Keramaian dan kicauan memenuhi restoran, menandakan jam sibuk mereka. William melihat ke arah jam tangan bermerek yang dia beli seharga ratusan juta, kemudian kembali memaikan ponsel.Tidak lama, seseorang menghampiri William, memberi sapaan hangat dan menepuk pundaknya akrab.“Kamu sudah menunggu lama?” tanya sang gadis, Raelza.William menggelengkan kepala, menarik kursi di samping untuk memberikan ruang pada sang gadis untuk duduk. Ia bahkan membersihkan tempat duduk terlebih dahulu dan memberikan kesan bagus.“Aku sudah memesankan minuman untukmu.”Sang gadis mengerutkan kening. Matcha, bagaimana William tahu kalau dia menyukainya? Sayangnya, pemikiran seperti itu dengan cepat hangus, mengingatkan Raelza kalau ini adalah restoran Jepang. Bahkan, hidangan sendiri tidak jauh dari ramen dan sushi.“Kamu sudah membaca tentang laporan yang aku berikan? Beberapa bisnis mengalami kenaikan signifikan, terutama di sektor hiburan. Tetapi bisnis dari keluarga Eliort tampak mengalami penuruna
William membuntuti gadis tersebut tanpa dapat ia sadari. Beberapa saat lalu, ajakan tersebut sangat sulit untuk ditolak. Padahal, William sudah memiliki rencana untuk berkunjung ke panti asuhan.Ia membawa tas belanjaan Raelza tanpa berkomentar apa pun. Pekerjaan ini lebih sederhana dibandingkan yang dia pikirkan. Hingga gadis tersebut menoleh ke belakang dan menatap dengan kesal.“William, jangan membuntutiku dari belakang. Kita harus berjalan sejajar agar orang-orang tidak menganggapmu sebagai kurir,” protes Raelza.William tidak mengerti. Bagi dia, gadis ini bukanlah orang yang akan mempermasalahkan tentang hal sederhana seperti ini, apalagi memikirkan pendapat orang lain. Ia menyunggingkan senyuman pahit, merasa tidak layak untuk menerimanya.Jauh di hati William, kenangan pahit dengan Sarah dan James masih membekas, memberikannya ketakutan untuk tenggelam dalam hubungan asmara. Jadi, ia sengaja menjaga jarak dengan orang lain.“Janga
William Juanda berjalan dengan langkah mantap menuju sebuah toko barang mewah. Namun, di depan pintu, seorang pria mengenakan setelan jas hitam tiba-tiba muncul dan menghalangi jalannya. Pria itu memandang tajam dari ujung rambut William hingga ke ujung sepatunya, seolah menilai penampilannya dengan penuh angkuh.“Pengemis dilarang masuk. Kami tidak memberikan uang atau makanan secara cuma-cuma di sini,” ucapnya dengan nada merendahkan.William mengangkat alisnya, agak heran, kemudian terkekeh. Ia memang mengenakan pakaian sederhana yang sedikit usang, namun tidak ada alasan untuk dipermalukan seperti itu. Sudut bibir William sedikit melengkung, menunjukkan keheranan menyaksikan kesombongan pria itu.Tanpa ragu, William melemparkan sebuah kantong hitam ke lantai. Pria penjaga pintu itu segera menyadari isi misterius kantong tersebut. Ratusan juta rupiah terhampar di depannya, menjadi tumpukan uang yang berserakan seperti sampah. Pengunjung lain terkejut melihat pemandangan tersebut da
Dua hari yang gelap dan kabur. Itulah yang terakhir kali William ingat sebelum matanya perlahan-lahan terbuka di ruangan putih yang terang. Bunyi perangkat medis dan aroma antiseptik mengisi udara, memberikan kesan bahwa William berada di ruang perawatan rumah sakit. Ia merasa pusing dan tubuhnya terasa lemah saat ia mencoba bergerak.Berusaha untuk mencoba menyadari apa yang terjadi. Ia mengingat kecelakaan yang menimpanya saat tertabrak mobil. Rasa sakit di tubuhnya mulai terasa, tetapi ingatan lain mulai merasuki William. Kenangan pahit beberapa menit sebelum tertabrak mobil.‘James mempermainkanku lagi.’ William tertunduk, merasa kesal karena tidak memiliki kekuatan untuk melawan. ‘Jika saja aku kaya, aku mungkin tidak akan berakhir seperti ini.’‘Tetapi, apakah dampak dari tabrakan itu berpengaruh pada penglihatanku?’William melihat jendela aneh di depan mata. Saat ia berusaha untuk meraihnya, tangan pemuda itu tembus begitu saja.「Selamat! Tuan William Juanda telah mewarisi sis
William berolahraga untuk pertama kali setelah beberapa hari terjebak di dalam kamar tanpa dapat melakukan apa pun. Ia merasa seperti hidup kembali, walaupun William sendiri tidak bisa menyangkal fakta kalau dulu dia adalah orang yang sangat jarang berolahraga karena tugas dan kerja paruh waktu. Ia mengatur nafas dan duduk di bangku taman. Ingatan buruk tentang taman seketika mengusik ketenangan William hingga ia merasa sakit perut dan mual. William berusaha untuk menghapus kenangan pahit tersebut dan melangkah maju, menjadikan momen itu sebagai pelajaran seumur hidup. Seorang perawat kemudian datang kepada William. “Tuan William, ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda. Beliau bilang dia dari Perusahaan Eliort,” ucapnya dengan jelas. William memasang wajah masam, menebak siapa yang datang dengan membawa nama perusahaan. Jika bukan James, maka pasti orang suruhan mereka. Dan sangat mudah bagi William untuk menebak tujuan kedatangan orang itu. “Apa anda ingin saya mengatakan k
William mengepalkan tangan erat-erat, mencoba untuk menahan gelombang emosi yang merayap di dalam dirinya. Semua hal berjalan begitu lancar sebelum dia bertemu dengan Sarah dan James di pusat perbelanjaan. Ia berpikir menghabiskan uang dan mencari suasana baru akan menyenangkan, tetapi kenyataannya, suasana hatinya justru semakin tegang dan stres.**Beberapa waktu lalu.William membentangkan tangan, menghirup udara segar, dan menghembus pelan. Ia sudah bisa keluar dari rumah sakit kurang dari seminggu.Para dokter panik dan terkejut saat mereka mengetahui kemampuan pemulihan diri cepat. Padahal, baru beberapa hari lalu mereka melihat pemuda itu sekarat dan berada di ujung jurang kematian.「Silakan untuk menyelesaikan misi harian anda.」“Ayo kita selesaikan misi harian dan pulang!”William membuka pintu masuk pusat perbelanjaan dengan semangat yang menggebu-gebu. Misi dari sistem tidak terlalu sulit; hanya menghabiskan uang. Ini terasa seperti rekreasi menyenangkan. Ia berjalan melewa
Sebuah mobil sedan keluaran terbaru memasuki halaman kampus Universitas Indonesia. Pandangan mahasiswa di sekitar terpaku pada kemewahan mobil tersebut. Orang-orang mulai berkumpul dan mencoba menerawang sang pemilik melalui siluet.“Lihat, bukankah itu adalah mobil keluaran terbaru?”“Aku tidak tahu kalau di fakultas kita ada orang kaya,” tambah yang lainnya.Dagu Sarah perlahan naik, ia mendengus, dan tersenyum sombong. Perhatian orang-orang membuatnya semakin bersemangat. Setelah kejadian di mall kemarin, ia harus kesulitan untuk membujuk dan mengembalikan mood James. ‘Aku sudah bersusah payah mendapatkan mobil ini. Sudah sewajarnya kalian merasa iri,’ batin Sarah.Sarah melepaskan sabuk pengaman, menekan tombol pembuka pintu, dan menunjukkan diri di depan mahasiswa lain untuk memamerkan mobil barunya. Ia tersenyum penuh keangkuhan dan menutup pintu, berusaha untuk menyapa kenalannya.Tiba-tiba, perhatian semua orang beralih. Sarah ikut mencoba mencari tahu pencuri perhatian terseb
Mobil mewah itu melaju lebih kencang lagi di tengah gemerlap perkotaan dengan gedung-gedung menjulang tinggi. Jalan raya dipenuhi oleh cahaya-cahaya neon dari gedung-gedung pencakar langit yang megah, menciptakan suasana yang futuristik dan glamor. Kendaraan lainnya berlalu lalang, namun semua perhatian tercuri oleh mereka. Saat atap mobil terbuka, adrenalin meningkat dan teriakan histeris pria di kursi penumpang bergabung dengan deru mesin mobil yang kuat, menciptakan kegembiraan yang luar biasa di tengah keramaian kota. William, sang pengemudi, tak bisa menyembunyikan senyuman kepuasannya dan semakin memacu kecepatan, menikmati setiap detiknya.Namun, kegembiraan itu berubah menjadi momen penuh ketegangan saat William merasa tangan pemuda di sampingnya menggenggam pundaknya dengan kuat. Melalui tatapan berbinar, pemuda itu menunjukkan rasa ketakutannya dan memohon untuk melambatkan mobil. William mengerjap, menyadari bahwa mereka harus mengurangi kecepatan, menyadari terlalu terbawa
William membuntuti gadis tersebut tanpa dapat ia sadari. Beberapa saat lalu, ajakan tersebut sangat sulit untuk ditolak. Padahal, William sudah memiliki rencana untuk berkunjung ke panti asuhan.Ia membawa tas belanjaan Raelza tanpa berkomentar apa pun. Pekerjaan ini lebih sederhana dibandingkan yang dia pikirkan. Hingga gadis tersebut menoleh ke belakang dan menatap dengan kesal.“William, jangan membuntutiku dari belakang. Kita harus berjalan sejajar agar orang-orang tidak menganggapmu sebagai kurir,” protes Raelza.William tidak mengerti. Bagi dia, gadis ini bukanlah orang yang akan mempermasalahkan tentang hal sederhana seperti ini, apalagi memikirkan pendapat orang lain. Ia menyunggingkan senyuman pahit, merasa tidak layak untuk menerimanya.Jauh di hati William, kenangan pahit dengan Sarah dan James masih membekas, memberikannya ketakutan untuk tenggelam dalam hubungan asmara. Jadi, ia sengaja menjaga jarak dengan orang lain.“Janga
Keramaian dan kicauan memenuhi restoran, menandakan jam sibuk mereka. William melihat ke arah jam tangan bermerek yang dia beli seharga ratusan juta, kemudian kembali memaikan ponsel.Tidak lama, seseorang menghampiri William, memberi sapaan hangat dan menepuk pundaknya akrab.“Kamu sudah menunggu lama?” tanya sang gadis, Raelza.William menggelengkan kepala, menarik kursi di samping untuk memberikan ruang pada sang gadis untuk duduk. Ia bahkan membersihkan tempat duduk terlebih dahulu dan memberikan kesan bagus.“Aku sudah memesankan minuman untukmu.”Sang gadis mengerutkan kening. Matcha, bagaimana William tahu kalau dia menyukainya? Sayangnya, pemikiran seperti itu dengan cepat hangus, mengingatkan Raelza kalau ini adalah restoran Jepang. Bahkan, hidangan sendiri tidak jauh dari ramen dan sushi.“Kamu sudah membaca tentang laporan yang aku berikan? Beberapa bisnis mengalami kenaikan signifikan, terutama di sektor hiburan. Tetapi bisnis dari keluarga Eliort tampak mengalami penuruna
“Hya!”“Sya!”Suara itu menggema di antara pohon-pohon dan bunga-bunga yang bermekaran, menyelinap keluar dari balik pagar besi yang megah dan kuat, menyembunyikan kebenaran yang sesungguhnya dari dunia luar.Seorang gadis berdiri di tengah lapangan rumput, mengulang gerakan-gerakan aneh dan kaku. Setiap langkah nan pukulan dipadukan dengan teriakan khusus.William memandangi dalam diam. Ia berpikir, apa memang ini yang biasanya seorang seniman bela diri lakukan?Ia duduk di dalam gazebo, memandangi Raelza dengan pandangan yang terpaku dari kejauhan sambil memberikan instruksi khusus. Setidaknya, itu adalah apa yang orang-orang lihat.Berbagai macam informasi masuk melalui jendela informasi. William menggeser layar dengan matanya, menghindari kemungkinan ia dicurigai oleh orang lain.Pilihan tentang pengajaran seni bela diri telah dikeluarkan dan tampak mengalami perkembangan signifikan terlepas dari perkembangan zaman. Ia sempat berpikir kalau memang ada sebuah perguruan di belahan d
William memicingkan mata mendengar perkataan Herman. Ia memahami arti dari membuat kesepakatan yang disampaikan tersebut, dan merasa sedikit heran.Sebagai seorang pria tua berpengalaman, Herman mengetahui kekhawatiran di antara kedua orang tua itu. Mereka memiliki ekspresi wajah yang hampir sama. Ia akan memberi sedikit dorongan agar mereka mengetahui maksudnya, di sisi lain juga membuat mereka saling mengenal satu sama lain.‘Ini sama seperti menjatuhkan dua burung dengan satu batu!’“Bagaimana aku mengatakannya? Kalian pasti memiliki sesuatu yang kalian dapat tawari. Jika itu adalah William, orang yang mengajarimu seni bela diri, aku mungkin merasa tenang,” terang Herman.Sebelum mereka sempat memikirkan dalam-dalam maksud perkataan Herman, pria tua itu sudah berdiri dengan bir di tangan. Ia terkekeh dan pergi tanpa berkata apa-apa, seperti menyembunyikan tujuannya dan lari dari tanggung jawab.Kedua orang itu saling memandangi satu sama lain. Perasaan canggung seketika menyelimuti
Restoran dari Hotel Queen memancarkan kemegahan dan keeleganan yang memukau. Ketika William dan pria tua itu memasuki restoran, mereka disambut dengan desain interior yang berkelas dan mewah. Langit-langit tinggi dihiasi dengan lampu gantung kristal yang berkilauan, memberikan sentuhan gemerlap yang mempesona. Dinding restoran dilapisi dengan warna lembut menciptakan suasana hangat dan ramah.Aroma lezat dari hidangan makanan yang dihidangkan menyapu ruangan, menggugah selera dan menciptakan atmosfer yang mengundang. Bau harum rempah-rempah dan bumbu-bumbu segar menggoda indera penciuman, membuat William semakin menantikan santapan yang akan mereka nikmati.Di antara meja-meja yang diletakkan dengan apik, terlihat seorang gadis cantik yang duduk seorang diri. Wajahnya begitu memesona dengan cahaya lembut yang menghiasi dari lampu meja di sekitarnya. Matanya yang indah seperti permata berkilauan.Rambut panjang dan mengalir, berwarna cokelat muda, menyentuh bahunya dengan lembut. Saat
Kebenaran terungkap, sementara dekan pun memiliki puluhan tugas baru untuk dikerjakan demi menyingkirkan ketidakadilan di lingkungan universitas.Berkat kejadian yang diungkapkan oleh William, Herman, untuk pertama kali, melakukan sebuah gerakan revolusioner baru yang menekankan keadilan dan kesetaraan di universitas tersebut dan memastikan agar tidak ada lagi diskiriminasi yang terjadi.Pengumuman tersebut jelas membawa perubahan besar pada hierarki yang sebelumnya ada, menghancurkannya, dan kini para mahasiswa dari kalangan ke bawah dapat menegakkan kepala mereka dengan tenang dan nyaman.Selain itu, demi menekankan berlakunya peraturan baru, Herman membuat sebuah lembaga atau serikat mahasiswa yang menjunjung tinggi kesetaraan. Mereka memiliki tanggung jawab untuk menjaga lingkungan universitas dan menerima setiap laporan mengenai masalah para mahasiswa. ‘Selain itu, ada banyak anak orang kaya yang mulai kehilangan keberanian setelah Tuan Herman menghukum James. Bagi mereka, James
“Ini membuatku kecewa. Fakta kalau kamu berpikir sesempit itu, Ales.”Herman, semula berada di ambang pintu, mendorong kursi roda dengan pelan menggunakan tangannya yang rapuh. Ia menolak pertolongan William dan mendekat ke arah Ales dengan konstan. Ada sedikit tekanan yang muncul setiap kali roda berputar. Sementara Ales, memendam kekesalan karena situasi tak terduga ini. Hati pria tua itu memanas, namun kehadiran Herman bagaikan air yang akan meredamnya.“Tuan Herman, anda berkata sangat kasar. Saya melakukan ini demi menjaga nama baik universitas dan menghargai jasa keluarga Eliort sebagai pembawa perubahaan pada universitas ini. Tanpa mereka, dan hanya dengan mengandalkan dukungan pemerintah, nama universitas ini tidak akan dikenal di seluruh negeri!”Herman membuang nafas kasar dan memalingkan muka menuju jendela kaca, memandangi universitas yang telah ia bangun selama beberapa puluh tahun, dan mengenang setiap perkembangan yang ada. Campur tangan konglomerat, politisi, bahkan n
Setelah menghajar James dan menyelesaikan permasalahan dengan mantap, William kini merasakan kedamaian yang selama ini ia idam-idamkan. Sosok James yang dulu menjadi sumber kekacauan kini tampak menghilang dari lingkaran perhatian, dan bahkan saat mereka berpapasan, James terlihat acuh tak acuh.Joel, sahabat William, memperhatikan perubahan ini dan tidak bisa menyembunyikan rasa keheranannya. "Menurutmu, apa ada alasan kenapa James tiba-tiba berhenti menyebabkan masalah? Dia bahkan tampak tidak peduli saat bertemu denganku."Joel mengungkapkan kecurigaannya terhadap tindakan James yang mengejutkan. Baginya, sangat mungkin James menyusun rencana besar di balik perilaku anehnya. William tidak bisa menahan senyum misterius ketika membicarakan keluarga Eliort, dan seolah-olah ada rahasia besar yang disembunyikan di balik senyumnya.“Tenang saja. Mungkin saja James telah mendapatkan pencerahan dan berhenti berbuat jahat,” jawab William dengan santai, mengundang tawa dari Joel karena jawaba
William menatap dengan penuh kebingungan pada jendela notifikasi yang melayang di udara. Dua iklan properti yang menarik perhatiannya muncul di layar, memperumit pilihannya. Ia berada dalam situasi yang sulit; harus memilih salah satu dari dua rumah impian yang ia temukan.Di sudut kiri layar, terdapat iklan rumah yang berlokasi di tengah kota. Rumah tersebut memiliki arsitektur klasik dengan nuansa elegan. Halaman depannya dikelilingi oleh taman bunga berwarna-warni, dan deretan pohon besar memberikan teduh yang menyenangkan. Selain itu, lokasinya sangat dekat dengan kantor dan tempat-tempat hiburan yang selalu ramai dikunjungi. Semua aspek tersebut sangat menarik bagi William yang ingin hidup di pusat kota untuk kemudahan akses dan kehidupan yang dinamis.Namun, di sudut kanan layar, terdapat iklan rumah kedua yang berlokasi di pinggiran kota. Rumah ini memiliki gaya modern dengan jendela-jendela besar yang memberikan pemandangan indah ke perbukitan hijau. Udara segar dan suasana