Share

Pesan Dari Istri

Penulis: Author Receh
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-05 18:46:20

Setelah kembali ke dalam rumah, Elvira duduk di sofa ruang tamu dengan rasa tenang yang perlahan mulai terusik oleh pikirannya sendiri. Ia melirik jam di dinding—sudah hampir pukul tujuh malam, tetapi Arjun belum juga memberi kabar. Biasanya, ia sudah mengirim pesan singkat untuk memberitahukan bahwa ia akan pulang terlambat, namun kali ini tidak ada pesan sama sekali.

Elvira mengambil ponselnya, dan jari-jarinya mulai mengetik pesan dengan pelan.

Elvira: Sayang, kamu sibuk banget ya hari ini? Aku cuma mau ingetin besok ada pesta ulang tahun Mr. Gunawan di hotel. Kamu ingat kan? Kita diundang sejak dua minggu lalu. Bisa temani aku ke sana?

Elvira memandangi pesan tersebut selama beberapa detik sebelum menekan tombol kirim. Hatinya berharap Arjun akan langsung membalas seperti biasanya. Ia sangat ingin suaminya hadir bersamanya di pesta itu. Pesta tersebut merupakan acara yang penting, bukan hanya untuk Elvira, tetapi juga untuk jaringan sosial dan bisnis mereka. Apalagi, belakangan ini Elvira merasa jarak di antara mereka semakin terasa.

Setelah beberapa menit berlalu tanpa balasan, Elvira mulai merasa sedikit gelisah. Pikirannya berkelana, bertanya-tanya apakah Arjun sedang terlalu sibuk untuk sekadar membaca pesan darinya, atau mungkin ada hal lain yang mengganggu.

“Ah, mungkin dia masih rapat,” gumam Elvira, mencoba menenangkan diri sambil menatap ponselnya. Dia meletakkannya di meja, tetapi tidak bisa benar-benar mengalihkan pikirannya dari pesan yang belum juga dibalas. Meskipun ia sering kali mengerti betapa sibuknya Arjun dengan urusan bisnis, malam ini perasaannya seolah lebih peka dari biasanya.

Sambil menunggu, Elvira berjalan menuju jendela dan melihat ke luar. Langit malam mulai gelap, dan angin lembut berhembus melalui celah-celah jendela yang sedikit terbuka. Ia menarik napas dalam-dalam, berharap bahwa besok, Arjun akan ada di sisinya, menemani dirinya di pesta itu. Sebuah kehadiran yang tidak hanya penting secara sosial, tetapi juga secara emosional baginya.

Lima belas menit berlalu, dan masih tidak ada balasan. Elvira akhirnya memutuskan untuk mengirim pesan lagi, kali ini dengan nada yang lebih mendesak, meskipun tetap lembut.

Elvira: Arjun, please jangan lupa besok. Aku pengen kamu temenin aku ke pesta Mr. Gunawan. Aku merasa akhir-akhir ini kita jarang ada waktu bareng, dan besok bisa jadi kesempatan bagus buat kita.

Elvira menghela napas, sedikit gugup karena merasa seperti terlalu menekan Arjun. Ia tidak ingin terlihat menuntut, tetapi di sisi lain, ia juga merindukan kebersamaan mereka yang akhir-akhir ini semakin jarang. Di saat yang sama, perasaan takut mulai merayap di benaknya, seolah ada sesuatu yang tidak beres. Namun, ia tidak berani untuk membiarkan pikiran itu berkembang terlalu jauh.

Ia kembali ke sofa, menatap ponselnya dengan penuh harap. Hanya ada sunyi. Elvira memeluk bantal di sebelahnya, mencoba menghibur diri dengan pikiran bahwa Arjun pasti akan segera merespons. “Mungkin nanti dia akan pulang dengan kejutan atau kabar baik,” pikirnya, berusaha menepis rasa cemas yang mulai meresap.

Namun, jauh di dalam hatinya, ada bisikan halus yang terus-menerus mengatakan bahwa mungkin ada hal yang lebih besar yang disembunyikan Arjun. Sebuah rahasia yang ia tidak pernah bayangkan.

Adegan: Penantian yang Sepi

Satu jam sudah berlalu sejak Elvira mengirim pesan keduanya, dan layar ponselnya tetap sunyi. Tidak ada tanda-tanda balasan dari Arjun. Elvira menghela napas panjang, duduk di ujung sofa dengan perasaan semakin gelisah. Ia menggigit bibirnya, mencoba menahan berbagai pikiran buruk yang mulai berkumpul di kepalanya.

“Hari ini sibuk banget mungkin…” gumamnya lagi, berusaha meyakinkan diri. Namun, suara hatinya tidak seoptimis itu. Ia merasa ada sesuatu yang berbeda malam ini. Perasaan asing yang seolah menekannya, dan ia tidak tahu harus berbuat apa.

Elvira akhirnya mengambil ponselnya lagi, kali ini memutuskan untuk menelepon Arjun. Setelah beberapa dering, sambungan tersambung, tetapi yang terdengar hanyalah suara mesin penjawab.

Mesin penjawab: "Anda telah menghubungi Arjun. Saya sedang tidak bisa menerima panggilan. Silakan tinggalkan pesan."

Elvira menutup teleponnya dengan cepat, tidak ingin meninggalkan pesan suara. Napasnya mulai terasa lebih berat, dan hatinya dipenuhi kekhawatiran. Kenapa Arjun nggak angkat teleponku? pikirnya. Biasanya, meskipun sibuk, Arjun selalu menyempatkan diri untuk menjawab atau setidaknya mengirim pesan singkat. Tetapi kali ini, semua terasa berbeda.

Saat itu, salah satu pelayan rumah, Maria, masuk ke ruang tamu sambil membawa nampan berisi minuman.

“Nyonya, mau saya siapkan makan malam untuk Nyonya dan Tuan Arjun?” tanya Maria sambil tersenyum sopan.

Elvira menggeleng pelan, berusaha menutupi kegelisahannya. “Tidak usah, Maria. Arjun mungkin masih sibuk. Aku juga nggak terlalu lapar,” jawabnya dengan senyum tipis yang dipaksakan.

Maria, yang terbiasa melihat ketenangan Nyonya rumah, bisa merasakan ada yang berbeda malam itu. “Nyonya, apa Tuan Arjun belum memberi kabar?” tanyanya hati-hati.

Elvira terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan. “Iya, belum. Tapi aku yakin dia akan segera menghubungi,” ucapnya dengan suara yang hampir terdengar meyakinkan, meskipun ia sendiri tidak terlalu yakin dengan kata-katanya.

Maria tersenyum simpul. “Mungkin Tuan Arjun sedang ada rapat penting. Kalau begitu, saya akan siapkan sesuatu yang ringan untuk Nyonya nanti, siapa tahu Anda lapar,” ujarnya lembut sebelum berlalu pergi.

Setelah Maria meninggalkan ruangan, Elvira memandangi ponselnya lagi. Ada dorongan kuat untuk mengirim pesan lagi, tapi ia menahan diri. Ia tidak ingin terlihat seperti istri yang terlalu cemas atau terlalu menuntut. Namun, di dalam hatinya, Elvira merasa bahwa ada sesuatu yang berubah di antara mereka.

Tiba-tiba, ponselnya bergetar, dan Elvira segera meraihnya dengan harapan besar. Tapi ternyata, itu bukan pesan dari Arjun. Hanya notifikasi dari grup obrolan sosialnya.

Elvira mendesah berat. Ia menatap layar ponselnya selama beberapa detik sebelum akhirnya mengetik pesan lagi, kali ini lebih singkat, namun penuh harapan.

Elvira: Arjun, aku tunggu kabarmu. Jangan lupa ya besok. Aku benar-benar butuh kamu di sana.

Setelah pesan itu terkirim, Elvira menatap keluar jendela. Malam semakin larut, dan langit yang awalnya dipenuhi bintang mulai tertutup oleh awan kelabu. Perasaannya juga sama—semakin tertutup oleh awan-awan keraguan yang sulit diabaikan.

Pagi itu, sinar matahari menerobos melalui tirai kamar hotel yang setengah terbuka. Olivia perlahan membuka matanya, merasakan kehangatan tubuh Arjun di sampingnya. Keduanya masih berbaring di ranjang besar dengan seprai kusut, sisa-sisa malam yang penuh gairah dan percintaan panas yang mereka nikmati bersama. Olivia melirik ke arah Arjun, yang masih tertidur pulas dengan napas teratur. Senyum tipis muncul di wajahnya, memikirkan bagaimana pria itu benar-benar terpikat padanya hingga mengorbankan begitu banyak.

Namun, di balik kepuasan itu, ada sedikit kecemasan yang berdesir di hatinya. Olivia tahu bahwa mereka tidak bisa terus hidup dalam bayang-bayang hubungan gelap ini. Setiap langkah yang mereka ambil semakin berisiko, terutama dengan Elvira, istri Arjun, yang tak mengetahui apa-apa.

Olivia duduk di tepi ranjang, menyibakkan rambut panjangnya, lalu mengambil ponsel Arjun yang tergeletak di meja samping. Ia membuka layar dan melihat pesan dari Elvira yang masuk semalam. Jari-jari Olivia gemetar sedikit saat ia membaca pesan itu.

Elvira: "Arjun, aku tunggu kabarmu. Jangan lupa ya besok. Aku benar-benar butuh kamu di sana."

Sebuah perasaan bersalah singkat melintas di benaknya, tetapi Olivia dengan cepat mengabaikannya. Dalam hatinya, ia merasa Arjun sudah terlalu jauh untuk mundur, dan hubungan mereka sekarang adalah bagian dari kehidupan yang baru, meskipun terlarang. Ia tidak bisa membiarkan Elvira mengganggu apa yang telah mereka mulai.

Dengan tenang dan hati-hati, Olivia menghapus pesan itu dari ponsel Arjun, memastikan bahwa tidak ada jejak yang tertinggal. Ia menaruh ponsel itu kembali di tempatnya, lalu memandangi Arjun yang masih tidur. Pria itu tampak begitu damai, tidak menyadari bahwa Olivia baru saja membuang pesan dari istrinya—pesan yang mungkin bisa membuat segalanya hancur jika dilihat.

Setelah menghapus pesan itu, Olivia menarik napas lega, lalu berbaring kembali di samping Arjun. Ia menempelkan kepalanya di dada pria itu, mendengarkan detak jantungnya yang tenang. "Kalau saja semua ini bisa tetap seperti ini selamanya," gumamnya pelan, seolah berbicara pada dirinya sendiri.

Beberapa saat kemudian, Arjun mulai terbangun, menggeliat di bawah sentuhan Olivia. “Pagi,” katanya dengan suara berat karena baru bangun. Matanya perlahan terbuka, dan ia tersenyum lelah, memeluk Olivia lebih erat.

“Pagi,” balas Olivia lembut, matanya memandangi wajah Arjun yang masih tampak lelah setelah malam yang panjang.

Arjun menghela napas panjang. "Aku harus kembali ke rumah nanti sore," ucapnya sambil menyandarkan kepalanya di bantal. "Ada pesta yang harus aku datangi sama Elvira."

Olivia terdiam sejenak, perasaannya campur aduk antara cemburu dan marah, meskipun ia tahu ini adalah konsekuensi dari hubungan mereka. “Kamu nggak bisa batalin aja?” tanyanya, mencoba menyembunyikan nada kecewa.

Arjun menoleh padanya, tersenyum kecil. “Nggak bisa, Liv. Ini acara penting. Lagipula, kita udah cukup banyak ngabisin waktu bareng. Aku harus kembali ke rumah. Jangan cemas, nanti kita akan ketemu lagi.”

Olivia mengangguk, meskipun dalam hatinya ia merasa jauh dari puas. “Aku cuma nggak suka kalau kamu harus pulang ke dia. Rasanya seperti… semuanya balik lagi ke awal.”

Arjun menarik Olivia lebih dekat, mencium puncak kepalanya. “Ini cuma sementara, Liv. Aku janji, suatu saat semua ini akan berbeda. Tapi untuk sekarang, kita harus hati-hati.”

Meski mendengar kata-kata Arjun itu, hati Olivia tetap bergejolak. Namun, ia tahu bahwa untuk saat ini, ia harus menerima kenyataan bahwa pria yang ia cintai masih terikat dengan orang lain—setidaknya di mata dunia.

Beberapa menit berlalu dalam keheningan, hanya suara napas mereka yang terdengar. Olivia menutup matanya lagi, berusaha menikmati sisa pagi itu di pelukan Arjun, meskipun bayangan tentang Elvira terus menghantui benaknya.

Bab terkait

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Kecemburuan Olivia

    Setelah kepergian Arjun, Olivia merasa hatinya dipenuhi campuran emosi yang sulit dicerna. Ia merasakan perasaan kosong yang menyelimuti dirinya, membuatnya ingin melakukan sesuatu untuk menenangkan pikirannya. Dalam sekejap, ia memutuskan untuk merendam tubuhnya dalam air hangat, berharap bisa mengusir rasa cemas yang menggelayut di benaknya. Dengan cepat, Olivia berjalan menuju kamar mandi. Ia menyalakan air di bak mandi, menunggu hingga penuh, dan saat air hangat mulai memenuhi bak, ia mengeluarkan selimut yang menutupi tubuhnya yang polos. Selimut itu terasa lembut di kulitnya, memberikan sedikit kenyamanan di tengah rasa sepinya. Olivia terjun ke dalam air, membiarkan dirinya tenggelam dalam kehangatan yang menyelimuti tubuhnya. Ia menutup mata, merasakan aliran air yang menenangkan, dan berusaha mengabaikan suara hatinya yang terus berbisik tentang Arjun dan Elvira. Bagaimana bisa aku terus hidup seperti ini? pikirnya, meremas selimut yang basah di dekatnya. Ia mengingat k

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-05
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Keputusan Olivia

    Setelah menikmati teh dan obrolan yang menenangkan dengan Maya, Olivia merasa sedikit lebih ringan. Keputusan untuk mengambil jarak dari masalah yang selama ini membelenggunya mulai terasa seperti pilihan yang tepat. Langit di atas Udaipur mulai beranjak siang, dengan matahari yang menyinari jalanan penuh kehidupan. “Kamu tahu, Liv, kadang yang kita butuhkan hanyalah jeda sejenak dari rutinitas,” kata Maya sambil memandang Olivia dengan penuh perhatian. “Hidup nggak selalu harus rumit. Kadang kita hanya perlu memutuskan kapan kita mau berhenti dan melanjutkan dengan cara yang berbeda.” Olivia tersenyum lemah. “Iya, mungkin aku terlalu lama terjebak dalam satu masalah yang sama. Aku nggak tahu harus mulai dari mana untuk lepas dari semua ini.” Maya menyentuh tangannya, memberinya dukungan yang tulus. “Kamu bisa mulai kapan saja. Bahkan mulai sekarang.” Olivia terdiam sejenak, menatap cangkir tehnya yang hampir habis. Ia merenungkan kata-kata Maya, merasa ada kebenaran yang dalam di

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Perdebatan

    Adegan: Arjun yang Tak Ingin Melepas Saat Arjun berjalan menjauh dari Olivia, pikirannya terus berputar, berusaha menerima keputusan yang baru saja didengar. Tapi semakin jauh ia melangkah, semakin besar gejolak di dalam dirinya. Hatinya menolak kenyataan bahwa Olivia ingin meninggalkannya begitu saja. Meski ia memiliki istri, hubungan yang ia miliki dengan Olivia terasa begitu kuat dan tak bisa ia lepaskan begitu saja. Arjun berhenti di tengah jalan, menatap kosong ke depan. “Tidak… aku tidak bisa begitu saja menyerah.” pikirnya. Rasa kepemilikannya terhadap Olivia mulai mengambil alih, menolak keputusan Olivia yang terlihat begitu tegas. Ia tidak bisa membayangkan hidup tanpa Olivia, bahkan jika itu berarti terus hidup dalam rahasia. Dengan napas berat dan tekad yang membara, Arjun memutar tubuhnya dan mulai berjalan kembali menuju arah di mana Olivia masih berada. Tatapannya keras, dan setiap langkahnya penuh keyakinan. Tidak ada yang bisa memisahkannya dari wanita yang begitu i

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Ketidakjujuran Arjun

    Setelah meninggalkan kamar, Arjun memutuskan untuk menghindari Elvira lebih lama lagi. Dia berjalan ke balkon di lantai dua mansion mereka, berharap udara malam bisa menenangkan pikirannya yang berantakan. Di bawah cahaya rembulan, Arjun berdiri diam, mencoba merenung tentang semua yang terjadi. Wajah Olivia, tubuhnya yang bersandar di sampingnya pagi tadi, semuanya membanjiri pikirannya tanpa henti. Namun di bawah itu semua, rasa bersalah pada Elvira semakin menghimpit dadanya. Ia tahu bahwa ia sedang mengkhianati istrinya—wanita yang selalu setia, yang mencintainya tanpa syarat. Sementara itu, Elvira duduk sendirian di ruang makan. Meja telah diatur dengan rapi, hidangan yang ia buat dengan cinta terhampar di depannya, tapi tidak ada Arjun di sana. Dia menatap kosong ke arah piringnya, lalu menarik napas panjang, berusaha menahan rasa kecewa yang perlahan merasuk. Arjun, yang biasanya akan segera turun dan duduk bersamanya, kini semakin sering menghilang dengan alasan sibuk. Dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Hasrat Menggebu

    Malam sudah larut, dan Arjun merayap keluar dari mansion dengan hati-hati, berusaha tidak membuat suara agar tidak terbangun Elvira. Ia tahu betul bahwa apa yang dilakukannya sangat berisiko, tetapi kerinduan akan Olivia sudah mencapai puncaknya, dan ia tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Ketika ia tiba di hotel, suasana sunyi menyambutnya, dan ia melangkah cepat menuju pintu kamar Olivia. Dengan sedikit ketegangan, ia mengetuk pintu. Setelah beberapa detik, suara lembut Olivia memecah keheningan, “Siapa di luar?” “Olivia, ini aku,” jawabnya sambil menahan nafsu yang membara. Pintu terbuka, dan Olivia muncul dengan wajah terkejut, matanya membesar saat melihatnya. “Arjun! Kau di sini?!” tanyanya, suaranya bergetar antara kegembiraan dan ketakutan. “Diam, jangan keras-keras,” Arjun berbisik sambil melangkah masuk dan menutup pintu di belakangnya. “Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi.” Olivia menatapnya dalam-dalam, seolah mencari kepastian di mata Arjun. “Tapi, bagaima

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Keegoisan Olivia

    Setelah beberapa saat berdiam dalam kehangatan satu sama lain, Arjun perlahan bangkit dari ranjang, menghela napas panjang. “Aku harus pergi, Olivia. Elvira pasti mulai curiga kalau aku terlalu lama di sini,” katanya dengan nada enggan. Namun, Olivia menatapnya dengan tatapan tajam, bibirnya mengerucut. “Tidak,” jawabnya tegas, suaranya dingin namun tegas. “Aku tidak mau kau pergi.” Arjun terkejut mendengar respons Olivia yang langsung dan tak terduga. “Olivia, aku tidak bisa berlama-lama di sini. Kau tahu posisiku. Kita tidak bisa terus begini.” Olivia duduk dengan selimut melilit tubuhnya, matanya berkilat penuh emosi. “Kenapa kau selalu memikirkan dia, Arjun? Aku di sini. Aku yang ada bersamamu sekarang, bukan Elvira.” Nadanya menggambarkan kekecewaan yang mendalam, hampir seperti permohonan. “Aku mengerti, Olivia,” Arjun berkata pelan, mencoba meredam ketegangan. “Tapi aku punya tanggung jawab. Aku tidak bisa terus mengabaikan kenyataan.” Olivia mendengus, jelas tak puas den

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Dendam Tersembunyi

    Sore itu, Olivia berdiri di dekat jendela kamar hotel, menatap pemandangan kota yang ramai di bawahnya. Di balik senyuman kecil yang sesekali muncul di bibirnya, pikirannya dipenuhi oleh rasa dendam yang terus membara. Tak ada yang tahu, bahkan Arjun, tentang apa yang sebenarnya bergejolak di dalam hatinya setiap kali nama Elvira disebut. Dia menggenggam cangkir kopi di tangannya dengan erat, membiarkan kehangatan dari cangkir itu menenangkan pikirannya yang penuh emosi. “Elvira,” gumamnya pelan, hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri, “Dia tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Dia pikir hidupnya sempurna, dia pikir dia memiliki segalanya.” Pikirannya kembali ke masa lalu, saat pertama kali bertemu dengan Arjun. Dia ingat bagaimana Arjun bercerita tentang kehidupan pernikahannya, tentang Elvira yang tampak sempurna di mata semua orang—istri ideal, cantik, dan anggun. Tapi di balik kesempurnaan itu, Olivia tahu lebih dari yang terlihat. Arjun telah memberitahunya tent

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Rahasia Besar Olivia

    Olivia duduk sendirian di kamar hotel setelah Arjun pergi untuk menghadiri pertemuan bisnisnya. Dia menatap kosong ke arah jendela, di mana matahari pagi mulai memancarkan cahayanya, tapi di dalam hatinya, kegelapan yang tak pernah padam terus membara. Sebuah dendam yang sudah berakar sejak setahun lalu, ketika Elvira, wanita yang sekarang menjadi istri Arjun, mempermalukan orang tuanya di depan semua orang. Itu adalah momen yang Olivia tidak pernah bisa lupakan. Saat itu, keluarganya masih dihormati di kalangan elit sosial. Orang tuanya adalah pasangan yang terhormat, sampai Elvira—dengan keangkuhannya—membuat sebuah skandal besar. Olivia masih ingat bagaimana ibunya dipermalukan di acara resmi, dituduh sebagai pengkhianat oleh Elvira tanpa alasan yang jelas. Ayahnya, yang saat itu mencoba membela diri, malah dihancurkan reputasinya karena Elvira menggunakan koneksinya untuk menyebarkan rumor palsu. "Aku tidak akan pernah membiarkanmu bahagia, Elvira," gumam Olivia sambil mengepal

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-13

Bab terbaru

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Season 2 Part 22

    Nayla menundukkan kepala, mendengarkan ibunya bicara dengan suara lembut namun penuh ketegasan. "Nayla, Ibu tahu kamu sudah melalui banyak hal. Perceraian itu bukan hal mudah, apalagi dengan segala yang Darren lakukan padamu," ujar ibunya sambil menggenggam tangan putrinya. "Tapi Ibu nggak mau kamu terjebak dalam kebingungan. Kamu harus benar-benar berpikir sebelum mengambil keputusan lagi." Nayla menggigit bibir, menatap jemari mereka yang saling menggenggam. "Ibu, aku juga nggak mau gegabah. Aku cuma..." Ibunya menatapnya lekat. "Kamu takut, kan?" Nayla terdiam. Ia ingin menyangkal, tapi hatinya tahu itu benar. "Regan memang baik, Ibu nggak menyangkal itu. Tapi apakah kamu benar-benar yakin dengan perasaanmu? Apakah dia benar-benar yang kamu inginkan, atau hanya karena kamu merasa kesepian?" Nayla menelan ludah, mencoba mencari jawaban di hatinya. Ibunya melanjutkan dengan suara lebih lembut, "Ibu cuma nggak mau kamu terluka lagi, Nak. Kamu berhak bahagia, tapi pastika

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Season 2 Part 21 Sebuah pertanyaan

    Beberapa bulan setelah resmi bercerai, Nayla mulai terbiasa dengan kehidupannya sebagai seorang janda. Meski awalnya berat, ia mulai menikmati kebebasan yang kini dimilikinya. Tak ada lagi tekanan, tak ada lagi tuduhan menyakitkan dari Darren, dan yang terpenting, ia tak lagi merasa sendirian. Pagi ini, seperti biasa, Nayla duduk di balkon apartemennya, menikmati secangkir teh hangat sambil membaca novel. Matahari pagi menyinari wajahnya dengan lembut, dan angin sepoi-sepoi mengelus rambutnya yang tergerai. "Akhirnya, hidupku terasa damai," gumamnya pelan. Ponselnya bergetar di atas meja. Nama Regan muncul di layar. Nayla tersenyum kecil sebelum mengangkatnya. "Pagi, Regan." "Pagi, Nayla. Apa rencanamu hari ini?" suara pria itu terdengar santai, seperti biasa. Nayla menghela napas kecil. "Belum ada rencana. Mungkin ke butik, mencari beberapa baju baru. Aku butuh suasana baru." Regan terkekeh. "Bagus, kamu mulai menikmati waktumu sendiri. Tapi… bagaimana kalau aku menemanimu?

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Season 2 Part 20 Pengakuan Cinta

    Setelah berbincang dengan Olivia, Nayla merasa lebih tenang. Namun, begitu ia berbalik untuk pergi ke kamarnya, langkahnya terhenti saat melihat sosok Regan berdiri di ambang pintu ruang keluarga. Tatapan pria itu begitu lembut, penuh ketulusan yang membuat Nayla hampir kehilangan kata-kata. Regan melangkah mendekat, lalu menyentuh pipi Nayla dengan jemarinya. "Aku mendengar semuanya," ucapnya pelan. "Apa yang kamu katakan pada Mom tadi… itu benar-benar berarti untukku, Nayla." Nayla menundukkan kepala, wajahnya memanas. "Aku hanya mengatakan yang sejujurnya." Regan tersenyum, lalu meraih kedua tangan Nayla dan menggenggamnya erat. "Kalau begitu, aku ingin kamu juga mendengar sesuatu dariku." Nayla mengangkat wajahnya, menatap mata pria itu dengan rasa penasaran. "Aku mencintaimu, Nayla. Dari dulu, sejak pertama kali aku melihatmu dalam kesedihanmu, aku tahu aku ingin melindungi dan membahagiakanmu. Aku tidak peduli dengan masa lalu atau siapa pun yang mencoba menghalangi

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Season 2 Part 19 nasehat diberikan

    Regan menatap layar ponselnya dengan ekspresi serius. Nama sang ibu, Olivia, tertera di sana. Ia tahu, cepat atau lambat, pembicaraan ini akan terjadi. Dengan sedikit ragu, ia mengangkat panggilan itu. "Regan, Nak. Bisakah kamu datang ke mansion sekarang?" Suara Olivia terdengar lembut, tetapi ada ketegasan di dalamnya. Regan melirik sekilas ke arah Nayla, yang duduk di sebelahnya di dalam mobil. Wanita itu masih tampak lelah setelah sidang, tetapi tetap tenang. "Ada apa, Mom?" tanya Regan, meskipun ia sudah bisa menebak jawabannya. "Kamu tahu ini tentang apa," jawab Olivia. "Ayahmu juga ingin bicara denganmu. Dan bawalah Nayla bersamamu." Regan menghela napas dalam. "Baiklah. Kami akan segera ke sana." Setelah menutup panggilan, ia menoleh pada Nayla. "Mom dan Dad ingin kita datang ke mansion." Nayla menegang sejenak. "Aku sudah bisa menebak," katanya lirih. "Mereka pasti ingin membahas semuanya, terutama soal kita." Regan menggenggam tangannya dengan lembut. "Kita ha

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Season 2 Part 18 Sidang Perceraian

    Hari yang dinanti akhirnya tiba. Nayla melangkah memasuki ruang sidang dengan kepala tegak, meskipun dadanya berdebar kencang. Regan berdiri di belakangnya, memberikan dukungan tanpa suara. Ia tahu betapa pentingnya hari ini bagi Nayla. Darren sudah duduk di kursi penggugat, wajahnya dipenuhi amarah dan gengsi yang terluka. Ia menatap Nayla dengan sorot mata tajam, seolah menantang wanita itu untuk mundur. Namun, Nayla tidak goyah. Ia sudah siap. Hakim mengetuk palunya, membuka sidang perceraian mereka. "Saudari Nayla, Anda mengajukan gugatan cerai dengan alasan kekerasan dalam rumah tangga dan perselingkuhan dari pihak suami. Apakah benar demikian?" Nayla mengangguk mantap. "Benar, Yang Mulia." Darren mendengus sinis. "Itu semua kebohongan. Dia hanya ingin meninggalkanku demi pria lain!" Hakim menatap Darren tajam. "Saudara Darren, harap jaga sikap Anda di persidangan." Nayla menghela napas panjang sebelum berbicara, suaranya jernih dan mantap. "Selama bertahun-tahun saya

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   season 2 part 17

    Darren Bersiap Menyerang, Regan Tidak Tinggal Diam Di vila rahasia, Regan duduk di depan layar komputer besar dengan ekspresi tegang. Seorang pengawalnya baru saja memberi laporan tentang Darren yang mulai bergerak. Melalui kamera pengintai dan beberapa informan, ia bisa melihat Darren sedang mengumpulkan anak buahnya. "Dia sudah menemukan lokasi kita," kata Regan dengan suara dingin, matanya tajam menatap layar. Nayla yang duduk di sofa menegang mendengar itu. "Apa? Bagaimana bisa?" Regan menutup laptopnya dengan tenang, lalu bangkit dan menghampiri Nayla. "Darren memang licik, tapi aku sudah mengantisipasi ini. Aku sengaja membiarkan sedikit petunjuk agar dia berpikir dia lebih unggul. Tapi sebenarnya, ini jebakan." Nayla menatap Regan dengan bingung. "Jebakan?" Regan tersenyum tipis. "Ya. Aku ingin memastikan dia membuat kesalahan fatal kali ini. Jika dia datang dengan niat buruk, aku akan memastikan dia tidak bisa lolos dari hukum lagi." Tiba-tiba, salah satu pengawa

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Season 2 Part 16 Pertarungan

    Regan Tak Tinggal Diam Regan menatap layar laptopnya dengan rahang mengeras. Berita tentang dirinya menyebar seperti api, dan media terus menggiring opini bahwa ia telah menculik Nayla. Tak ingin tinggal diam, Regan segera menghubungi kepala tim PR-nya. "Aku ingin konferensi pers. Segera." Suara di ujung telepon terdengar ragu. "Tuan Regan, situasinya cukup sensitif. Jika Anda bicara sekarang tanpa bukti kuat, justru bisa memperburuk keadaan." Regan mengepalkan tangan. "Aku tidak peduli. Siapkan semuanya. Aku akan membalikkan keadaan." Sementara itu, Nayla duduk di sofa dengan tatapan kosong. Ia merasa bersalah karena Regan harus menghadapi semua ini gara-gara dirinya. Regan mendekatinya, lalu duduk di sampingnya. "Jangan khawatir. Aku akan membuat dunia tahu siapa yang sebenarnya bersalah." Nayla menghela napas dalam. "Tapi Regan… jika Darren semakin marah, dia bisa melakukan hal yang lebih buruk." Regan menatapnya tajam. "Dia boleh mencoba, tapi aku tidak akan memb

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Season 2 Part 15 Kelicikan Darren

    Kemurkaan Darren dan Kesiapan Regan Di kediaman keluarga Anderson, Darren menggebrak meja dengan keras, matanya memerah penuh amarah. "Di mana dia menyembunyikan istriku?!" bentaknya tajam ke arah Olivia dan Arjun. Olivia yang duduk di sofa tampak berusaha mempertahankan ketenangannya meski jelas ia sangat syok dengan tindakan putranya. "Darren, aku tahu kau marah, tapi menggebrak meja di rumah orang lain bukan tindakan yang pantas." "Jangan bicara soal pantas atau tidak, Nyonya Olivia," dengus Darren sinis. "Aku tahu putramu yang membawa kabur Nayla! Dia pikir siapa dia bisa mencampuri rumah tanggaku?! Aku mau dia mengembalikan istriku sekarang juga!" Arjun yang sejak tadi diam akhirnya angkat bicara. "Kalau Nayla benar-benar ingin kembali padamu, Darren, dia pasti sudah melakukannya. Nyatanya, dia tidak ingin kembali padamu, kan?" Darren mengertakkan gigi, wajahnya merah padam. "Itu karena Regan yang menculiknya!" Olivia menatap Darren tajam. "Sebut itu penculikan atau a

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Season 2 Part 14 Regan Vs Darren

    Ketegangan di Vila Setelah panggilan dengan orang tuanya berakhir, Regan bersandar di kursinya, menghembuskan napas panjang. Ia tahu keluarganya tidak akan tinggal diam, tetapi saat ini yang paling penting baginya adalah menjaga Nayla tetap aman. Di sisi lain, Nayla duduk di ruang tamu vila, menatap kosong ke arah camilan yang disajikan pelayan. Pikirannya kacau. Sejak tiba di tempat ini, ia terus memikirkan perbedaan sikap antara Regan dan Darren. Darren selalu memperlakukannya dengan dingin, penuh tuntutan, dan sering menyalahkannya. Sementara Regan... pria itu selalu ada untuknya. Memberikan perlindungan tanpa meminta balasan, membuatnya merasa berharga meskipun ia sendiri masih bingung dengan perasaannya. "Kenapa kau melamun?" Suara Regan membuyarkan pikirannya. Nayla menoleh dan melihat pria itu sudah berdiri di belakang sofa, menatapnya dengan penuh perhatian. "Aku hanya..." Nayla menggigit bibirnya, ragu untuk jujur. "Aku memikirkan semuanya." Regan duduk di sofa seberan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status