Share

Kepribadian Aneh

Penulis: Mega Silvia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Maksudmu? Mereka bisa datang di atas jam 10 malam dan menginap di pabrik?"

Bima terkejut mendengar suara lantang Kala. "Bukan menginap, Pak. Tapi kerja. Lagipula.., gak setiap hari. Hanya disaat produksi sedang tinggi-tingginya. Kita membuka shift malam, Pak," terang Bima.

Wajar jika Kala tidak tahu pengaturan pabrik. Karena ia juga baru gabung menjadi salah satu direksi disini.

Kala terdiam. Kalau begitu, artinya enam bulan ke depan kemungkinan produksi malam dijalankan. Kebetulan perusahaan Adikara Tjandra mendapatkan proyek besar dan diminta proses cepat. Artinya bisa saja tindakan kekerasan maupun pelecehan terjadi di tempatnya.

Tidak, Kala tidak ingin sampai terjadi. Kemaslahatan buruh dari datang sampai pulang juga merupakan tanggung jawab dirinya. Kala merasa gak bisa berpangku tangan melihat ketidak adilan di depan matanya. Ironi, perusahaan yang semestinya jadi ladang mencari amal ibadah dan berkah-Nya. Berubah jadi ketakutan dalam dada. Kala resah, andai kepimpinannya dipertanyakan kelak. Dan bisakah ia mempertanggung jawabkan?

"Kalau begitu. Saya ingin dirubah. Buruh wanita hanya bisa bekerja di shift pagi dan sore. Saat malam hanya ada buruh pria saja."

Bima terkejut. Ia rasa, akan banyak yang tidak menyetujui usulan Kala. Pengaturan shift malam biasanya memiliki bayaran lebih. Dan banyak para buruh yang mengharapkan bekerja dijam tersebut. Namun Bima tidak bisa menolak titah Kala.

"Satu lagi, ganti seragam dengan lebih tertutup, lebih tebal tapi nyaman dipakai." Ia mengutarakan seolah semua bukan persoalan penting. Sayangnya benak Bima langsung mengkalkukasi berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk itu semua.

"Tapi, Pak. Berarti kita harus menggelontorkan dana yang cukup besar untuk mengganti seragam. Dimulai dari design, bahan, sampai proses pengadaan. Semua harus dilalui disaat seperti ini. Apa lebih baik gak usah saja, Pak?" selidik Bima. Kala merasa itu bukan persoalan yang harus digalaukan. Soal design, ia bisa memanggil designer biasa dipakai. Masalah bahan dan proses pengadaan bisa dibuka tender untuk perusahaan pemasok.

"Ayoklah, Bima. Kalau kamu cepat menyerah kelak kamu gak akan mendapatkan apapun dalam hidup!" tutur Kala serius. Ia malah menyukai tantangan dan Kala juga pantang merevisi pikirannya. Terutama dibalik semua itu. Ia hanya ingin memanusiakan para pekerja. Menghargai seperti apa yang ia percaya, gaji besar mungkin bisa membeli seluruh waktu buruh. Tapi loyalitas hanya dihasilkan dari hati. Hati puas merasa diterima dengan baik yang akan melahirkan kesungguhan dalam bekerja. Itu yang mau Kala terapkan. Namun Bima lebih pesimis dari yang ia duga,

"Pak. Itu artinya kita juga harus menyiapkan uang dalam jumlah besar. Sedang dana yang tersedia sedang dialokasikan untuk proses produksi." melas Bima. Semoga Kala paham. Mengerjakan dua proyek besar sekaligus membuatnya merasa tak yakin.

Akhirnya Kala meminta laporan produksi. "Kita lihat. Apa benar, Adikara tidak punya peti cash lain?" Kala menunggu Bima memberikan laporannya. Bima tidak menjalankannya. Ia cuma membeku.

"Maaf, Pak. Laporannya masih ada di meja Pak Justin. Beberapa manajer sudah memberikannya dari minggu lalu. Tapi entah mengapa tidak juga keluar dari ruangan Pak Justin."

Kala menghempaskan punggung ke kursi. Gimana bisa keluar dari ruangannya kalau pria itu tidak mengecek. Kala yakin, Justin tidak bekerja selayaknya. 'Kenapa harus ada cowok itu diposisi sepenting ini,' benak Kala frustasi

"Justin," Ia berdesis. Untuknya, Kala akan proses sendiri.

"Sudahlah Bima. Siapkan saja apa yang tadi saya minta. Hari ini kamu bisa memulai menghubungi designer dan memberikan saya skets seragam baru!" Kala tidak ingin diganggu gugat. Sedang reaksi Bima menelan ludahnya kasar.

"Pak. Tapi saya juga lagi sibuk sekali," cicitnya takut-takut. Beruntung Kala bukan orang yang cepat marah. Lelaki itu malah tersenyum tipis.

"Dan karena itu perusahaan menggajimu!"

Apabila Kala sudah bilang begitu, artinya ia berusaha menahan emosi. Tak akan ada yang mampu membalas ucapannya lagi. Bima hanya mengangguk patah-patah.

Kala berdiri. Mengantarkan rasa takut pada Bima.

Bosnya itu menepuk bahu Bima tegas.

"Bima. Adikara tidak semiskin itu sampai kamu mengkhawatirkan soal biaya."

Kala benar. Seharusnya, pabrik tidak sepailit ini menghadapi biaya produksi sampai seolah-olah seluruh uang dikerahkan kesana. Kecuali, ada orang yang mengambil keuntungan besar di belakangnya. Mata Kala serius menatap Bima.

"Kita lahir dari wanita. Apa salahnya jika kita lebih menghargai mereka." Sungguh, Kala membuat Bima malu dengan dirinya sendiri. Ia tidak berfikir hingga kesana. Karena hal itu, Bima jadi makin rapat ke Kala. Kepalanya tertunduk dengan bibir terisak.

"Kamu nangis?" Kala geli karena Bima terharu. Kuat ia mengulum senyum, tak ingin dianggap tidak punya empati. Kala menepuk punggung Bima. Sampai kening Bima jatuh di dada sampingnya.

"Hah..!" Sialnya saat yang sama Vanilla membuka pintu. Tunggu, Vanilla merasa ia datang disaat yang gak tepat. Seharusnya ia gak melihat adegan ini. Tatapannya mencolos tidak percaya. Satu sisi Vanilla menyayangkan orientas Kala. Cepat Vanilla menutup pintu perlahan.

Sialnya, Kala tidak menyadari ada Vanilla. Ia masih berusaha menjauhkan kening Bima dari kemejanya. Tidak! Kala gak suka orang lain sedekat ini dengannya.

"Minggir. Menyingkir dari tubuh saya!" Kala mendorong kepala Bima supaya jauh. Malah membuat Bima terjatuh.

Drakk..!

Tubuhnya tak sengaja menubruk sofa. Hingga menimbulkan suara bising. Kala terjongkok.

"Maafkan saya!" Tangannya terjulur otomatis.

Di luar, Vanilla terus mendengarkan. Apa yang terjadi di dalam? Kenapa bising sekali? Buat apa Pak Kala minta maaf?

Entah berapa banyak usahanya untuk berfikir positif. Tetap saja, Vanilla tidak bisa menyingkirkan pikiran kalau Kala mau melakukan hal tidak-tidak ke Bima. Jantungnya jadi berdetak kencang. Tidak menduga semua terjadi.

Tapi yang ia dengar, Kala tidak punya pacar satu pun waktu di luar negeri. Bukankah itu aneh buat orang setampan dan se-hot dia?

Sedang Kala menatap kemejanya. Ahk, ada bekas ingus Bima!

Dan dia benci itu!

Rasanya, ia mau mandi saat ini juga. Untuk menyingkirkannya, Kala membuka kemeja. Memperlihatkan otot abs perut berbentuk kotak-kotak. Seingatnya, ia meninggalkan beberapa setelan jas di kantor.

Kala duduk di ujung meja kerja menghadap ke Bima dengan tatapan ketus. Ia berniat memanggil seseorang lagi.

Kriiinggg!

Buru-buru, Vanilla kembali ke ruangannya. Mengangkat telepon berdering dengan deru nafas hampir putus.

"Iyah, Pak!" Si penelpon adalah Kala. Orang yang bikin Vanilla mau marah dan gak habis percaya.

Vanilla jadi menatap ruangan Kala. Sial! Sempat naksir sama cowok tampan itu. Ternyata, ahk sudahlah!

Bab terkait

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Salah Paham Di Kantor

    "Tolong ambilkan setelan jas saya," titah Kala lantas menutup telepon. Ia menunggu seraya menatap Bima masih jutek. 'Dia bikin aku pusing. Bisa-bisanya ingusan di badanku. Ahk, ini bisa hilang gak,ya?' Kala jadi over thingking. Sifatnya yang anti banget kotor malah merepotkannya. Sungguh, entah sejak kapan dirinya punya sugesti diri harus bersih sehingga terhindar dari kuman. Seingatnya waktu sekolah ia malah suka kotor-kotoran. Karena melamun, Kala jadi gak beranjak di tempatnya.'Wow... badan Pak Kala jadi banget. Otot leher, dada hingga perut semua terlihat kencang. Dia gym dimana. Aku mau juga dong. Supaya pacarku makin suka sama aku,' benak Bima mengamati tiap lekuk tubuh Kala tanpa berkedip. Ketika yang sama Vanilla masuk dengan setelan kemeja biru muda dan Jas hitam untuk Kala.Kok, ia merasa déjavu. Kenapa harus ada diposisi orang ketiga. Karena sungguh, di mata Vanilla. Kala seolah membanggakan tubuhnya ke Bima dan Bima sedang mengagumi sambil duduk selurusan kearah Kala.

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Pembalasan Kala

    "Kamu benar." Kala bergumam untuk fikirannya itu. Senyum tampan juga nampak di wajahnya. Pun sedikit kelegaan terlihat dari raut Vanilla. Dia sebenarnya ingin bertanya konteks benar yang Kala ucapkan. Tapi Vanilla lebih dulu mau menyelamatkan kebohongannya. Lebih baik tidak perlu memperdulikan apapun yang Kala fikirkan, daripada lelaki itu sadar kalau tadi dia sempat ingin memukul kepala Kala dari belakang."Ya, Pak. CCTV- nya gak usah diperiksa. Dipajang saja disana," katanya lagi meyakinkan agar Kala tidak membahas lagi. Kala mengangguk, dia malah memekik."Ikut saya!" Lelaki itu berdiri lebih dulu. Semakin ketar-ketirlah Vanilla. Kenapa sih dia selalu saja punya fikiran mau celakai Kala. Habis itu baru menyesal. Memangnya enak, jantung serasa diremas-remas karena takut ketahuan. Makanya kalau punya hati sama otak disingkronkan dong!Vanilla cuma bisa merapal doa. Agar langkah Kala tidak terbawa keruangan control CCTV. Tapi ternyata anggapannya salah. Kala mengajak Vanilla ke tempat

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Cinta Lama Masih Terpatri Di Hati

    Kala kembali ke ruangan sembari menghembuskan nafas lelah. Ia mendongakkan kepala disandaran sofa. Juga memukul-mukul kening pakai kepalan tangannya. Vanilla sendiri berjinjit masuk ke area kerja. Ia tahu Kala sedang badmood. Dan rasanya Vanilla gak mau mengganggu lelaki muda itu kalau gak mau dapat intruksi yang aneh-aneh."Ahk, selamat. Hari ini aku gak boleh buat bos marah. Kalau gak mau dikasih kerjaan kayak Pak Justin." Vanilla mewanti dirinya sendiri. Sesaat ia justru kasihan sama Justin."Eeh.., apa aku boleh seneng kayak gini. Tadi itu,'kan seharusnya pekerjaan aku. Malah dilimpahkan ke Pak Justin. Kayaknya aku harus bantu dia deh," lanjut Vanilla tidak enak. Tiba-tiba saja seorang gadis muda datang. Ia terlihat begitu anggun. Sekali lihat, Vanilla tahu berapa harga dari gaun selutut yang menaungi tubuh sang gadis juga tas kecil warna hitam yang ia jinjing di sisi tubuhnya. Vaniila jadi memegangi dadanya. Gaun terakota itu kan yang pernah dipakai artis korea ternama. Sialnya

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Mainan Baru

    "Yah. Tapi kamu juga harus sadar, kita bahkan sudah mencarinya lama, Dik. Tapi gak ketemu juga," beber Alinea supaya Kala paham. Selamanya cinta tidak bisa dipaksakan. Di sini adiknya menunggu, gimana kalau ternyata orang yang dinanti sudah menikah. Apa Kala akan patah hati? Dan Alinea tidak mau Kala melewati itu.Kala menyertikan alis. "Kakak kenapa manggil aku Dika lagi sih?" Ia memasang raut tak senang. Baginya nama itu membawanya dalam kenangan buruk termasuk ditinggal cinta pertamanya. Alin hanya terkekeh mendengar suara judes Kala."Udah. Udah.., kamu kalau manyun gitu terus yang ada anak buah kamu pada takut. Tadi itu siapa? Tuh! Dia aja takut sama kamu." Alin mendorong bahu Kala dengan telunjuknya. Kala mencibik seraya menjawab ogah-ogahan."Vanilla," ucapnya. Alinea menerawang dalam hati.'Vanilla. Kayaknya aku pernah ketemu dia tapi bukan di sini.' Alinea keluar, ia menajamkan mata dan telinga ketika tidak sengaja mendengar gerutuan Vanilla."Kak. Biar aku aja yang buat k

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Perkelahian Di Dalam Kantor

    Vanilla gugup. Entah mengapa seluruh fikirannya terasa kosong waktu jemari Justin membelainya dari sisi pinggul merambat hingga ke atas. Namun sebelum semua berakhir lebih jauh Melinda mengetuk pintu dengan tergesa."Aahk," Vanilla segera sadar. Ia membuka pintu yang tepat di belakangnya. Mata Justin memandang Melinda sangat marah. Bisa-bisanya ia menghancurkan suasana. "Ada apa?" ketus Justin. Oh, Melinda tidak bisa pergi begitu saja darinya. Wanita itu harus mendapat pelajaran. Pun Melinda tidak mau menatap Justin. Wajahnya pucat pasi. Melinda tahu sudah melakukan kesalahan fatal, tetapi ini demi Vanilla. Ia tidak mau ada orang lain yang jatuh dilubang yang sama olehnya."Pak Kala mencarimu, Vani!" Ia terpaksa berbohong. Sebetulnya Kala tidak pernah mencari Vanilla. Melinda mencengkram tangan Vanilla begitu kaku dan gemetar. "Ayok kita temui beliau!" Sebenarnya tidak ada urusan apapun dia dengan Kala. Melinda tidak terbiasa bekerja di bawah Kala. Dan kebohongan itu cepat diendus o

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Jangan Menguji Saya!

    Kala percaya, tidak ada yang abadi di dunia bisnis. Lawan bisa jadi kawan begitupun sebaliknya. Sudah puas ia melihat ayah juga kakeknya yang beberapa kali berusaha digulirkan oleh orang-orang yang mereka percaya. Dan Kala tidak mau mengulangi kesalahan yang sama. Itu juga alasan yang membuatnya berusaha peduli dari hati kepada karyawan pilihannya.Kala memutuskan ke ruangan. Disaat menghempaskan punggung ke sofa, ia malah menjerit kesakitan. Hm, sepertinya punggungnya sakit terkena benturan odner terisi penuh itu."Aduuh," Kala merapatkan netra. Tangannya berusaha menggapai punggung yang memar. Tapi Vanilla datang dengan kotak P3K. "Sini Pak. Saya bantu obatin!" pekik Vanilla jutek. Kala meninggalkannya begitu saja. Pria itu terkadang peduli namun terkadang juga tak acuh. Menimbulkan keraguan di hati Vanilla.Kala menurut, ia merubah posisi duduk jadi menyamping. Membuka jas dan kemeja navy itu. Mempertontonkan otot punggung juga bahu lebar miliknya. "Jangan kenceng-kenceng,ya!""Y

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   First Meet

    Hah, sejak kapan saya menguji kesabaran Bapak? Lagian Bapak, kan emang gak sabaran." gerutu Vanilla berusaha tidak menatap Kala. Tubuhnya gemetar. Tangannya sembari mencengkram jas menutupi area sensitif. Kala menumpuhkan kedua lengan di sisi Vanilla. "Sejak pertama kamu datang," katanya dengan suara terdengar datar namun seksi. Meski tidak menoleh ke Kala, tapi Vanilla bisa merasakan. Pria itu terus mematut pandangan intens kearahnya. Vanilla mengepal tangan. Apa ini lagi-lagi karena baju. Oke.., Vanilla lupa Kala juga orang yang perfect. Ia gak mau orangnya terlihat tidak profesional. Tapi memakai baju seperti ini di restoran hotel bintang lima juga tidak ada salahnya. Banyak juga wanita-wanita yang datang dengan pakaian lebih gemerlap dan lebih seksi. Tidak perlu Kala mempermasalahkan dengan bersikap sefrontal ini. Paling penting mereka cuma berstatus bos dan karyawan. Jadi, Vanilla merasa bebas mengambil sikap dalam berpakaian."Bapak masih mau menghina baju saya?!" Tuding Vanill

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Grogi Saat Bersama

    Ting...!Pintu lift terbuka. Kala segera mengambil jasnya. Ia letakkan di bahu Vanilla. Sayangnya Vanilla menampik. Merasa tak sabaran. Kala menggendong Vanilla ala bridal. Ia yakin, pasti gadis itu juga akan menolak diantar pulang."Pak saya bisa jalan sendiri!" Vanilla berteriak sembari melihat sekelilingnya. Orang-orang terlihat memperhatikan mereka berdua."Kalau kamu gak mau jadi bahan pembicaraan. Lebih baik diamlah." Pinta Kala tegas. Kala memasukkan Vanilla di bangku belakang dan dia juga duduk di sampingnya."Kita perlu bicara. Saya tahu kamu sedang marah sama saya. Dan sebaiknya kamu meredam amarahmu dulu." Vanilla membuang pandangan. Kala tahu gadis itu marah tapi Kala tidak bisa merubah sikap. Ia masih tetap bertahan dengan raut datar dan gasture kaku. Kala lebih suka memberikan waktu supaya Vanilla tenang."Sebaiknya kamu bilang. Apa yang membuat kamu marah sama saya. Apa karena saya meminta kamu membuang baju ini?" Kala menebak sembari menyentuh sedikit ujung gaun Vanil

Bab terbaru

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Pria Di Masa Lalu

    "Kalau begitu. Kapan kamu bisa mulai bekerja?" Alinea terlihat antusias. Baginya, tidak perlu meragukan kehebatan Malik sebab dari dulu anak itu sudah rajin."Saya bisa mulai kapan pun," jawab Malik, diplomatis.Alinea semakin puas dengan jawaban Malik. Dia memerintah, Riski-- selaku petugas tata usaha untuk memproses administrasi penerimaan guru baru. "... Kalau begitu, mari saya antar kamu melihat sekeliling!"Karena Alinea punya waktu, dia sendiri yang akan mengantarkan Malik melihat-lihat area sekolah, dan yang pertama mereka sambangi yaitu lapangan basket indoor. Tempat yang akan sering Malik kunjungi.Berhubung anak murid sedang berada di kelas, jadi lapangan basket itu sepi.Hanya ada hembusan angin dari ventilasi udara juga hentakkan kaki mereka berdua."Ini lapangan basketnya ... ."Tangan Alinea terjulur ke depan, mempersilahkan Malik melihatnya sendiri."Oh. Mungkin kamu sudah sering lihat. Tapi, ya ... 4 tahun ini ada beberapa yang berubah karena sekolah sudah merenovasi

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Kenangan Masa Lalu

    "Memangnya mana yang membuatmu kerepotan?" Kala berusaha biasa saja, padahal dia mengerti Vanilla sedang marah. Tapi Kala mau mengajarkan Vanilla bentuk tanggung jawab. Bisa dibilang, Kala berselera pada wanita tangguh serta pantang menyerah."Semuanya," jawab Vanilla enteng. Kala menggeleng, "Ya sudah. Sini saya bantu." Kala mendorong Vanilla agar menjauh, lalu dia ke arah ruang Vanilla. Vanilla terangga, nampaknya mimpi jadi sepasang kekasih yang harmonis mesti berakhir."Kenapa sih aku mesti sayang sama cowok nyebelin kayak gitu!" Vanilla sudah duduk di bangkunya. Sementara Kala ada di belakang, sedang menyilangkan tangan di dada."Kamu sudah mengerjakan setengahnya kan?" "Hah!" Vanilla menoleh sedikit. Habis sudah. Dia belum sampai detail tugas hanya mengerjakan tugas minggu kemarin.Lagian, siapa suruh Kala mengacaukan perasaan sampai Vanilla malas bekerja.'Ya ampun ... ada tali aja gak sih, tali. Rasanya mau gantung diri aja di pohon toge.' Satu sisi, Vanilla gak mau terl

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Suka Duka Pacaran Sama Bos

    "Itu kakak saya yang buat. Hari ini dia ke rumah saya, dan memasakkan saya nasi goreng." Kala menjelaskan dengan tenang. Matanya terus melihat ke arah Vanilla seolah menunggu tanggapan kekasihnya itu.Vanilla berubah tegang. Dia sudah marah tanpa mau mendengar penjelasan lebih dulu. Mana salah sangka lagi. Segera dia menelan ludah kasar. Gleekk!"Maaf," cicit Vanilla menggigit lidah. Daripada dia yang menggigit lebih baik Kala. Kala menaiki dagu Vanilla dengan jempolnya. Lalu mencium bibir Vanilla kilat. Itu membuat Vanilla melepaskan gigitan. Senyum tidak bersalah tersunggil, kemudian pria itu meminta Vanilla untuk tersenyum. "Ayok mana senyumnya!" Kala menarik sudut bibir Vanilla pakai jari. Kontan Vanilla menggeleng. "Kamu tuh seneng,ya kalo aku jadi badut kamu!" Kala tidak bereaksi. Tapi dia heran darimana prasangka itu. Yang membingungkan ucapan Vanilla selanjutnya. "Tapi aku bersedia kok dianggap badut buat kamu." Vanilla tersenyum ceria.Jika dengan semua tingkahnya dia bi

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Ada Yang Cemburu

    Alinea mampir ke rumah Kala. Baru tumben melihat dia masih tidur di jam segini. Sembari menggulung tangan di dada. Alinea jadi tersenyum tipis. Saat Kala terlihat tidak sempurna, dia baru seperti manusia. Sedang, selama ini adik kesayangannya itu persis robot humanoid yang berjalan sesuai dengan isi perintah. Satu sisi, Alinea juga iba. Mengapa Kala diwajibkan meneruskan pabrik keluarga meski Kala tidak ingin. Ada rasa bersalah bergelayut di dada Alinea. Andai dia bisa menanggung itu semua. Biar dia saja yang dipekerjakan bagai sapi perah.Walaupun orang lain menilai Kala sebagai pria dewasa yang pekerja keras juga tidak bisa mentolerir kesalahan. Tapi, di mata Alinea dia tetap adik bungsunya yang menggemaskan. Terkadang Alinea bisa mendengar jeritan hati Kala, sayangnya dia sendiri terikat dalam silsilah keluarga milliader yang untuk mempertahankan itu mereka mesti pontang-panting.Yah, mau jadi miskin atau kaya. Tetap dibutuhkan usaha untuk bertahan hidup. Hanya caranya saja yang b

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Cinta Palsu

    Kala tersenyum lebar. Tangannya merangkul pinggul Vanilla supaya lebih dekat dengannya."Kalau gitu, kamu gak akan keberatan kan, kalau aku meluk kamu kayak gini?" Vanilla menggeleng dengan senyum simpul, membalas pelukkan Kala dengan meletakkan tangan di dada si bos. Tentu dia tidak akan protes Kala memperlakuannya lebih intim dari seharusnya. Inilah yang Vanilla harapkan dari Kala."Itu artinya, Bapak juga cinta sama saya?" tanyanya semangat. Kala berdehem, sebenarnya Kala belum mengerti siapa yang ada di hatinya. Nada--cinta pertamanya, atau Vanilla. Tapi keduanya tidak bisa dia lepaskan begitu saja. 'Maafkan aku, Van.' Kala bermonolog. Dia yakin kebingungan ini akan segera berakhir jika dia bertemu keduanya secara langsung. Tapi masalahnya, bagaimana caranya bertemu dengan Nada. Kala sudah beberapa kali menunggunya di tempat yang sama dan saat ini dia lelah untuk menunggu lagi. Mungkin, hadirnya Vanilla bisa menjadi pengganti Nada dalam hatinya. Kala mendekatkan wajahnya di

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Do You Love Me?

    Keadaan berubah canggung. Vanilla yang di atasnya terlihat begitu cantik di mata Kala, meski kenyataan, pipinya belepotan saus pizza. Vanilla menyadari ada bekas makanan di bibir bawahnya. Dia jadi menjulurkan lidah sedikit lantas berniat menjilat sisa makanan itu. Saat dia lakukan, Kala meruntuki pemandangan di depannya. Dia fikir, berani sekali gadis itu menggodanya. Cepat Kala menahan tengkuk Vanilla dan menaiki kepala, dia melumat bibir Vanilla tergesa. Kala tidak ingin membuang kesempatan yang Vanilla berikan atau sebenarnya dia sudah gagal menahan hasratnya."Em... Em...!" Vanilla melenguh. Tidak mengerti mengapa sang bos begini. Tetapi dia lumayan menyukai lumatan itu karena dia mencintai Kala. Dia sadari perasaannya pada bosnya itu semakin lama semakin dalam dan rasanya sulit untuk disangkal. Dan, dia tidak bisa mengabaikan kebahagiaan yang meletup-letup dalam dada. Vanilla jadi banyak bergerak, dari mencengkram baju Kala sampai menggigit bibir bawah Kala. Kala menarik bibi

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Wanita Selalu Benar

    Tidak ada satu pun suara yang keluar dari bibir Kala juga Vanilla. Setelah aksi Vanilla menomproknya tanpa aba-aba lalu mereka berakhir di lantai dengan posisi Kala yang seolah masih duduk dan Vanilla menindihnya saja seharusnya sudah bisa mengundang suara teriakkan Kala. Bagaimana tidak, punggungnya sakit terhantam batang senderan kursi jangan lupakan kepalanya yang kejedot tanpa penghalang apapun. Semoga saja dia tidak geger otak.Alih-alih marah, Kala malah menatap intens bola mata Vanilla. Terlihat begitu jernih. Bibirnya yang mungil amat menggairahkan. Dia sendiri tidak tau apa yang Vanilla fikirkan tentangnya. Tapi yang pasti, Kala tidak ingin menyesali kejadian ini. Jantungnya berdetak lebih cepat dengan perasaan yang menghangat."Pak! Bapak gak kenapa-napa? Bapak sakit,ya?" "Ahk, kamu bisa gak turun dulu dari atas saya?" Vanilla langsung menyadari posisinya segera bersinggut ke samping dia juga menarik Kala. "Huft! Kamu kuat juga,ya!" Entah itu kalimat pujian atau sindiran.

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Vanilla Sang Penggoda

    Tidak tau harus marah bagaimana lagi. Vanilla jadi bertanya. "Emangnya Bapak pesen apa buat makan malam kita?" "Bebek goreng sambel ijo," gumam Kala mencoba memastikan apa Vanilla suka dengan pilihannya. Sayangnya Vanilla menggeleng beberapa kali."Kenapa? Kamu gak suka bebek goreng?!" "Bukan gitu, Pak. Kan yang makan saya. Karena Bapak kan tidak terbiasa makan malam. Terus kenapa Bapak gak tanya saya dulu?" Betulan dikasih hati minta limpah, nih anak. "Terus kamu mau makan apa?" Kala menanggapinya santai saja. Mungkin dia sudah mulai terbiasa mendengar aksi protes Vanilla. "Pizza. Kalo gak pizza, saya gak mau kerja!" Dia melipat tangan di dada. Tapi sebenarnya Vanilla ragu apa Kala mau menuruti keinginan dirinya. Tapi gak tau ahk, namanya juga coba-coba.Kala menarik nafas lalu mengeluarkan perlahan. "Ya, kamu boleh pesan." Kali ini Kala akan memberikan keluluasan untuk Vanilla memilih makanannya. "Sambil pesan. Kamu bisa cariin saya file gak?" Kala, si mister anti sia-sia langs

  • Skandal Cinta Si Boss Galak   Bertandang Ke Rumah Bos

    Mobil Justin semakin liar mengejar Melinda dan tidak ada pilihan lain untuk Melinda selain mempercepat laju motornya. Sampai juga dia melihat secercah kesempatan, yaitu sebentar lagi Melinda keluar dari parkir dalam gedung itu. Berbarengan dengan hampir sampainya Melinda, Justin memperlambat laju mobilnya."Hah! Hah! Ya ampun, Pak, hampir aja!" keluh pak Satpam sembari mengelus dada. Beliau berusaha mengejar sampai bawah. Justin mencoba keluar dari mobil lengkap dengan alat bantunya. "Maaf, Maaf banget." Justin mendekati Melinda yang kebetulan memberhentikan motor sangking lemasnya. "Kamu gakpapa?!" Tatapannya terlihat sangat cemas. Pak Satpam memandangi percakapan Melinda dan Justin. "Kaki saya sakit. Ini saja saya memaksakan diri membawa mobil sendiri. Tanpa sadar saya malah bisa mencelakai orang lain!" Pak Satpam itu mengangguk-angguk. Mungkin dia gampang untuk ditipu Justin. Tapi Melinda tidak. Satu yang dia sadari... Justin bisa sangat gila, bahkan mampu menghabisi nyawanya.

DMCA.com Protection Status