Share

Keputusan Olivia

Penulis: Author Receh
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Setelah menikmati teh dan obrolan yang menenangkan dengan Maya, Olivia merasa sedikit lebih ringan. Keputusan untuk mengambil jarak dari masalah yang selama ini membelenggunya mulai terasa seperti pilihan yang tepat. Langit di atas Udaipur mulai beranjak siang, dengan matahari yang menyinari jalanan penuh kehidupan.

“Kamu tahu, Liv, kadang yang kita butuhkan hanyalah jeda sejenak dari rutinitas,” kata Maya sambil memandang Olivia dengan penuh perhatian. “Hidup nggak selalu harus rumit. Kadang kita hanya perlu memutuskan kapan kita mau berhenti dan melanjutkan dengan cara yang berbeda.”

Olivia tersenyum lemah. “Iya, mungkin aku terlalu lama terjebak dalam satu masalah yang sama. Aku nggak tahu harus mulai dari mana untuk lepas dari semua ini.”

Maya menyentuh tangannya, memberinya dukungan yang tulus. “Kamu bisa mulai kapan saja. Bahkan mulai sekarang.”

Olivia terdiam sejenak, menatap cangkir tehnya yang hampir habis. Ia merenungkan kata-kata Maya, merasa ada kebenaran yang dalam di dalamnya. Mungkin memang ini saatnya untuk benar-benar berhenti berharap pada sesuatu yang tak pasti, seperti hubungan terlarangnya dengan Arjun.

Selesai dari kafe, mereka berdua memutuskan untuk berkeliling Udaipur lebih jauh. Kota itu dipenuhi dengan sejarah dan keindahan yang tampak menenangkan hati. Bentangan arsitektur kuno, suara-suara riuh dari orang-orang yang lalu lalang, serta aroma rempah-rempah khas India yang tercium di udara membuat Olivia merasa bahwa dunia di luar masalahnya masih terus berputar, masih penuh dengan kehidupan yang bisa ia nikmati.

Saat melewati sebuah kuil tua yang indah, Olivia berhenti. “Aku rasa aku butuh waktu untuk menyendiri sebentar,” katanya kepada Maya. “Terima kasih untuk hari ini. Kamu sudah banyak membantuku.”

Maya tersenyum, memberikan pelukan singkat. “Nggak masalah, Liv. Kapan pun kamu butuh teman, aku selalu ada. Ingat, kamu nggak sendirian.”

Setelah Maya pergi, Olivia berdiri sejenak di depan kuil. Ia merasa ada kedamaian yang mengalir dari tempat itu. Sebuah undangan untuk merenung dan mencari jawaban di dalam dirinya sendiri. Perlahan, ia melangkah masuk ke dalam kuil, disambut dengan aroma dupa yang menenangkan. Cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah kecil di dinding batu memberikan nuansa spiritual yang mendalam.

Di sudut kuil, Olivia duduk sendirian, membiarkan pikirannya tenang untuk pertama kalinya dalam beberapa hari terakhir. Suara hiruk-pikuk pasar dan kota terasa jauh, seakan teredam oleh ketenangan kuil. Ia menutup mata, merasakan keheningan di dalam dirinya.

“Apa yang sebenarnya aku inginkan dari hidup ini?” pikirnya. “Apakah hubungan dengan Arjun benar-benar yang terbaik untukku?”

Seiring dengan waktu, pertanyaan-pertanyaan itu terus muncul di benaknya, namun kali ini tanpa rasa cemas. Di dalam ketenangan ini, Olivia mulai menemukan secercah jawaban. Ia tahu bahwa cinta yang penuh rahasia dan kebohongan seperti hubungannya dengan Arjun tidak akan pernah memberinya kebahagiaan sejati. Mungkin sudah waktunya untuk melepaskan, meski sulit.

Setelah beberapa lama, Olivia membuka mata. Ia merasa ada ketenangan baru dalam hatinya, sesuatu yang belum ia rasakan selama ini. Dengan keputusan yang mantap, ia bangkit dari tempat duduknya, siap untuk melanjutkan hidup dengan cara yang lebih baik.

Ia keluar dari kuil, cahaya matahari menyambutnya dengan hangat. Langkah Olivia terasa lebih ringan saat ia berjalan kembali ke hotel. Kali ini, ia tidak lagi merasakan beban yang menghimpit setiap kali memikirkan Arjun. Ia tahu, perasaan itu akan tetap ada, tetapi ia juga tahu bahwa ia memiliki kekuatan untuk memilih jalannya sendiri.

Sesampainya di hotel, Olivia mengambil tasnya dan memeriksa ponsel. Tidak ada pesan dari Arjun—tidak ada kata-kata yang harus ia khawatirkan lagi. Ia menatap layar ponsel itu sejenak, lalu memutuskan untuk mematikan perangkat itu. Untuk sementara, pikirnya. Aku butuh ruang tanpa gangguan.

Olivia tersenyum, merasa ada perubahan yang nyata dalam dirinya. Ia tahu perjalanan untuk menemukan kebebasan dan kedamaian tidak akan mudah, tapi ia siap menghadapinya. Dengan langkah penuh keyakinan, ia meninggalkan hotel, memulai babak baru dalam hidupnya—tanpa Arjun.

Udara Udaipur yang hangat menyambut Olivia saat ia melangkah keluar dari hotel. Langit biru bersih di atas kepalanya seolah menggambarkan lembaran baru dalam hidup yang sedang ia mulai. Setelah mematikan ponselnya tadi, Olivia merasa lebih tenang, seakan tali pengikat yang membuatnya terjebak dalam hubungan dengan Arjun mulai mengendur.

Ia berjalan tanpa tujuan, membiarkan kakinya menuntunnya ke arah mana pun. Olivia ingin merasakan kebebasan—sebuah kebebasan yang telah lama ia rindukan. Pikirannya sesekali kembali pada Arjun, pada hubungan terlarang mereka yang begitu penuh gairah, namun juga penuh kebohongan. Tapi kali ini, ada rasa lega yang mengiringi setiap kenangan itu. Olivia telah membuat keputusan: ia tidak akan kembali terjebak dalam lingkaran itu lagi.

Setelah beberapa waktu, Olivia menemukan dirinya di pinggir danau Pichola yang memukau. Air danau yang tenang memantulkan sinar matahari dengan indah, seolah mengajak Olivia untuk merenung lebih dalam tentang hidupnya. Ia berhenti di tepi danau, memandangi perahu-perahu yang melintas pelan. Dalam ketenangan itu, Olivia mulai merasakan sesuatu yang baru—sesuatu yang telah lama ia lupakan: perasaan nyaman dengan dirinya sendiri.

Saat berdiri di sana, suara langkah kaki yang mendekat membuyarkan pikirannya. Ia menoleh dan melihat sosok Arjun yang tengah mendekat dengan ekspresi yang tak terbaca di wajahnya. Olivia merasakan jantungnya berdegup lebih cepat, namun ia tidak lagi merasa panik seperti sebelumnya.

“Olivia,” panggil Arjun dengan suara rendah.

“Arjun…” Olivia menatapnya dengan tenang, berusaha menahan gejolak perasaan yang kembali muncul. Ia tak menyangka akan bertemu dengannya di tempat ini.

“Aku mencari kamu,” ucap Arjun dengan nada tegas. Ia melangkah lebih dekat, tatapannya serius. “Kenapa kamu nggak membalas pesan atau teleponku?”

Olivia menghela napas pelan, berusaha menenangkan diri. Ia menatap Arjun, merasa seperti inilah saatnya untuk berbicara jujur. “Aku butuh waktu untuk diriku sendiri, Arjun. Aku nggak bisa terus begini.”

“Kamu tahu aku mencintaimu, Olivia,” kata Arjun, suaranya terdengar tegas tapi juga mengandung rasa frustrasi. “Aku nggak bisa membayangkan hidup tanpa kamu.”

Olivia tersenyum tipis, tapi kali ini senyuman itu penuh kesadaran. “Aku tahu, Arjun. Tapi kita nggak bisa terus hidup dalam kebohongan. Ini nggak adil, buat aku, buat kamu… dan buat istrimu.”

Arjun terdiam, ekspresinya berubah. Dia seolah tahu bahwa Olivia sudah mengambil keputusan, tapi belum siap untuk menerimanya. “Apa ini berarti kamu ingin mengakhiri semuanya?”

Olivia mengangguk pelan. “Iya, Arjun. Aku harus melepaskan kita berdua dari situasi ini. Kamu punya kehidupanmu sendiri, dan aku juga pantas mendapat kebahagiaan tanpa harus menyakiti orang lain.”

Arjun mendekat, mencoba menggenggam tangan Olivia. “Tapi Olivia, kita bisa—”

Olivia mundur selangkah, menolak genggaman itu dengan halus tapi tegas. “Aku lelah, Arjun. Aku nggak bisa terus hidup dengan perasaan bersalah dan ketakutan akan rahasia kita terbongkar. Aku butuh hidup yang tenang, hidup yang bisa kujalani tanpa rasa takut atau khawatir.”

Arjun menatapnya dengan ekspresi yang penuh pergolakan, tetapi ia tidak bisa memaksa Olivia lagi. Keduanya terdiam untuk beberapa saat, hanya ditemani suara air danau yang tenang.

“Aku mengerti,” akhirnya Arjun berkata dengan suara pelan, meskipun terlihat jelas ia kesulitan menerima kenyataan itu. “Kalau ini yang kamu inginkan…”

“Iya, ini yang terbaik untuk kita berdua,” Olivia menjawab dengan tegas. “Aku harap kamu bisa menemukan kebahagiaan dalam hidupmu. Dan aku juga akan berusaha untuk menemukan kebahagiaanku.”

Arjun menunduk sejenak, mencoba menata pikirannya. Kemudian, ia menatap Olivia untuk terakhir kalinya, dengan mata yang masih dipenuhi perasaan yang belum sepenuhnya terungkap. “Aku harap kamu bahagia, Olivia.”

Olivia hanya mengangguk. Ia tidak mengatakan apa-apa lagi, karena ia tahu bahwa ini adalah akhir dari kisah mereka—akhir dari cinta yang penuh rahasia, dan awal dari kebebasannya. Arjun perlahan melangkah mundur, lalu pergi meninggalkan Olivia sendirian di tepi danau.

Ketika sosok Arjun menghilang dari pandangannya, Olivia menarik napas dalam-dalam. Meskipun ada sedikit kesedihan yang menggelayut di hatinya, ia tahu ini adalah keputusan yang tepat. Tidak ada lagi kebohongan, tidak ada lagi rasa bersalah.

Ia menatap danau yang tenang, merasakan kedamaian perlahan-lahan merayapi hatinya. Olivia tahu, perjalanan untuk melanjutkan hidupnya masih panjang. Namun, untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa siap untuk menghadapi semuanya. Dan kali ini, ia akan melakukannya dengan jujur—pada dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.

Dengan langkah mantap, Olivia berbalik dan meninggalkan tepi danau, melangkah menuju masa depannya yang baru.

Bab terkait

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Perdebatan

    Adegan: Arjun yang Tak Ingin Melepas Saat Arjun berjalan menjauh dari Olivia, pikirannya terus berputar, berusaha menerima keputusan yang baru saja didengar. Tapi semakin jauh ia melangkah, semakin besar gejolak di dalam dirinya. Hatinya menolak kenyataan bahwa Olivia ingin meninggalkannya begitu saja. Meski ia memiliki istri, hubungan yang ia miliki dengan Olivia terasa begitu kuat dan tak bisa ia lepaskan begitu saja. Arjun berhenti di tengah jalan, menatap kosong ke depan. “Tidak… aku tidak bisa begitu saja menyerah.” pikirnya. Rasa kepemilikannya terhadap Olivia mulai mengambil alih, menolak keputusan Olivia yang terlihat begitu tegas. Ia tidak bisa membayangkan hidup tanpa Olivia, bahkan jika itu berarti terus hidup dalam rahasia. Dengan napas berat dan tekad yang membara, Arjun memutar tubuhnya dan mulai berjalan kembali menuju arah di mana Olivia masih berada. Tatapannya keras, dan setiap langkahnya penuh keyakinan. Tidak ada yang bisa memisahkannya dari wanita yang begitu i

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Ketidakjujuran Arjun

    Setelah meninggalkan kamar, Arjun memutuskan untuk menghindari Elvira lebih lama lagi. Dia berjalan ke balkon di lantai dua mansion mereka, berharap udara malam bisa menenangkan pikirannya yang berantakan. Di bawah cahaya rembulan, Arjun berdiri diam, mencoba merenung tentang semua yang terjadi. Wajah Olivia, tubuhnya yang bersandar di sampingnya pagi tadi, semuanya membanjiri pikirannya tanpa henti. Namun di bawah itu semua, rasa bersalah pada Elvira semakin menghimpit dadanya. Ia tahu bahwa ia sedang mengkhianati istrinya—wanita yang selalu setia, yang mencintainya tanpa syarat. Sementara itu, Elvira duduk sendirian di ruang makan. Meja telah diatur dengan rapi, hidangan yang ia buat dengan cinta terhampar di depannya, tapi tidak ada Arjun di sana. Dia menatap kosong ke arah piringnya, lalu menarik napas panjang, berusaha menahan rasa kecewa yang perlahan merasuk. Arjun, yang biasanya akan segera turun dan duduk bersamanya, kini semakin sering menghilang dengan alasan sibuk. Dan

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Hasrat Menggebu

    Malam sudah larut, dan Arjun merayap keluar dari mansion dengan hati-hati, berusaha tidak membuat suara agar tidak terbangun Elvira. Ia tahu betul bahwa apa yang dilakukannya sangat berisiko, tetapi kerinduan akan Olivia sudah mencapai puncaknya, dan ia tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Ketika ia tiba di hotel, suasana sunyi menyambutnya, dan ia melangkah cepat menuju pintu kamar Olivia. Dengan sedikit ketegangan, ia mengetuk pintu. Setelah beberapa detik, suara lembut Olivia memecah keheningan, “Siapa di luar?” “Olivia, ini aku,” jawabnya sambil menahan nafsu yang membara. Pintu terbuka, dan Olivia muncul dengan wajah terkejut, matanya membesar saat melihatnya. “Arjun! Kau di sini?!” tanyanya, suaranya bergetar antara kegembiraan dan ketakutan. “Diam, jangan keras-keras,” Arjun berbisik sambil melangkah masuk dan menutup pintu di belakangnya. “Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi.” Olivia menatapnya dalam-dalam, seolah mencari kepastian di mata Arjun. “Tapi, bagaima

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Keegoisan Olivia

    Setelah beberapa saat berdiam dalam kehangatan satu sama lain, Arjun perlahan bangkit dari ranjang, menghela napas panjang. “Aku harus pergi, Olivia. Elvira pasti mulai curiga kalau aku terlalu lama di sini,” katanya dengan nada enggan. Namun, Olivia menatapnya dengan tatapan tajam, bibirnya mengerucut. “Tidak,” jawabnya tegas, suaranya dingin namun tegas. “Aku tidak mau kau pergi.” Arjun terkejut mendengar respons Olivia yang langsung dan tak terduga. “Olivia, aku tidak bisa berlama-lama di sini. Kau tahu posisiku. Kita tidak bisa terus begini.” Olivia duduk dengan selimut melilit tubuhnya, matanya berkilat penuh emosi. “Kenapa kau selalu memikirkan dia, Arjun? Aku di sini. Aku yang ada bersamamu sekarang, bukan Elvira.” Nadanya menggambarkan kekecewaan yang mendalam, hampir seperti permohonan. “Aku mengerti, Olivia,” Arjun berkata pelan, mencoba meredam ketegangan. “Tapi aku punya tanggung jawab. Aku tidak bisa terus mengabaikan kenyataan.” Olivia mendengus, jelas tak puas den

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Dendam Tersembunyi

    Sore itu, Olivia berdiri di dekat jendela kamar hotel, menatap pemandangan kota yang ramai di bawahnya. Di balik senyuman kecil yang sesekali muncul di bibirnya, pikirannya dipenuhi oleh rasa dendam yang terus membara. Tak ada yang tahu, bahkan Arjun, tentang apa yang sebenarnya bergejolak di dalam hatinya setiap kali nama Elvira disebut. Dia menggenggam cangkir kopi di tangannya dengan erat, membiarkan kehangatan dari cangkir itu menenangkan pikirannya yang penuh emosi. “Elvira,” gumamnya pelan, hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri, “Dia tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Dia pikir hidupnya sempurna, dia pikir dia memiliki segalanya.” Pikirannya kembali ke masa lalu, saat pertama kali bertemu dengan Arjun. Dia ingat bagaimana Arjun bercerita tentang kehidupan pernikahannya, tentang Elvira yang tampak sempurna di mata semua orang—istri ideal, cantik, dan anggun. Tapi di balik kesempurnaan itu, Olivia tahu lebih dari yang terlihat. Arjun telah memberitahunya tent

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Rahasia Besar Olivia

    Olivia duduk sendirian di kamar hotel setelah Arjun pergi untuk menghadiri pertemuan bisnisnya. Dia menatap kosong ke arah jendela, di mana matahari pagi mulai memancarkan cahayanya, tapi di dalam hatinya, kegelapan yang tak pernah padam terus membara. Sebuah dendam yang sudah berakar sejak setahun lalu, ketika Elvira, wanita yang sekarang menjadi istri Arjun, mempermalukan orang tuanya di depan semua orang. Itu adalah momen yang Olivia tidak pernah bisa lupakan. Saat itu, keluarganya masih dihormati di kalangan elit sosial. Orang tuanya adalah pasangan yang terhormat, sampai Elvira—dengan keangkuhannya—membuat sebuah skandal besar. Olivia masih ingat bagaimana ibunya dipermalukan di acara resmi, dituduh sebagai pengkhianat oleh Elvira tanpa alasan yang jelas. Ayahnya, yang saat itu mencoba membela diri, malah dihancurkan reputasinya karena Elvira menggunakan koneksinya untuk menyebarkan rumor palsu. "Aku tidak akan pernah membiarkanmu bahagia, Elvira," gumam Olivia sambil mengepal

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Desakan Olivia

    Olivia berjalan keluar dari pemakaman dengan langkah yang berat, tapi tekadnya semakin kuat. Dingin angin sore menusuk kulitnya, namun dia tak merasakan apa-apa selain kehampaan dan amarah. Dia kini bukan lagi gadis lugu yang bekerja sebagai sekretaris dengan penuh harapan. Kehilangan orang tuanya dalam cara yang tragis itu telah mengubah segalanya. Hatinya kini tertutup oleh kebencian yang mendalam, dan satu-satunya tujuan yang tertinggal adalah membalaskan dendam pada Elvira. Di perjalanan pulang menuju apartemennya, Olivia duduk di dalam taksi dengan pandangan kosong menatap jendela. Dia memutar otaknya, mencari cara terbaik untuk menghancurkan hidup Elvira. Arjun bisa menjadi alat yang sempurna, namun Olivia tahu, jika dia hanya mengandalkan perselingkuhannya dengan pria itu, hasilnya mungkin belum cukup menghancurkan Elvira seutuhnya. "Bagaimana caraku menjatuhkanmu, Elvira?" gumam Olivia, suaranya rendah tapi penuh dengan tekad. Dia berpikir keras, mencoba menemukan titik le

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Rencana Lain Olivia

    Arjun berdiri diam di depan jendela, matanya menatap kosong ke luar, sementara pikirannya berkecamuk. Di satu sisi, dia tahu apa yang harus dilakukan—dia harus menyelamatkan dirinya, reputasinya, pernikahannya. Tapi di sisi lain, Olivia telah membangun jaring yang kuat di sekitarnya, mengancamnya dengan sesuatu yang lebih besar dari sekadar perselingkuhan. Ada dendam yang membara dalam wanita itu, dan itu membuat Arjun takut akan apa yang bisa terjadi jika dia tidak menuruti tuntutannya. Olivia, yang berdiri beberapa langkah darinya, menatap Arjun dengan ekspresi yang tenang tapi penuh perhitungan. Dia tahu dia sudah memenangkan permainan ini. Kini, hanya masalah waktu sebelum Arjun menyerah sepenuhnya. “Aku tahu ini sulit bagimu,” ucap Olivia, suaranya lebih lembut, mencoba mendekati Arjun. “Tapi percayalah, aku tidak ingin ini menjadi lebih buruk. Aku hanya ingin apa yang seharusnya menjadi milikku. Kau, Arjun. Kita. Bersama-sama.” Arjun tetap diam, tapi Olivia bisa melihat ta

Bab terbaru

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Rasa Iri Elvira

    Di sisi lain, Elvira duduk di meja kerja kecil di apartemennya yang kini jauh dari kemewahan mansion yang dulu ia tinggali bersama Arjun. Pandangannya tajam menatap layar laptop di depannya, sementara tangannya sibuk mengetik pesan-pesan singkat yang ia kirim ke beberapa kenalannya. Elvira bukan tipe wanita yang menyerah begitu saja. “Arjun mungkin mengira dia sudah menang,” gumamnya dengan senyum sinis. “Tapi dia lupa siapa aku. Aku nggak akan berhenti sampai semuanya hancur, termasuk dia dan Olivia.” Dia membuka folder di laptopnya, di mana ada beberapa dokumen lama tentang bisnis keluarga Arjun. Di sana terdapat beberapa laporan yang belum pernah ia gunakan sebagai senjata. Senyumnya semakin melebar. “Semua ini akan aku manfaatkan.” Telepon di mejanya berbunyi, mengalihkan perhatian Elvira. Dia menjawab dengan nada dingin, "Halo?" "Elvira, apa kau yakin dengan rencanamu ini?" suara seorang pria di ujung telepon terdengar ragu. "Jika ketahuan, ini bisa menghancurkanmu." El

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Kebaikan Arjun

    Arjun menatap Olivia dengan intensitas yang dalam, matanya seolah ingin menyampaikan semua yang ada di hatinya tanpa kata. Dia mengangkat tangan, menyentuh wajah Olivia yang sembab, ibu jarinya menyapu lembut sisa air mata yang masih mengalir di pipinya. "Olivia," suaranya terdengar rendah, namun sarat emosi. "Kamu adalah istriku. Wanita yang kupilih untuk hidup bersamaku, untuk menjadi ibu dari anakku. Aku tahu masa lalu kita tidak sempurna, tapi aku juga tahu kita bisa menciptakan sesuatu yang lebih baik ke depan." Olivia menggigit bibirnya, merasa hati kecilnya mencelos mendengar kata-kata itu. "Tapi, Arjun... aku menyakitimu. Aku... aku memanfaatkanmu. Bagaimana bisa kau tetap mencintaiku setelah semua itu?" Arjun tersenyum tipis, senyuman yang penuh luka namun juga kejujuran. "Karena aku tahu kamu lebih dari sekadar kesalahan itu. Aku tahu, Olivia, bahwa di balik dendammu, ada hati yang terluka. Dan di balik semuanya, aku melihat kebaikanmu. Kamu mencintai dengan cara yang

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Elvira yang tak menyerah

    Di sisi lain, Elvira menonton video klarifikasi Arjun dengan wajah tegang. Tangannya gemetar saat memegang ponselnya, dan mata tajamnya menyipit penuh amarah. Suara Arjun yang tegas dalam video itu terasa seperti tamparan keras baginya, menegaskan bahwa ia telah kehilangan kendali atas narasi yang selama ini ia kuasai. “Beraninya dia,” desis Elvira dengan suara rendah namun penuh kemarahan. Ia melemparkan ponselnya ke atas sofa dan berdiri, berjalan mondar-mandir di ruang tamunya yang luas dan mewah. Di sekitarnya, segala sesuatu terlihat sempurna, tetapi hatinya penuh kekacauan. “Arjun tak bisa lolos begitu saja, dan Olivia...” Elvira mengepalkan tangannya, ingatan tentang penghinaan yang ia terima di depan semua orang membuat darahnya mendidih. “Aku tidak akan membiarkan kalian bahagia. Kalian pikir kalian sudah menang? Tidak semudah itu.” Ia segera meraih telepon lain di meja dan menekan nomor yang sudah dihafalnya. Suara seorang pria menjawab dari seberang sana. “Kau masih

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Bekerja sama

    Setelah beberapa saat terdiam, Olivia mengatur napasnya, berusaha mengontrol emosinya yang meluap setelah mendengar pernyataan Elvira. Suasana di ruang kerjanya terasa berat, dan pikirannya mulai mengembara pada segala hal yang telah terjadi. “Aku tahu kamu marah, Arjun,” kata Olivia dengan suara lebih tenang namun penuh makna. “Tapi kita tidak bisa membiarkan semua ini merusak apa yang sudah kita bangun bersama. Kita harus bersiap untuk menghadapi segala kemungkinan.” Arjun, yang berada di sisi lain telepon, terdiam sejenak. Bisa terdengar bagaimana nafasnya tertahan, seolah berat untuk mengatakan apa-apa lebih lanjut. “Aku tidak pernah menyangka akan sampai seperti ini,” ucapnya, suara penuh penyesalan. “Dia… dia yang dulu aku anggap sebagai pasangan hidupku, kini semua ini hancur karena wanita itu.” Olivia bisa merasakan emosi Arjun yang meluap, dan meskipun dia tahu betapa sulitnya keadaan ini, dia tetap berusaha memberikan dukungan. “Kamu tidak sendirian, Arjun. Aku ada di

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Dendam Elvira

    Namun, di tempat lain, Elvira duduk di ruang tamu apartemennya yang suram. Wajahnya dipenuhi amarah yang mendidih di dalam hatinya. Ia memandangi foto Arjun di ponselnya, senyum mantan suaminya terasa seperti ejekan yang tak henti-henti mengganggu pikirannya. Di tangannya, secarik kertas dengan informasi yang baru saja ia dapatkan dari seseorang yang ia bayar mahal. “Olivia... kau pikir kau menang?” gumamnya, nada suaranya penuh kebencian. Ia menggigit bibirnya hingga nyaris berdarah, menggenggam kertas itu erat seolah bisa menghancurkan lawannya hanya dengan kekuatan genggamannya. Ponselnya berbunyi, menampilkan nama seorang pria yang telah lama menjadi sekutunya dalam bayang-bayang. Dengan senyum miring, Elvira mengangkat panggilan itu. “Sudah kudapatkan semua yang kau minta, Elvira,” kata suara pria itu dari seberang. “Ini akan menghancurkan reputasinya habis-habisan.” “Bagus,” Elvira menarik napas panjang, berusaha menenangkan degup jantungnya yang melaju cepat. “Kirimkan

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Kebahagiaan Olivia dan Arjun

    Arjun menatap Olivia yang berdiri di sampingnya. Wajahnya terlihat lelah namun berseri-seri. Sentuhan angin lembut menggoyangkan helai rambutnya yang jatuh di sekitar wajah. Arjun mendekat dan membenarkan rambut itu di belakang telinga Olivia. "Terima kasih sudah ada di sisiku, Olivia," ucap Arjun dengan suara dalam yang dipenuhi perasaan. Dia menggenggam tangan Olivia dengan erat. "Aku tahu perjalanan kita tidak mudah. Tapi, aku berjanji akan selalu ada untukmu dan anak kita." Olivia menatap Arjun dengan mata berkaca-kaca. Ada perasaan hangat yang menjalar di dalam dadanya. Selama ini, ia pikir kekuatan dan keteguhan hati yang ia miliki cukup untuk melindungi dirinya sendiri, namun bersama Arjun, ia merasa aman dengan cara yang tak pernah ia duga. “Aku juga berterima kasih, Arjun,” jawab Olivia dengan suara yang sedikit bergetar. “Aku tahu awalnya aku salah, banyak hal yang kulakukan karena rasa sakit dan kemarahan. Tapi, kau tetap di sini, mencintaiku dengan segala keburukanku

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Pernikahan Olivia dan Arjun

    Upacara berlangsung dengan khidmat, diiringi oleh alunan musik lembut yang mengisi seluruh ruangan. Beberapa tamu sudah menitikkan air mata haru, termasuk mama Arjun yang sesekali menghapus sudut matanya dengan saputangan putih. Arjun berdiri tegap di sisi Olivia, tangannya tak pernah lepas menggenggam jemari wanita itu. Dia menyampaikan setiap kata dengan ketulusan yang mencerminkan cinta dan komitmennya. “Olivia, sejak hari pertama kita bertemu, aku tak pernah menyangka akan sampai di titik ini. Kau mengajarkanku arti cinta yang sesungguhnya, kau membuatku berani melawan rasa takut dan keraguan. Mulai hari ini, aku berjanji akan selalu melindungimu, menjagamu, dan mencintaimu tanpa syarat,” ucap Arjun dengan suara bergetar, matanya lurus menatap Olivia yang tampak menahan air mata. Olivia menghela napas, merasakan detak jantungnya berdegup cepat. Dia menatap Arjun dengan mata yang berbinar penuh emosi. “Arjun, kau adalah satu-satunya yang mengerti luka dan perihku, kau yang teta

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Persiapan Pernikahan

    Olivia duduk di sofa ruang tamu, tangannya mengusap lembut perut buncitnya yang semakin terlihat. Arjun duduk di sampingnya, merangkul pundaknya dengan penuh perhatian. Di seberang ruangan, mama Arjun tampak sibuk berdiskusi dengan para staf rumah tentang dekorasi, makanan, dan musik untuk pesta pernikahan yang akan digelar. “Aku tidak percaya, hanya tinggal beberapa hari lagi,” bisik Arjun sambil menatap Olivia dengan tatapan lembut. Matanya berbinar penuh kasih dan rasa syukur. Olivia tersenyum, meski ada sedikit kelelahan di wajahnya. “Ya, rasanya semua berjalan begitu cepat. Aku bahkan tak menyangka akan berada di sini, merencanakan pernikahan denganmu,” ujarnya, suaranya bergetar pelan. Arjun menggenggam tangan Olivia erat. “Ini nyata, Liv. Dan aku ingin memastikan semuanya sempurna untukmu dan bayi kita,” katanya tegas. Olivia tertawa kecil, berusaha meredakan ketegangan. “Asal kita bersama, aku yakin semua akan baik-baik saja, Jun.” Mama Arjun melirik ke arah mereka b

  • Skandal Panas Sekretaris Seksi   Kehidupan Berbeda

    Olivia meneguk jus buahnya perlahan, menikmati kesegaran yang membasahi tenggorokannya. Di sekelilingnya, suasana semakin akrab. Arjun duduk di sampingnya, sesekali meremas tangan Olivia dengan lembut, seolah memastikan kehadiran wanita yang dicintainya itu nyata. Papa Arjun yang sejak tadi diam akhirnya angkat bicara. "Olivia, aku mengerti banyak hal telah terjadi di antara kita. Tapi aku berharap, mulai sekarang semuanya bisa berubah menjadi lebih baik. Demi Arjun, dirimu, dan... cucu kami." Olivia terdiam sejenak, menatap Papa Arjun dengan mata yang berkaca-kaca. "Saya mengerti, Pa. Saya berjanji akan melakukan yang terbaik untuk keluarga ini dan untuk masa depan anak kami." Mama Arjun menyentuh lengan Olivia dengan lembut, memperkuat pesan suaminya. "Kami hanya ingin melihat Arjun bahagia, dan dari apa yang kami lihat sekarang, kamu juga membawanya kebahagiaan itu. Jangan pikirkan yang sudah-sudah, mari kita mulai lembaran baru." Arjun mengangguk pelan, menatap kedua orang

DMCA.com Protection Status