Share

Keputusan Olivia

Setelah menikmati teh dan obrolan yang menenangkan dengan Maya, Olivia merasa sedikit lebih ringan. Keputusan untuk mengambil jarak dari masalah yang selama ini membelenggunya mulai terasa seperti pilihan yang tepat. Langit di atas Udaipur mulai beranjak siang, dengan matahari yang menyinari jalanan penuh kehidupan.

“Kamu tahu, Liv, kadang yang kita butuhkan hanyalah jeda sejenak dari rutinitas,” kata Maya sambil memandang Olivia dengan penuh perhatian. “Hidup nggak selalu harus rumit. Kadang kita hanya perlu memutuskan kapan kita mau berhenti dan melanjutkan dengan cara yang berbeda.”

Olivia tersenyum lemah. “Iya, mungkin aku terlalu lama terjebak dalam satu masalah yang sama. Aku nggak tahu harus mulai dari mana untuk lepas dari semua ini.”

Maya menyentuh tangannya, memberinya dukungan yang tulus. “Kamu bisa mulai kapan saja. Bahkan mulai sekarang.”

Olivia terdiam sejenak, menatap cangkir tehnya yang hampir habis. Ia merenungkan kata-kata Maya, merasa ada kebenaran yang dalam di dalamnya. Mungkin memang ini saatnya untuk benar-benar berhenti berharap pada sesuatu yang tak pasti, seperti hubungan terlarangnya dengan Arjun.

Selesai dari kafe, mereka berdua memutuskan untuk berkeliling Udaipur lebih jauh. Kota itu dipenuhi dengan sejarah dan keindahan yang tampak menenangkan hati. Bentangan arsitektur kuno, suara-suara riuh dari orang-orang yang lalu lalang, serta aroma rempah-rempah khas India yang tercium di udara membuat Olivia merasa bahwa dunia di luar masalahnya masih terus berputar, masih penuh dengan kehidupan yang bisa ia nikmati.

Saat melewati sebuah kuil tua yang indah, Olivia berhenti. “Aku rasa aku butuh waktu untuk menyendiri sebentar,” katanya kepada Maya. “Terima kasih untuk hari ini. Kamu sudah banyak membantuku.”

Maya tersenyum, memberikan pelukan singkat. “Nggak masalah, Liv. Kapan pun kamu butuh teman, aku selalu ada. Ingat, kamu nggak sendirian.”

Setelah Maya pergi, Olivia berdiri sejenak di depan kuil. Ia merasa ada kedamaian yang mengalir dari tempat itu. Sebuah undangan untuk merenung dan mencari jawaban di dalam dirinya sendiri. Perlahan, ia melangkah masuk ke dalam kuil, disambut dengan aroma dupa yang menenangkan. Cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah kecil di dinding batu memberikan nuansa spiritual yang mendalam.

Di sudut kuil, Olivia duduk sendirian, membiarkan pikirannya tenang untuk pertama kalinya dalam beberapa hari terakhir. Suara hiruk-pikuk pasar dan kota terasa jauh, seakan teredam oleh ketenangan kuil. Ia menutup mata, merasakan keheningan di dalam dirinya.

“Apa yang sebenarnya aku inginkan dari hidup ini?” pikirnya. “Apakah hubungan dengan Arjun benar-benar yang terbaik untukku?”

Seiring dengan waktu, pertanyaan-pertanyaan itu terus muncul di benaknya, namun kali ini tanpa rasa cemas. Di dalam ketenangan ini, Olivia mulai menemukan secercah jawaban. Ia tahu bahwa cinta yang penuh rahasia dan kebohongan seperti hubungannya dengan Arjun tidak akan pernah memberinya kebahagiaan sejati. Mungkin sudah waktunya untuk melepaskan, meski sulit.

Setelah beberapa lama, Olivia membuka mata. Ia merasa ada ketenangan baru dalam hatinya, sesuatu yang belum ia rasakan selama ini. Dengan keputusan yang mantap, ia bangkit dari tempat duduknya, siap untuk melanjutkan hidup dengan cara yang lebih baik.

Ia keluar dari kuil, cahaya matahari menyambutnya dengan hangat. Langkah Olivia terasa lebih ringan saat ia berjalan kembali ke hotel. Kali ini, ia tidak lagi merasakan beban yang menghimpit setiap kali memikirkan Arjun. Ia tahu, perasaan itu akan tetap ada, tetapi ia juga tahu bahwa ia memiliki kekuatan untuk memilih jalannya sendiri.

Sesampainya di hotel, Olivia mengambil tasnya dan memeriksa ponsel. Tidak ada pesan dari Arjun—tidak ada kata-kata yang harus ia khawatirkan lagi. Ia menatap layar ponsel itu sejenak, lalu memutuskan untuk mematikan perangkat itu. Untuk sementara, pikirnya. Aku butuh ruang tanpa gangguan.

Olivia tersenyum, merasa ada perubahan yang nyata dalam dirinya. Ia tahu perjalanan untuk menemukan kebebasan dan kedamaian tidak akan mudah, tapi ia siap menghadapinya. Dengan langkah penuh keyakinan, ia meninggalkan hotel, memulai babak baru dalam hidupnya—tanpa Arjun.

Udara Udaipur yang hangat menyambut Olivia saat ia melangkah keluar dari hotel. Langit biru bersih di atas kepalanya seolah menggambarkan lembaran baru dalam hidup yang sedang ia mulai. Setelah mematikan ponselnya tadi, Olivia merasa lebih tenang, seakan tali pengikat yang membuatnya terjebak dalam hubungan dengan Arjun mulai mengendur.

Ia berjalan tanpa tujuan, membiarkan kakinya menuntunnya ke arah mana pun. Olivia ingin merasakan kebebasan—sebuah kebebasan yang telah lama ia rindukan. Pikirannya sesekali kembali pada Arjun, pada hubungan terlarang mereka yang begitu penuh gairah, namun juga penuh kebohongan. Tapi kali ini, ada rasa lega yang mengiringi setiap kenangan itu. Olivia telah membuat keputusan: ia tidak akan kembali terjebak dalam lingkaran itu lagi.

Setelah beberapa waktu, Olivia menemukan dirinya di pinggir danau Pichola yang memukau. Air danau yang tenang memantulkan sinar matahari dengan indah, seolah mengajak Olivia untuk merenung lebih dalam tentang hidupnya. Ia berhenti di tepi danau, memandangi perahu-perahu yang melintas pelan. Dalam ketenangan itu, Olivia mulai merasakan sesuatu yang baru—sesuatu yang telah lama ia lupakan: perasaan nyaman dengan dirinya sendiri.

Saat berdiri di sana, suara langkah kaki yang mendekat membuyarkan pikirannya. Ia menoleh dan melihat sosok Arjun yang tengah mendekat dengan ekspresi yang tak terbaca di wajahnya. Olivia merasakan jantungnya berdegup lebih cepat, namun ia tidak lagi merasa panik seperti sebelumnya.

“Olivia,” panggil Arjun dengan suara rendah.

“Arjun…” Olivia menatapnya dengan tenang, berusaha menahan gejolak perasaan yang kembali muncul. Ia tak menyangka akan bertemu dengannya di tempat ini.

“Aku mencari kamu,” ucap Arjun dengan nada tegas. Ia melangkah lebih dekat, tatapannya serius. “Kenapa kamu nggak membalas pesan atau teleponku?”

Olivia menghela napas pelan, berusaha menenangkan diri. Ia menatap Arjun, merasa seperti inilah saatnya untuk berbicara jujur. “Aku butuh waktu untuk diriku sendiri, Arjun. Aku nggak bisa terus begini.”

“Kamu tahu aku mencintaimu, Olivia,” kata Arjun, suaranya terdengar tegas tapi juga mengandung rasa frustrasi. “Aku nggak bisa membayangkan hidup tanpa kamu.”

Olivia tersenyum tipis, tapi kali ini senyuman itu penuh kesadaran. “Aku tahu, Arjun. Tapi kita nggak bisa terus hidup dalam kebohongan. Ini nggak adil, buat aku, buat kamu… dan buat istrimu.”

Arjun terdiam, ekspresinya berubah. Dia seolah tahu bahwa Olivia sudah mengambil keputusan, tapi belum siap untuk menerimanya. “Apa ini berarti kamu ingin mengakhiri semuanya?”

Olivia mengangguk pelan. “Iya, Arjun. Aku harus melepaskan kita berdua dari situasi ini. Kamu punya kehidupanmu sendiri, dan aku juga pantas mendapat kebahagiaan tanpa harus menyakiti orang lain.”

Arjun mendekat, mencoba menggenggam tangan Olivia. “Tapi Olivia, kita bisa—”

Olivia mundur selangkah, menolak genggaman itu dengan halus tapi tegas. “Aku lelah, Arjun. Aku nggak bisa terus hidup dengan perasaan bersalah dan ketakutan akan rahasia kita terbongkar. Aku butuh hidup yang tenang, hidup yang bisa kujalani tanpa rasa takut atau khawatir.”

Arjun menatapnya dengan ekspresi yang penuh pergolakan, tetapi ia tidak bisa memaksa Olivia lagi. Keduanya terdiam untuk beberapa saat, hanya ditemani suara air danau yang tenang.

“Aku mengerti,” akhirnya Arjun berkata dengan suara pelan, meskipun terlihat jelas ia kesulitan menerima kenyataan itu. “Kalau ini yang kamu inginkan…”

“Iya, ini yang terbaik untuk kita berdua,” Olivia menjawab dengan tegas. “Aku harap kamu bisa menemukan kebahagiaan dalam hidupmu. Dan aku juga akan berusaha untuk menemukan kebahagiaanku.”

Arjun menunduk sejenak, mencoba menata pikirannya. Kemudian, ia menatap Olivia untuk terakhir kalinya, dengan mata yang masih dipenuhi perasaan yang belum sepenuhnya terungkap. “Aku harap kamu bahagia, Olivia.”

Olivia hanya mengangguk. Ia tidak mengatakan apa-apa lagi, karena ia tahu bahwa ini adalah akhir dari kisah mereka—akhir dari cinta yang penuh rahasia, dan awal dari kebebasannya. Arjun perlahan melangkah mundur, lalu pergi meninggalkan Olivia sendirian di tepi danau.

Ketika sosok Arjun menghilang dari pandangannya, Olivia menarik napas dalam-dalam. Meskipun ada sedikit kesedihan yang menggelayut di hatinya, ia tahu ini adalah keputusan yang tepat. Tidak ada lagi kebohongan, tidak ada lagi rasa bersalah.

Ia menatap danau yang tenang, merasakan kedamaian perlahan-lahan merayapi hatinya. Olivia tahu, perjalanan untuk melanjutkan hidupnya masih panjang. Namun, untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa siap untuk menghadapi semuanya. Dan kali ini, ia akan melakukannya dengan jujur—pada dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.

Dengan langkah mantap, Olivia berbalik dan meninggalkan tepi danau, melangkah menuju masa depannya yang baru.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status