"Iya Bu. Tapi aku hanya merasa hanya Ibulah yang mengerti aku. Ayah hanya mengerti tentang pekerjaannya saja." "Nanti Nak, setelah kamu dewasa dan menjadi seorang Ayah mungkin kamu akan mengerti."Liana melanjutkan ucapannya, "Agar lebih mendekatkan. Nanti malam kamu saja yang berbicara kepada Ayahmu agar mau membujuk Mason untuk memainkan dirimu.""Aku tidak berani Bu…" sahut Ali manja."Nanti Ibu bantu kamu Nak.""Baiklah." .Pada malam hari Liana sedang bersama dengan Abdul duduk di sofa ruang tamu.Liana menjelaskan bahwa ada yang mau dibicarakan oleh Ali kepada Abdul. Liana berharap suaminya mau berbicara dengan anaknya dan dapat menjaga ego dihadapannya.Abdul merasa tidak perlu berbicara kepada Ali. Namun Liana memohon kepada Abdul, kalau ia sudah lama tidak pernah berkomunikasi dengan Ali dan memintanya sekali ini saja untuk mendengarkan anaknya Ali.Abdul menarik nafas dalam dan berkata, "Baiklah." Ia akhirnya mau berbicara dengan Ali.Liana memanggil Ali yang sedang ada di
"Hentikan! Buat latihan fisik! Coach Andre!"Tiba-tiba kepala pelatih Mason datang dan meminta Andre menghentikan tantangan menembak di antara pemain depan tengahnya itu. Ia meminta Andre untuk membuat latihan fisik untuk mereka berdua."Siap Coach!" sahut Andre..Beberapa hari kemudian, pada pagi hari.Ting![Sistem Aktif]"Buka Atribut technique."[Technique 6] [Red] [2%]"Ha ha! Naik 1 poin Atribut technique!"[Selesaikan 7.000 juggling untuk memperoleh nilai 7]"Apa!!!""Kenapa tidak 5.000 juggling lagi?!"[Tidak]"Ya ampun, kenapa jadi bertambah banyak jumlah juggling nya."Ting![Sistem Non Aktif]Pada sore hari di lapangan tempat latihan Akademi Phoenix FC."Hari ini kita adakan latih tanding, tim merah akan melawan tim biru. Kalian semua sekarang ambil rompi masing-masing sesuai warna tim."Kepala pelatih Mason memberikan pengumuman dan instruksi kepada para pemainnya.Seperti biasa tim dengan rompi merah adalah tim inti dan tim dengan rompi biru adalah tim cadangan.Terlihat
"Kamu tahu kan, siapa yang akan mendampingimu. Ini nomor teleponnya."Reza lalu menyodorkan telepon selulernya pada Ali"Nomor siapa ini Za?""Minda! Cepat kamu catat! Pokoknya kamu harus datang bersama dia! Kalau kamu tidak datang persahabatan kita sampai disini saja." ancam Reza."Baiklah, aku datang. Dimana pestanya?""Windy Cafe di pusat kota. Jangan lupa telepon Minda."Akhirnya Ali mengikuti ajakan Reza dan mematuhi perintahnya untuk menghubungi Minda meskipun dengan hati yang berat.Di tengah perjalanan pulang Ali menelepon Minda, dengan menekan nomor yang diberikan oleh Reza tadi. Telepon pun tersambung ke Minda."Al! Akhirnya kamu menelepon aku juga!" Teriak Minda berbicara di seberang telepon seluler."Mi-minda ke-na-pa kamu tahu aku meneleponmu?""Jelaslah tahu, nomormu sudah aku simpan dan tinggal menunggu kamu untuk menghubungi aku!" terang Minda."Ada apa Ali? Kenapa kamu menelepon aku?" Lanjut Minda bertanya."Ma-mau tidak ka-," "Mau Al. Kamu mau ajak aku ketemuan dima
"Ha ha ha ha! Tentu aku sayang kamu. Ali, acara tiup lilin sudah akan dimulai, mari kita ke tengah cafe." ajak Minda..Keesokan sore hari di Akademi Phoenix FC.Ali mengambil posisi di tengah lapangan, menendang bola dengan lembut ke atas, dan menangkapnya kembali dengan kaki kanannya. Ia melanjutkan gerakan juggling-nya dengan menjuggling bola dengan kedua lututnya, kemudian mengontrolnya kembali dengan kaki kanannya. Ali tampak sangat fokus dan terlatih, dengan gerakan yang presisi dan lancar. Ia terus melatih kontrolnya dengan melakukan juggling, memantulkan bola ke atas dan menangkapnya kembali dengan kaki atau lututnya. Andre terlihat berjalan perlahan menuju tempat Ali berlatih dan menghampirinya, "Ali! Kemarin adikku cerita kepadaku, kalau ia diajak kencan oleh anak didik ku sendiri. Dan ia memberi tahu nama anak didik ku itu adalah Ali." tanya Andre yang sedikit bercanda, karena tahu adiknya Minda kemarin berkencan dengan Ali."Siap Coach! Iya itu aku! Maaf Coach a-aku tidak
Reza kaget ketika melihat seorang perempuan datang tiba-tiba dan menawarkan tumpangan kepada Ali."Kamu siapa?" tanya Reza."Tunggu dulu! Kamu bukannya orang yang pernah memberikan coklat kepada Ali?" Reza mencoba menerka sebelum mendapat jawaban dari Sarah.“Iya, dia Sarah Za.” ungkap Ali.“Maaf, Sarah aku tidak bisa ikut menumpang di mobilmu.” jawab Ali kepada Sarah.“Owh iya, kamu Sarah yah? Kamu adalah penggemar rahasia dari Ali!” Reza yang mulai mengenalnya berceloteh.“Iya aku adalah penggemar rahasia Kakak. Kalau Kakak tidak ingat aku adalah orang yang selalu bermain bola di komplek perumahan Ka Ali.” ungkap Sarah.Sarah lalu ikut duduk di kursi di meja yang sama dengan Ali dan Reza."Aku adalah temanmu waktu kecil. Kamu selalu disingkirkan oleh teman-teman laki-laki, jadi kamu selalu bermain bola denganku." Jelas Sarah."Apa! Kamu temanku kecil dulu!"Ali terkejut mendengar hal itu. Ia merenung sejenak, "Iya aku ingat! Memang dulu ada seorang gadis kecil yang sering bermain bol
Setelah berdiskusi sejenak, Micah dan Dico memutuskan untuk meminta bantuan Ali untuk meningkatkan kerja sama dalam serangan. Ali sebenarnya hanya seorang pemain cadangan, namun mereka sering melihat Ali berlatih lebih lama dari yang dibutuhkan dan yakin bahwa ia bisa memberikan banyak kontribusi bagi tim."Micah, kamu yakin kita harus meminta bantuan Ali?" tanya Dico ragu.Micah mengangguk tegas. "Iya, aku yakin. Kita bisa belajar banyak dari Ali. Dia mungkin hanya pemain cadangan, tapi dia punya insting yang bagus dalam menyerang dan selalu berusaha untuk meningkatkan kemampuan dirinya sendiri."Dico masih belum yakin. "Tapi kan, Ali bukan pemain inti. Apa dia mau berlatih dengan kita?""Kita bisa mencobanya. Ayo, kita bicarakan dengan dia," ajak Micah.Mereka berjalan menuju Ali yang sedang berlatih sendirian di lapangan. "Maukah kamu berlatih bersama dengan kami? Kami merasa butuh meningkatkan kerja sama dalam serangan," kata Micah.Ali tersenyum kaku, "Tentu saja, aku senang bisa
"Anda tidak memberiku kesempatan untuk membuktikan kemampuanku di lapangan." Tegas Ali."Aku memiliki stamina dan insting mencetak gol yang lebih baik daripada Joe. Anda buruk dalam mengambil keputusan dan terlalu egois untuk membiarkan pemain-pemain andalan mu bermain terus-menerus!" Ali lanjut menjelaskan.Mason merasa terhina dan marah atas kata-kata Ali. Dia merasa sangat dihina oleh pemain cadangan yang tidak berpengalaman seperti Ali. "Aku tidak akan mentolerir perilaku seperti itu, Ali. Kamu tidak boleh ikut latihan selama 3 hari berturut-turut," kata Mason dengan suara tegas.Ali merasa sangat sedih dan kecewa karena tidak bisa ikut latihan bersama timnya selama 3 hari berturut-turut. Namun, dia merasa tidak menyesal karena telah berbicara dengan jujur dan berani kepada kepala pelatih..Setelah pulang sekolah, Ali mencari tempat lain untuk berlatih juggling.Ali akhirnya menemukan sebuah pabrik kosong yang besar dan berantakan di dekat rumahnya. Pabrik tersebut sudah lama dit
Minda dan Ali merasa sangat terkejut dan ketakutan, hingga Minda bahkan tidak bisa menahan tangisnya. Ali hanya bisa terdiam bingung dan tidak tahu harus berbuat apa di situasi yang sulit ini.Salah satu dari komplotan narkoba mengancam Ali dan Minda dengan pistolnya sambil memaksa mereka untuk berjalan menuju tempat bos mereka yang berada di pabrik tua tersebut.Ali dan Minda terdiam ketika mereka diseret ke hadapan bos komplotan narkoba. Mata mereka berkaca-kaca ketika mereka melihat betapa gelap dan suramnya pabrik tua tempat mereka berada. Namun, mereka bertekad untuk bertahan dan membuktikan bahwa mereka bukan bagian dari pergerakan ilegal yang dilakukan di tempat itu."Bos sepertinya mereka bukan bagian dari komplotan lawan kita." kata anak buah bos komplotan yang membawa Ali dan Minda.Bos komplotan narkoba menatap Ali dan Minda dengan sinis. "Kalian berdua mungkin berpikir kalian bisa mengelabui saya. Tapi kalian salah besar. Kalian adalah saksi dari transaksi narkoba yang kam