Share

Ketidakjujuran Arjun

Author: Author Receh
last update Last Updated: 2024-10-11 20:28:50

Setelah meninggalkan kamar, Arjun memutuskan untuk menghindari Elvira lebih lama lagi. Dia berjalan ke balkon di lantai dua mansion mereka, berharap udara malam bisa menenangkan pikirannya yang berantakan. Di bawah cahaya rembulan, Arjun berdiri diam, mencoba merenung tentang semua yang terjadi. Wajah Olivia, tubuhnya yang bersandar di sampingnya pagi tadi, semuanya membanjiri pikirannya tanpa henti.

Namun di bawah itu semua, rasa bersalah pada Elvira semakin menghimpit dadanya. Ia tahu bahwa ia sedang mengkhianati istrinya—wanita yang selalu setia, yang mencintainya tanpa syarat.

Sementara itu, Elvira duduk sendirian di ruang makan. Meja telah diatur dengan rapi, hidangan yang ia buat dengan cinta terhampar di depannya, tapi tidak ada Arjun di sana. Dia menatap kosong ke arah piringnya, lalu menarik napas panjang, berusaha menahan rasa kecewa yang perlahan merasuk.

Arjun, yang biasanya akan segera turun dan duduk bersamanya, kini semakin sering menghilang dengan alasan sibuk. Dan malam ini, Elvira merasa ada sesuatu yang benar-benar berbeda. Mungkin firasat, mungkin perasaan, tapi apa pun itu, dia tidak bisa lagi mengabaikannya.

Dengan perasaan gelisah, Elvira memutuskan untuk pergi ke balkon tempat Arjun biasa menenangkan diri. Dia berjalan perlahan-lahan menaiki tangga, berusaha tidak membuat suara. Saat sampai di pintu balkon, ia melihat suaminya berdiri di sana, punggungnya menghadap ke arah pintu, menatap kosong ke arah langit. Elvira terdiam sejenak, mengamati suaminya, berusaha memahami apa yang terjadi di kepalanya.

“Arjun...” suaranya lembut, hampir seperti bisikan.

Arjun terkejut mendengar suara istrinya. Ia menoleh cepat, lalu menghela napas panjang ketika melihat Elvira di belakangnya. Dia tahu dia tak bisa terus menghindar.

“Kamu belum tidur?” tanya Arjun datar, berusaha untuk tidak menunjukkan kegelisahannya.

Elvira mendekat, berdiri di sampingnya, menatap ke arah horizon yang sama. “Kamu nggak turun untuk makan malam. Aku mulai khawatir.” Dia menoleh padanya, ekspresinya lembut tapi penuh tanya. “Arjun, ada apa sebenarnya? Akhir-akhir ini kamu sering jauh. Apa ada yang salah?”

Arjun terdiam sejenak, matanya terpaku ke depan. Dia tahu inilah saat yang tepat untuk mengatakan sesuatu, untuk berbicara, tapi kata-kata itu terasa tertahan di tenggorokannya. Ia terlalu takut pada konsekuensi dari kebenaran.

“Aku… cuma capek, Vi. Banyak urusan di kantor yang bikin aku pusing,” jawab Arjun akhirnya, meski ia tahu jawabannya terdengar klise.

Elvira mengamati suaminya lebih dalam, tatapannya mencoba menembus dinding yang Arjun bangun di antara mereka. “Aku tahu kamu sibuk, tapi ini lebih dari sekadar pekerjaan, kan?” Dia menunggu reaksi Arjun, tetapi yang didapatnya hanya kebisuan.

Arjun mengalihkan pandangannya, menghindari tatapan Elvira. “Aku akan baik-baik saja. Cuma butuh waktu sendiri.”

Elvira mendesah pelan. “Aku nggak akan memaksamu bicara kalau kamu belum siap, tapi aku ada di sini untukmu. Kamu tahu itu, kan?”

Arjun hanya mengangguk pelan, rasa bersalah semakin menumpuk di dalam hatinya. Ia tahu bahwa Elvira pantas mendapatkan lebih dari kebisuan ini, tapi ia tidak bisa mengucapkan apa yang sebenarnya terjadi. Dia tidak bisa merusak kehidupan istrinya dengan pengakuan yang akan menghancurkan mereka berdua.

“Aku tahu,” jawab Arjun singkat. Dia ingin meminta maaf, ingin mengatakan sesuatu yang lebih dari sekadar kata-kata kosong, tapi semuanya terasa mustahil.

Elvira tersenyum tipis, meski ada kesedihan di balik senyum itu. “Kalau kamu butuh bicara, aku akan mendengarkan.” Setelah itu, dia melangkah mundur, membiarkan suaminya tetap sendirian di balkon, merasa bahwa kebisuan ini akan semakin memperlebar jarak di antara mereka.

Saat Elvira berbalik dan berjalan kembali ke dalam mansion, Arjun menatap punggung istrinya yang menjauh, hati kecilnya berteriak meminta maaf, namun bibirnya tetap terkatup rapat. Malam itu, ia sadar, kebohongan dan skandal ini tidak hanya merenggut kedamaian dalam hatinya, tetapi juga mulai merusak hubungan yang selama ini ia jaga dengan Elvira. Tapi meski tahu semua itu, Arjun tetap belum siap menghadapi kenyataan.

Hari berganti, dan Arjun merasa seolah setiap detik dalam hidupnya berjalan lambat. Ia menjalani rutinitas sehari-hari di kantor, tetapi pikirannya terus terjebak antara dua dunia—satu di mana ia memiliki keluarga yang menyayanginya, dan yang lain di mana ia mencintai Olivia dengan sepenuh hati. Ketika tengah hari tiba, Arjun menatap layar komputernya tanpa fokus, email dan laporan di depannya hanya sekadar tulisan tanpa makna.

Tiba-tiba, pintu ruang kerjanya terbuka, dan sekretarisnya, Meera, masuk dengan senyuman. “Pak Arjun, ada telepon dari Ibu Elvira. Dia ingin berbicara dengan Anda,” katanya, membawa kabar yang membuat Arjun merasa semakin tertekan.

“Terima kasih, Meera. Tolong katakan aku sedang sibuk,” jawab Arjun cepat, berusaha menghindar. Meera mengangguk dan menutup pintu, meninggalkan Arjun dengan pikiran yang berkelana.

Dia tahu Elvira pasti khawatir setelah percakapan mereka di balkon malam itu. Pikirannya terus dibayangi oleh betapa bersalahnya ia. Seharusnya dia tidak menghindar. Seharusnya ia berani jujur, tapi ketakutannya selalu lebih besar.

Sore harinya, saat ia duduk sendirian di ruang kerjanya, pesan dari Olivia muncul di ponselnya. “Arjun, kita perlu berbicara.” Itu semua yang tertulis di sana, dan tiba-tiba jantungnya berdebar kencang. Dia tahu pertemuan ini akan menjadi titik balik, entah baik atau buruk.

Mendapati dirinya terjebak dalam antara tanggung jawab sebagai suami dan hasrat yang mendalam terhadap Olivia, Arjun merasa tertekan. Tanpa pikir panjang, ia segera membalas pesan tersebut, mengatur waktu untuk bertemu malam ini.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Arjun pulang ke mansion dengan perasaan campur aduk. Sesampainya di rumah, Elvira menunggunya di ruang tamu dengan ekspresi cemas.

“Arjun, kita perlu bicara,” katanya, nada suaranya lebih serius daripada sebelumnya.

Arjun mengangguk pelan, merasakan ketegangan di udara. “Iya, aku tahu. Tapi…” Dia menghela napas, mencoba merangkai kata-kata di dalam kepalanya, “aku… mungkin kita bisa membicarakannya nanti?”

“Kenapa tidak sekarang?” tanya Elvira, bersikeras. “Aku merasa ada yang salah, dan aku tidak ingin mengabaikannya lebih lama lagi.”

Arjun menyadari bahwa ia tidak bisa terus menghindar. Di satu sisi, ia sangat ingin jujur kepada Elvira, tapi di sisi lain, perasaannya pada Olivia semakin kuat. “Elvira, aku—”

Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, ponsel Arjun bergetar di saku. Itu pesan dari Olivia, dan dalam sekejap, hatinya bergetar antara rasa bersalah dan kerinduan. Elvira melihat Arjun menatap ponselnya, dan tatapan cemasnya semakin dalam.

“Siapa itu?” tanya Elvira, nada suaranya tenang, tetapi Arjun tahu bahwa dalam ketenangan itu tersembunyi sebuah badai.

“Cuma… cuma teman kerja,” jawab Arjun cepat, berusaha menyembunyikan kebenaran. Namun, ia bisa merasakan bahwa Elvira tidak sepenuhnya percaya.

“Arjun, aku bukan anak kecil yang bisa kamu bohongi,” katanya, bersikap tegas. “Aku tahu ada sesuatu yang kamu sembunyikan. Apakah kamu sudah tidak mencintaiku lagi?”

“Bukan itu,” jawab Arjun, berusaha menjaga nada suaranya tetap tenang. “Aku mencintaimu, Elvira. Aku hanya—”

“Jangan ‘hanya’! Kata itu tidak berarti apa-apa jika kamu terus menghindar!” Elvira hampir berteriak, dan nada emosional itu membuat Arjun tertegun. “Aku ingin tahu apa yang terjadi. Apakah ada orang lain?”

Detak jantung Arjun berdetak cepat. “Tidak, tidak ada orang lain. Aku… hanya butuh waktu untuk merenung,” ucapnya, tetapi ia tahu kata-kata itu hanyalah kebohongan. Dalam hatinya, ia tahu Olivia ada di sana, menjadi bagian dari kebohongannya.

Elvira menatapnya, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. “Aku hanya ingin suamiku kembali, Arjun. Aku ingin kamu jujur padaku. Kita sudah melalui banyak hal bersama, dan aku tidak ingin hubungan kita hancur begitu saja. Beritahu aku apa yang terjadi.”

Arjun merasakan beratnya pernyataan itu, perasaannya terpecah. “Aku… aku harus pergi,” katanya akhirnya, melangkah mundur, tidak ingin melihat kesedihan yang terlukis di wajah istrinya.

“Jadi, kamu memilih untuk pergi?” suara Elvira nyaris pecah, dan Arjun merasa hatinya teriris.

Dia hanya bisa menggelengkan kepala, tidak tahu harus berkata apa. Saat ia melangkah keluar, perasaan bersalah menghantuinya. Arjun tahu bahwa ia tidak bisa terus hidup seperti ini, tetapi saat ini, dia hanya butuh waktu untuk berpikir dan memutuskan.

Malam itu, saat ia berkendara menuju tempat yang dijanjikan dengan Olivia, pikiran Arjun semakin tidak menentu. Ia menyadari, keputusannya akan menentukan segalanya—bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk Elvira dan Olivia. Dalam perjalanan, dia merasakan tekanan di dadanya, bertanya-tanya apakah dia benar-benar bisa mengakhiri semuanya atau justru memperburuk keadaan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Hasrat Menggebu

    Malam sudah larut, dan Arjun merayap keluar dari mansion dengan hati-hati, berusaha tidak membuat suara agar tidak terbangun Elvira. Ia tahu betul bahwa apa yang dilakukannya sangat berisiko, tetapi kerinduan akan Olivia sudah mencapai puncaknya, dan ia tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Ketika ia tiba di hotel, suasana sunyi menyambutnya, dan ia melangkah cepat menuju pintu kamar Olivia. Dengan sedikit ketegangan, ia mengetuk pintu. Setelah beberapa detik, suara lembut Olivia memecah keheningan, “Siapa di luar?” “Olivia, ini aku,” jawabnya sambil menahan nafsu yang membara. Pintu terbuka, dan Olivia muncul dengan wajah terkejut, matanya membesar saat melihatnya. “Arjun! Kau di sini?!” tanyanya, suaranya bergetar antara kegembiraan dan ketakutan. “Diam, jangan keras-keras,” Arjun berbisik sambil melangkah masuk dan menutup pintu di belakangnya. “Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi.” Olivia menatapnya dalam-dalam, seolah mencari kepastian di mata Arjun. “Tapi, bagaima

    Last Updated : 2024-10-11
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Keegoisan Olivia

    Setelah beberapa saat berdiam dalam kehangatan satu sama lain, Arjun perlahan bangkit dari ranjang, menghela napas panjang. “Aku harus pergi, Olivia. Elvira pasti mulai curiga kalau aku terlalu lama di sini,” katanya dengan nada enggan. Namun, Olivia menatapnya dengan tatapan tajam, bibirnya mengerucut. “Tidak,” jawabnya tegas, suaranya dingin namun tegas. “Aku tidak mau kau pergi.” Arjun terkejut mendengar respons Olivia yang langsung dan tak terduga. “Olivia, aku tidak bisa berlama-lama di sini. Kau tahu posisiku. Kita tidak bisa terus begini.” Olivia duduk dengan selimut melilit tubuhnya, matanya berkilat penuh emosi. “Kenapa kau selalu memikirkan dia, Arjun? Aku di sini. Aku yang ada bersamamu sekarang, bukan Elvira.” Nadanya menggambarkan kekecewaan yang mendalam, hampir seperti permohonan. “Aku mengerti, Olivia,” Arjun berkata pelan, mencoba meredam ketegangan. “Tapi aku punya tanggung jawab. Aku tidak bisa terus mengabaikan kenyataan.” Olivia mendengus, jelas tak puas den

    Last Updated : 2024-10-12
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Dendam Tersembunyi

    Sore itu, Olivia berdiri di dekat jendela kamar hotel, menatap pemandangan kota yang ramai di bawahnya. Di balik senyuman kecil yang sesekali muncul di bibirnya, pikirannya dipenuhi oleh rasa dendam yang terus membara. Tak ada yang tahu, bahkan Arjun, tentang apa yang sebenarnya bergejolak di dalam hatinya setiap kali nama Elvira disebut. Dia menggenggam cangkir kopi di tangannya dengan erat, membiarkan kehangatan dari cangkir itu menenangkan pikirannya yang penuh emosi. “Elvira,” gumamnya pelan, hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri, “Dia tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Dia pikir hidupnya sempurna, dia pikir dia memiliki segalanya.” Pikirannya kembali ke masa lalu, saat pertama kali bertemu dengan Arjun. Dia ingat bagaimana Arjun bercerita tentang kehidupan pernikahannya, tentang Elvira yang tampak sempurna di mata semua orang—istri ideal, cantik, dan anggun. Tapi di balik kesempurnaan itu, Olivia tahu lebih dari yang terlihat. Arjun telah memberitahunya tent

    Last Updated : 2024-10-12
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Rahasia Besar Olivia

    Olivia duduk sendirian di kamar hotel setelah Arjun pergi untuk menghadiri pertemuan bisnisnya. Dia menatap kosong ke arah jendela, di mana matahari pagi mulai memancarkan cahayanya, tapi di dalam hatinya, kegelapan yang tak pernah padam terus membara. Sebuah dendam yang sudah berakar sejak setahun lalu, ketika Elvira, wanita yang sekarang menjadi istri Arjun, mempermalukan orang tuanya di depan semua orang. Itu adalah momen yang Olivia tidak pernah bisa lupakan. Saat itu, keluarganya masih dihormati di kalangan elit sosial. Orang tuanya adalah pasangan yang terhormat, sampai Elvira—dengan keangkuhannya—membuat sebuah skandal besar. Olivia masih ingat bagaimana ibunya dipermalukan di acara resmi, dituduh sebagai pengkhianat oleh Elvira tanpa alasan yang jelas. Ayahnya, yang saat itu mencoba membela diri, malah dihancurkan reputasinya karena Elvira menggunakan koneksinya untuk menyebarkan rumor palsu. "Aku tidak akan pernah membiarkanmu bahagia, Elvira," gumam Olivia sambil mengepal

    Last Updated : 2024-10-13
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Desakan Olivia

    Olivia berjalan keluar dari pemakaman dengan langkah yang berat, tapi tekadnya semakin kuat. Dingin angin sore menusuk kulitnya, namun dia tak merasakan apa-apa selain kehampaan dan amarah. Dia kini bukan lagi gadis lugu yang bekerja sebagai sekretaris dengan penuh harapan. Kehilangan orang tuanya dalam cara yang tragis itu telah mengubah segalanya. Hatinya kini tertutup oleh kebencian yang mendalam, dan satu-satunya tujuan yang tertinggal adalah membalaskan dendam pada Elvira. Di perjalanan pulang menuju apartemennya, Olivia duduk di dalam taksi dengan pandangan kosong menatap jendela. Dia memutar otaknya, mencari cara terbaik untuk menghancurkan hidup Elvira. Arjun bisa menjadi alat yang sempurna, namun Olivia tahu, jika dia hanya mengandalkan perselingkuhannya dengan pria itu, hasilnya mungkin belum cukup menghancurkan Elvira seutuhnya. "Bagaimana caraku menjatuhkanmu, Elvira?" gumam Olivia, suaranya rendah tapi penuh dengan tekad. Dia berpikir keras, mencoba menemukan titik le

    Last Updated : 2024-10-13
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Rencana Lain Olivia

    Arjun berdiri diam di depan jendela, matanya menatap kosong ke luar, sementara pikirannya berkecamuk. Di satu sisi, dia tahu apa yang harus dilakukan—dia harus menyelamatkan dirinya, reputasinya, pernikahannya. Tapi di sisi lain, Olivia telah membangun jaring yang kuat di sekitarnya, mengancamnya dengan sesuatu yang lebih besar dari sekadar perselingkuhan. Ada dendam yang membara dalam wanita itu, dan itu membuat Arjun takut akan apa yang bisa terjadi jika dia tidak menuruti tuntutannya. Olivia, yang berdiri beberapa langkah darinya, menatap Arjun dengan ekspresi yang tenang tapi penuh perhitungan. Dia tahu dia sudah memenangkan permainan ini. Kini, hanya masalah waktu sebelum Arjun menyerah sepenuhnya. “Aku tahu ini sulit bagimu,” ucap Olivia, suaranya lebih lembut, mencoba mendekati Arjun. “Tapi percayalah, aku tidak ingin ini menjadi lebih buruk. Aku hanya ingin apa yang seharusnya menjadi milikku. Kau, Arjun. Kita. Bersama-sama.” Arjun tetap diam, tapi Olivia bisa melihat ta

    Last Updated : 2024-10-14
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Kepanikan Elvira

    Elvira menatap layar ponselnya dengan perasaan kacau. Judul berita yang menyebar begitu cepat di media sosial membuatnya merasakan gelombang panik dan kemarahan. Dengan tangan gemetar, dia membaca komentar-komentar yang muncul, penuh spekulasi dan fitnah tentang dirinya. Gosip itu berkembang liar, seolah-olah semua orang tiba-tiba menjadi hakim yang siap menghakiminya tanpa ampun. Dia segera menghubungi Arjun, berharap bisa mendapatkan penjelasan atau setidaknya dukungan dari suaminya. Namun, deringan teleponnya berulang kali tak terjawab. Arjun tidak mengangkat, dan perasaan cemas Elvira semakin memburuk. “Apa yang sebenarnya terjadi?” gumamnya, merasa terjebak dalam kekacauan yang tidak dia mengerti. Sementara itu, di hotel Udaipur, Olivia kembali menatap layar ponselnya dengan senyum puas. Berita yang dia sebarkan telah menjadi bola salju yang tak terbendung. Dia sudah bisa membayangkan betapa paniknya Elvira saat ini. Dan yang lebih penting, betapa hancurnya pernikahan Elvira da

    Last Updated : 2024-10-14
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Pertengkaran Elvira dan Arjun

    Elvira akhirnya memutuskan untuk meninggalkan jendela dan berjalan perlahan menuju kamar tidur, di mana bayangan Arjun yang tidak pulang sejak semalam terus menghantui pikirannya. Tubuhnya terasa lelah, bukan hanya karena kurang tidur, tetapi juga karena perasaan yang terus menggerogoti ketenangannya. Dia terbaring di ranjang yang dingin, menatap langit-langit dengan pikiran yang kacau. Meski sudah berkali-kali mencoba untuk tidak berpikir negatif, ada bagian dari dirinya yang tidak bisa berhenti memikirkan kemungkinan terburuk. Apakah Arjun telah mengkhianatinya? Apakah gosip ini adalah hasil dari sesuatu yang lebih dari sekadar fitnah tak berdasar? Dia menghela napas panjang, tangan gemetar saat meraih ponselnya lagi. Dering telepon tadi pagi masih terngiang, dan bagaimana Arjun memutus sambungan begitu cepat membuatnya semakin cemas. Meski hatinya masih dipenuhi cinta untuk suaminya, ada keraguan yang perlahan menyelinap, sesuatu yang selama ini dia abaikan namun sekarang mulai tu

    Last Updated : 2024-10-14

Latest chapter

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Season 2 Part 33 Pergi dari rumah

    Begitu Regan pergi, ibunya Nayla langsung menutup pintu dengan keras. Napasnya memburu, matanya penuh amarah saat berbalik menatap putrinya. “Kamu ini sebenarnya maunya apa, Nayla?!” bentaknya tajam. Nayla mengepalkan jemarinya, berusaha menahan air mata. “Aku nggak melakukan apa-apa, Bu. Regan yang datang ke sini, aku nggak mengundangnya.” “Tapi kamu juga nggak mengusirnya!” sergah ibunya. “Apa kamu masih belum kapok berurusan dengan laki-laki kaya? Setelah Darren, sekarang Regan? Kamu pikir mereka itu tulus? Mereka hanya mempermainkanmu, Nayla!” Nayla menggeleng, mencoba membela diri. “Regan beda, Bu. Dia nggak seperti Darren.” “Beda? Beda apanya?!” suara ibunya meninggi. “Semua laki-laki seperti mereka sama saja. Mereka bisa mendapatkan segalanya dengan mudah, termasuk perempuan yang mereka mau. Dan kamu? Kamu cuma akan jadi korban lagi, Nayla! Aku nggak mau melihat kamu jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya.” Nayla meremas jemarinya. “Bu, aku sudah dewasa. Aku

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Season 2 Part 32

    Malam itu, setelah Regan pergi, Nayla duduk termenung di kamarnya. Hatinya terasa berat, meski ia sudah memutuskan untuk tetap tinggal bersama ibunya. Ia tahu ibunya hanya menginginkan yang terbaik, tapi mengapa ia merasa seperti burung dalam sangkar? Ibunya masuk ke kamar, membawa secangkir teh hangat. "Kamu udah makan malam?" tanyanya lembut. Nayla tersenyum kecil. "Udah, Bu." Sang ibu duduk di tepi ranjang, menatap putrinya penuh kasih. "Ibu tahu ini berat buat kamu, Nak. Tapi percayalah, keputusan ini yang terbaik. Pria kaya seperti Regan sama saja seperti mantan suamimu. Mereka punya kuasa untuk mengendalikan perempuan sepertimu." Nayla terdiam. Ia tahu ibunya berbicara berdasarkan pengalaman. Tapi Regan... ia berbeda, kan? "Kamu nggak perlu memikirkan dia lagi. Fokuslah pada hidupmu. Ibu hanya ingin kamu bahagia," lanjut sang ibu, mengelus punggung tangan Nayla. Nayla mengangguk pelan. "Iya, Bu..." Tapi saat ia berbaring di tempat tidur malam itu, pikirannya tetap

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Season 2 Part 31

    Malam itu, setelah makan malam selesai, Regan kembali ke kamarnya. Ia berdiri di dekat jendela besar yang menghadap ke taman belakang mansion. Hatinya gelisah. Kata-kata ibunya terus terngiang di kepalanya. Ia sadar Nayla butuh waktu. Tapi, apakah ia bisa menunggu? Atau lebih tepatnya, apakah ia bisa membiarkan Nayla terus berada di bawah tekanan ibunya? Regan menghela napas panjang, lalu meraih ponselnya. Ia mencoba menghubungi Nayla, tapi seperti yang sudah ia duga, nomor itu tidak aktif. Pasti ponsel Nayla masih disita oleh ibunya. Ia mengepalkan tangannya, merasa frustasi. Tak lama kemudian, pintu kamarnya diketuk. Sean masuk dengan ekspresi santai. “Kak, masih kepikiran Nayla?” Regan menoleh dan tersenyum tipis. “Apa kelihatannya?” Sean tertawa kecil, lalu berjalan mendekat. “Aku nggak nyuruh Kakak buat nyerah, ya. Tapi coba deh, jangan cuma fokus buat rebut Nayla dari ibunya. Kakak harus yakinin dia kalau dia butuh Kakak juga.” Regan terdiam. Ada benarnya. Ia bisa

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Season 2 Part 30 Nasehat Keluarga

    Di kediaman keluarga Regan, suasana terasa tegang. Olivia duduk di ruang keluarga dengan ekspresi khawatir, sementara Arjun berdiri di dekat jendela dengan tangan terlipat di dada. Mereka baru saja menerima kabar bahwa Regan diusir dari rumah Nayla, dan itu membuat mereka tak habis pikir. Regan masuk dengan langkah cepat, masih dengan wajah dingin dan rahangnya mengeras. Olivia langsung berdiri dan menghampiri putranya. "Apa yang sebenarnya terjadi, Regan? Kenapa ibunya Nayla sampai bersikap seperti itu?" tanya Olivia cemas. Regan melepas jasnya dan melemparkannya ke sofa. “Dia membenci pria kaya. Dia pikir aku nggak lebih baik dari Darren.” Arjun menghela napas panjang. “Dan kamu hanya menerima begitu saja? Seharusnya kamu bicara baik-baik dengan wanita itu.” Regan mendengus sinis. “Sudah. Tapi ibunya tetap bersikeras. Bahkan menyita ponsel Nayla agar aku nggak bisa menghubunginya.” Olivia menatap putranya dengan iba. Ia tahu betapa Regan mencintai Nayla. “Jadi, kamu mau

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Season 2 Part 29

    Pagi itu, Nayla baru saja selesai bersiap ketika ibunya tiba-tiba masuk ke kamarnya tanpa mengetuk. “Ponselmu!” suara ibunya tegas, tangannya terulur meminta. Nayla mengernyit. “Kenapa, Bu?” Sang ibu tak mau menjawab dan langsung merebut ponsel Nayla dari meja rias. “Ibu tahu kamu masih berhubungan dengan pria kaya itu! Ibu sudah bilang, jangan ulangi kesalahan yang sama!” ujar ibunya dengan nada tinggi. “Ibu, Regan tidak seperti Darren! Dia tidak akan menyakitiku—” “Omong kosong!” Ibunya memotong kasar. “Mereka semua sama! Uang mereka membuat mereka berpikir bisa memiliki segalanya, termasuk dirimu!” Nayla menggigit bibirnya, berusaha menahan air mata. “Ibu, aku yang menjalani hidupku. Aku berhak memilih siapa yang aku cintai.” Tatapan ibunya mengeras. “Kalau begitu, jangan tinggal di rumah ini. Kalau masih keras kep

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Season 2 Part 28 Ketidaksetujuan Ibu

    Nayla menatap ibunya dengan mata terbelalak, tak percaya dengan kata-kata yang baru saja ia dengar. "Ibu serius?" tanyanya, suaranya terdengar sedikit gemetar. Ibunya menghela napas panjang, lalu menatap putrinya dengan penuh ketegasan. "Iya, Nayla. Ibu nggak mau kamu terjebak lagi dalam hubungan dengan pria kaya. Lihat apa yang terjadi dengan pernikahanmu dulu. Darren memperlakukanmu seperti barang yang bisa dibuang begitu saja." "Tapi, Bu... Regan berbeda," Nayla mencoba membela. "Tidak ada yang benar-benar berbeda, Nayla," ibunya menyela dengan nada tajam. "Mereka sama saja. Pria kaya punya kuasa, dan mereka selalu ingin mengendalikan segalanya. Ibu nggak mau kamu terluka lagi." Nayla menundukkan kepala. Ia tahu ibunya berkata seperti itu karena khawatir. Tapi… hatinya tidak bisa begitu saja menolak perasaan yang mulai tumbuh untuk Regan. "Jadi... Ibu mau aku menjauhi Regan?" tanyanya lirih. "Ya, Nayla. Ibu ingin kamu hidup tenang, tanpa bayang-bayang pria kaya yang b

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Season 2 Part 27

    Nayla menggeleng dengan cepat, mencoba menata kembali perasaannya. “Nggak perlu, Regan. Aku bisa pergi sendiri.” Regan menatapnya dalam, seolah mencari kebohongan dalam ucapannya. “Aku cuma ingin memastikan kamu sampai dengan selamat, Nayla.” Sebelum Nayla sempat membalas, ibunya tiba-tiba melangkah mendekat. Wanita paruh baya itu menatap Regan dengan sorot tegas. “Maaf, Regan. Tapi aku rasa Nayla benar. Kami bisa pergi sendiri.” Regan menoleh ke arah ibu Nayla, terkejut dengan nada suaranya yang penuh ketegasan. “Tante, aku hanya ingin membantu—” “Sudah cukup, Nak,” potong ibunya Nayla lembut, tapi berwibawa. “Aku tahu kamu peduli pada Nayla. Tapi biarkan dia menentukan jalannya sendiri. Biarkan dia menjalani hidupnya tanpa bayang-bayang siapa pun.” Regan terdiam, rahangnya mengeras. “Aku nggak pernah bermaksud mengekangnya, Tante…” Ibu Nayla tersenyum tipis, lalu menepuk pundak Regan pelan. “Aku tahu. Tapi justru karena itu, kamu harus menghormati keputusannya.” Nayla

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Season 2 Part 26 Kepindahan Nayla dan Ibunya

    Nayla menatap layar ponselnya, jemarinya sedikit gemetar saat menekan nomor ibunya. Ia menarik napas dalam, berusaha menenangkan diri sebelum akhirnya panggilan tersambung. “Nayla?” suara ibunya terdengar di seberang, penuh kekhawatiran. “Kenapa, Nak? Kamu baik-baik saja?” “Ibu…” suara Nayla bergetar. “Aku… aku merasa nggak aman di sini. Aku baru saja menerima pesan ancaman. Aku takut, Bu.” Hening sejenak. Lalu suara ibunya terdengar lebih tegas. “Pulanglah, Nayla. Kamu nggak bisa terus-terusan seperti ini. Kita cari tempat yang lebih aman untuk tinggal.” Nayla menggigit bibir, hatinya terasa lebih tenang mendengar kepastian itu. “Tapi, Bu… pindah ke mana?” “Aku sudah bicara dengan pamanmu. Dia punya rumah kosong di luar kota, tempatnya lebih tenang dan aman. Kita bisa tinggal di sana sementara.” Nayla terdiam, berpikir sejenak. Tawaran itu terdengar masuk akal. Ia tak bisa terus-menerus berada dalam bayang-bayang Darren, atau siapa pun yang mungkin ingin mencelakainya. “Baik,

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Season 2 Part 25

    Nayla masih mencoba mengabaikan perasaan tidak nyaman yang menghantuinya sejak tadi. Ia kembali sibuk melayani pelanggan di toko bersama Rania, mencoba menepis pikiran buruk yang sempat terlintas. Namun, di luar sana, seseorang tengah mengamati setiap gerak-geriknya. Pria itu berdiri di sudut jalan, mengenakan hoodie hitam, berusaha menyembunyikan identitasnya. Tangannya dengan cekatan mengambil ponsel dan mengetik pesan. "Dia masih di toko. Sepertinya belum sadar kalau diawasi." Tak lama kemudian, mobil hitam berhenti beberapa meter dari toko. Jendela bagian belakang sedikit terbuka, memperlihatkan wajah Darren yang tengah tersenyum sinis. Ia membaca pesan dari anak buahnya, lalu mengetik balasan. "Terus awasi. Aku akan mengambil langkah berikutnya." Darren menutup ponselnya dan menatap ke arah toko dengan tatapan tajam. "Kau pikir bisa lepas dariku semudah itu, Nayla?" gumamnya dengan nada dingin. "Kita lihat sampai kapan kau bisa bertahan tanpa aku." Di dalam toko, Na

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status