai membuat pria itu malah tidak merasakan senang sama sekali.Hal yang membuat Claudia merasa kecewa berkepanjangan adalah karena Christian sama sekali tidak mau mencoba bersikap bijak. Padahal sebelum bertemu dengan Esther, dia sudah meminta Christian untuk membuka tangan—bersikap menerima. Pun Christian sudah mengatakan padanya bahwa akan mencoba, tapi sayang ucapan pria itu tak
Christian mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya dengan sorot mata lurus ke depan. Otaknya penuh dengan perkataan Daisy dan juga perkataan Claudia. Baik perkataan Daisy ataupun perkataan Claudia sama-sama memberikan pukulan keras pada Christian.Jauh dari lubuk hati Christian terdalam, dia bukan tak suka melihat Esther bahagia, tetapi dia hanya tak menginginkan orang baru yang dirinya bahkan tak dia kenal, masuk ke dalam kehidupan ibu kandungnya.Selama ini, yang Christian tahu ibunya hidup sendiri, tanpa memiliki pasangan. Mendengar kabar pernikahan ibunya membuatnya cukup terkejut. Hal itu yang membuat Christian mengatakan tak ikut campur dengan urusan ibu kandungnya.Ya, Christian menyadari bahwa perkataannya telah membuat banyak orang kecewa akan dirinya. Banyak hal yang menjadi pertimbangannya. Dia tak ingin langsung memutuskan. Hanya saja, memang jika orang lihat pasti Christian dianggap sebagai sosok yang sangatlah egois.Suara ketukan pintu terdengar. Refleks, Christian mengali
Mata Esther melebar melihat Christian dan Claudia ada di hadapannya. Wanita paruh baya itu sampai memejamkan mata beberapa kali, demi agar dirinya tidak salah lihat. Tapi tidak, dia tak salah lihat sama sekali. Yang ada di hadapannya memang Claudia dan Christian.“Hi, Mom.” Claudia memberikan senyuman di wajahnya pada Esther. Jujur, dia sendiri sama sekali tidak menyangka kalau Christian akan mengajaknya ke rumah ibu kandung pria itu. Akan tetapi, apa pun alasannya tetap membuat hatinya senang.Esther langsung memberikan pelukan erat pada Christian dan Claudia bergantian. Tak hanya pelukan saja, dia pun memberikan kecupan kasih sayang pada Christian dan Claudia. Hatinya lega melihat Christian dan Claudia ada di hadapannya. Tentu Claudia membalas pelukan Esther tak kalah erat. Gadis itu juga senang kembali melihat Esther. Meskipun baru mengenal Esther, tapi Claudia nyaman berada di dekat ibu kandung Christian itu.“Mommy senang sekali melihat kalian.” Esther mengurai pelukannya. Akiba
Pesta pernikahan Esther dan Mayir digelar secara sederhana. Yang datang hanyalah kerabat terdekat. Pun pesta pernikahan diselenggarakan di rumah kediaman Tristan. Banyak keluarga yang hadir, termasuk beberapa rekan bisnis dari Tristan Group. Tadeo dan Daisy tentunya hadir di pernikahan Esther dan Mayir. Ya, baik Tadeo ataupun Esther telah berdamai dengan kenyataan. Mereka sudah saling bicara, tak lagi menaruh dendam.Tadeo dan Esther menyadari bahwa mereka tidak berjodoh sampai maut memisahkan. Akan tetapi, meski demikian, mereka tetap menjalin hubungan sebagai teman dekat.Bagaimanapun, Tadeo dan Esther memiliki Christian. Itu kenapa mereka fokus pada anak-anak mereka. Terlebih Christian pun akan segera memiliki anak. Dendam masa lalu cudah cukup. Mereka memutuskan berdamai.“Selamat atas pernikahan kalian.” Tadeo memberikan senyuman hangat pada Esther dan Mayir.“Thanks, Tadeo.” Mayir membalas senyuman Tadeo.“Terima kasih, Tadeo.” Esther pun menjawab dengan senyuman dan tatapan ha
Ella membenamkan wajahnya di dada bidang Elan. Wanita itu menghirup aroma parfume maskulin milik pria yang dia cintai itu. Pelukan mesra dan penuh kasih sayang. Ya, setelah pesta pernikahan ibu Christian—Ella berhasil melarikan diri dari pesta bersama dengan Elan.Elan turut diundang di pernikahan ibu Christian, namun pria itu memang hanya menyapa secara formalitas saja. Tidak berlama-lama di pesta, karena sejak tadi Tadeo sudah melayangkan tatapan dingin padanya.Sekarang disinilah Elan dan Ella berada. Mereka menyewa satu hotel yang cukup jauh dari pusat kota. Bercinta dengan hebat melepaskan kerinduan yang menggebu-gebu di antara mereka.Tubuh telanjang dua insan yang saling mencintai itu, terbalut oleh selimut tebal. Mereka layaknya pasangan remaja yang tengah melakukan backstreet. Bukan tak ingin memberi tahu, tapi penyatuan mereka karena adanya kerumitan. Hal tersebut yang membuat mereka terpaksa menyembunyikan hubungan mereka, sampai tiba waktunya siap mereka beri tahu ke semua
Ella mengatur pertemuan dengan para wartawan. Wanita itu sudah cukup lelah dengan pemberitaan-pemberitaan miring di media. Terlebih banyak yang menghina dan menjelek-jelekan Claudia.Ella tentu tidak terima ketika ada yang menghina Claudia. Sebagai seorang kakak, dia memutuskan untuk mengadakan konferensi pers demi agar meredam pemberitaan-pemberitaan negative di luar sana. Christian sependapat dengan Ella. Pria itu menyetujui mengadakan konferensi pers. Karena memang saran ini bisa meredam segala perbincangan negative yang ada di luar sana. Pagi itu, Claudia berdiri di depan cermin. Kegugupan melanda dirinya. Dia akan bertemu dengan wartawan. Sejak dulu, dia tak suka jika kehidupannya diliput media. Jika pun ingin disorot, pasti Claudia selalu meminta Ella maju ke hadapan media. “Claudia? Apa kau sudah siap?” Christian menghampiri Claudia yang tengah mematut cermin.Claudia mengalihkan pandangannya menatap Christian. “Christian, aku sudah siap. Tapi—” Gadis itu menunjukkan jelas
Tadeo menatap Elan yang berdiri di hadapannya. Pria paruh baya itu mengetuk-ngetuk jemarinya ke atas meja, menatap lurus keponakannya itu dengan sorot mata membendung sebuah hal yang ingin dungkapkan.“Apa kabar, Paman?” Elan menarik kursi, duduk di hadapan Pamannya. Hari ini dia meluangkan waktu untuk bicara berdua dengan pamannya. Dia memiliki hutang permohonan maaf pada pamannya.“Seperti yang kau lihat, aku baik,” jawab Tadeo dingin dan datar.Elan tersenyum samar. “Aku senang kau selalu sehat.”“Kau senang? Aku pikir kau ingin aku cepat mati.”“Seburuk-buruknya diriku, tidak mungkin aku menyumpahi Paman kandungku untuk cepat mati. Kedua orang tuaku sudah tiada. Kau sama saja dengan pengganti kedua orang tuaku.”“Kau tidak ingin aku cepat mati, tapi kau membuat ulah yang mengundang kematianku cepat datang! Begitu maksudmu, Elan?!”Elan kembali tersenyum dan menatap Pamannya. “Itu tujuanku datang ke sini. Aku minta maaf, Paman. Aku minta maaf atas apa yang telah terjadi. Aku terlal
Claudia mengirimkan pesan pada Gilbert untuk datang di kafe yang biasa mereka datangi, semasa dulu masih kuliah. Memang, waktu kuliah—Claudia dan Gilbert sangatlah dekat.Banyak orang yang beranggapan bahwa Claudia adalah kekasih Gilbert. Padahal itu adalah berita tidak benar. Gadis itu belum pernah sama sekali menjalin hubungan dengan pria manapun.Claudia terlalu fokus pada kuliahnya. Gadis itu selalu ingin mendapatkan nilai terbaik. Itu kenapa dia tak pernah mau menjalin hubungan semasa dia masih kuliah ataupun sekolah. Yang dia utamakan adalah membanggakan kedua orang tuanya. Claudia menatap jam dinding—waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi. Pada pukul sebelas nanti, dia harus sudah tiba di kafe yang kerap dia dan Gilbert datangi semasa kuliah dulu.Ya, Claudia sengaja mengatur pertemuan hari ini pada Gilbert. Dia ingin menjelaskan pada temannya itu. Dia tahu pasti Gilbert selalu bertanya-tanya tentang berita yang telah tersebar di media.Sayangnya, Claudia memang tidak menjawab