“Da, aku mau ikut ke SMA pilihanmu. Ka-kamu mau tidak jadi pacarku?”"Maaf Ali, aku tidak mau ... menolak kamu. Kamu adalah Nobita ku yang lemah, manja dan bawel tapi aku suka!”Pada hari kelulusannya Ali menyatakan rasa cintanya kepada Minda dan diterima. Namun, keesokan harinya Minda tidak melihat Ali datang ke SMP sampai seterusnya lulus dan masuk SMA, ia tidak pernah bertemu lagi dengan Ali.…Ali dan Reza langsung menuju ke lapangan ketika sampai ke Stadion Phoenix, sementara Anita dan Minda akan menunggu sambil berlari ringan di sekitaran Stadion.Ali tetap berlatih juggling sesuai instruksi dari Andre pelatihnya, latihan ini menunjang tantangan harian yang telah dipilihnya dalam sistem sepakbolanya untuk menambah atribut tehnique. Atribut ini meningkatkan kemampuan teknik dari Ali dalam mengolah bola seperti mengontrol bola, menggiring bola dan mempertahankan bola.Kemampuan juggling dari Ali saat ini masih dalam tahap awal. Ia seringkali kesulitan untuk mengontrol gerakan bola
"Besok Ali akan bertanding, apakah kamu mau ikut nonton ke Emerald Stadium?""Tidak Li, aku malu dengan Mason. Seperti pada pertandingan kemarin, Ali hanya menjadi beban tim Phoenix FC U19 saja."Liana bertanya kepada Abdul apakah dia akan menonton pertandingan Ali besok di Emerald Stadium. Abdul menolaknya dan berkata bahwa ia merasa malu dengan Mason, yang dulunya adalah rekannya saat bermain untuk Phoenix FC.Mason yang saat ini adalah kepala pelatih dari Phoenix FC U19 dengan senang hati menerima Ali menjadi bagian dari tim nya karena permintaan dari Abdul sahabat baiknya bahkan Ali ketika masuk menjadi bagian dari Akademi Phoenix FC tanpa melalui ujian dahulu.…Abdul dan Mason adalah pemain muda potensial terbaik yang pernah di miliki oleh Akademi Phoenix FC, ketika mereka masing-masing masih berumur 19 tahun dan 18 tahun.Abdul adalah seorang kiper yang terkenal mempunyai reflek cepat, lompatan tinggi dan bisa berkomunikasi baik dengan para bek yang ada didepannya. Ia juga meru
Bis yang membawa para pemain Phoenix FC U19 telah sampai di Emerald Stadium, dalam beberapa jam lagi mereka akan bertanding melawan Eagle FC U19.Di dalam ruang ganti kepala pelatih Mason memberikan instruksi kepada para pemainnya. Ia meminta para pemainnya agar bermain dengan tempo cepat agar bisa mencetak gol.Ali memperhatikan kepala pelatihnya dengan tatapan tajamnya ia membawa perasaan kecewanya masuk ke hatinya yang paling dalam, "Apabila aku mempunyai kemampuan untuk menghipnotis pelatihku, akan ku buat dia memainkan aku." gumamnya."Reza! Tolong pimpin semua pemain dengan baik dan bawa kemenangan dalam tim." Tutup Mason dalam intruksinya."Siap, coach!" sahut Reza.Pertandingan antara Phoenix FC U19 melawan Eagle FC U19 pun dimulai.Phoenix FC U19 pada awal babak pertama langsung menekan lawannya Eagle FC U19, sesuai instruksi dari Mason. Namun setelah 25 menit berlalu, Phoenix FC U19 masih belum bisa menciptakan gol, walaupun beberapa kali memperoleh kesempatan di depan gawan
"Iya Bu. Tapi aku hanya merasa hanya Ibulah yang mengerti aku. Ayah hanya mengerti tentang pekerjaannya saja." "Nanti Nak, setelah kamu dewasa dan menjadi seorang Ayah mungkin kamu akan mengerti."Liana melanjutkan ucapannya, "Agar lebih mendekatkan. Nanti malam kamu saja yang berbicara kepada Ayahmu agar mau membujuk Mason untuk memainkan dirimu.""Aku tidak berani Bu…" sahut Ali manja."Nanti Ibu bantu kamu Nak.""Baiklah." .Pada malam hari Liana sedang bersama dengan Abdul duduk di sofa ruang tamu.Liana menjelaskan bahwa ada yang mau dibicarakan oleh Ali kepada Abdul. Liana berharap suaminya mau berbicara dengan anaknya dan dapat menjaga ego dihadapannya.Abdul merasa tidak perlu berbicara kepada Ali. Namun Liana memohon kepada Abdul, kalau ia sudah lama tidak pernah berkomunikasi dengan Ali dan memintanya sekali ini saja untuk mendengarkan anaknya Ali.Abdul menarik nafas dalam dan berkata, "Baiklah." Ia akhirnya mau berbicara dengan Ali.Liana memanggil Ali yang sedang ada di
"Hentikan! Buat latihan fisik! Coach Andre!"Tiba-tiba kepala pelatih Mason datang dan meminta Andre menghentikan tantangan menembak di antara pemain depan tengahnya itu. Ia meminta Andre untuk membuat latihan fisik untuk mereka berdua."Siap Coach!" sahut Andre..Beberapa hari kemudian, pada pagi hari.Ting![Sistem Aktif]"Buka Atribut technique."[Technique 6] [Red] [2%]"Ha ha! Naik 1 poin Atribut technique!"[Selesaikan 7.000 juggling untuk memperoleh nilai 7]"Apa!!!""Kenapa tidak 5.000 juggling lagi?!"[Tidak]"Ya ampun, kenapa jadi bertambah banyak jumlah juggling nya."Ting![Sistem Non Aktif]Pada sore hari di lapangan tempat latihan Akademi Phoenix FC."Hari ini kita adakan latih tanding, tim merah akan melawan tim biru. Kalian semua sekarang ambil rompi masing-masing sesuai warna tim."Kepala pelatih Mason memberikan pengumuman dan instruksi kepada para pemainnya.Seperti biasa tim dengan rompi merah adalah tim inti dan tim dengan rompi biru adalah tim cadangan.Terlihat
"Kamu tahu kan, siapa yang akan mendampingimu. Ini nomor teleponnya."Reza lalu menyodorkan telepon selulernya pada Ali"Nomor siapa ini Za?""Minda! Cepat kamu catat! Pokoknya kamu harus datang bersama dia! Kalau kamu tidak datang persahabatan kita sampai disini saja." ancam Reza."Baiklah, aku datang. Dimana pestanya?""Windy Cafe di pusat kota. Jangan lupa telepon Minda."Akhirnya Ali mengikuti ajakan Reza dan mematuhi perintahnya untuk menghubungi Minda meskipun dengan hati yang berat.Di tengah perjalanan pulang Ali menelepon Minda, dengan menekan nomor yang diberikan oleh Reza tadi. Telepon pun tersambung ke Minda."Al! Akhirnya kamu menelepon aku juga!" Teriak Minda berbicara di seberang telepon seluler."Mi-minda ke-na-pa kamu tahu aku meneleponmu?""Jelaslah tahu, nomormu sudah aku simpan dan tinggal menunggu kamu untuk menghubungi aku!" terang Minda."Ada apa Ali? Kenapa kamu menelepon aku?" Lanjut Minda bertanya."Ma-mau tidak ka-," "Mau Al. Kamu mau ajak aku ketemuan dima
"Ha ha ha ha! Tentu aku sayang kamu. Ali, acara tiup lilin sudah akan dimulai, mari kita ke tengah cafe." ajak Minda..Keesokan sore hari di Akademi Phoenix FC.Ali mengambil posisi di tengah lapangan, menendang bola dengan lembut ke atas, dan menangkapnya kembali dengan kaki kanannya. Ia melanjutkan gerakan juggling-nya dengan menjuggling bola dengan kedua lututnya, kemudian mengontrolnya kembali dengan kaki kanannya. Ali tampak sangat fokus dan terlatih, dengan gerakan yang presisi dan lancar. Ia terus melatih kontrolnya dengan melakukan juggling, memantulkan bola ke atas dan menangkapnya kembali dengan kaki atau lututnya. Andre terlihat berjalan perlahan menuju tempat Ali berlatih dan menghampirinya, "Ali! Kemarin adikku cerita kepadaku, kalau ia diajak kencan oleh anak didik ku sendiri. Dan ia memberi tahu nama anak didik ku itu adalah Ali." tanya Andre yang sedikit bercanda, karena tahu adiknya Minda kemarin berkencan dengan Ali."Siap Coach! Iya itu aku! Maaf Coach a-aku tidak
Reza kaget ketika melihat seorang perempuan datang tiba-tiba dan menawarkan tumpangan kepada Ali."Kamu siapa?" tanya Reza."Tunggu dulu! Kamu bukannya orang yang pernah memberikan coklat kepada Ali?" Reza mencoba menerka sebelum mendapat jawaban dari Sarah.“Iya, dia Sarah Za.” ungkap Ali.“Maaf, Sarah aku tidak bisa ikut menumpang di mobilmu.” jawab Ali kepada Sarah.“Owh iya, kamu Sarah yah? Kamu adalah penggemar rahasia dari Ali!” Reza yang mulai mengenalnya berceloteh.“Iya aku adalah penggemar rahasia Kakak. Kalau Kakak tidak ingat aku adalah orang yang selalu bermain bola di komplek perumahan Ka Ali.” ungkap Sarah.Sarah lalu ikut duduk di kursi di meja yang sama dengan Ali dan Reza."Aku adalah temanmu waktu kecil. Kamu selalu disingkirkan oleh teman-teman laki-laki, jadi kamu selalu bermain bola denganku." Jelas Sarah."Apa! Kamu temanku kecil dulu!"Ali terkejut mendengar hal itu. Ia merenung sejenak, "Iya aku ingat! Memang dulu ada seorang gadis kecil yang sering bermain bol