Share

Ketidakjujuran Arjun

Penulis: Author Receh
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-11 20:28:50

Setelah meninggalkan kamar, Arjun memutuskan untuk menghindari Elvira lebih lama lagi. Dia berjalan ke balkon di lantai dua mansion mereka, berharap udara malam bisa menenangkan pikirannya yang berantakan. Di bawah cahaya rembulan, Arjun berdiri diam, mencoba merenung tentang semua yang terjadi. Wajah Olivia, tubuhnya yang bersandar di sampingnya pagi tadi, semuanya membanjiri pikirannya tanpa henti.

Namun di bawah itu semua, rasa bersalah pada Elvira semakin menghimpit dadanya. Ia tahu bahwa ia sedang mengkhianati istrinya—wanita yang selalu setia, yang mencintainya tanpa syarat.

Sementara itu, Elvira duduk sendirian di ruang makan. Meja telah diatur dengan rapi, hidangan yang ia buat dengan cinta terhampar di depannya, tapi tidak ada Arjun di sana. Dia menatap kosong ke arah piringnya, lalu menarik napas panjang, berusaha menahan rasa kecewa yang perlahan merasuk.

Arjun, yang biasanya akan segera turun dan duduk bersamanya, kini semakin sering menghilang dengan alasan sibuk. Dan malam ini, Elvira merasa ada sesuatu yang benar-benar berbeda. Mungkin firasat, mungkin perasaan, tapi apa pun itu, dia tidak bisa lagi mengabaikannya.

Dengan perasaan gelisah, Elvira memutuskan untuk pergi ke balkon tempat Arjun biasa menenangkan diri. Dia berjalan perlahan-lahan menaiki tangga, berusaha tidak membuat suara. Saat sampai di pintu balkon, ia melihat suaminya berdiri di sana, punggungnya menghadap ke arah pintu, menatap kosong ke arah langit. Elvira terdiam sejenak, mengamati suaminya, berusaha memahami apa yang terjadi di kepalanya.

“Arjun...” suaranya lembut, hampir seperti bisikan.

Arjun terkejut mendengar suara istrinya. Ia menoleh cepat, lalu menghela napas panjang ketika melihat Elvira di belakangnya. Dia tahu dia tak bisa terus menghindar.

“Kamu belum tidur?” tanya Arjun datar, berusaha untuk tidak menunjukkan kegelisahannya.

Elvira mendekat, berdiri di sampingnya, menatap ke arah horizon yang sama. “Kamu nggak turun untuk makan malam. Aku mulai khawatir.” Dia menoleh padanya, ekspresinya lembut tapi penuh tanya. “Arjun, ada apa sebenarnya? Akhir-akhir ini kamu sering jauh. Apa ada yang salah?”

Arjun terdiam sejenak, matanya terpaku ke depan. Dia tahu inilah saat yang tepat untuk mengatakan sesuatu, untuk berbicara, tapi kata-kata itu terasa tertahan di tenggorokannya. Ia terlalu takut pada konsekuensi dari kebenaran.

“Aku… cuma capek, Vi. Banyak urusan di kantor yang bikin aku pusing,” jawab Arjun akhirnya, meski ia tahu jawabannya terdengar klise.

Elvira mengamati suaminya lebih dalam, tatapannya mencoba menembus dinding yang Arjun bangun di antara mereka. “Aku tahu kamu sibuk, tapi ini lebih dari sekadar pekerjaan, kan?” Dia menunggu reaksi Arjun, tetapi yang didapatnya hanya kebisuan.

Arjun mengalihkan pandangannya, menghindari tatapan Elvira. “Aku akan baik-baik saja. Cuma butuh waktu sendiri.”

Elvira mendesah pelan. “Aku nggak akan memaksamu bicara kalau kamu belum siap, tapi aku ada di sini untukmu. Kamu tahu itu, kan?”

Arjun hanya mengangguk pelan, rasa bersalah semakin menumpuk di dalam hatinya. Ia tahu bahwa Elvira pantas mendapatkan lebih dari kebisuan ini, tapi ia tidak bisa mengucapkan apa yang sebenarnya terjadi. Dia tidak bisa merusak kehidupan istrinya dengan pengakuan yang akan menghancurkan mereka berdua.

“Aku tahu,” jawab Arjun singkat. Dia ingin meminta maaf, ingin mengatakan sesuatu yang lebih dari sekadar kata-kata kosong, tapi semuanya terasa mustahil.

Elvira tersenyum tipis, meski ada kesedihan di balik senyum itu. “Kalau kamu butuh bicara, aku akan mendengarkan.” Setelah itu, dia melangkah mundur, membiarkan suaminya tetap sendirian di balkon, merasa bahwa kebisuan ini akan semakin memperlebar jarak di antara mereka.

Saat Elvira berbalik dan berjalan kembali ke dalam mansion, Arjun menatap punggung istrinya yang menjauh, hati kecilnya berteriak meminta maaf, namun bibirnya tetap terkatup rapat. Malam itu, ia sadar, kebohongan dan skandal ini tidak hanya merenggut kedamaian dalam hatinya, tetapi juga mulai merusak hubungan yang selama ini ia jaga dengan Elvira. Tapi meski tahu semua itu, Arjun tetap belum siap menghadapi kenyataan.

Hari berganti, dan Arjun merasa seolah setiap detik dalam hidupnya berjalan lambat. Ia menjalani rutinitas sehari-hari di kantor, tetapi pikirannya terus terjebak antara dua dunia—satu di mana ia memiliki keluarga yang menyayanginya, dan yang lain di mana ia mencintai Olivia dengan sepenuh hati. Ketika tengah hari tiba, Arjun menatap layar komputernya tanpa fokus, email dan laporan di depannya hanya sekadar tulisan tanpa makna.

Tiba-tiba, pintu ruang kerjanya terbuka, dan sekretarisnya, Meera, masuk dengan senyuman. “Pak Arjun, ada telepon dari Ibu Elvira. Dia ingin berbicara dengan Anda,” katanya, membawa kabar yang membuat Arjun merasa semakin tertekan.

“Terima kasih, Meera. Tolong katakan aku sedang sibuk,” jawab Arjun cepat, berusaha menghindar. Meera mengangguk dan menutup pintu, meninggalkan Arjun dengan pikiran yang berkelana.

Dia tahu Elvira pasti khawatir setelah percakapan mereka di balkon malam itu. Pikirannya terus dibayangi oleh betapa bersalahnya ia. Seharusnya dia tidak menghindar. Seharusnya ia berani jujur, tapi ketakutannya selalu lebih besar.

Sore harinya, saat ia duduk sendirian di ruang kerjanya, pesan dari Olivia muncul di ponselnya. “Arjun, kita perlu berbicara.” Itu semua yang tertulis di sana, dan tiba-tiba jantungnya berdebar kencang. Dia tahu pertemuan ini akan menjadi titik balik, entah baik atau buruk.

Mendapati dirinya terjebak dalam antara tanggung jawab sebagai suami dan hasrat yang mendalam terhadap Olivia, Arjun merasa tertekan. Tanpa pikir panjang, ia segera membalas pesan tersebut, mengatur waktu untuk bertemu malam ini.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Arjun pulang ke mansion dengan perasaan campur aduk. Sesampainya di rumah, Elvira menunggunya di ruang tamu dengan ekspresi cemas.

“Arjun, kita perlu bicara,” katanya, nada suaranya lebih serius daripada sebelumnya.

Arjun mengangguk pelan, merasakan ketegangan di udara. “Iya, aku tahu. Tapi…” Dia menghela napas, mencoba merangkai kata-kata di dalam kepalanya, “aku… mungkin kita bisa membicarakannya nanti?”

“Kenapa tidak sekarang?” tanya Elvira, bersikeras. “Aku merasa ada yang salah, dan aku tidak ingin mengabaikannya lebih lama lagi.”

Arjun menyadari bahwa ia tidak bisa terus menghindar. Di satu sisi, ia sangat ingin jujur kepada Elvira, tapi di sisi lain, perasaannya pada Olivia semakin kuat. “Elvira, aku—”

Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, ponsel Arjun bergetar di saku. Itu pesan dari Olivia, dan dalam sekejap, hatinya bergetar antara rasa bersalah dan kerinduan. Elvira melihat Arjun menatap ponselnya, dan tatapan cemasnya semakin dalam.

“Siapa itu?” tanya Elvira, nada suaranya tenang, tetapi Arjun tahu bahwa dalam ketenangan itu tersembunyi sebuah badai.

“Cuma… cuma teman kerja,” jawab Arjun cepat, berusaha menyembunyikan kebenaran. Namun, ia bisa merasakan bahwa Elvira tidak sepenuhnya percaya.

“Arjun, aku bukan anak kecil yang bisa kamu bohongi,” katanya, bersikap tegas. “Aku tahu ada sesuatu yang kamu sembunyikan. Apakah kamu sudah tidak mencintaiku lagi?”

“Bukan itu,” jawab Arjun, berusaha menjaga nada suaranya tetap tenang. “Aku mencintaimu, Elvira. Aku hanya—”

“Jangan ‘hanya’! Kata itu tidak berarti apa-apa jika kamu terus menghindar!” Elvira hampir berteriak, dan nada emosional itu membuat Arjun tertegun. “Aku ingin tahu apa yang terjadi. Apakah ada orang lain?”

Detak jantung Arjun berdetak cepat. “Tidak, tidak ada orang lain. Aku… hanya butuh waktu untuk merenung,” ucapnya, tetapi ia tahu kata-kata itu hanyalah kebohongan. Dalam hatinya, ia tahu Olivia ada di sana, menjadi bagian dari kebohongannya.

Elvira menatapnya, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. “Aku hanya ingin suamiku kembali, Arjun. Aku ingin kamu jujur padaku. Kita sudah melalui banyak hal bersama, dan aku tidak ingin hubungan kita hancur begitu saja. Beritahu aku apa yang terjadi.”

Arjun merasakan beratnya pernyataan itu, perasaannya terpecah. “Aku… aku harus pergi,” katanya akhirnya, melangkah mundur, tidak ingin melihat kesedihan yang terlukis di wajah istrinya.

“Jadi, kamu memilih untuk pergi?” suara Elvira nyaris pecah, dan Arjun merasa hatinya teriris.

Dia hanya bisa menggelengkan kepala, tidak tahu harus berkata apa. Saat ia melangkah keluar, perasaan bersalah menghantuinya. Arjun tahu bahwa ia tidak bisa terus hidup seperti ini, tetapi saat ini, dia hanya butuh waktu untuk berpikir dan memutuskan.

Malam itu, saat ia berkendara menuju tempat yang dijanjikan dengan Olivia, pikiran Arjun semakin tidak menentu. Ia menyadari, keputusannya akan menentukan segalanya—bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk Elvira dan Olivia. Dalam perjalanan, dia merasakan tekanan di dadanya, bertanya-tanya apakah dia benar-benar bisa mengakhiri semuanya atau justru memperburuk keadaan.

Bab terkait

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Hasrat Menggebu

    Malam sudah larut, dan Arjun merayap keluar dari mansion dengan hati-hati, berusaha tidak membuat suara agar tidak terbangun Elvira. Ia tahu betul bahwa apa yang dilakukannya sangat berisiko, tetapi kerinduan akan Olivia sudah mencapai puncaknya, dan ia tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Ketika ia tiba di hotel, suasana sunyi menyambutnya, dan ia melangkah cepat menuju pintu kamar Olivia. Dengan sedikit ketegangan, ia mengetuk pintu. Setelah beberapa detik, suara lembut Olivia memecah keheningan, “Siapa di luar?” “Olivia, ini aku,” jawabnya sambil menahan nafsu yang membara. Pintu terbuka, dan Olivia muncul dengan wajah terkejut, matanya membesar saat melihatnya. “Arjun! Kau di sini?!” tanyanya, suaranya bergetar antara kegembiraan dan ketakutan. “Diam, jangan keras-keras,” Arjun berbisik sambil melangkah masuk dan menutup pintu di belakangnya. “Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi.” Olivia menatapnya dalam-dalam, seolah mencari kepastian di mata Arjun. “Tapi, bagaima

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Keegoisan Olivia

    Setelah beberapa saat berdiam dalam kehangatan satu sama lain, Arjun perlahan bangkit dari ranjang, menghela napas panjang. “Aku harus pergi, Olivia. Elvira pasti mulai curiga kalau aku terlalu lama di sini,” katanya dengan nada enggan. Namun, Olivia menatapnya dengan tatapan tajam, bibirnya mengerucut. “Tidak,” jawabnya tegas, suaranya dingin namun tegas. “Aku tidak mau kau pergi.” Arjun terkejut mendengar respons Olivia yang langsung dan tak terduga. “Olivia, aku tidak bisa berlama-lama di sini. Kau tahu posisiku. Kita tidak bisa terus begini.” Olivia duduk dengan selimut melilit tubuhnya, matanya berkilat penuh emosi. “Kenapa kau selalu memikirkan dia, Arjun? Aku di sini. Aku yang ada bersamamu sekarang, bukan Elvira.” Nadanya menggambarkan kekecewaan yang mendalam, hampir seperti permohonan. “Aku mengerti, Olivia,” Arjun berkata pelan, mencoba meredam ketegangan. “Tapi aku punya tanggung jawab. Aku tidak bisa terus mengabaikan kenyataan.” Olivia mendengus, jelas tak puas den

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Dendam Tersembunyi

    Sore itu, Olivia berdiri di dekat jendela kamar hotel, menatap pemandangan kota yang ramai di bawahnya. Di balik senyuman kecil yang sesekali muncul di bibirnya, pikirannya dipenuhi oleh rasa dendam yang terus membara. Tak ada yang tahu, bahkan Arjun, tentang apa yang sebenarnya bergejolak di dalam hatinya setiap kali nama Elvira disebut. Dia menggenggam cangkir kopi di tangannya dengan erat, membiarkan kehangatan dari cangkir itu menenangkan pikirannya yang penuh emosi. “Elvira,” gumamnya pelan, hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri, “Dia tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Dia pikir hidupnya sempurna, dia pikir dia memiliki segalanya.” Pikirannya kembali ke masa lalu, saat pertama kali bertemu dengan Arjun. Dia ingat bagaimana Arjun bercerita tentang kehidupan pernikahannya, tentang Elvira yang tampak sempurna di mata semua orang—istri ideal, cantik, dan anggun. Tapi di balik kesempurnaan itu, Olivia tahu lebih dari yang terlihat. Arjun telah memberitahunya tent

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Rahasia Besar Olivia

    Olivia duduk sendirian di kamar hotel setelah Arjun pergi untuk menghadiri pertemuan bisnisnya. Dia menatap kosong ke arah jendela, di mana matahari pagi mulai memancarkan cahayanya, tapi di dalam hatinya, kegelapan yang tak pernah padam terus membara. Sebuah dendam yang sudah berakar sejak setahun lalu, ketika Elvira, wanita yang sekarang menjadi istri Arjun, mempermalukan orang tuanya di depan semua orang. Itu adalah momen yang Olivia tidak pernah bisa lupakan. Saat itu, keluarganya masih dihormati di kalangan elit sosial. Orang tuanya adalah pasangan yang terhormat, sampai Elvira—dengan keangkuhannya—membuat sebuah skandal besar. Olivia masih ingat bagaimana ibunya dipermalukan di acara resmi, dituduh sebagai pengkhianat oleh Elvira tanpa alasan yang jelas. Ayahnya, yang saat itu mencoba membela diri, malah dihancurkan reputasinya karena Elvira menggunakan koneksinya untuk menyebarkan rumor palsu. "Aku tidak akan pernah membiarkanmu bahagia, Elvira," gumam Olivia sambil mengepal

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-13
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Desakan Olivia

    Olivia berjalan keluar dari pemakaman dengan langkah yang berat, tapi tekadnya semakin kuat. Dingin angin sore menusuk kulitnya, namun dia tak merasakan apa-apa selain kehampaan dan amarah. Dia kini bukan lagi gadis lugu yang bekerja sebagai sekretaris dengan penuh harapan. Kehilangan orang tuanya dalam cara yang tragis itu telah mengubah segalanya. Hatinya kini tertutup oleh kebencian yang mendalam, dan satu-satunya tujuan yang tertinggal adalah membalaskan dendam pada Elvira. Di perjalanan pulang menuju apartemennya, Olivia duduk di dalam taksi dengan pandangan kosong menatap jendela. Dia memutar otaknya, mencari cara terbaik untuk menghancurkan hidup Elvira. Arjun bisa menjadi alat yang sempurna, namun Olivia tahu, jika dia hanya mengandalkan perselingkuhannya dengan pria itu, hasilnya mungkin belum cukup menghancurkan Elvira seutuhnya. "Bagaimana caraku menjatuhkanmu, Elvira?" gumam Olivia, suaranya rendah tapi penuh dengan tekad. Dia berpikir keras, mencoba menemukan titik le

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-13
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Rencana Lain Olivia

    Arjun berdiri diam di depan jendela, matanya menatap kosong ke luar, sementara pikirannya berkecamuk. Di satu sisi, dia tahu apa yang harus dilakukan—dia harus menyelamatkan dirinya, reputasinya, pernikahannya. Tapi di sisi lain, Olivia telah membangun jaring yang kuat di sekitarnya, mengancamnya dengan sesuatu yang lebih besar dari sekadar perselingkuhan. Ada dendam yang membara dalam wanita itu, dan itu membuat Arjun takut akan apa yang bisa terjadi jika dia tidak menuruti tuntutannya. Olivia, yang berdiri beberapa langkah darinya, menatap Arjun dengan ekspresi yang tenang tapi penuh perhitungan. Dia tahu dia sudah memenangkan permainan ini. Kini, hanya masalah waktu sebelum Arjun menyerah sepenuhnya. “Aku tahu ini sulit bagimu,” ucap Olivia, suaranya lebih lembut, mencoba mendekati Arjun. “Tapi percayalah, aku tidak ingin ini menjadi lebih buruk. Aku hanya ingin apa yang seharusnya menjadi milikku. Kau, Arjun. Kita. Bersama-sama.” Arjun tetap diam, tapi Olivia bisa melihat ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Kepanikan Elvira

    Elvira menatap layar ponselnya dengan perasaan kacau. Judul berita yang menyebar begitu cepat di media sosial membuatnya merasakan gelombang panik dan kemarahan. Dengan tangan gemetar, dia membaca komentar-komentar yang muncul, penuh spekulasi dan fitnah tentang dirinya. Gosip itu berkembang liar, seolah-olah semua orang tiba-tiba menjadi hakim yang siap menghakiminya tanpa ampun. Dia segera menghubungi Arjun, berharap bisa mendapatkan penjelasan atau setidaknya dukungan dari suaminya. Namun, deringan teleponnya berulang kali tak terjawab. Arjun tidak mengangkat, dan perasaan cemas Elvira semakin memburuk. “Apa yang sebenarnya terjadi?” gumamnya, merasa terjebak dalam kekacauan yang tidak dia mengerti. Sementara itu, di hotel Udaipur, Olivia kembali menatap layar ponselnya dengan senyum puas. Berita yang dia sebarkan telah menjadi bola salju yang tak terbendung. Dia sudah bisa membayangkan betapa paniknya Elvira saat ini. Dan yang lebih penting, betapa hancurnya pernikahan Elvira da

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Pertengkaran Elvira dan Arjun

    Elvira akhirnya memutuskan untuk meninggalkan jendela dan berjalan perlahan menuju kamar tidur, di mana bayangan Arjun yang tidak pulang sejak semalam terus menghantui pikirannya. Tubuhnya terasa lelah, bukan hanya karena kurang tidur, tetapi juga karena perasaan yang terus menggerogoti ketenangannya. Dia terbaring di ranjang yang dingin, menatap langit-langit dengan pikiran yang kacau. Meski sudah berkali-kali mencoba untuk tidak berpikir negatif, ada bagian dari dirinya yang tidak bisa berhenti memikirkan kemungkinan terburuk. Apakah Arjun telah mengkhianatinya? Apakah gosip ini adalah hasil dari sesuatu yang lebih dari sekadar fitnah tak berdasar? Dia menghela napas panjang, tangan gemetar saat meraih ponselnya lagi. Dering telepon tadi pagi masih terngiang, dan bagaimana Arjun memutus sambungan begitu cepat membuatnya semakin cemas. Meski hatinya masih dipenuhi cinta untuk suaminya, ada keraguan yang perlahan menyelinap, sesuatu yang selama ini dia abaikan namun sekarang mulai tu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14

Bab terbaru

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Tangis Bahagia

    Arjun masih setia duduk di samping tempat tidur Olivia. Di luar jendela, cahaya pagi mulai menyelinap masuk, menandakan dimulainya hari baru. Olivia masih tertidur dengan tenang, napasnya teratur, sementara Arjun tak pernah melepaskan genggaman tangannya dari jemari sang istri. Setiap detik ia menghabiskan waktu memandangi wajah pucat Olivia, semakin kuat tekadnya untuk melindungi perempuan itu. Tak lama, pintu kamar terbuka perlahan. Mama Arjun muncul dengan membawa sebuah keranjang berisi makanan dan beberapa buah tangan. Di belakangnya, Papa Arjun mengikuti dengan langkah tenang. “Jun?” Mama Arjun memanggil pelan. “Kamu sudah sarapan?” Arjun menoleh, tersenyum kecil. “Belum, Ma. Saya nggak mau jauh dari Olivia.” Mama Arjun menghela napas panjang, mendekat ke sisi Arjun lalu menepuk pundaknya lembut. “Kamu juga harus jaga kesehatan. Jangan sampai sakit, nanti siapa yang jaga Olivia dan Regan?” “Aku tahu, Ma, tapi…” Arjun menggantungkan kalimatnya. Matanya kembali menatap wajah

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Sadarnya Olivia

    Beberapa jam setelah Olivia sadar, kabar baik itu langsung menyebar di keluarga Arjun. Mama dan papa Arjun datang lebih dulu dengan wajah penuh kekhawatiran, namun raut lega terpancar jelas begitu melihat Olivia sudah mulai bisa berbicara meski masih lemah. Regan digendong oleh mama Arjun, bayi mungil itu tampak tenang sekarang, seakan tahu bahwa ibunya sudah kembali. “Olivia, nak…” suara lembut mama Arjun memecah keheningan. Ia mendekat sambil membawa Regan dalam gendongannya. “Syukurlah kamu sudah sadar. Kami semua khawatir sekali.” Olivia menatap mama Arjun dengan mata berkaca-kaca. “Maaf… membuat semuanya khawatir…” suaranya masih serak, namun penuh penyesalan. “Tidak apa-apa, Nak,” sahut papa Arjun dari belakang dengan suara berat. “Yang penting kamu sudah sadar. Kamu harus cepat pulih demi bayi kecil ini.” Arjun, yang sejak tadi tak lepas dari sisi tempat tidur, mengelus lembut rambut istrinya. “Regan sudah menunggu lama, Liv. Lihat dia…” ujarnya sambil menatap putra mereka

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Ikatan Batin Regan dan Olivia

    Arjun duduk di samping ranjang rumah sakit, jemarinya menggenggam erat tangan Olivia yang terbaring lemah. Wajahnya tampak pucat, pandangannya terpaku pada wajah istrinya yang masih terpejam. Napasnya terasa berat, seolah beban di dadanya tak kunjung reda. "Olivia..." bisik Arjun pelan, suaranya serak menahan emosi. Ia meremas tangan itu lebih lembut, seakan berharap Olivia bisa merasakan sentuhannya. "Bangunlah, sayang. Jangan diam seperti ini... Aku ada di sini." Ruangan itu sunyi, hanya terdengar suara mesin monitor detak jantung yang berdetak pelan. Arjun mengusap wajahnya dengan tangan yang bebas, frustrasi. "Kenapa ini harus terjadi padamu?" Suaranya lirih, hampir tak terdengar. Tatapan matanya kini berkabut, menyimpan kemarahan yang ia pendam. Tak lama, pintu ruangan terbuka. Mama Arjun masuk bersama seorang dokter. Wanita paruh baya itu mendekat, air mata tak bisa disembunyikan dari wajahnya. "Arjun... bagaimana keadaan Olivia?" tanyanya sambil mendekati sisi ranjang.

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Olivia ditangani

    Olivia menatap wajah Arjun yang dipenuhi kecemasan. Pandangan matanya mulai kabur, tubuhnya terasa semakin lemah, dan suara-suara di sekitarnya terdengar semakin jauh. Detak jantungnya terasa berat, nafasnya mulai tersengal-sengal. “Arjun...” suaranya hampir seperti bisikan, tangannya berusaha meraih lengan pria itu, tetapi kekuatannya mulai menghilang. “Regan... jaga Regan...” “Tidak, Olivia! Tetap bersamaku!” Arjun menggenggam tangan Olivia erat, suaranya bergetar penuh kepanikan. “Kamu harus bertahan! Ambulans akan segera datang. Tolong, jangan tinggalkan aku!” Olivia tersenyum tipis, meskipun wajahnya sudah mulai pucat. “Aku... aku minta maaf, Arjun... untuk semuanya...” Suara itu semakin pelan, nyaris tenggelam oleh suara tangisan Regan yang terus menggema di udara. Matanya perlahan-lahan tertutup, kelopak matanya terasa begitu berat. “Olivia!” Arjun berteriak, mengguncang tubuh istrinya dengan panik. “Tolong, buka matamu! Jangan seperti ini...! Olivia!” Orang-orang di

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Kejadiaan Naas

    Siang berganti sore, kehangatan di rumah Arjun masih terasa. Semua orang menikmati kebersamaan, bercerita, tertawa, dan menikmati camilan yang telah disiapkan. Regan yang telah cukup lama bergilir di pelukan semua orang akhirnya kembali ke pelukan Olivia, tidur dengan nyenyak di dekapan ibunya. Di sudut ruangan, Arjun duduk bersama ayahnya, berbincang sambil sesekali melirik ke arah Olivia. Sorot matanya penuh cinta, seperti tak percaya bahwa mereka akhirnya sampai di titik ini—bersama, bahagia, dan lengkap sebagai sebuah keluarga. “Kamu sudah melakukan yang terbaik, Nak,” kata ayah Arjun, suaranya penuh kebanggaan. “Aku tahu perjalananmu bersama Olivia tidak mudah, tapi lihatlah sekarang. Kalian berhasil melewati semuanya.” Arjun tersenyum kecil, mengangguk. “Aku hanya ingin memastikan Olivia dan Regan bahagia, Ayah. Aku sadar, banyak kesalahan yang terjadi di masa lalu, tapi aku benar-benar mencintai mereka.” Ayahnya menepuk bahu Arjun, matanya berkaca-kaca. “Itulah yang pen

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Kelahiran Regan Anderson

    Satu bulan kemudian, udara pagi yang cerah menyelimuti rumah Arjun dan Olivia. Pagi itu terasa berbeda, penuh harapan dan kebahagiaan yang mengisi setiap sudut rumah. Olivia, yang kini telah memasuki fase terakhir kehamilannya, duduk di tepi ranjang dengan tangan memegang perut buncitnya, menatap Arjun yang sedang bersiap untuk pergi ke kantor. “Kamu benar-benar yakin bisa pergi hari ini?” tanya Olivia, suara lembutnya terdengar penuh kekhawatiran. “Aku merasa perut ini semakin sering sakit.” Arjun tersenyum sambil menatap Olivia, menghampirinya dan duduk di sampingnya. “Tenang saja, sayang. Aku di sini. Kamu tidak perlu khawatir. Aku pasti akan di rumah tepat waktu. Jika sesuatu terjadi, kamu bisa menghubungiku kapan saja.” Olivia menggenggam tangan Arjun, matanya mulai berkaca-kaca. “Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku hanya merasa begitu... cemas.” “Jangan khawatir,” jawab Arjun lembut. “Kamu akan baik-baik saja. Kita akan bersama-sama melewati ini, Olivia. Kita sudah mel

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Emosi Olivia Kembali Tersulut

    Elvira berdiri di depan gerbang megah mansion milik Arjun, tangannya gemetar, matanya menatap kosong ke arah pintu besar yang menjulang tinggi. Perasaan gugup bercampur dengan harapan tipis. Tanpa ragu, dia menekan bel. Suara denting halus terdengar, lalu keheningan kembali menyelimuti. Tak lama, seorang pelayan membukakan pintu, wajahnya penuh tanya. “Bu Elvira?” sapanya, suaranya sarat dengan kebingungan. “Bilang ke Arjun… Aku ingin bertemu dengannya,” kata Elvira, suaranya sedikit bergetar, namun tetap memaksa tegar. Pelayan itu tampak ragu. “Tuan Arjun sedang sibuk, Bu—” “Saya tunggu di dalam,” potong Elvira, tanpa memberi kesempatan pelayan itu menyelesaikan kalimatnya. Dia melangkah masuk, matanya menjelajahi ruangan yang begitu familiar, ruangan yang pernah menjadi bagian dari hidupnya. Beberapa menit berlalu sebelum Arjun muncul di ambang pintu ruang tamu, raut wajahnya menunjukkan keterkejutan bercampur kebencian. “Elvira?” suaranya terdengar datar, dingin. Elvira

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Peringatan Untuk Elvira

    Pagi itu, suasana di rumah Arjun terlihat penuh ketegangan. Setelah percakapan yang mengharukan semalam, orang tua Arjun memutuskan untuk mengambil tindakan tegas. Mereka sudah cukup melihat kebohongan dan manipulasi Elvira, dan kali ini mereka tak akan diam saja. Mereka ingin memastikan bahwa Elvira tidak lagi mengganggu kehidupan anak mereka dan Olivia. Di rumah Elvira, suasana tampak suram. Elvira baru saja selesai sarapan ketika pintu diketuk dengan keras. Dia membuka pintu, hanya untuk melihat Mama dan Papa Arjun berdiri di ambang pintu, wajah mereka dipenuhi kemarahan dan ketegasan. “Elvira,” Mama Arjun memulai dengan suara tegas, “Kau sudah melampaui batas. Kami datang untuk memberi tahu kamu bahwa ini harus segera berakhir.” Elvira terkejut, dan walaupun wajahnya terlihat kacau karena masih mabuk semalam, dia berusaha menutupi rasa khawatirnya. “Apa yang kalian inginkan?” tanyanya, suara serak. Papa Arjun melangkah maju, tanpa ampun menatap Elvira. “Kau telah merusak b

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Kekhawatiran Olivia Lagi

    Elvira membuka lemari dengan kasar, tangannya menyibak deretan pakaian mahal yang tergantung rapi. Matanya tajam, mencari sesuatu yang akan membantunya menghidupkan kembali citra dirinya di mata Arjun. Dengan cepat, ia mengambil gaun berwarna merah tua, warna yang selalu berhasil membuatnya terlihat dominan dan mempesona. Dia mengenakan gaun itu dengan gerakan cepat, wajahnya masih menunjukkan ekspresi dingin. Elvira menatap bayangannya di cermin, merapikan rambut basahnya dengan jari-jari. Senyum sinis terukir di bibirnya. Ada tekad yang membakar dalam dirinya—dia tidak akan membiarkan Olivia menang begitu saja. Ponselnya berdering di atas meja rias. Elvira melirik sekilas sebelum mengangkatnya. “Halo?” suaranya terdengar tegas, tanpa basa-basi. “Elvira, ada apa denganmu? Kau bahkan tidak pulang semalam.” Suara dari seberang, suara pria yang selama ini hanya menjadi pelarian, terdengar penuh tuntutan. Elvira mendengus. “Bukan urusanmu, Dion. Jangan ikut campur. Aku punya renc

DMCA.com Protection Status