William berolahraga untuk pertama kali setelah beberapa hari terjebak di dalam kamar tanpa dapat melakukan apa pun. Ia merasa seperti hidup kembali, walaupun William sendiri tidak bisa menyangkal fakta kalau dulu dia adalah orang yang sangat jarang berolahraga karena tugas dan kerja paruh waktu. Ia mengatur nafas dan duduk di bangku taman.
Ingatan buruk tentang taman seketika mengusik ketenangan William hingga ia merasa sakit perut dan mual. William berusaha untuk menghapus kenangan pahit tersebut dan melangkah maju, menjadikan momen itu sebagai pelajaran seumur hidup. Seorang perawat kemudian datang kepada William.
“Tuan William, ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda. Beliau bilang dia dari Perusahaan Eliort,” ucapnya dengan jelas.
William memasang wajah masam, menebak siapa yang datang dengan membawa nama perusahaan. Jika bukan James, maka pasti orang suruhan mereka. Dan sangat mudah bagi William untuk menebak tujuan kedatangan orang itu.
“Apa anda ingin saya mengatakan kalau anda sedang beristirahat dan tidak ingin menemui seseorang?” Perawat tersebut cukup peka untuk membaca perubahan ekspresi William.
“Tidak, suruh dia datang ke kamarku.”
William sekarang mengetahui alasan pasti kenapa sistem memberikan kamar VIP alih-alih ramuan penyembuh. Ini adalah saat yang tepat untuk menunjukkan perubahan. Dia tidak akan diinjak lagi.
**
Rumah Sakit Metropolitan Sentosa, sebuah rumah sakit swasta terkenal dengan fasilitas kamar VIP eksklusif dan tertutup, hanya bisa diakses oleh orang-orang yang tertentu dan sangat penting. Akses ketat dan sistem identifikasi canggih diterapkan untuk memastikan privasi dan keamanan pasien terjaga. Dengan fasilitas mewah, perawatan medis terbaik, dan tim medis berpengalaman, kamar VIP di Rumah Sakit Metropolitan Sentosa menjadi impian para orang kaya untuk dirawat di sana saat mereka sakit.
Sian, seorang pengacara korporat yang dikirim oleh James, tidak pernah menduga ia akan memasuki sebuah kamar terbaik di rumah sakit ini untuk menjumpai karyawan perusahaan mereka. Yang Sian tahu, target ia saat ini adalah mahasiswa miskin, mainan tuan muda mereka, dan pegawai paruh waktu biasa di Perusahaan Eliort.
Sejak pintu kamar terbuka, ia seketika bungkam karena kekagumannya terhadap kemewahan dan keindahan di hadapannya. Pemandangan kota yang menakjubkan dari jendela mengambil napasnya, sementara interior kamar yang mewah dan elegan membuatnya merasa seperti berada di dalam istana.
Bagaimana mungkin orang seperti William mampu dirawat di kamar ini kecuali ia memiliki banyak uang dan berpengaruh?
“Silakan duduk,” ujar William dengan tenang saat menangkap keberadaan Sian. Ia menyilangkan kaki, duduk dengan penuh wibawa, dan memiliki pandangan tegas.
Perkataan William dengan cepat menarik alam bawah sadar Sian kembali. Ia sedikit panik karena ketahuan mengagumi ruangan tersebut dan tergesa-gesa untuk duduk.
“Aku dengar kamu dari Perusahaan Eliort. Apakah kamu orang suruhan James?” lanjut William, menatap mata Sian dengan tajam.
Sian berdeham, berusaha untuk mengambil alih situasi. Ia tidak menyukai perasaan didominasi seperti ini. Sudah cukup dengan menahan keangkuhan James, ia tidak bisa kalah dengan seorang seperti William, orang menyedihkan yang menandatangani kontrak mengerikan.
“Demikian, ini mempermudah tugas saya untuk menjelaskan maksud tujuan saya datang ke sini. Sebelum itu, anda dapat memanggil saya dengan sebutan Sian. Kunjungan saya saat ini adalah sebagai wakil Perusahaan Eliort dan pengacara untuk membahas tentang pelanggaran kontrak kerja yang telah anda lakukan.”
“Aku ingin tahu bagaimana aku bisa melakukan pelanggaran kontrak dan berapa besaran denda.”
“Tentu.”
Sian mengeluarkan berkas dokumen yang telah dia siapkan. Berkas-berkas itu berisi bukti dari pelanggaran yang telah dilakukan William. Sian segera memberikannya kepada William.
Segera setelah membaca berkas tersebut, ia kembali meletakkannya lagi. William diam-diam menggigit bibir bagian bawah untuk menahan kekesalan yang meluap-luap. Ingatan akan masa lalunya terasa seperti beban berat yang terus menghantui. Ia mengingat betapa putus asanya mencari pekerjaan paruh waktu dulu, sehingga akhirnya terpaksa memohon pada James untuk memberikan pekerjaan.
Namun, yang dia dapatkan ternyata adalah kontrak yang menjebaknya dalam perbudakan modern. Syarat-syarat yang diberikan begitu membatasi kebebasannya; harus masuk setiap hari tanpa kecuali dan tidak boleh terlambat sedikit pun, jika tidak, ia akan dikenakan denda yang tak terhitung. Perasaan ketidakadilan dan penindasan itu membuatnya merasa seperti burung yang terkurung di dalam sangkar keputusasaan.
“Anda tidak dapat lari dari kenyataan sekalipun anda mencoba untuk bersikap tidak peduli. Bukti-bukti terpampang dengan sangat jelas dan konkrit sehingga mustahil bagi anda untuk menghindari pinalti ini.”
“Tuan Sian benar. Bagaimanapun, ini adalah kontrak yang disetujui oleh kedua belah pihak sejak awal.” William berkata dengan tenang, namun kemarahannya masih terlihat dengan jelas di mata Sian.
“Oleh karena itu, Tuan Muda James memiliki tawaran menarik untuk anda. Ini sangat menguntungkan hingga mustahil bagi anda untuk menolak.”
William menaikkan alis, merasa penasaran dengan tawaran yang dikatakan menarik oleh Sian. Bagaimanapun, William tahu mustahil itu adalah tawaran baik, melainkan omong kosong yang akan membawa dia jatuh lebih dalam ke jurang.
“Tuan Muda James bersedia untuk menutup mata atas pelanggaran kontrak ini jika anda mendengarkan permintaan beliau. Tuan muda berkata ini adalah permintaan mudah dan menguntungkan, tidak mungkin anda akan menolak kemurahan hati beliau, kan? Saya yakin anda tidak cukup bodoh untuk menolak tawaran tersebut.”
“Aku penasaran permintaan seperti itu hingga mengharuskan aku, mahasiswa miskin ini, lakukan.”
William terkekeh, ia melemparkan berkas itu kembali. Perasaan ini adalah perasaan yang sama saat ia direndahkan oleh James. Sepertinya, kebiasaan buruk tersebut turun kepada karyawan mereka di kantor. Belum lagi, pria di hadapannya saat ini berusaha untuk mengintimidasi dengan ancaman-ancaman konyol dan tekanan.
Tawaran tersebut adalah jalan menuju neraka.
“Apakah anda pikir ini adalah saat untuk tertawa? Permasalahan kontrak ini bukanlah sesuatu untuk anda anggap sepele. Pikirkan bagaimana ini bisa mempengaruhi hidupmu,” sergah Sian, sambil mengejek dengan suara sinis yang menusuk. Wajahnya mengandung ekspresi ketidakpercayaan dan rasa kesal terbaca jelas.
“Oh, maaf karena aku menyinggungmu, Tuan Sian.” William berdiri, menatap keluar jendela, “Bukankah dengan uang ini semua bisa diselesaikan?”
Sian mendecak tidak percaya dengan omong kosong William. Ia bicara dengan spontan, “Hanya jika kamu memiliki uang senilai puluhan juta rupiah. Aku ragu mahasiswa miskin sepertimu memiliki uang tabungan,” ujarnya terang-terangan.
William mengepalkan tangan erat hingga merasa perih. Ia sangat membenci perasaan terhina saat ini. Tetapi menahan diri adalah cara untuk memenangkan pertarungan dengan Sian.
“Menurutmu, berapa nilai dari kamar termahal di rumah sakit ini untuk semalam?”
Sian mengerutkan kening, menilai jika William mencoba untuk mengetes. Ia tersenyum penuh kepercayaan diri, merasa sudah sering melakukan penilaian terhadap hal-hal penting. Walaupun tidak tahu berapa nilai pasti, dia bisa menebak secara kasar.
“Itu tidak akan sampai ratusan juta permalam. Paling tinggi hanya lima puluh,” terangnya tanpa ragu.
“Maka, tidak heran mengapa anda bisa berpikir demikian karena kemampuan menilai anda sangatlah buruk.” William berbalik, membalas tatapan mata Sian, dan diam sejenak. “Saya sangat menghargai kebaikan dan kecemasan Tuan Sian, tetapi simpan perasaan itu untuk diri anda sendiri,” kata William dengan dingin.
Sian, untuk pertama kali, selama mereka berbicara, merasa begitu terintimidasi hingga kakinya bergetar. Suasana di sekitar mereka dengan tiba-tiba berubah begitu mencekam hingga ia meneguk ludah. Tidak lama, seorang pelayan memasuki ruangan mereka dengan membawa troli makanan dan menyajikannya di atas meja.
“Silahkan menikmati, Tuan. Ini adalah hidangan mewah kami yang bernama 'Royal Indulgence'. Hidangan ini terdiri dari truf hitam langka yang diimpor langsung dari Prancis, disajikan dengan lapisan kaviar dari Beluga. Dagingnya adalah wagyu kelas terbaik yang dipanggang dengan sempurna dan disajikan dengan saus berbahan anggur yang eksklusif. Semua bahan ini dipilih dengan teliti untuk memberikan pengalaman makan yang tak tertandingi.”
“Pesanan khusus ini dibuat oleh koki kami yang sangat berbakat dan telah memiliki reputasi internasional. Hidangan 'Royal Indulgence' ini juga disajikan dengan sebotol anggur merah langka dari kebun anggur pribadi, yang secara eksklusif diproduksi hanya dalam jumlah terbatas setiap tahunnya.”
Pelayan tersebut bersiap untuk pergi, tetapi suara William menghentikannya.
“Bisakah kamu menerangkan harga dari makanan ini? Tamu saya memiliki penilaian yang buruk terhadap hal di sekitarnya.”
Dengan senyuman hangat dan semangat, pelayan tersebut memberi penjelasan.
“Tentu, Tuan William. Nilai dari hidangan 'Royal Indulgence' ini adalah seratus juta. Namun, kami sangat yakin anda akan merasa bahwa setiap sen yang dikeluarkan sepadan dengan kenikmatan dan kesempurnaan hidangan ini. Silakan menikmati makanan anda, Tuan.”
Sian duduk di kursi dengan mata terbelalak, terpaku pada hidangan 'Royal Indulgence' yang terhampar di hadapannya. Dalam hatinya, dia merasa seperti tengah mengalami mimpi mewah yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
Sian terhanyut dalam pertimbangan batinnya, dan bibirnya yang biasanya lihai untuk berbicara menjadi kaku. Hati kecilnya berjuang antara keinginan untuk mencicipi kenikmatan luar biasa ini dan rasa takut akan harga yang fantastis. Dia bahkan tidak tahu apakah dia layak untuk menikmati sesuatu yang begitu mewah seperti ini.
Keheningan Sian adalah alasan dari senyuman pahit di wajah William. Ia melangkah mendekati meja dan mengambil kembali berkas tersebut. Ia menatap lekat pada nilai denda yang tertera.
“Sampaikan pada James kalau aku akan membayar dua kali lipat. Dengan begitu, kontrak kerja ini berakhir.”
Dengan santai, pemuda itu merobek dokumen tersebut, membuangnya ke kotak sampah. Sebelum melangkah pergi, William berbalik dan berkata, “ Silakan menikmati hidangan yang saya pesankan untuk anda. Jika anda tidak menyukainya, anda dapat membuangnya ke kotak sampah dan membeli yang baru ... tentu saja kalau anda memiliki uang.”
「Selamat! Pengguna telah menyelesaikan Misi Dadakan dengan mendapatkan kesan dan pengakuan dari Sian Hilton.」
「Anda telah menghabiskan uang senilai seratus juta dalam misi kali ini. Anda akan mendapatkan kembalian senilai sepuluh kali lipat!」
William mengepalkan tangan erat-erat, mencoba untuk menahan gelombang emosi yang merayap di dalam dirinya. Semua hal berjalan begitu lancar sebelum dia bertemu dengan Sarah dan James di pusat perbelanjaan. Ia berpikir menghabiskan uang dan mencari suasana baru akan menyenangkan, tetapi kenyataannya, suasana hatinya justru semakin tegang dan stres.**Beberapa waktu lalu.William membentangkan tangan, menghirup udara segar, dan menghembus pelan. Ia sudah bisa keluar dari rumah sakit kurang dari seminggu.Para dokter panik dan terkejut saat mereka mengetahui kemampuan pemulihan diri cepat. Padahal, baru beberapa hari lalu mereka melihat pemuda itu sekarat dan berada di ujung jurang kematian.「Silakan untuk menyelesaikan misi harian anda.」“Ayo kita selesaikan misi harian dan pulang!”William membuka pintu masuk pusat perbelanjaan dengan semangat yang menggebu-gebu. Misi dari sistem tidak terlalu sulit; hanya menghabiskan uang. Ini terasa seperti rekreasi menyenangkan. Ia berjalan melewa
Sebuah mobil sedan keluaran terbaru memasuki halaman kampus Universitas Indonesia. Pandangan mahasiswa di sekitar terpaku pada kemewahan mobil tersebut. Orang-orang mulai berkumpul dan mencoba menerawang sang pemilik melalui siluet.“Lihat, bukankah itu adalah mobil keluaran terbaru?”“Aku tidak tahu kalau di fakultas kita ada orang kaya,” tambah yang lainnya.Dagu Sarah perlahan naik, ia mendengus, dan tersenyum sombong. Perhatian orang-orang membuatnya semakin bersemangat. Setelah kejadian di mall kemarin, ia harus kesulitan untuk membujuk dan mengembalikan mood James. ‘Aku sudah bersusah payah mendapatkan mobil ini. Sudah sewajarnya kalian merasa iri,’ batin Sarah.Sarah melepaskan sabuk pengaman, menekan tombol pembuka pintu, dan menunjukkan diri di depan mahasiswa lain untuk memamerkan mobil barunya. Ia tersenyum penuh keangkuhan dan menutup pintu, berusaha untuk menyapa kenalannya.Tiba-tiba, perhatian semua orang beralih. Sarah ikut mencoba mencari tahu pencuri perhatian terseb
Mobil mewah itu melaju lebih kencang lagi di tengah gemerlap perkotaan dengan gedung-gedung menjulang tinggi. Jalan raya dipenuhi oleh cahaya-cahaya neon dari gedung-gedung pencakar langit yang megah, menciptakan suasana yang futuristik dan glamor. Kendaraan lainnya berlalu lalang, namun semua perhatian tercuri oleh mereka. Saat atap mobil terbuka, adrenalin meningkat dan teriakan histeris pria di kursi penumpang bergabung dengan deru mesin mobil yang kuat, menciptakan kegembiraan yang luar biasa di tengah keramaian kota. William, sang pengemudi, tak bisa menyembunyikan senyuman kepuasannya dan semakin memacu kecepatan, menikmati setiap detiknya.Namun, kegembiraan itu berubah menjadi momen penuh ketegangan saat William merasa tangan pemuda di sampingnya menggenggam pundaknya dengan kuat. Melalui tatapan berbinar, pemuda itu menunjukkan rasa ketakutannya dan memohon untuk melambatkan mobil. William mengerjap, menyadari bahwa mereka harus mengurangi kecepatan, menyadari terlalu terbawa
William tidak memiliki pilihan lain. Para preman itu, William mengetahui identitas mereka. Dulu dan sekarang tidak pernah berubah. James akan selalu menghantui kapan pun dia hidup dan tidak mungkin untuk lepas dari genggaman bajingan itu tanpa menunjukkan perlawanan berarti.Berpikir mengakhiri kontrak adalah kesempatan untuk melepaskan diri, namun dia salah.Kenangan buruk mulai menghantui dan merasuki hati William, mengingatkan rasa trauma dan ketakutan di masa lalu. Tanpa terasa mereka sampai di gedung kosong, tempat di mana dia biasa menerima pelajaran.“Sana dan duduklah dengan tenang sampai Tuan Muda sampai!”Pemuda itu didorong ke sudut ruangan dan terjatuh. Puing-puing dan lantai kasar melukai telapak tangan William. Ia tidak bisa memberikan perlawanan dengan pikiran kosong.Tidak lama, suara hentakan kaki terdengar mendekati keberadaan mereka. Wajah tidak asing itu terlihat menyeringai dengan jahat dan merendahkan. Ini adalah pemandangan yang sangat James rindukan, ketika ia
Ayunan tangan William mengenai tepat di muka James, membuat pemuda itu terjerembab ke belakang dan berputar. William masih memiliki kemarahan di hati, keinginan untuk memberi lebih banyak pelajaran harus ia urungkan.William tahu dia perlu memberi lebih banyak pelajaran hingga James merasa enggan untuk memancing masalah. Terlahir sebagai anak satu-satunya keluarga Eliort membuat pemuda itu tidak mengetahui batasan dan kapan menyerah—kesempatan ini seharusnya tidak dilewatkan begitu saja.Namun, William memutuskan untuk berhenti.‘Aku tidak boleh menjadi seperti James. Ia memang melakukan hal di luar batas, tetapi bukan berarti aku juga,’ batin William.James babak belur, sebagaimana para preman itu. Sesaat sebelum William sadar akan situasi, ia telah menyingkirkan semua preman dalam satu kali pukulan, membuat ia terkesan sekaligus takjub pada diri sendiri. Ia menjadi sangat kuat dengan menukar Poin Sistem, tetapi bagaimana dengan keterampilan bela diri lain?‘Aku merasa seperti tidak
William menatap dengan penuh kebingungan pada jendela notifikasi yang melayang di udara. Dua iklan properti yang menarik perhatiannya muncul di layar, memperumit pilihannya. Ia berada dalam situasi yang sulit; harus memilih salah satu dari dua rumah impian yang ia temukan.Di sudut kiri layar, terdapat iklan rumah yang berlokasi di tengah kota. Rumah tersebut memiliki arsitektur klasik dengan nuansa elegan. Halaman depannya dikelilingi oleh taman bunga berwarna-warni, dan deretan pohon besar memberikan teduh yang menyenangkan. Selain itu, lokasinya sangat dekat dengan kantor dan tempat-tempat hiburan yang selalu ramai dikunjungi. Semua aspek tersebut sangat menarik bagi William yang ingin hidup di pusat kota untuk kemudahan akses dan kehidupan yang dinamis.Namun, di sudut kanan layar, terdapat iklan rumah kedua yang berlokasi di pinggiran kota. Rumah ini memiliki gaya modern dengan jendela-jendela besar yang memberikan pemandangan indah ke perbukitan hijau. Udara segar dan suasana
Setelah menghajar James dan menyelesaikan permasalahan dengan mantap, William kini merasakan kedamaian yang selama ini ia idam-idamkan. Sosok James yang dulu menjadi sumber kekacauan kini tampak menghilang dari lingkaran perhatian, dan bahkan saat mereka berpapasan, James terlihat acuh tak acuh.Joel, sahabat William, memperhatikan perubahan ini dan tidak bisa menyembunyikan rasa keheranannya. "Menurutmu, apa ada alasan kenapa James tiba-tiba berhenti menyebabkan masalah? Dia bahkan tampak tidak peduli saat bertemu denganku."Joel mengungkapkan kecurigaannya terhadap tindakan James yang mengejutkan. Baginya, sangat mungkin James menyusun rencana besar di balik perilaku anehnya. William tidak bisa menahan senyum misterius ketika membicarakan keluarga Eliort, dan seolah-olah ada rahasia besar yang disembunyikan di balik senyumnya.“Tenang saja. Mungkin saja James telah mendapatkan pencerahan dan berhenti berbuat jahat,” jawab William dengan santai, mengundang tawa dari Joel karena jawaba
“Ini membuatku kecewa. Fakta kalau kamu berpikir sesempit itu, Ales.”Herman, semula berada di ambang pintu, mendorong kursi roda dengan pelan menggunakan tangannya yang rapuh. Ia menolak pertolongan William dan mendekat ke arah Ales dengan konstan. Ada sedikit tekanan yang muncul setiap kali roda berputar. Sementara Ales, memendam kekesalan karena situasi tak terduga ini. Hati pria tua itu memanas, namun kehadiran Herman bagaikan air yang akan meredamnya.“Tuan Herman, anda berkata sangat kasar. Saya melakukan ini demi menjaga nama baik universitas dan menghargai jasa keluarga Eliort sebagai pembawa perubahaan pada universitas ini. Tanpa mereka, dan hanya dengan mengandalkan dukungan pemerintah, nama universitas ini tidak akan dikenal di seluruh negeri!”Herman membuang nafas kasar dan memalingkan muka menuju jendela kaca, memandangi universitas yang telah ia bangun selama beberapa puluh tahun, dan mengenang setiap perkembangan yang ada. Campur tangan konglomerat, politisi, bahkan n
William membuntuti gadis tersebut tanpa dapat ia sadari. Beberapa saat lalu, ajakan tersebut sangat sulit untuk ditolak. Padahal, William sudah memiliki rencana untuk berkunjung ke panti asuhan.Ia membawa tas belanjaan Raelza tanpa berkomentar apa pun. Pekerjaan ini lebih sederhana dibandingkan yang dia pikirkan. Hingga gadis tersebut menoleh ke belakang dan menatap dengan kesal.“William, jangan membuntutiku dari belakang. Kita harus berjalan sejajar agar orang-orang tidak menganggapmu sebagai kurir,” protes Raelza.William tidak mengerti. Bagi dia, gadis ini bukanlah orang yang akan mempermasalahkan tentang hal sederhana seperti ini, apalagi memikirkan pendapat orang lain. Ia menyunggingkan senyuman pahit, merasa tidak layak untuk menerimanya.Jauh di hati William, kenangan pahit dengan Sarah dan James masih membekas, memberikannya ketakutan untuk tenggelam dalam hubungan asmara. Jadi, ia sengaja menjaga jarak dengan orang lain.“Janga
Keramaian dan kicauan memenuhi restoran, menandakan jam sibuk mereka. William melihat ke arah jam tangan bermerek yang dia beli seharga ratusan juta, kemudian kembali memaikan ponsel.Tidak lama, seseorang menghampiri William, memberi sapaan hangat dan menepuk pundaknya akrab.“Kamu sudah menunggu lama?” tanya sang gadis, Raelza.William menggelengkan kepala, menarik kursi di samping untuk memberikan ruang pada sang gadis untuk duduk. Ia bahkan membersihkan tempat duduk terlebih dahulu dan memberikan kesan bagus.“Aku sudah memesankan minuman untukmu.”Sang gadis mengerutkan kening. Matcha, bagaimana William tahu kalau dia menyukainya? Sayangnya, pemikiran seperti itu dengan cepat hangus, mengingatkan Raelza kalau ini adalah restoran Jepang. Bahkan, hidangan sendiri tidak jauh dari ramen dan sushi.“Kamu sudah membaca tentang laporan yang aku berikan? Beberapa bisnis mengalami kenaikan signifikan, terutama di sektor hiburan. Tetapi bisnis dari keluarga Eliort tampak mengalami penuruna
“Hya!”“Sya!”Suara itu menggema di antara pohon-pohon dan bunga-bunga yang bermekaran, menyelinap keluar dari balik pagar besi yang megah dan kuat, menyembunyikan kebenaran yang sesungguhnya dari dunia luar.Seorang gadis berdiri di tengah lapangan rumput, mengulang gerakan-gerakan aneh dan kaku. Setiap langkah nan pukulan dipadukan dengan teriakan khusus.William memandangi dalam diam. Ia berpikir, apa memang ini yang biasanya seorang seniman bela diri lakukan?Ia duduk di dalam gazebo, memandangi Raelza dengan pandangan yang terpaku dari kejauhan sambil memberikan instruksi khusus. Setidaknya, itu adalah apa yang orang-orang lihat.Berbagai macam informasi masuk melalui jendela informasi. William menggeser layar dengan matanya, menghindari kemungkinan ia dicurigai oleh orang lain.Pilihan tentang pengajaran seni bela diri telah dikeluarkan dan tampak mengalami perkembangan signifikan terlepas dari perkembangan zaman. Ia sempat berpikir kalau memang ada sebuah perguruan di belahan d
William memicingkan mata mendengar perkataan Herman. Ia memahami arti dari membuat kesepakatan yang disampaikan tersebut, dan merasa sedikit heran.Sebagai seorang pria tua berpengalaman, Herman mengetahui kekhawatiran di antara kedua orang tua itu. Mereka memiliki ekspresi wajah yang hampir sama. Ia akan memberi sedikit dorongan agar mereka mengetahui maksudnya, di sisi lain juga membuat mereka saling mengenal satu sama lain.‘Ini sama seperti menjatuhkan dua burung dengan satu batu!’“Bagaimana aku mengatakannya? Kalian pasti memiliki sesuatu yang kalian dapat tawari. Jika itu adalah William, orang yang mengajarimu seni bela diri, aku mungkin merasa tenang,” terang Herman.Sebelum mereka sempat memikirkan dalam-dalam maksud perkataan Herman, pria tua itu sudah berdiri dengan bir di tangan. Ia terkekeh dan pergi tanpa berkata apa-apa, seperti menyembunyikan tujuannya dan lari dari tanggung jawab.Kedua orang itu saling memandangi satu sama lain. Perasaan canggung seketika menyelimuti
Restoran dari Hotel Queen memancarkan kemegahan dan keeleganan yang memukau. Ketika William dan pria tua itu memasuki restoran, mereka disambut dengan desain interior yang berkelas dan mewah. Langit-langit tinggi dihiasi dengan lampu gantung kristal yang berkilauan, memberikan sentuhan gemerlap yang mempesona. Dinding restoran dilapisi dengan warna lembut menciptakan suasana hangat dan ramah.Aroma lezat dari hidangan makanan yang dihidangkan menyapu ruangan, menggugah selera dan menciptakan atmosfer yang mengundang. Bau harum rempah-rempah dan bumbu-bumbu segar menggoda indera penciuman, membuat William semakin menantikan santapan yang akan mereka nikmati.Di antara meja-meja yang diletakkan dengan apik, terlihat seorang gadis cantik yang duduk seorang diri. Wajahnya begitu memesona dengan cahaya lembut yang menghiasi dari lampu meja di sekitarnya. Matanya yang indah seperti permata berkilauan.Rambut panjang dan mengalir, berwarna cokelat muda, menyentuh bahunya dengan lembut. Saat
Kebenaran terungkap, sementara dekan pun memiliki puluhan tugas baru untuk dikerjakan demi menyingkirkan ketidakadilan di lingkungan universitas.Berkat kejadian yang diungkapkan oleh William, Herman, untuk pertama kali, melakukan sebuah gerakan revolusioner baru yang menekankan keadilan dan kesetaraan di universitas tersebut dan memastikan agar tidak ada lagi diskiriminasi yang terjadi.Pengumuman tersebut jelas membawa perubahan besar pada hierarki yang sebelumnya ada, menghancurkannya, dan kini para mahasiswa dari kalangan ke bawah dapat menegakkan kepala mereka dengan tenang dan nyaman.Selain itu, demi menekankan berlakunya peraturan baru, Herman membuat sebuah lembaga atau serikat mahasiswa yang menjunjung tinggi kesetaraan. Mereka memiliki tanggung jawab untuk menjaga lingkungan universitas dan menerima setiap laporan mengenai masalah para mahasiswa. ‘Selain itu, ada banyak anak orang kaya yang mulai kehilangan keberanian setelah Tuan Herman menghukum James. Bagi mereka, James
“Ini membuatku kecewa. Fakta kalau kamu berpikir sesempit itu, Ales.”Herman, semula berada di ambang pintu, mendorong kursi roda dengan pelan menggunakan tangannya yang rapuh. Ia menolak pertolongan William dan mendekat ke arah Ales dengan konstan. Ada sedikit tekanan yang muncul setiap kali roda berputar. Sementara Ales, memendam kekesalan karena situasi tak terduga ini. Hati pria tua itu memanas, namun kehadiran Herman bagaikan air yang akan meredamnya.“Tuan Herman, anda berkata sangat kasar. Saya melakukan ini demi menjaga nama baik universitas dan menghargai jasa keluarga Eliort sebagai pembawa perubahaan pada universitas ini. Tanpa mereka, dan hanya dengan mengandalkan dukungan pemerintah, nama universitas ini tidak akan dikenal di seluruh negeri!”Herman membuang nafas kasar dan memalingkan muka menuju jendela kaca, memandangi universitas yang telah ia bangun selama beberapa puluh tahun, dan mengenang setiap perkembangan yang ada. Campur tangan konglomerat, politisi, bahkan n
Setelah menghajar James dan menyelesaikan permasalahan dengan mantap, William kini merasakan kedamaian yang selama ini ia idam-idamkan. Sosok James yang dulu menjadi sumber kekacauan kini tampak menghilang dari lingkaran perhatian, dan bahkan saat mereka berpapasan, James terlihat acuh tak acuh.Joel, sahabat William, memperhatikan perubahan ini dan tidak bisa menyembunyikan rasa keheranannya. "Menurutmu, apa ada alasan kenapa James tiba-tiba berhenti menyebabkan masalah? Dia bahkan tampak tidak peduli saat bertemu denganku."Joel mengungkapkan kecurigaannya terhadap tindakan James yang mengejutkan. Baginya, sangat mungkin James menyusun rencana besar di balik perilaku anehnya. William tidak bisa menahan senyum misterius ketika membicarakan keluarga Eliort, dan seolah-olah ada rahasia besar yang disembunyikan di balik senyumnya.“Tenang saja. Mungkin saja James telah mendapatkan pencerahan dan berhenti berbuat jahat,” jawab William dengan santai, mengundang tawa dari Joel karena jawaba
William menatap dengan penuh kebingungan pada jendela notifikasi yang melayang di udara. Dua iklan properti yang menarik perhatiannya muncul di layar, memperumit pilihannya. Ia berada dalam situasi yang sulit; harus memilih salah satu dari dua rumah impian yang ia temukan.Di sudut kiri layar, terdapat iklan rumah yang berlokasi di tengah kota. Rumah tersebut memiliki arsitektur klasik dengan nuansa elegan. Halaman depannya dikelilingi oleh taman bunga berwarna-warni, dan deretan pohon besar memberikan teduh yang menyenangkan. Selain itu, lokasinya sangat dekat dengan kantor dan tempat-tempat hiburan yang selalu ramai dikunjungi. Semua aspek tersebut sangat menarik bagi William yang ingin hidup di pusat kota untuk kemudahan akses dan kehidupan yang dinamis.Namun, di sudut kanan layar, terdapat iklan rumah kedua yang berlokasi di pinggiran kota. Rumah ini memiliki gaya modern dengan jendela-jendela besar yang memberikan pemandangan indah ke perbukitan hijau. Udara segar dan suasana