Share

Kecemburuan Olivia

Author: Author Receh
last update Last Updated: 2024-10-05 18:49:33

Setelah kepergian Arjun, Olivia merasa hatinya dipenuhi campuran emosi yang sulit dicerna. Ia merasakan perasaan kosong yang menyelimuti dirinya, membuatnya ingin melakukan sesuatu untuk menenangkan pikirannya. Dalam sekejap, ia memutuskan untuk merendam tubuhnya dalam air hangat, berharap bisa mengusir rasa cemas yang menggelayut di benaknya.

Dengan cepat, Olivia berjalan menuju kamar mandi. Ia menyalakan air di bak mandi, menunggu hingga penuh, dan saat air hangat mulai memenuhi bak, ia mengeluarkan selimut yang menutupi tubuhnya yang polos. Selimut itu terasa lembut di kulitnya, memberikan sedikit kenyamanan di tengah rasa sepinya.

Olivia terjun ke dalam air, membiarkan dirinya tenggelam dalam kehangatan yang menyelimuti tubuhnya. Ia menutup mata, merasakan aliran air yang menenangkan, dan berusaha mengabaikan suara hatinya yang terus berbisik tentang Arjun dan Elvira.

Bagaimana bisa aku terus hidup seperti ini? pikirnya, meremas selimut yang basah di dekatnya. Ia mengingat kembali momen-momen intim yang mereka habiskan bersama, bagaimana semuanya terasa begitu sempurna saat itu. Namun, kini semua itu terasa seperti ilusi—sesuatu yang tidak bisa ia miliki sepenuhnya.

Setelah beberapa menit, Olivia menghela napas dan berusaha merelaksasi tubuhnya. Ia membuka mata, menatap langit-langit kamar mandi, dan berusaha mencari jawaban dalam ketenangan itu. “Mungkin ini sudah saatnya untuk berpikir jernih,” bisiknya pada diri sendiri.

Setelah berendam cukup lama, Olivia meraih handuk dan membungkusnya di tubuhnya. Ia segera berdiri, mengeringkan diri dan berpindah ke area rias. Dengan cepat, ia memilih pakaian yang sederhana tetapi terlihat menawan, mengenakan blus putih dan celana jeans yang pas di tubuhnya. Ia ingin terlihat baik-baik saja—setidaknya di luar.

Setelah mengenakan pakaian, Olivia menatap bayangannya di cermin. Meskipun ia berusaha menunjukkan senyum, matanya menyimpan ketidakpastian yang dalam. “Kamu bisa melakukannya,” ucapnya pada refleksinya, berusaha memberi dorongan pada dirinya sendiri.

Ia meraih tasnya, memastikan semua barangnya sudah ada, lalu melangkah menuju pintu. Sebelum keluar, ia berhenti sejenak, mengambil napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Saat membuka pintu kamar, Olivia melangkah keluar dan berjalan menuju lobi, mencoba menyingkirkan semua pikiran tentang Arjun dan Elvira dari benaknya.

Di lobi, suasana hotel terlihat lebih hidup. Para tamu sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing, dan Olivia berusaha mengalihkan perhatian dengan melihat ke sekeliling. Namun, saat matanya menyapu ruangan, ia melihat sosok Arjun di dekat pintu keluar.

Arjun mengenakan setelan jas yang membuatnya terlihat sangat menawan. Ia sedang berbicara dengan seseorang, tampak serius dan berwibawa. Olivia merasakan dadanya berdegup kencang saat melihat pria itu. Rasanya seperti ada magnet yang menariknya kembali ke dalam pelukan Arjun.

Namun, Olivia tahu ia harus pergi. Ia tidak bisa terjebak dalam perasaan itu lebih lama lagi. Dengan berusaha mengabaikan perasaannya, ia mengambil langkah tegas menuju pintu keluar hotel, berharap bisa meninggalkan semua kerumitan ini di belakangnya.

Saat melangkah keluar, udara segar Udaipur menyambutnya, dan ia menghirup dalam-dalam, berusaha menyeimbangkan perasaannya. Ia sadar bahwa ini adalah langkah pertama untuk meraih kembali kendali atas hidupnya, meskipun bayangan Arjun masih mengikutinya.

Olivia bertekad untuk menemukan jalan keluar dari kekacauan ini. “Hari ini adalah awal yang baru,” bisiknya pada diri sendiri saat ia melangkah ke arah mobil sewa yang menunggu di luar, siap untuk melanjutkan hidupnya.

Mobil sewa yang menunggu di luar hotel berkilau di bawah sinar matahari pagi. Olivia melangkah cepat menuju mobil, berusaha mengabaikan detak jantungnya yang berdebar. Supir yang menunggu segera membukakan pintu dan memberinya senyum ramah.

“Selamat pagi, Nona. Ke mana kita akan pergi hari ini?” tanyanya.

“Bawa saya ke pasar lokal, tolong,” jawab Olivia sambil menyusup ke dalam mobil, berusaha menyimpan semua emosi yang mengganggu dalam hati. Ia butuh sesuatu yang sederhana, sesuatu yang bisa mengalihkan perhatian dari kerumitan hidupnya.

Setelah mobil meluncur meninggalkan hotel, Olivia mengamati pemandangan di sekelilingnya. Udaipur terlihat indah dengan segala warna dan kehidupan yang berdenyut. Meskipun suasana cerah, hatinya terasa berat. Setiap kali ia mengingat senyuman Arjun, rasa sakit itu kembali muncul.

“Jadi, Nona, Anda seorang turis di sini?” tanya supir, berusaha menciptakan suasana obrolan.

“Ya, saya hanya ingin menikmati waktu saya di sini,” jawab Olivia sambil memandangi jalanan yang ramai. Ia berusaha bersikap santai, tetapi di dalam hatinya, ia merindukan kebebasan yang seharusnya ia miliki.

Sesampainya di pasar, Olivia melangkah keluar dari mobil dan merasakan getaran kehidupan di sekelilingnya. Aroma rempah-rempah, suara tawar-menawar, dan keramaian orang-orang menciptakan suasana yang menenangkan. Ia mulai menjelajahi deretan kios yang penuh dengan barang-barang unik—perhiasan, tekstil, dan kerajinan tangan lokal.

Saat berjalan dari satu kios ke kios lainnya, Olivia berusaha mengalihkan pikirannya dari Arjun. Namun, setiap barang yang ia lihat hanya mengingatkannya pada momen-momen kecil yang mereka habiskan bersama. Dalam hatinya, ia tahu bahwa ia harus melepaskan semua kenangan itu untuk bisa melanjutkan hidup.

Tiba-tiba, saat ia sedang mengamati selembar scarf berwarna cerah, ia mendengar suara yang sangat familiar. “Olivia?”

Ia berbalik dan melihat seorang teman lama, Maya, yang juga sedang berlibur di Udaipur. Maya terlihat terkejut, tetapi senyum lebar muncul di wajahnya. “Wow, lama tidak bertemu! Kamu baik-baik saja?”

Olivia berusaha tersenyum, meskipun hatinya terasa berat. “Ya, saya baik-baik saja. Sedang menikmati liburan.”

Maya mengamati wajah Olivia dengan seksama. “Kamu tampak berbeda. Apa ada yang salah?”

Olivia menggelengkan kepala, berusaha mengabaikan pertanyaan itu. “Nggak, hanya butuh sedikit waktu untuk diri sendiri.”

Maya mengangguk, tampak memahami. “Baiklah, kalau begitu. Kamu mau ikut saya? Saya baru saja membeli beberapa kerajinan tangan yang indah.”

“Kenapa tidak?” jawab Olivia dengan senyum yang lebih tulus, berusaha menenangkan pikirannya. Ia mulai berjalan bersama Maya, menikmati obrolan yang ringan dan penuh tawa.

Saat mereka berkeliling pasar, Olivia merasa seolah beban di pundaknya sedikit berkurang. Maya membawa keceriaan yang sangat dibutuhkannya, dan dalam sekejap, ia lupa tentang kerumitan yang mengikutinya.

“Olivia, kita harus berfoto bersama di depan kerajinan itu!” seru Maya dengan semangat.

Olivia mengangguk setuju. Mereka berdiri di depan sebuah kios yang penuh warna-warni, dan Maya mengeluarkan ponselnya. “Senyum, ya!”

Ketika mereka berpose dan berfoto, Olivia merasa sedikit lebih hidup. Ia menyadari bahwa meskipun situasi dalam hidupnya terasa rumit, ada momen-momen kecil yang bisa ia nikmati. Dalam sekejap, rasa bahagia itu membuatnya merasa bebas, meskipun hanya sementara.

Setelah beberapa waktu berkeliling dan berbincang-bincang, Olivia merasakan semangatnya kembali. Meskipun Arjun masih menghantuinya, ia tahu bahwa hidupnya tidak bisa hanya berputar di seputar hubungan terlarang itu. Ia bertekad untuk menemukan jalan hidupnya sendiri.

Maya mengajak Olivia untuk duduk di sebuah kafe kecil yang terletak di pinggir pasar. Mereka memesan teh dan beberapa makanan ringan. Saat mereka menikmati waktu bersama, Olivia merasa bahwa mungkin, hanya mungkin, dia bisa menemukan cara untuk melanjutkan hidupnya—tanpa Arjun.

“Jadi, apa rencanamu selanjutnya?” tanya Maya sambil menikmati teh.

Olivia mengangguk pelan, merencanakan masa depannya. “Aku pikir aku butuh waktu untuk diri sendiri. Mungkin menjelajahi tempat-tempat baru, melakukan hal-hal yang selalu aku inginkan.”

Maya tersenyum lebar. “Itu ide yang bagus! Kita harus melakukan lebih banyak petualangan.”

Dengan semangat baru dan keputusan untuk melanjutkan hidup, Olivia menyadari bahwa meskipun perjalanan ini sulit, ia tidak sendirian. Ia memiliki teman-teman yang mendukungnya dan dunia yang penuh kemungkinan menanti untuk dijelajahi.

Related chapters

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Keputusan Olivia

    Setelah menikmati teh dan obrolan yang menenangkan dengan Maya, Olivia merasa sedikit lebih ringan. Keputusan untuk mengambil jarak dari masalah yang selama ini membelenggunya mulai terasa seperti pilihan yang tepat. Langit di atas Udaipur mulai beranjak siang, dengan matahari yang menyinari jalanan penuh kehidupan. “Kamu tahu, Liv, kadang yang kita butuhkan hanyalah jeda sejenak dari rutinitas,” kata Maya sambil memandang Olivia dengan penuh perhatian. “Hidup nggak selalu harus rumit. Kadang kita hanya perlu memutuskan kapan kita mau berhenti dan melanjutkan dengan cara yang berbeda.” Olivia tersenyum lemah. “Iya, mungkin aku terlalu lama terjebak dalam satu masalah yang sama. Aku nggak tahu harus mulai dari mana untuk lepas dari semua ini.” Maya menyentuh tangannya, memberinya dukungan yang tulus. “Kamu bisa mulai kapan saja. Bahkan mulai sekarang.” Olivia terdiam sejenak, menatap cangkir tehnya yang hampir habis. Ia merenungkan kata-kata Maya, merasa ada kebenaran yang dalam di

    Last Updated : 2024-10-10
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Perdebatan

    Adegan: Arjun yang Tak Ingin Melepas Saat Arjun berjalan menjauh dari Olivia, pikirannya terus berputar, berusaha menerima keputusan yang baru saja didengar. Tapi semakin jauh ia melangkah, semakin besar gejolak di dalam dirinya. Hatinya menolak kenyataan bahwa Olivia ingin meninggalkannya begitu saja. Meski ia memiliki istri, hubungan yang ia miliki dengan Olivia terasa begitu kuat dan tak bisa ia lepaskan begitu saja. Arjun berhenti di tengah jalan, menatap kosong ke depan. “Tidak… aku tidak bisa begitu saja menyerah.” pikirnya. Rasa kepemilikannya terhadap Olivia mulai mengambil alih, menolak keputusan Olivia yang terlihat begitu tegas. Ia tidak bisa membayangkan hidup tanpa Olivia, bahkan jika itu berarti terus hidup dalam rahasia. Dengan napas berat dan tekad yang membara, Arjun memutar tubuhnya dan mulai berjalan kembali menuju arah di mana Olivia masih berada. Tatapannya keras, dan setiap langkahnya penuh keyakinan. Tidak ada yang bisa memisahkannya dari wanita yang begitu i

    Last Updated : 2024-10-11
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Ketidakjujuran Arjun

    Setelah meninggalkan kamar, Arjun memutuskan untuk menghindari Elvira lebih lama lagi. Dia berjalan ke balkon di lantai dua mansion mereka, berharap udara malam bisa menenangkan pikirannya yang berantakan. Di bawah cahaya rembulan, Arjun berdiri diam, mencoba merenung tentang semua yang terjadi. Wajah Olivia, tubuhnya yang bersandar di sampingnya pagi tadi, semuanya membanjiri pikirannya tanpa henti. Namun di bawah itu semua, rasa bersalah pada Elvira semakin menghimpit dadanya. Ia tahu bahwa ia sedang mengkhianati istrinya—wanita yang selalu setia, yang mencintainya tanpa syarat. Sementara itu, Elvira duduk sendirian di ruang makan. Meja telah diatur dengan rapi, hidangan yang ia buat dengan cinta terhampar di depannya, tapi tidak ada Arjun di sana. Dia menatap kosong ke arah piringnya, lalu menarik napas panjang, berusaha menahan rasa kecewa yang perlahan merasuk. Arjun, yang biasanya akan segera turun dan duduk bersamanya, kini semakin sering menghilang dengan alasan sibuk. Dan

    Last Updated : 2024-10-11
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Hasrat Menggebu

    Malam sudah larut, dan Arjun merayap keluar dari mansion dengan hati-hati, berusaha tidak membuat suara agar tidak terbangun Elvira. Ia tahu betul bahwa apa yang dilakukannya sangat berisiko, tetapi kerinduan akan Olivia sudah mencapai puncaknya, dan ia tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Ketika ia tiba di hotel, suasana sunyi menyambutnya, dan ia melangkah cepat menuju pintu kamar Olivia. Dengan sedikit ketegangan, ia mengetuk pintu. Setelah beberapa detik, suara lembut Olivia memecah keheningan, “Siapa di luar?” “Olivia, ini aku,” jawabnya sambil menahan nafsu yang membara. Pintu terbuka, dan Olivia muncul dengan wajah terkejut, matanya membesar saat melihatnya. “Arjun! Kau di sini?!” tanyanya, suaranya bergetar antara kegembiraan dan ketakutan. “Diam, jangan keras-keras,” Arjun berbisik sambil melangkah masuk dan menutup pintu di belakangnya. “Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi.” Olivia menatapnya dalam-dalam, seolah mencari kepastian di mata Arjun. “Tapi, bagaima

    Last Updated : 2024-10-11
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Keegoisan Olivia

    Setelah beberapa saat berdiam dalam kehangatan satu sama lain, Arjun perlahan bangkit dari ranjang, menghela napas panjang. “Aku harus pergi, Olivia. Elvira pasti mulai curiga kalau aku terlalu lama di sini,” katanya dengan nada enggan. Namun, Olivia menatapnya dengan tatapan tajam, bibirnya mengerucut. “Tidak,” jawabnya tegas, suaranya dingin namun tegas. “Aku tidak mau kau pergi.” Arjun terkejut mendengar respons Olivia yang langsung dan tak terduga. “Olivia, aku tidak bisa berlama-lama di sini. Kau tahu posisiku. Kita tidak bisa terus begini.” Olivia duduk dengan selimut melilit tubuhnya, matanya berkilat penuh emosi. “Kenapa kau selalu memikirkan dia, Arjun? Aku di sini. Aku yang ada bersamamu sekarang, bukan Elvira.” Nadanya menggambarkan kekecewaan yang mendalam, hampir seperti permohonan. “Aku mengerti, Olivia,” Arjun berkata pelan, mencoba meredam ketegangan. “Tapi aku punya tanggung jawab. Aku tidak bisa terus mengabaikan kenyataan.” Olivia mendengus, jelas tak puas den

    Last Updated : 2024-10-12
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Dendam Tersembunyi

    Sore itu, Olivia berdiri di dekat jendela kamar hotel, menatap pemandangan kota yang ramai di bawahnya. Di balik senyuman kecil yang sesekali muncul di bibirnya, pikirannya dipenuhi oleh rasa dendam yang terus membara. Tak ada yang tahu, bahkan Arjun, tentang apa yang sebenarnya bergejolak di dalam hatinya setiap kali nama Elvira disebut. Dia menggenggam cangkir kopi di tangannya dengan erat, membiarkan kehangatan dari cangkir itu menenangkan pikirannya yang penuh emosi. “Elvira,” gumamnya pelan, hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri, “Dia tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Dia pikir hidupnya sempurna, dia pikir dia memiliki segalanya.” Pikirannya kembali ke masa lalu, saat pertama kali bertemu dengan Arjun. Dia ingat bagaimana Arjun bercerita tentang kehidupan pernikahannya, tentang Elvira yang tampak sempurna di mata semua orang—istri ideal, cantik, dan anggun. Tapi di balik kesempurnaan itu, Olivia tahu lebih dari yang terlihat. Arjun telah memberitahunya tent

    Last Updated : 2024-10-12
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Rahasia Besar Olivia

    Olivia duduk sendirian di kamar hotel setelah Arjun pergi untuk menghadiri pertemuan bisnisnya. Dia menatap kosong ke arah jendela, di mana matahari pagi mulai memancarkan cahayanya, tapi di dalam hatinya, kegelapan yang tak pernah padam terus membara. Sebuah dendam yang sudah berakar sejak setahun lalu, ketika Elvira, wanita yang sekarang menjadi istri Arjun, mempermalukan orang tuanya di depan semua orang. Itu adalah momen yang Olivia tidak pernah bisa lupakan. Saat itu, keluarganya masih dihormati di kalangan elit sosial. Orang tuanya adalah pasangan yang terhormat, sampai Elvira—dengan keangkuhannya—membuat sebuah skandal besar. Olivia masih ingat bagaimana ibunya dipermalukan di acara resmi, dituduh sebagai pengkhianat oleh Elvira tanpa alasan yang jelas. Ayahnya, yang saat itu mencoba membela diri, malah dihancurkan reputasinya karena Elvira menggunakan koneksinya untuk menyebarkan rumor palsu. "Aku tidak akan pernah membiarkanmu bahagia, Elvira," gumam Olivia sambil mengepal

    Last Updated : 2024-10-13
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Desakan Olivia

    Olivia berjalan keluar dari pemakaman dengan langkah yang berat, tapi tekadnya semakin kuat. Dingin angin sore menusuk kulitnya, namun dia tak merasakan apa-apa selain kehampaan dan amarah. Dia kini bukan lagi gadis lugu yang bekerja sebagai sekretaris dengan penuh harapan. Kehilangan orang tuanya dalam cara yang tragis itu telah mengubah segalanya. Hatinya kini tertutup oleh kebencian yang mendalam, dan satu-satunya tujuan yang tertinggal adalah membalaskan dendam pada Elvira. Di perjalanan pulang menuju apartemennya, Olivia duduk di dalam taksi dengan pandangan kosong menatap jendela. Dia memutar otaknya, mencari cara terbaik untuk menghancurkan hidup Elvira. Arjun bisa menjadi alat yang sempurna, namun Olivia tahu, jika dia hanya mengandalkan perselingkuhannya dengan pria itu, hasilnya mungkin belum cukup menghancurkan Elvira seutuhnya. "Bagaimana caraku menjatuhkanmu, Elvira?" gumam Olivia, suaranya rendah tapi penuh dengan tekad. Dia berpikir keras, mencoba menemukan titik le

    Last Updated : 2024-10-13

Latest chapter

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Season 2 Part 22

    Nayla menundukkan kepala, mendengarkan ibunya bicara dengan suara lembut namun penuh ketegasan. "Nayla, Ibu tahu kamu sudah melalui banyak hal. Perceraian itu bukan hal mudah, apalagi dengan segala yang Darren lakukan padamu," ujar ibunya sambil menggenggam tangan putrinya. "Tapi Ibu nggak mau kamu terjebak dalam kebingungan. Kamu harus benar-benar berpikir sebelum mengambil keputusan lagi." Nayla menggigit bibir, menatap jemari mereka yang saling menggenggam. "Ibu, aku juga nggak mau gegabah. Aku cuma..." Ibunya menatapnya lekat. "Kamu takut, kan?" Nayla terdiam. Ia ingin menyangkal, tapi hatinya tahu itu benar. "Regan memang baik, Ibu nggak menyangkal itu. Tapi apakah kamu benar-benar yakin dengan perasaanmu? Apakah dia benar-benar yang kamu inginkan, atau hanya karena kamu merasa kesepian?" Nayla menelan ludah, mencoba mencari jawaban di hatinya. Ibunya melanjutkan dengan suara lebih lembut, "Ibu cuma nggak mau kamu terluka lagi, Nak. Kamu berhak bahagia, tapi pastika

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Season 2 Part 21 Sebuah pertanyaan

    Beberapa bulan setelah resmi bercerai, Nayla mulai terbiasa dengan kehidupannya sebagai seorang janda. Meski awalnya berat, ia mulai menikmati kebebasan yang kini dimilikinya. Tak ada lagi tekanan, tak ada lagi tuduhan menyakitkan dari Darren, dan yang terpenting, ia tak lagi merasa sendirian. Pagi ini, seperti biasa, Nayla duduk di balkon apartemennya, menikmati secangkir teh hangat sambil membaca novel. Matahari pagi menyinari wajahnya dengan lembut, dan angin sepoi-sepoi mengelus rambutnya yang tergerai. "Akhirnya, hidupku terasa damai," gumamnya pelan. Ponselnya bergetar di atas meja. Nama Regan muncul di layar. Nayla tersenyum kecil sebelum mengangkatnya. "Pagi, Regan." "Pagi, Nayla. Apa rencanamu hari ini?" suara pria itu terdengar santai, seperti biasa. Nayla menghela napas kecil. "Belum ada rencana. Mungkin ke butik, mencari beberapa baju baru. Aku butuh suasana baru." Regan terkekeh. "Bagus, kamu mulai menikmati waktumu sendiri. Tapi… bagaimana kalau aku menemanimu?

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Season 2 Part 20 Pengakuan Cinta

    Setelah berbincang dengan Olivia, Nayla merasa lebih tenang. Namun, begitu ia berbalik untuk pergi ke kamarnya, langkahnya terhenti saat melihat sosok Regan berdiri di ambang pintu ruang keluarga. Tatapan pria itu begitu lembut, penuh ketulusan yang membuat Nayla hampir kehilangan kata-kata. Regan melangkah mendekat, lalu menyentuh pipi Nayla dengan jemarinya. "Aku mendengar semuanya," ucapnya pelan. "Apa yang kamu katakan pada Mom tadi… itu benar-benar berarti untukku, Nayla." Nayla menundukkan kepala, wajahnya memanas. "Aku hanya mengatakan yang sejujurnya." Regan tersenyum, lalu meraih kedua tangan Nayla dan menggenggamnya erat. "Kalau begitu, aku ingin kamu juga mendengar sesuatu dariku." Nayla mengangkat wajahnya, menatap mata pria itu dengan rasa penasaran. "Aku mencintaimu, Nayla. Dari dulu, sejak pertama kali aku melihatmu dalam kesedihanmu, aku tahu aku ingin melindungi dan membahagiakanmu. Aku tidak peduli dengan masa lalu atau siapa pun yang mencoba menghalangi

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Season 2 Part 19 nasehat diberikan

    Regan menatap layar ponselnya dengan ekspresi serius. Nama sang ibu, Olivia, tertera di sana. Ia tahu, cepat atau lambat, pembicaraan ini akan terjadi. Dengan sedikit ragu, ia mengangkat panggilan itu. "Regan, Nak. Bisakah kamu datang ke mansion sekarang?" Suara Olivia terdengar lembut, tetapi ada ketegasan di dalamnya. Regan melirik sekilas ke arah Nayla, yang duduk di sebelahnya di dalam mobil. Wanita itu masih tampak lelah setelah sidang, tetapi tetap tenang. "Ada apa, Mom?" tanya Regan, meskipun ia sudah bisa menebak jawabannya. "Kamu tahu ini tentang apa," jawab Olivia. "Ayahmu juga ingin bicara denganmu. Dan bawalah Nayla bersamamu." Regan menghela napas dalam. "Baiklah. Kami akan segera ke sana." Setelah menutup panggilan, ia menoleh pada Nayla. "Mom dan Dad ingin kita datang ke mansion." Nayla menegang sejenak. "Aku sudah bisa menebak," katanya lirih. "Mereka pasti ingin membahas semuanya, terutama soal kita." Regan menggenggam tangannya dengan lembut. "Kita ha

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Season 2 Part 18 Sidang Perceraian

    Hari yang dinanti akhirnya tiba. Nayla melangkah memasuki ruang sidang dengan kepala tegak, meskipun dadanya berdebar kencang. Regan berdiri di belakangnya, memberikan dukungan tanpa suara. Ia tahu betapa pentingnya hari ini bagi Nayla. Darren sudah duduk di kursi penggugat, wajahnya dipenuhi amarah dan gengsi yang terluka. Ia menatap Nayla dengan sorot mata tajam, seolah menantang wanita itu untuk mundur. Namun, Nayla tidak goyah. Ia sudah siap. Hakim mengetuk palunya, membuka sidang perceraian mereka. "Saudari Nayla, Anda mengajukan gugatan cerai dengan alasan kekerasan dalam rumah tangga dan perselingkuhan dari pihak suami. Apakah benar demikian?" Nayla mengangguk mantap. "Benar, Yang Mulia." Darren mendengus sinis. "Itu semua kebohongan. Dia hanya ingin meninggalkanku demi pria lain!" Hakim menatap Darren tajam. "Saudara Darren, harap jaga sikap Anda di persidangan." Nayla menghela napas panjang sebelum berbicara, suaranya jernih dan mantap. "Selama bertahun-tahun saya

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   season 2 part 17

    Darren Bersiap Menyerang, Regan Tidak Tinggal Diam Di vila rahasia, Regan duduk di depan layar komputer besar dengan ekspresi tegang. Seorang pengawalnya baru saja memberi laporan tentang Darren yang mulai bergerak. Melalui kamera pengintai dan beberapa informan, ia bisa melihat Darren sedang mengumpulkan anak buahnya. "Dia sudah menemukan lokasi kita," kata Regan dengan suara dingin, matanya tajam menatap layar. Nayla yang duduk di sofa menegang mendengar itu. "Apa? Bagaimana bisa?" Regan menutup laptopnya dengan tenang, lalu bangkit dan menghampiri Nayla. "Darren memang licik, tapi aku sudah mengantisipasi ini. Aku sengaja membiarkan sedikit petunjuk agar dia berpikir dia lebih unggul. Tapi sebenarnya, ini jebakan." Nayla menatap Regan dengan bingung. "Jebakan?" Regan tersenyum tipis. "Ya. Aku ingin memastikan dia membuat kesalahan fatal kali ini. Jika dia datang dengan niat buruk, aku akan memastikan dia tidak bisa lolos dari hukum lagi." Tiba-tiba, salah satu pengawa

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Season 2 Part 16 Pertarungan

    Regan Tak Tinggal Diam Regan menatap layar laptopnya dengan rahang mengeras. Berita tentang dirinya menyebar seperti api, dan media terus menggiring opini bahwa ia telah menculik Nayla. Tak ingin tinggal diam, Regan segera menghubungi kepala tim PR-nya. "Aku ingin konferensi pers. Segera." Suara di ujung telepon terdengar ragu. "Tuan Regan, situasinya cukup sensitif. Jika Anda bicara sekarang tanpa bukti kuat, justru bisa memperburuk keadaan." Regan mengepalkan tangan. "Aku tidak peduli. Siapkan semuanya. Aku akan membalikkan keadaan." Sementara itu, Nayla duduk di sofa dengan tatapan kosong. Ia merasa bersalah karena Regan harus menghadapi semua ini gara-gara dirinya. Regan mendekatinya, lalu duduk di sampingnya. "Jangan khawatir. Aku akan membuat dunia tahu siapa yang sebenarnya bersalah." Nayla menghela napas dalam. "Tapi Regan… jika Darren semakin marah, dia bisa melakukan hal yang lebih buruk." Regan menatapnya tajam. "Dia boleh mencoba, tapi aku tidak akan memb

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Season 2 Part 15 Kelicikan Darren

    Kemurkaan Darren dan Kesiapan Regan Di kediaman keluarga Anderson, Darren menggebrak meja dengan keras, matanya memerah penuh amarah. "Di mana dia menyembunyikan istriku?!" bentaknya tajam ke arah Olivia dan Arjun. Olivia yang duduk di sofa tampak berusaha mempertahankan ketenangannya meski jelas ia sangat syok dengan tindakan putranya. "Darren, aku tahu kau marah, tapi menggebrak meja di rumah orang lain bukan tindakan yang pantas." "Jangan bicara soal pantas atau tidak, Nyonya Olivia," dengus Darren sinis. "Aku tahu putramu yang membawa kabur Nayla! Dia pikir siapa dia bisa mencampuri rumah tanggaku?! Aku mau dia mengembalikan istriku sekarang juga!" Arjun yang sejak tadi diam akhirnya angkat bicara. "Kalau Nayla benar-benar ingin kembali padamu, Darren, dia pasti sudah melakukannya. Nyatanya, dia tidak ingin kembali padamu, kan?" Darren mengertakkan gigi, wajahnya merah padam. "Itu karena Regan yang menculiknya!" Olivia menatap Darren tajam. "Sebut itu penculikan atau a

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Season 2 Part 14 Regan Vs Darren

    Ketegangan di Vila Setelah panggilan dengan orang tuanya berakhir, Regan bersandar di kursinya, menghembuskan napas panjang. Ia tahu keluarganya tidak akan tinggal diam, tetapi saat ini yang paling penting baginya adalah menjaga Nayla tetap aman. Di sisi lain, Nayla duduk di ruang tamu vila, menatap kosong ke arah camilan yang disajikan pelayan. Pikirannya kacau. Sejak tiba di tempat ini, ia terus memikirkan perbedaan sikap antara Regan dan Darren. Darren selalu memperlakukannya dengan dingin, penuh tuntutan, dan sering menyalahkannya. Sementara Regan... pria itu selalu ada untuknya. Memberikan perlindungan tanpa meminta balasan, membuatnya merasa berharga meskipun ia sendiri masih bingung dengan perasaannya. "Kenapa kau melamun?" Suara Regan membuyarkan pikirannya. Nayla menoleh dan melihat pria itu sudah berdiri di belakang sofa, menatapnya dengan penuh perhatian. "Aku hanya..." Nayla menggigit bibirnya, ragu untuk jujur. "Aku memikirkan semuanya." Regan duduk di sofa seberan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status