Share

Keputusan Olivia

Penulis: Author Receh
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-10 16:16:44

Setelah menikmati teh dan obrolan yang menenangkan dengan Maya, Olivia merasa sedikit lebih ringan. Keputusan untuk mengambil jarak dari masalah yang selama ini membelenggunya mulai terasa seperti pilihan yang tepat. Langit di atas Udaipur mulai beranjak siang, dengan matahari yang menyinari jalanan penuh kehidupan.

“Kamu tahu, Liv, kadang yang kita butuhkan hanyalah jeda sejenak dari rutinitas,” kata Maya sambil memandang Olivia dengan penuh perhatian. “Hidup nggak selalu harus rumit. Kadang kita hanya perlu memutuskan kapan kita mau berhenti dan melanjutkan dengan cara yang berbeda.”

Olivia tersenyum lemah. “Iya, mungkin aku terlalu lama terjebak dalam satu masalah yang sama. Aku nggak tahu harus mulai dari mana untuk lepas dari semua ini.”

Maya menyentuh tangannya, memberinya dukungan yang tulus. “Kamu bisa mulai kapan saja. Bahkan mulai sekarang.”

Olivia terdiam sejenak, menatap cangkir tehnya yang hampir habis. Ia merenungkan kata-kata Maya, merasa ada kebenaran yang dalam di dalamnya. Mungkin memang ini saatnya untuk benar-benar berhenti berharap pada sesuatu yang tak pasti, seperti hubungan terlarangnya dengan Arjun.

Selesai dari kafe, mereka berdua memutuskan untuk berkeliling Udaipur lebih jauh. Kota itu dipenuhi dengan sejarah dan keindahan yang tampak menenangkan hati. Bentangan arsitektur kuno, suara-suara riuh dari orang-orang yang lalu lalang, serta aroma rempah-rempah khas India yang tercium di udara membuat Olivia merasa bahwa dunia di luar masalahnya masih terus berputar, masih penuh dengan kehidupan yang bisa ia nikmati.

Saat melewati sebuah kuil tua yang indah, Olivia berhenti. “Aku rasa aku butuh waktu untuk menyendiri sebentar,” katanya kepada Maya. “Terima kasih untuk hari ini. Kamu sudah banyak membantuku.”

Maya tersenyum, memberikan pelukan singkat. “Nggak masalah, Liv. Kapan pun kamu butuh teman, aku selalu ada. Ingat, kamu nggak sendirian.”

Setelah Maya pergi, Olivia berdiri sejenak di depan kuil. Ia merasa ada kedamaian yang mengalir dari tempat itu. Sebuah undangan untuk merenung dan mencari jawaban di dalam dirinya sendiri. Perlahan, ia melangkah masuk ke dalam kuil, disambut dengan aroma dupa yang menenangkan. Cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah kecil di dinding batu memberikan nuansa spiritual yang mendalam.

Di sudut kuil, Olivia duduk sendirian, membiarkan pikirannya tenang untuk pertama kalinya dalam beberapa hari terakhir. Suara hiruk-pikuk pasar dan kota terasa jauh, seakan teredam oleh ketenangan kuil. Ia menutup mata, merasakan keheningan di dalam dirinya.

“Apa yang sebenarnya aku inginkan dari hidup ini?” pikirnya. “Apakah hubungan dengan Arjun benar-benar yang terbaik untukku?”

Seiring dengan waktu, pertanyaan-pertanyaan itu terus muncul di benaknya, namun kali ini tanpa rasa cemas. Di dalam ketenangan ini, Olivia mulai menemukan secercah jawaban. Ia tahu bahwa cinta yang penuh rahasia dan kebohongan seperti hubungannya dengan Arjun tidak akan pernah memberinya kebahagiaan sejati. Mungkin sudah waktunya untuk melepaskan, meski sulit.

Setelah beberapa lama, Olivia membuka mata. Ia merasa ada ketenangan baru dalam hatinya, sesuatu yang belum ia rasakan selama ini. Dengan keputusan yang mantap, ia bangkit dari tempat duduknya, siap untuk melanjutkan hidup dengan cara yang lebih baik.

Ia keluar dari kuil, cahaya matahari menyambutnya dengan hangat. Langkah Olivia terasa lebih ringan saat ia berjalan kembali ke hotel. Kali ini, ia tidak lagi merasakan beban yang menghimpit setiap kali memikirkan Arjun. Ia tahu, perasaan itu akan tetap ada, tetapi ia juga tahu bahwa ia memiliki kekuatan untuk memilih jalannya sendiri.

Sesampainya di hotel, Olivia mengambil tasnya dan memeriksa ponsel. Tidak ada pesan dari Arjun—tidak ada kata-kata yang harus ia khawatirkan lagi. Ia menatap layar ponsel itu sejenak, lalu memutuskan untuk mematikan perangkat itu. Untuk sementara, pikirnya. Aku butuh ruang tanpa gangguan.

Olivia tersenyum, merasa ada perubahan yang nyata dalam dirinya. Ia tahu perjalanan untuk menemukan kebebasan dan kedamaian tidak akan mudah, tapi ia siap menghadapinya. Dengan langkah penuh keyakinan, ia meninggalkan hotel, memulai babak baru dalam hidupnya—tanpa Arjun.

Udara Udaipur yang hangat menyambut Olivia saat ia melangkah keluar dari hotel. Langit biru bersih di atas kepalanya seolah menggambarkan lembaran baru dalam hidup yang sedang ia mulai. Setelah mematikan ponselnya tadi, Olivia merasa lebih tenang, seakan tali pengikat yang membuatnya terjebak dalam hubungan dengan Arjun mulai mengendur.

Ia berjalan tanpa tujuan, membiarkan kakinya menuntunnya ke arah mana pun. Olivia ingin merasakan kebebasan—sebuah kebebasan yang telah lama ia rindukan. Pikirannya sesekali kembali pada Arjun, pada hubungan terlarang mereka yang begitu penuh gairah, namun juga penuh kebohongan. Tapi kali ini, ada rasa lega yang mengiringi setiap kenangan itu. Olivia telah membuat keputusan: ia tidak akan kembali terjebak dalam lingkaran itu lagi.

Setelah beberapa waktu, Olivia menemukan dirinya di pinggir danau Pichola yang memukau. Air danau yang tenang memantulkan sinar matahari dengan indah, seolah mengajak Olivia untuk merenung lebih dalam tentang hidupnya. Ia berhenti di tepi danau, memandangi perahu-perahu yang melintas pelan. Dalam ketenangan itu, Olivia mulai merasakan sesuatu yang baru—sesuatu yang telah lama ia lupakan: perasaan nyaman dengan dirinya sendiri.

Saat berdiri di sana, suara langkah kaki yang mendekat membuyarkan pikirannya. Ia menoleh dan melihat sosok Arjun yang tengah mendekat dengan ekspresi yang tak terbaca di wajahnya. Olivia merasakan jantungnya berdegup lebih cepat, namun ia tidak lagi merasa panik seperti sebelumnya.

“Olivia,” panggil Arjun dengan suara rendah.

“Arjun…” Olivia menatapnya dengan tenang, berusaha menahan gejolak perasaan yang kembali muncul. Ia tak menyangka akan bertemu dengannya di tempat ini.

“Aku mencari kamu,” ucap Arjun dengan nada tegas. Ia melangkah lebih dekat, tatapannya serius. “Kenapa kamu nggak membalas pesan atau teleponku?”

Olivia menghela napas pelan, berusaha menenangkan diri. Ia menatap Arjun, merasa seperti inilah saatnya untuk berbicara jujur. “Aku butuh waktu untuk diriku sendiri, Arjun. Aku nggak bisa terus begini.”

“Kamu tahu aku mencintaimu, Olivia,” kata Arjun, suaranya terdengar tegas tapi juga mengandung rasa frustrasi. “Aku nggak bisa membayangkan hidup tanpa kamu.”

Olivia tersenyum tipis, tapi kali ini senyuman itu penuh kesadaran. “Aku tahu, Arjun. Tapi kita nggak bisa terus hidup dalam kebohongan. Ini nggak adil, buat aku, buat kamu… dan buat istrimu.”

Arjun terdiam, ekspresinya berubah. Dia seolah tahu bahwa Olivia sudah mengambil keputusan, tapi belum siap untuk menerimanya. “Apa ini berarti kamu ingin mengakhiri semuanya?”

Olivia mengangguk pelan. “Iya, Arjun. Aku harus melepaskan kita berdua dari situasi ini. Kamu punya kehidupanmu sendiri, dan aku juga pantas mendapat kebahagiaan tanpa harus menyakiti orang lain.”

Arjun mendekat, mencoba menggenggam tangan Olivia. “Tapi Olivia, kita bisa—”

Olivia mundur selangkah, menolak genggaman itu dengan halus tapi tegas. “Aku lelah, Arjun. Aku nggak bisa terus hidup dengan perasaan bersalah dan ketakutan akan rahasia kita terbongkar. Aku butuh hidup yang tenang, hidup yang bisa kujalani tanpa rasa takut atau khawatir.”

Arjun menatapnya dengan ekspresi yang penuh pergolakan, tetapi ia tidak bisa memaksa Olivia lagi. Keduanya terdiam untuk beberapa saat, hanya ditemani suara air danau yang tenang.

“Aku mengerti,” akhirnya Arjun berkata dengan suara pelan, meskipun terlihat jelas ia kesulitan menerima kenyataan itu. “Kalau ini yang kamu inginkan…”

“Iya, ini yang terbaik untuk kita berdua,” Olivia menjawab dengan tegas. “Aku harap kamu bisa menemukan kebahagiaan dalam hidupmu. Dan aku juga akan berusaha untuk menemukan kebahagiaanku.”

Arjun menunduk sejenak, mencoba menata pikirannya. Kemudian, ia menatap Olivia untuk terakhir kalinya, dengan mata yang masih dipenuhi perasaan yang belum sepenuhnya terungkap. “Aku harap kamu bahagia, Olivia.”

Olivia hanya mengangguk. Ia tidak mengatakan apa-apa lagi, karena ia tahu bahwa ini adalah akhir dari kisah mereka—akhir dari cinta yang penuh rahasia, dan awal dari kebebasannya. Arjun perlahan melangkah mundur, lalu pergi meninggalkan Olivia sendirian di tepi danau.

Ketika sosok Arjun menghilang dari pandangannya, Olivia menarik napas dalam-dalam. Meskipun ada sedikit kesedihan yang menggelayut di hatinya, ia tahu ini adalah keputusan yang tepat. Tidak ada lagi kebohongan, tidak ada lagi rasa bersalah.

Ia menatap danau yang tenang, merasakan kedamaian perlahan-lahan merayapi hatinya. Olivia tahu, perjalanan untuk melanjutkan hidupnya masih panjang. Namun, untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa siap untuk menghadapi semuanya. Dan kali ini, ia akan melakukannya dengan jujur—pada dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.

Dengan langkah mantap, Olivia berbalik dan meninggalkan tepi danau, melangkah menuju masa depannya yang baru.

Bab terkait

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Perdebatan

    Adegan: Arjun yang Tak Ingin Melepas Saat Arjun berjalan menjauh dari Olivia, pikirannya terus berputar, berusaha menerima keputusan yang baru saja didengar. Tapi semakin jauh ia melangkah, semakin besar gejolak di dalam dirinya. Hatinya menolak kenyataan bahwa Olivia ingin meninggalkannya begitu saja. Meski ia memiliki istri, hubungan yang ia miliki dengan Olivia terasa begitu kuat dan tak bisa ia lepaskan begitu saja. Arjun berhenti di tengah jalan, menatap kosong ke depan. “Tidak… aku tidak bisa begitu saja menyerah.” pikirnya. Rasa kepemilikannya terhadap Olivia mulai mengambil alih, menolak keputusan Olivia yang terlihat begitu tegas. Ia tidak bisa membayangkan hidup tanpa Olivia, bahkan jika itu berarti terus hidup dalam rahasia. Dengan napas berat dan tekad yang membara, Arjun memutar tubuhnya dan mulai berjalan kembali menuju arah di mana Olivia masih berada. Tatapannya keras, dan setiap langkahnya penuh keyakinan. Tidak ada yang bisa memisahkannya dari wanita yang begitu i

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Ketidakjujuran Arjun

    Setelah meninggalkan kamar, Arjun memutuskan untuk menghindari Elvira lebih lama lagi. Dia berjalan ke balkon di lantai dua mansion mereka, berharap udara malam bisa menenangkan pikirannya yang berantakan. Di bawah cahaya rembulan, Arjun berdiri diam, mencoba merenung tentang semua yang terjadi. Wajah Olivia, tubuhnya yang bersandar di sampingnya pagi tadi, semuanya membanjiri pikirannya tanpa henti. Namun di bawah itu semua, rasa bersalah pada Elvira semakin menghimpit dadanya. Ia tahu bahwa ia sedang mengkhianati istrinya—wanita yang selalu setia, yang mencintainya tanpa syarat. Sementara itu, Elvira duduk sendirian di ruang makan. Meja telah diatur dengan rapi, hidangan yang ia buat dengan cinta terhampar di depannya, tapi tidak ada Arjun di sana. Dia menatap kosong ke arah piringnya, lalu menarik napas panjang, berusaha menahan rasa kecewa yang perlahan merasuk. Arjun, yang biasanya akan segera turun dan duduk bersamanya, kini semakin sering menghilang dengan alasan sibuk. Dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Hasrat Menggebu

    Malam sudah larut, dan Arjun merayap keluar dari mansion dengan hati-hati, berusaha tidak membuat suara agar tidak terbangun Elvira. Ia tahu betul bahwa apa yang dilakukannya sangat berisiko, tetapi kerinduan akan Olivia sudah mencapai puncaknya, dan ia tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Ketika ia tiba di hotel, suasana sunyi menyambutnya, dan ia melangkah cepat menuju pintu kamar Olivia. Dengan sedikit ketegangan, ia mengetuk pintu. Setelah beberapa detik, suara lembut Olivia memecah keheningan, “Siapa di luar?” “Olivia, ini aku,” jawabnya sambil menahan nafsu yang membara. Pintu terbuka, dan Olivia muncul dengan wajah terkejut, matanya membesar saat melihatnya. “Arjun! Kau di sini?!” tanyanya, suaranya bergetar antara kegembiraan dan ketakutan. “Diam, jangan keras-keras,” Arjun berbisik sambil melangkah masuk dan menutup pintu di belakangnya. “Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi.” Olivia menatapnya dalam-dalam, seolah mencari kepastian di mata Arjun. “Tapi, bagaima

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Keegoisan Olivia

    Setelah beberapa saat berdiam dalam kehangatan satu sama lain, Arjun perlahan bangkit dari ranjang, menghela napas panjang. “Aku harus pergi, Olivia. Elvira pasti mulai curiga kalau aku terlalu lama di sini,” katanya dengan nada enggan. Namun, Olivia menatapnya dengan tatapan tajam, bibirnya mengerucut. “Tidak,” jawabnya tegas, suaranya dingin namun tegas. “Aku tidak mau kau pergi.” Arjun terkejut mendengar respons Olivia yang langsung dan tak terduga. “Olivia, aku tidak bisa berlama-lama di sini. Kau tahu posisiku. Kita tidak bisa terus begini.” Olivia duduk dengan selimut melilit tubuhnya, matanya berkilat penuh emosi. “Kenapa kau selalu memikirkan dia, Arjun? Aku di sini. Aku yang ada bersamamu sekarang, bukan Elvira.” Nadanya menggambarkan kekecewaan yang mendalam, hampir seperti permohonan. “Aku mengerti, Olivia,” Arjun berkata pelan, mencoba meredam ketegangan. “Tapi aku punya tanggung jawab. Aku tidak bisa terus mengabaikan kenyataan.” Olivia mendengus, jelas tak puas den

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Dendam Tersembunyi

    Sore itu, Olivia berdiri di dekat jendela kamar hotel, menatap pemandangan kota yang ramai di bawahnya. Di balik senyuman kecil yang sesekali muncul di bibirnya, pikirannya dipenuhi oleh rasa dendam yang terus membara. Tak ada yang tahu, bahkan Arjun, tentang apa yang sebenarnya bergejolak di dalam hatinya setiap kali nama Elvira disebut. Dia menggenggam cangkir kopi di tangannya dengan erat, membiarkan kehangatan dari cangkir itu menenangkan pikirannya yang penuh emosi. “Elvira,” gumamnya pelan, hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri, “Dia tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Dia pikir hidupnya sempurna, dia pikir dia memiliki segalanya.” Pikirannya kembali ke masa lalu, saat pertama kali bertemu dengan Arjun. Dia ingat bagaimana Arjun bercerita tentang kehidupan pernikahannya, tentang Elvira yang tampak sempurna di mata semua orang—istri ideal, cantik, dan anggun. Tapi di balik kesempurnaan itu, Olivia tahu lebih dari yang terlihat. Arjun telah memberitahunya tent

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Rahasia Besar Olivia

    Olivia duduk sendirian di kamar hotel setelah Arjun pergi untuk menghadiri pertemuan bisnisnya. Dia menatap kosong ke arah jendela, di mana matahari pagi mulai memancarkan cahayanya, tapi di dalam hatinya, kegelapan yang tak pernah padam terus membara. Sebuah dendam yang sudah berakar sejak setahun lalu, ketika Elvira, wanita yang sekarang menjadi istri Arjun, mempermalukan orang tuanya di depan semua orang. Itu adalah momen yang Olivia tidak pernah bisa lupakan. Saat itu, keluarganya masih dihormati di kalangan elit sosial. Orang tuanya adalah pasangan yang terhormat, sampai Elvira—dengan keangkuhannya—membuat sebuah skandal besar. Olivia masih ingat bagaimana ibunya dipermalukan di acara resmi, dituduh sebagai pengkhianat oleh Elvira tanpa alasan yang jelas. Ayahnya, yang saat itu mencoba membela diri, malah dihancurkan reputasinya karena Elvira menggunakan koneksinya untuk menyebarkan rumor palsu. "Aku tidak akan pernah membiarkanmu bahagia, Elvira," gumam Olivia sambil mengepal

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-13
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Desakan Olivia

    Olivia berjalan keluar dari pemakaman dengan langkah yang berat, tapi tekadnya semakin kuat. Dingin angin sore menusuk kulitnya, namun dia tak merasakan apa-apa selain kehampaan dan amarah. Dia kini bukan lagi gadis lugu yang bekerja sebagai sekretaris dengan penuh harapan. Kehilangan orang tuanya dalam cara yang tragis itu telah mengubah segalanya. Hatinya kini tertutup oleh kebencian yang mendalam, dan satu-satunya tujuan yang tertinggal adalah membalaskan dendam pada Elvira. Di perjalanan pulang menuju apartemennya, Olivia duduk di dalam taksi dengan pandangan kosong menatap jendela. Dia memutar otaknya, mencari cara terbaik untuk menghancurkan hidup Elvira. Arjun bisa menjadi alat yang sempurna, namun Olivia tahu, jika dia hanya mengandalkan perselingkuhannya dengan pria itu, hasilnya mungkin belum cukup menghancurkan Elvira seutuhnya. "Bagaimana caraku menjatuhkanmu, Elvira?" gumam Olivia, suaranya rendah tapi penuh dengan tekad. Dia berpikir keras, mencoba menemukan titik le

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-13
  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Rencana Lain Olivia

    Arjun berdiri diam di depan jendela, matanya menatap kosong ke luar, sementara pikirannya berkecamuk. Di satu sisi, dia tahu apa yang harus dilakukan—dia harus menyelamatkan dirinya, reputasinya, pernikahannya. Tapi di sisi lain, Olivia telah membangun jaring yang kuat di sekitarnya, mengancamnya dengan sesuatu yang lebih besar dari sekadar perselingkuhan. Ada dendam yang membara dalam wanita itu, dan itu membuat Arjun takut akan apa yang bisa terjadi jika dia tidak menuruti tuntutannya. Olivia, yang berdiri beberapa langkah darinya, menatap Arjun dengan ekspresi yang tenang tapi penuh perhitungan. Dia tahu dia sudah memenangkan permainan ini. Kini, hanya masalah waktu sebelum Arjun menyerah sepenuhnya. “Aku tahu ini sulit bagimu,” ucap Olivia, suaranya lebih lembut, mencoba mendekati Arjun. “Tapi percayalah, aku tidak ingin ini menjadi lebih buruk. Aku hanya ingin apa yang seharusnya menjadi milikku. Kau, Arjun. Kita. Bersama-sama.” Arjun tetap diam, tapi Olivia bisa melihat ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14

Bab terbaru

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Tangis Bahagia

    Arjun masih setia duduk di samping tempat tidur Olivia. Di luar jendela, cahaya pagi mulai menyelinap masuk, menandakan dimulainya hari baru. Olivia masih tertidur dengan tenang, napasnya teratur, sementara Arjun tak pernah melepaskan genggaman tangannya dari jemari sang istri. Setiap detik ia menghabiskan waktu memandangi wajah pucat Olivia, semakin kuat tekadnya untuk melindungi perempuan itu. Tak lama, pintu kamar terbuka perlahan. Mama Arjun muncul dengan membawa sebuah keranjang berisi makanan dan beberapa buah tangan. Di belakangnya, Papa Arjun mengikuti dengan langkah tenang. “Jun?” Mama Arjun memanggil pelan. “Kamu sudah sarapan?” Arjun menoleh, tersenyum kecil. “Belum, Ma. Saya nggak mau jauh dari Olivia.” Mama Arjun menghela napas panjang, mendekat ke sisi Arjun lalu menepuk pundaknya lembut. “Kamu juga harus jaga kesehatan. Jangan sampai sakit, nanti siapa yang jaga Olivia dan Regan?” “Aku tahu, Ma, tapi…” Arjun menggantungkan kalimatnya. Matanya kembali menatap wajah

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Sadarnya Olivia

    Beberapa jam setelah Olivia sadar, kabar baik itu langsung menyebar di keluarga Arjun. Mama dan papa Arjun datang lebih dulu dengan wajah penuh kekhawatiran, namun raut lega terpancar jelas begitu melihat Olivia sudah mulai bisa berbicara meski masih lemah. Regan digendong oleh mama Arjun, bayi mungil itu tampak tenang sekarang, seakan tahu bahwa ibunya sudah kembali. “Olivia, nak…” suara lembut mama Arjun memecah keheningan. Ia mendekat sambil membawa Regan dalam gendongannya. “Syukurlah kamu sudah sadar. Kami semua khawatir sekali.” Olivia menatap mama Arjun dengan mata berkaca-kaca. “Maaf… membuat semuanya khawatir…” suaranya masih serak, namun penuh penyesalan. “Tidak apa-apa, Nak,” sahut papa Arjun dari belakang dengan suara berat. “Yang penting kamu sudah sadar. Kamu harus cepat pulih demi bayi kecil ini.” Arjun, yang sejak tadi tak lepas dari sisi tempat tidur, mengelus lembut rambut istrinya. “Regan sudah menunggu lama, Liv. Lihat dia…” ujarnya sambil menatap putra mereka

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Ikatan Batin Regan dan Olivia

    Arjun duduk di samping ranjang rumah sakit, jemarinya menggenggam erat tangan Olivia yang terbaring lemah. Wajahnya tampak pucat, pandangannya terpaku pada wajah istrinya yang masih terpejam. Napasnya terasa berat, seolah beban di dadanya tak kunjung reda. "Olivia..." bisik Arjun pelan, suaranya serak menahan emosi. Ia meremas tangan itu lebih lembut, seakan berharap Olivia bisa merasakan sentuhannya. "Bangunlah, sayang. Jangan diam seperti ini... Aku ada di sini." Ruangan itu sunyi, hanya terdengar suara mesin monitor detak jantung yang berdetak pelan. Arjun mengusap wajahnya dengan tangan yang bebas, frustrasi. "Kenapa ini harus terjadi padamu?" Suaranya lirih, hampir tak terdengar. Tatapan matanya kini berkabut, menyimpan kemarahan yang ia pendam. Tak lama, pintu ruangan terbuka. Mama Arjun masuk bersama seorang dokter. Wanita paruh baya itu mendekat, air mata tak bisa disembunyikan dari wajahnya. "Arjun... bagaimana keadaan Olivia?" tanyanya sambil mendekati sisi ranjang.

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Olivia ditangani

    Olivia menatap wajah Arjun yang dipenuhi kecemasan. Pandangan matanya mulai kabur, tubuhnya terasa semakin lemah, dan suara-suara di sekitarnya terdengar semakin jauh. Detak jantungnya terasa berat, nafasnya mulai tersengal-sengal. “Arjun...” suaranya hampir seperti bisikan, tangannya berusaha meraih lengan pria itu, tetapi kekuatannya mulai menghilang. “Regan... jaga Regan...” “Tidak, Olivia! Tetap bersamaku!” Arjun menggenggam tangan Olivia erat, suaranya bergetar penuh kepanikan. “Kamu harus bertahan! Ambulans akan segera datang. Tolong, jangan tinggalkan aku!” Olivia tersenyum tipis, meskipun wajahnya sudah mulai pucat. “Aku... aku minta maaf, Arjun... untuk semuanya...” Suara itu semakin pelan, nyaris tenggelam oleh suara tangisan Regan yang terus menggema di udara. Matanya perlahan-lahan tertutup, kelopak matanya terasa begitu berat. “Olivia!” Arjun berteriak, mengguncang tubuh istrinya dengan panik. “Tolong, buka matamu! Jangan seperti ini...! Olivia!” Orang-orang di

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Kejadiaan Naas

    Siang berganti sore, kehangatan di rumah Arjun masih terasa. Semua orang menikmati kebersamaan, bercerita, tertawa, dan menikmati camilan yang telah disiapkan. Regan yang telah cukup lama bergilir di pelukan semua orang akhirnya kembali ke pelukan Olivia, tidur dengan nyenyak di dekapan ibunya. Di sudut ruangan, Arjun duduk bersama ayahnya, berbincang sambil sesekali melirik ke arah Olivia. Sorot matanya penuh cinta, seperti tak percaya bahwa mereka akhirnya sampai di titik ini—bersama, bahagia, dan lengkap sebagai sebuah keluarga. “Kamu sudah melakukan yang terbaik, Nak,” kata ayah Arjun, suaranya penuh kebanggaan. “Aku tahu perjalananmu bersama Olivia tidak mudah, tapi lihatlah sekarang. Kalian berhasil melewati semuanya.” Arjun tersenyum kecil, mengangguk. “Aku hanya ingin memastikan Olivia dan Regan bahagia, Ayah. Aku sadar, banyak kesalahan yang terjadi di masa lalu, tapi aku benar-benar mencintai mereka.” Ayahnya menepuk bahu Arjun, matanya berkaca-kaca. “Itulah yang pen

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Kelahiran Regan Anderson

    Satu bulan kemudian, udara pagi yang cerah menyelimuti rumah Arjun dan Olivia. Pagi itu terasa berbeda, penuh harapan dan kebahagiaan yang mengisi setiap sudut rumah. Olivia, yang kini telah memasuki fase terakhir kehamilannya, duduk di tepi ranjang dengan tangan memegang perut buncitnya, menatap Arjun yang sedang bersiap untuk pergi ke kantor. “Kamu benar-benar yakin bisa pergi hari ini?” tanya Olivia, suara lembutnya terdengar penuh kekhawatiran. “Aku merasa perut ini semakin sering sakit.” Arjun tersenyum sambil menatap Olivia, menghampirinya dan duduk di sampingnya. “Tenang saja, sayang. Aku di sini. Kamu tidak perlu khawatir. Aku pasti akan di rumah tepat waktu. Jika sesuatu terjadi, kamu bisa menghubungiku kapan saja.” Olivia menggenggam tangan Arjun, matanya mulai berkaca-kaca. “Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku hanya merasa begitu... cemas.” “Jangan khawatir,” jawab Arjun lembut. “Kamu akan baik-baik saja. Kita akan bersama-sama melewati ini, Olivia. Kita sudah mel

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Emosi Olivia Kembali Tersulut

    Elvira berdiri di depan gerbang megah mansion milik Arjun, tangannya gemetar, matanya menatap kosong ke arah pintu besar yang menjulang tinggi. Perasaan gugup bercampur dengan harapan tipis. Tanpa ragu, dia menekan bel. Suara denting halus terdengar, lalu keheningan kembali menyelimuti. Tak lama, seorang pelayan membukakan pintu, wajahnya penuh tanya. “Bu Elvira?” sapanya, suaranya sarat dengan kebingungan. “Bilang ke Arjun… Aku ingin bertemu dengannya,” kata Elvira, suaranya sedikit bergetar, namun tetap memaksa tegar. Pelayan itu tampak ragu. “Tuan Arjun sedang sibuk, Bu—” “Saya tunggu di dalam,” potong Elvira, tanpa memberi kesempatan pelayan itu menyelesaikan kalimatnya. Dia melangkah masuk, matanya menjelajahi ruangan yang begitu familiar, ruangan yang pernah menjadi bagian dari hidupnya. Beberapa menit berlalu sebelum Arjun muncul di ambang pintu ruang tamu, raut wajahnya menunjukkan keterkejutan bercampur kebencian. “Elvira?” suaranya terdengar datar, dingin. Elvira

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Peringatan Untuk Elvira

    Pagi itu, suasana di rumah Arjun terlihat penuh ketegangan. Setelah percakapan yang mengharukan semalam, orang tua Arjun memutuskan untuk mengambil tindakan tegas. Mereka sudah cukup melihat kebohongan dan manipulasi Elvira, dan kali ini mereka tak akan diam saja. Mereka ingin memastikan bahwa Elvira tidak lagi mengganggu kehidupan anak mereka dan Olivia. Di rumah Elvira, suasana tampak suram. Elvira baru saja selesai sarapan ketika pintu diketuk dengan keras. Dia membuka pintu, hanya untuk melihat Mama dan Papa Arjun berdiri di ambang pintu, wajah mereka dipenuhi kemarahan dan ketegasan. “Elvira,” Mama Arjun memulai dengan suara tegas, “Kau sudah melampaui batas. Kami datang untuk memberi tahu kamu bahwa ini harus segera berakhir.” Elvira terkejut, dan walaupun wajahnya terlihat kacau karena masih mabuk semalam, dia berusaha menutupi rasa khawatirnya. “Apa yang kalian inginkan?” tanyanya, suara serak. Papa Arjun melangkah maju, tanpa ampun menatap Elvira. “Kau telah merusak b

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Kekhawatiran Olivia Lagi

    Elvira membuka lemari dengan kasar, tangannya menyibak deretan pakaian mahal yang tergantung rapi. Matanya tajam, mencari sesuatu yang akan membantunya menghidupkan kembali citra dirinya di mata Arjun. Dengan cepat, ia mengambil gaun berwarna merah tua, warna yang selalu berhasil membuatnya terlihat dominan dan mempesona. Dia mengenakan gaun itu dengan gerakan cepat, wajahnya masih menunjukkan ekspresi dingin. Elvira menatap bayangannya di cermin, merapikan rambut basahnya dengan jari-jari. Senyum sinis terukir di bibirnya. Ada tekad yang membakar dalam dirinya—dia tidak akan membiarkan Olivia menang begitu saja. Ponselnya berdering di atas meja rias. Elvira melirik sekilas sebelum mengangkatnya. “Halo?” suaranya terdengar tegas, tanpa basa-basi. “Elvira, ada apa denganmu? Kau bahkan tidak pulang semalam.” Suara dari seberang, suara pria yang selama ini hanya menjadi pelarian, terdengar penuh tuntutan. Elvira mendengus. “Bukan urusanmu, Dion. Jangan ikut campur. Aku punya renc

DMCA.com Protection Status