Home / Pernikahan / Skandal Sang Sopir / 01 || Meminta Restu

Share

Skandal Sang Sopir
Skandal Sang Sopir
Author: Kwan Saga

01 || Meminta Restu

Author: Kwan Saga
last update Last Updated: 2022-12-05 14:18:58

"Tidak! Pokoknya Ibu enggak restuin kamu nikah dengan Dewa!" Suara lantang menggelegar sore itu tepat pukul empat ketika mentari masih cukup terik menyinari rumah mereka.

"Tapi alasannya apa, Bu? Mas Dewa itu dewasa, dia juga udah punya pekerjaan. Apa yang mendasari Ibu selalu menolak dia, sih?" Penuh dengan tanya dari wajah gadis berusia sekitar delapan belas tahun yang baru saja lulus SMA.

Senyum sarkastik terlihat dari bibir merah Amira––ibu dari Diandra, atau yang sering dipanggil Andra.

"Kenapa malah senyum begitu? Bukankah Ibu yang dulu bilang kriteria calon menantu Ibu itu harus sudah punya pekerjaan?" cerca Diandra karena Amira belum juga memberikan alasan yang tidak jelas.

"Pokoknya Ibu tidak setuju!" Amira bangkit dari sofa ruang keluarga dan gegas masuk ke kamar sambil menutup pintu dengan kasar.

Diandra tidak tinggal diam. Dia mengejar Amira dan menggedor pintu kamar untuk meminta penjelasan pada Amira.

"Bu, tolong buka pintu kamarnya. Aku ingin dengar alasan dari Ibu kenapa menolak Mas Dewa? Padahal dia begitu baik sama keluarga kita. Apa yang salah dengan Mas Dewa? Kenapa Ibu tega enggak restuin aku untuk menikah dengan Mas Dewa? Kenapa, Bu? Kena––" Belum juga usai, pintu kamar Amira telah terbuka.

"Kamu yakin ingin dengar alasan Ibu?"

Diandra mengangguk.

Amira mulai menceritakan tentang kenapa dia menolak Dewa menjadi menantunya. Dia menceritakan tentang zaman dulu ketika awal mempunyai pacar seorang sopir angkot yang dia kenal sebagai orang yang baik. Wajah rupawan meskipun mempunyai kulit gelap tidak menyurutkan karisma dari sopir yang telah mengambil hatinya.

Hari-hari begitu indah dilalui oleh Amira ketika merajut cinta dengan sang sopir tampan dengan senyuman termanis yang selalu membingkai bibirnya. Bahkan, tidak jarang Amira diantar jemput ke sekolah menggunakan mobil tersebut.

Lambat-laun, Amira memberikan kabar kedekatannya dengan pemuda yang mempunyai pekerjaan sopir tersebut. Namun, kedua orang tua Amira melarang kedekatan mereka dan menyuruh Amira untuk mengakhiri hubungan mereka berdua. Bukan karena status pekerjaan sebagai sopir, tetapi kedua orang tua Amira sering mendengar skandal percintaan sopir. Bahkan ada yang menyebut kalau sang sopir itu setia, buka setia pada pasangannya, tetapi mereka 'setia' yang berarti: setiap tikungan ada atau banyak pacarnya.

"Dan Ibu putus dari dia?" tanya Diandra menatap wajah Amira.

Amira mengangguk.

"Tapi, Bu. Tidak semua sopir begitu. Mungkin saja nasib Ibu yang tidak beruntung mendapatkan kekasih sopir yang berengsek, tapi enggak dengan Mas Dewa, Bu. Ibu juga, kan, tau bagaimana baiknya Mas Dewa?"

"Iya, Andra, Ibu tau. Tapi––"

"Pokoknya aku mau nikah sama Mas Dewa, titik!"

"Andra! Jangan sekali-kali kamu membentak ibumu!" ucap seorang laki-laki yang baru masuk kamar. Dialah Teo––suami dari Amira.

"Tapi Ayah, ini enggak adil buatku! Masa Ibu bandingin Mas Dewa dengan mantan pacarnya dulu, sih? Mereka emang sama-sama sopir, tapi pasti berbeda karakter. Aku yakin Mas Dewa laki-laki baik yang bertanggung jawab!" Diandra masih menggebu menyuarakan suara hatinya pada kedua orang tuanya.

"Gini, loh, Andra. Maksud ibumu, kamu itu masih muda, kenapa enggak kuliah dulu? Enggak cari ilmu dan pengalaman dulu? Enak, loh, banyak teman."

"Kan, kalo udah nikah juga bisa kuliah, Ayah!"

Teo tersenyum. Dia melihat anak semata wayangnya begitu menggebu menyuarakan keinginannya untuk menikah.

"Usiamu belum cukup, Nak."

"Apa aku harus hamil dulu supaya bisa menikah dengan Mas Dewa?"

'Plak!'

Telapak tangan Amira meluncur di pipi Diandra.

Astaga! Batin Amira mengucap ketika dia menyadari menampar putrinya ketika di usia delapan belas tahun.

"Ibu jahat!" ucap Diandra tidak menyangka kalau ibunya akan menampar. Apalagi, hal ini baru terjadi selama hidupnya.

Teo pun melongo saat melihat istrinya menampar pipi gadis yang kini beranjak dewasa. Sebab, sedari dulu Amira merupakan sosok wanita yang lembut, bahkan untuk membentak putrinya saja tidak pernah.

"Aku benci sama Ibu!" Diandra beranjak dari tepi ranjang, lalu pergi membawa sepeda motor matic-nya.

"Astagfirullah, Ayah. Tolong susul Andra. Dia mau ke mana? Ibu khawatir," pinta Amira pada suaminya.

"Biarkan, Bu. Biarkan dia menyendiri dulu untuk menenangkan hatinya."

"Tapi Ayah, Ibu khawatir karena Andra pergi lagi emosi."

"Pecuma Ayah kejar juga, Bu. Dia tidak akan mendengar apa yang Ayah katakan."

***

Diandra memacu motor matic-nya dengan kencang membelah jalanan yang cukup lengang. Gadis berparas cantik itu tidak menghiraukan Speedometer yang melebihi ambang wajar hingga akhirnya dia memarkirkan motornya di salah satu tempat makan di pinggiran jalan karena dia tahu kalau Dewa suka makan atau nongkrong di sana.

"Mas Dewa!" Diandra berteriak memanggil nama kekasihnya, lalu turun dari motor. Seketika itu, Dewa yang sedang duduk di bangku kayu pun terperanjat dan menghampiri Diandra.

"Kamu kenapa, Sayang?" Penuh kelembutan Dewa bertanya pada kekasihnya yang sedang menangis.

"Aku kesel sama Ibu dan Ayah!"

"Loohhh ... memangnya kenapa?" tanya Dewa yang berprofesi sebagai sopir truk antar kota dan provinsi mengantar barang-barang dari salah satu perusahaan sawit di kota itu. "Duduk, yuk? Biar ceritanya enak." Dewa mengajak Diandra dan memesankan teh manis hangat untuk kekasihnya.

Diandra mulai menceritakan alasan kenapa menangis dan marah terhadap ibunya dikarenakan tidak mendapat restu untuk menikah dengan Dewa.

"Sayang, kenapa juga harus cepet-cepet menikah? Benar kata ayahmu, harusnya kamu kuliah dulu, nikmati masa mudamu." Penuh kehati-hatian Dewa menasihati kekasihnya yang masih berusia belasan tahun.

"Iiihhh ... kenapa Mas Dewa malah bela Ayah dan Ibu, sih?! Harusnya Mas Dewa bela aku! Atau, emang Mas Dewa tidak serius pacaran sama aku?! Atau, Mas Dewa enggak mau menanggung kuliah aku?" cerocos Diandra dengan ekspresi menggemaskan.

Dewa tersenyum.

"Usia Mas udah matang, untuk apa Mas main-main pacaran sama kamu? Mas serius, lah." Dewa mengatakan hal tersebut dengan sungguh-sungguh. "Hanya saja restu dari kedua orang tua itu penting, Sayang. Kita harus mendapatkan restu dari mereka. Ingat, restu orang tua berarti restunya Allah juga, kan?" Dewa mengusap rambut panjang Diandra, lalu menyelipkan ke telinganya.

"Gampang, kok, kalau Ibu dan bapak mau restuin pernikahan kita," ucap Diandra dengan senyum licik.

"Apa itu?" Dewa menyipitkan matanya saat menunggu jawaban dari kekasihnya.

"Hamili aku, Mas," bisik Andra yang membuat sepasang mata Dewa membulat. Dia tidak mengira kalau kekasihnya akan senekat itu. "Gimana?" Diandra kembali menegaskan pertanyaannya.

Dewa menggeleng.

"Tidak, Sayang. Itu bukan hal baik. Pernikah merupakan hal yang sakral dan serius, tidak bisa main-main seperti ini."

"Iya, tapi kedua orang tuaku banyak sekali alasan, Mas. Aku tidak ingin kalau Mas Dewa malah nikah dengan yang lain! Apalagi aku tau banyak cewek yang suka godain Mas, kan?"

Dewa terdiam.

"Tuuuhhh, kaaaannnn ... pokoknya aku ingin nikah secepatnya, titik!" Bibir Diandra mengerucut kesal.

"Iya, Sayang, iya. Nanti Mas coba datang ke rumahmu, ya? Mas akan minta kamu ke Ayah dan Ibu," ucapan Dewa sungguh membuat Diandra tenang.

Quote:

Restu orang tua begitu penting bagi hidup anaknya. Pandai-pandailah kalian menyayangi mereka. Satu kali saja mereka tersakiti, ucapannya bak pisau yang dapat melukaimu. _KwanSaga_

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mimah e Gibran
sesuai rumor ya, sopir itu terkenal dengan setia...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Skandal Sang Sopir   02 || Pertunangan

    Motor matic Diandra terparkir di halaman depan. Dia berjalan memasuki rumah dan tidak berselang lama, suara azan pun berkumandang. "Andra, udah pulang kamu, Nak?" sapa Amira terlihat senang saat melihat anaknya sudah kembali meskipun masih terlihat raut kesal di wajahnya, tetapi tidak dipungkiri kalau hatinya merasa plong karena melihat putrinya baik-baik saja. Diandra tidak menanggapi ucapan sang ibu, dia memilih masuk ke kamar dan mengurung diri di sana. Satu, dua jam, Amira membiarkan. Namun, setelah lima jam berlalu dia mulai merasa khawatir. "Mau ke mana, Bu?" tanya Teo ketika istrinya beranjak dari pembaringan. "Mau ke kamar Andra, Pak. Ibu khawatir, mana dia belum makan sedari siang," ucap Amira. "Jangan, Bu, tidak usah. Percaya sama Ayah, Andra pasti udah tidur dan tidak mau diganggu.""Tau dari mana?""Karena kalau Ibu marah sama Ayah, kan, seperti itu." Teo tersenyum. "Ish! Ayah ...." ucap Amira terlihat malu, pipinya pun memerah saat mendengar ucapan suaminya yang mem

    Last Updated : 2022-12-05
  • Skandal Sang Sopir   03 || Restu kedua

    Kejadian malam itu membuat Diandra kembali syok karena lagi-lagi sang ibu yang seolah menghalanginya untuk bersatu dengan Dewa. Apalagi Dewa sudah tiga kali gagal membina rumah tangga dan hal itu yang membuat Amira banyak-banyak mempertimbangkan untuk melepaskan putrinya dengan laki-laki yang mempunyai background seperti itu."Andra, makan dulu, Nduk," ucap Teo terdengar begitu hati-hati membujuk putrinya. "Enggak! Andra enggak mau makan, Ayah." "Sedikit saja, Nak. Tolong lakukan ini demi siapa pun. Kami tidak ingin kamu jatuh sakit." "Andra pokoknya enggak mau makan sebelum Ibu restuin hubungan Andra!" Teo menyerah meluluhkan watak keras putri tunggalnya. Dia memutuskan pergi. "Ayah mau ke mana?" tanya Amira ketika melihat suaminya hendak mengeluarkan sepeda motor dari garasi rumah. "Mau cari Dewa, Bu. Hanya dia yang bisa bujuk Andra supaya bisa makan." "Biarin aja, Yah! Entar juga kalau lapar dia makan sendiri," ketus Amira terlihat kesal saat mendengar nama Dewa. "Tapi, Bu–

    Last Updated : 2022-12-05
  • Skandal Sang Sopir   04 || Pernikahan

    Tiba saatnya hari pernikahan Diandra dan Dewa akan dilaksankan setelah satu Minggu berada di rumah sepulang dari rumah sakit waktu itu. Bukan hanya keluarga mempelai wanita saja, saksi bahkan penghulu pun sudah bersiap di sana. Namun, malah Dewa yang belum datang ke acara pernikahan tersebut membuat Diandra gusar menanti kedatangan calon suaminya. "Ibu, Ayah, Mas Dewa ke mana, ya?" Diandra begitu panik ketika menunggu kedatangan Dewa. "Ayah coba menelponnya, ya?" Teo mengusap pundak putrinya dan mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Namun, belum juga membuka kunci layar ponsel, laki-laki bertubuh gagah dengan paras tampan berkulit sawo matang itu pun akhirnya datang. "Maaf, Andra, Bu, Pak, saya terlambat. Tadi ada keperluan yang mendesak." Dewa menjelaskan perihal yang terjadi padanya. "Iya, enggak apa-apa, Mas." Diandra tersenyum dengan hati yang tenang dan tentu saja bahagia. Awas kamu kalau sampai tega mempermalukan anakku! Ucap Amira kesal dalam hatinya karena Dewa hampir

    Last Updated : 2022-12-05
  • Skandal Sang Sopir   05 || Skandal Sang Sopir.

    Untuk pertama kali saat mata Diandra terbuka dalam dekap hangat tubuh laki-laki yang dia cintai. Mata tajam yang tertutup sempurna serta tangan yang masih melingkar pada tubuhnya menjadikan wanita yang berstatus seorang istri itu merasakan kenyamanan yang luar biasa. Diandra menatap wajah suaminya yang masih terlelap. Tampangnya memang tidak membosankan dan dengan jahilnya Diandra malah mengusap bagian wajah Dewa. Mulai dari pipinya, hidungnya, dagunya dan bibirnya tidak luput dari usapan halus Diandra. Diandra melepaskan jarinya yang masih mengusap bibir Dewa bermaksud untuk menyiapkan sarapan untuk suaminya. Namun, Dewa meraih tangan istrinya dan tubuh Diandra seketika kembali terjatuh dalam pelukan hangatnya. "Mas Dewa udah bangun?" Malu-malu Diandra menyapa suaminya. "Aku ingin sekali lagi, boleh?" tanya Dewa dengan suara serak. "Sekali lagi apanya?" Terlihat wajah heran dari Diandra. "Menikmati tubuhmu, Sayang." "Iiihhhh ... Malam tadi Mas udah dua kali, masa mau minta lagi

    Last Updated : 2022-12-05
  • Skandal Sang Sopir   06 || Candu

    Sepasang mata Diandra terasa perih bahkan sampai menitikkan air mata. Namun, Dewa tersenyum sarkas setelah beberapa saat sempat terdiam. "Kamu tidak usah membodohiku, Tari." Dewa saat ini terlihat santai menanggapinya. "Aku tidak membodohimu, Abang. Aku mencintaimu dan janin yang ada di perutku itu darah daging kamu." Tari terlihat berusaha meyakinkan Dewa, tetapi laki-laki itu tidaklah bodoh. "Statusmu itu istri orang, bagaimana bisa kamu hamil karena aku? Sudahlah, Tari." "Aba––" Kata-kata tari terputus."Stop! Berhenti memanggilku dengan sebutan Abang. Itu hanya masa lalu. Jalani saja hidupmu dengan suamimu dan biarkan aku hidup dengan istriku!" "TARIII!!!" Suara menggelegar telah menyentak wanita yang ada di hadapan Dewa."Abang Andi?" gumam Tari saat melihat laki-laki di seberang jalan sedang berjalan ke arahnya."Kenapa kau ada di sini? Apa belum cukup aku memberikan bukti padamu kalau aku tidak mandul? Aku tau selama ini kau melakukan KB tanpa sepengetahuanku, bukan? Untuk

    Last Updated : 2023-01-01
  • Skandal Sang Sopir   07 || Majikan Baru

    Dewa menggendong tubuh istrinya untuk dipindahkan ke kamar. Di atas ranjang yang cukup besar, kini tubuh istinya terbaring tidak sadarkan diri. Laki-laki berkumis dan berjambang tipis itu berlari ke dapur untuk mematikan api yang mungkin saja bisa menghanguskan seluruh isi dapur, bahkan bisa menghabiskan segalanya, termasuk penghuni rumah. Bukan Dewa mengabaikan istrinya, tetapi dia berusaha menyelamatkan apa yang harus diutamakan terlebih dahulu. Dewa mengambil lap basah dan menutup pada kompor setelah dia berhasil membuka jendela dapur dan perlahan asap tebal itu memudar. Api pun telah padam dengan lap basah tersebut. Dapur tampak berantakan, Dewa tidak peduli akan hal itu yang jelas api sudah padam dan dia kembali ke kamar. "Sayang? Andra? Bangun ...." Dewa menepuk-nepuk pelan pipi istrinya. Diandra masih menutup mata. "Ya Tuhan, maafin Mas, Sayang. Mas enggak bermaksud bikin kamu seperti ini." Dewa menggenggam tangan Diandra. Sepasang mata Diandra masih tertutup rapat. Dewa m

    Last Updated : 2023-01-01
  • Skandal Sang Sopir   08 || Berbeda Kasta

    Sudah satu Minggu Dewa bekerja pada Magdalena. Wanita cantik, kaya dan trendy merupakan kesan utama apabila melihatnya. Hanya saja sikapnya yang kurang begitu baik. Dia pemarah, cerewet, arogan dan super manja. "Dewa!" Magdalena memanggil. "Iya, Nona Shu!" jawab Dewa yang ada di luar ruang ganti. Ya, Magdalena mengajaknya ke mall sepulang dari kampus. "Ke sini cepat! Bawakan baju yang ada di dalam paper bag itu!" pinta Magdalena. Dewa melirik paper bag dan mengambilnya. Tangan Dewa terulur ke dalam agar Magdalena meraihnya. Namun, wanita berperawakan tinggi itu malah menarik lengan Dewa. Sontak, laki-laki yang pernah menikah empat kali ini kaget karena selama satu Minggu dia kerja pada Magdalena, wanita itu begitu galak dan juga cerewet. "Anda mau apa, Nona?" tanya Dewa. "Ini baju buat kamu, cepat ganti, aku mau lihat," ucap Magdalena bernada manja. "Tapi, masa iya Nona di sini?" Dewa menyipitkan mata. "Tinggal ganti aja." Magdalena membuka kancing kemeja Dewa. "Kamu pakai baju

    Last Updated : 2023-01-02
  • Skandal Sang Sopir   09 || Hukuman

    Canda dan tawa telah terlontar dari bibir-bibir wanita yang bergaya sosialita. Sedangkan dewa memilih untuk menepi dari hingar-bingar orang-orang seperti itu. Dia lebih memilih untuk mengambil minum yang tersedia di meja panjang yang berselimutkan kain putih menutupi meja. Semakin malam udara semakin dingin terasa menyentuh kulit. Laki-laki berkumis dan berjambang tipis itu terlihat heran karena orang-orang yang ada di pesta tampaknya sama sekali tidak merasakan dingin meskipun memakai pakaian yang bisa dikatakan minim atau pendek. Diam-diam Dewa memperhatikan Magdalena ketika berbicara dan juga tertawa bersama teman-temannya. "Dia terlihat cantik," gumam Dewa sembari menggoyang-goyangkan gelas yang berisi air minum berwarna biru. Dia meneguknya lagi dan lagi hingga air itu tandas dan berpindah ke perutnya. "Lena, kamu datang juga?" Sayup-sayup terdengar suara laki-laki yang mendekati Magdalena. "Datanglah, masa enggak? Ini pesta ultah sahabat aku, masa iya enggak datang?" Laki-

    Last Updated : 2023-01-02

Latest chapter

  • Skandal Sang Sopir   98 || Raka Danu [TAMAT]

    Waktu bergulir begitu cepat. Tidak terasa usia pernikahan Calvin dan Diandra sudah menginjak dua tahun. Tepat di hari pernikahan mereka yang kedua, perut Diandra terasa mulas saat siang hari. Betapa syoknya dia ketika melihat celana dalamnya ada bercak darah dan ia pun berteriak."Bi! Bibi! Tolong aku!" teriakan itu menggelegar ketika rasa mulas sedikit mereda. Rasa mulas bercampur sakit yang datang lalu menghilang, datang dan menghilang, terus saja terulang hingga ritmenya semakin cepat. "Iya, Non." Pembantunya datang menghampiri. "Aku udah mules-mules, Bi. Di celanaku juga udah ada bercak darah. Apa aku mau melahirkan, ya?" tanya Diandra sambil memejamkan mata menahan rasa sakit dan mules. "Iya, Non, sepertinya cepat itu. Mari Bibi tolong, Non Diandra duduk dulu di tempat tidur dan Bibi akan panggil dulu Pak Winoto," ujar asisten rumah tangga itu yang akan memanggil laki-laki yang menjadi sopir. Diandra mengangguk dan berjalan ke tepi ranjang dibantu oleh asisten rumah tanggany

  • Skandal Sang Sopir   97 || Fusena Andaru

    Rumah dua lantai yang terlihat elegan di atas lahan yang luas di depan, belakang serta samping kiri dan kanannya kini sudah selesai dengan rentan waktu sekitar enam bulan pengerjaan. Calvin dan Diandra kini sudah tinggal di rumah tersebut. Diandra mengatur segala perabotan di rumah itu. Ia merasa bahagia hidup bersama Calvin. Rasa syukur atas limpahan rahmat dan kebahagiaan yang menurutnya sempurna dari Tuhan. Mulai dari memiliki suami yang baik, sabar, tampan dan begitu perhatian padanya. Keadaan mereka yang tentu saja tidak merasa kekurangan bahkan dapat dikatakan bergelimang harta tetapi tidak sama sekali membuat mereka merasa tinggi hati. Seperti saat ini, Diandra dan Calvin berencana ke panti asuhan sekadar ingin memberikan santunan wajib untuk anak-anak yang mungkin kurang beruntung. "Sudah siap, Sayang?" Calvin berbisik pada istrinya yang sedang duduk di kursi riasnya. "Dikit lagi, kamu tunggu di mobil aja, Ko. Enggak lama, tinggal dikit lagi," jawab Diandra sambil menepuk-

  • Skandal Sang Sopir   96 || Over Thinking

    Calvin terbangun. Antara merasa sadar dan bermimpi saat ia merasa ada seseorang yang terisak. Perlahan matanya terbuka dan ia sempat terkejut saat istrinya terlihat duduk memunggunginya dengan suara tangis pelan. "Sayang? Kamu kenapa?" tanya Calvin setelah ia duduk di samping Diandra. Diandra tidak menjawab, ia masih terisak dan tidak mau menatap suaminya. Lagi-lagi Calvin cukup kesulitan mengorek tentang apa yang sedang dirasakan oleh Diandra. Padahal seharusnya Diandra sudah lebih bisa terbuka pada Calvin. Namun, nyatanya traumatik itu cukup sulit dihilangkan. Trauma tentang kepercayaan yang ternodai oleh perselingkuhan masih terbawa hingga dipernikahannya yang kedua. "Coba jelaskan, please, Ket. Kalau seperti ini terus, gimana aku tau salah aku di mana?" "Maafin aku." Diandra berucap bersama suara tangis serta air mata yang tertumpah di pipi, bahkan pangkal hidungnya pun sudah memerah karena terus-menerus menangis. "Sini." Calvin memeluk erat Diandra. Calvin memberikan waktu b

  • Skandal Sang Sopir   95 || Curiga

    Pernikahan Calvin dan Diandra sudah berjalan tiga bulan. Mereka tampak bahagia meski di awal-awal pernikahan cukup banyak penyesuaian. Ya, pasti akan ada banyak hal yang harus diterima, dimaklumi dan diubah. Mereka saat ini dua kepala yang harus menjadi satu hati. Dua pemikiran yang harus bisa sejalan tentu saja sulit. Namun dengan saling menerima dan saling melengkapi akan dapat dijalani dengan baik, meski di awal-awal pasti akan terasa sulit. "Sarapan dulu, Ko!" Diandra berteriak di meja makan memanggil Calvin. Saat ini Diandra memilih menjadi istri yang full time di rumah, tentu saja mengurus rumah dan suaminya. Memanjakan diri dengan aktivitas yang ia sukai dan meninggalkan kantor di mana ia bekerja. Hal ini atas kesepakatan mereka berdua tentunya. "Iya, Sayang!" jawab Calvin yang keluar dari kamar bersama dasi yang ia pegang. Diandra bangkit dari kursi, lalu meraih dasi itu untuk dipakaikan di kerah kemeja suaminya. Calvin menatap wajah yang terlihat khusuk memasangkan dasi,

  • Skandal Sang Sopir   94 || Pernikahan.

    Calvin dan Diandra saling menatap, wajah mereka berdua terlihat bingung dan juga panik. "Mas? Mas Dewa?" Diandra mencoba menepuk-nepuk tangan Dewa, tetapi tidak ada pergerakan. Calvin meletakkan telunjuk di bawah hidung Dewa bermaksud mengecek napas laki-laki yang tiba-tiba tidak sadarkan diri. Lalu melanjutkan pada pergelangan tangan untuk mengecek detak nadinya. Hilang. "Kamu tunggu di sini, aku akan kembali secepatnya." Calvin gegas persegi dari ruang inap Dewa. Diandra bingung dengan sikap Calvin, hatinya berkata kalau ada hal buruk menimpa Dewa. Ia ingin mengecek tubuh Dewa, tetapi rasa takutnya membuat nyalinya menciut. Lima, sepuluh, lima belas menit berlalu Calvin belum juga kembali hingga akhirnya Diandra nekat untuk mengecek keadaan mantan suaminya. Mulai napas dari hidung, detak di nadi dan perlahan meski terasa sesak, ia memberanikan menempelkan telinganya pada dada Dewa yang masih terpejam tak berdaya. Mata Diandra membulat ketika tanda-tanda kehidupan tidak ditunjuk

  • Skandal Sang Sopir   93 || Sesal

    Dewa telah dipindah ruangan. Saat ini Magdalena masih setia menjaganya. Kekhawatiran menyelimuti wajah cantik Magdalena setelah enam jam berlalu, Dewa belum juga siuman. Padahal, kata dokter kondisinya sudah stabil. Sekitar jam delapan malam akhirnya ada pergerakan dari tubuh Dewa. Bibirnya mengatup-atup, tetapi belum ada suara. Sontak, Magdalena pun terlihat bahagia dan takjub bahwasannya seseorang yang ia cintai telah sadar dari komanya. "Dewa?" Magdalena menggenggam tangan Dewa dengan hangat. "Andraaaa ...." lirih Dewa dengan tatapan kosong melihat langit-langit kamar inap. Ada yang sakit, tetapi tidak berdarah ketika Dewa malah menyebutkan nama wanita lain padahal yang menjaga dan membawanya ke rumah sakit itu Magdalena. Namun, ia tidak bisa marah ketika menyadari begitu mengkhawatirkannya keadaan Dewa saat ini. Rasa ibanya mengalahkan rasa kecewa yang dirasakan Magdalena. **Pernikahan Diandra semakin dekat. Semuanya sudah dipersiapkan dengan matang. Perbincangan hangat pun

  • Skandal Sang Sopir   92 || Koma

    Sudah semakin dekat pernikahan antara Calvin dan Diandra. Mereka masih sama-sama sibuk dengan urusan pekerjaannya. Seluruh staf kantor pun telah mengetahui kabar bahagia mereka hingga saat ini semua bungkam dengan memberi julukan janda gatal pada Diandra. Apalagi nanti ia akan menjadi anggota keluarga dari tempat mereka bekerja. Entah mengapa Calvin ingin terus bersama Diandra. Ia seolah tidak ingin menjauh meski sekejap saja. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menjemput calon istrinya saat menjelang pulang. Sesungguhnya Diandra sudah mendapatkan cuti menikah dari beberapa hari yang lalu agar ia bisa mempersiapkan pernikahannya dengan lebih fokus dan mengistirahatkan tubuh dan otaknya dari rutinitas pekerjaan. Namun, ia tidak ingin melalaikan semua pekerjaan yang belum usai. "Sayang?" sapa laki-laki yang saat ini sudah ada di pintu ruang kerjanya. "Koko?" jawab Diandra dengan ekspresi heran melihat calon suaminya ada di hadapannya. "Udah selesai?" tanya Calvin sambil melangkah me

  • Skandal Sang Sopir   91 || Fitting Gaun Pengantin.

    Hari pernikahan sudah semakin dekat. Baik Calvin dan juga Diandra masih sama-sama sibuk dengan pekerjaan mereka. Namun, tidak dengan Dewa yang malah diusir dari rumah Magdalena kerena sudah berbeda pemikiran. Magdalena yang sibuk di kantor dengan segudang pekerjaan yang harus ia selesaikan menjadikan perasaannya terkadang kurang baik. Apalagi Dewa semakin cuek padanya. "Aku sudah salah memilihmu, Lena!" kesal Dewa saat diusir dari rumah mewah istrinya. "Aku juga udah capek dengan sikap kamu, Dewa! Ada baiknya memang kita bercerai!" Dewa tersenyum sarkas. "Itu hanya hal yang sangat mudah bagiku, Nona. Detik ini juga, aku ceraikan kamu!" tegas Dewa. Magdalena tercengang, ia tidak mengira kalau Dewa bisa semudah itu menceraikan dirinya. "Kenapa diam? Kita udah resmi bercerai, kan? Tidak usah mengetuk palu karena kita hanya menikah secara agama tanpa ada hukum yang mengatur perceraian." Dewa melenggang pergi. "Pergi! Pergi sana dan jangan harap aku akan mau kembali padamu, Dewa. Ing

  • Skandal Sang Sopir   90 || Perpisahan

    Diandra mengobati luka pada wajah Calvin terutama di bagian sudut bibirnya yang hingga mengeluarkan cairan merah kental. "Pelan-pelan, Ket." Calvin meringis."Makanya enggak usah berantem, loh, Ko." Diandra mengerucutkan bibir. "Gimana gue gak emosi, coba? Liatin lu dipaksa-paksa begitu." "Iya, tapi enggak harus berkelahi gitu, kan?" "Gak bisa! Siapapun yang berani menyakiti lu, gue gak akan terima." Diandra menghela napas karena tidak mungkin untuknya saat ini membantah ucapan Calvin. Dari sudut lain, Calvin memang begitu terlihat menyayangi Diandra sehingga ia tidak rela kalau sampai ada orang yang menyakiti kekasihnya itu. *** Calvin memutuskan untuk menikah dengan Diandra. Sudah hampir satu tahun Diandra bergelar janda. Perkenalan antara Diandra dan orangtuanya pun sudah terjadi satu Minggu lalu. Tanggal cantik pun telah ditetapkan oleh keduanya dan tentu saja telah mendapatkan restu dari kedua orang tua Calvin. Leona yang awalnya sempat menentang karena status janda Dian

DMCA.com Protection Status