Beranda / Romansa / Sir, You are Dumb! / 2. Lelaki Bermata Elang

Share

2. Lelaki Bermata Elang

Penulis: Richa Susilo
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-20 21:50:57

Suara lembut yang disertai dengan kekehan ramah itu sontak saja membuat semua orang yang ada di ruang tamu menoleh ke arah pintu yang terbuka lebar, menampilkan seorang wanita cantik nan anggun yang sulit memperkirakan berapa usianya, karena penampilannya yang terlihat masih sangat muda nan energik. Di sampingnya, berdiri sosok lelaki tinggi tegap berusia paruh baya yang masih tampak begitu tampan dan gagah. Sementara sedikit di belakang mereka, muncul sosok lelaki yang memiliki paras sangat menawan bagai malaikat. Namun memiliki wajah tanpa ekspresi dengan tatapan datar. Begitu angkuh, tak tersentuh.

Hanya dalam sekali lihat, Selena sudah mampu menebak bagaimana kepribadian lelaki yang ia yakin sekali, akan menjadi kesialannya itu.

“Siren,” seru sang ibu yang secepat kilat menarik bibir cemberutnya menjadi senyuman lebar menawan yang sangat cerah. Selena bahkan harus sedikit memicing dan mengangkat sebelah alisnya karena merasa begitu silau sekaligus terkejut dengan pancaran kuat kegembiraan sang ibu. “Silakan masuk,” lanjut sang ibu, berjalan cepat ke arah pintu guna menyambut kedatangan tamu istimewanya. Diikuti oleh ayah dan kakaknya yang juga turut berdiri dan tersenyum lebar penuh rasa hormat.

Sebuah sikap yang membuat Selena menghela napas dalam nan samar, sebelum akhirnya turut berdiri dan memasang senyum manis alami yang telah menjerat banyak lelaki yang pernah bertemu dengannya.

Namun sepertinya, senyum manis Selena itu sama sekali tidak berpengaruh pada pria berpakaian batik motif parang yang kini tersenyum samar begitu berjabat tangan dengan ayahnya itu.

“Apakah ini Arjuna?" tanya sang ayah seraya menatap sosok pemuda di hadapannya dengan tatapan sedikit terkejut. Yang lantas disahuti dengan anggukan kepala dan senyum sopan dari si pemuda.

"Putramu benar-benar tumbuh menjadi lelaki yang sangat menawan, Danar,” tukas ayah Selena, menepuk-nepuk bahu lelaki yang di mata Selena, terlihat begitu tersiksa dengan basa-basi keluarga yang menjemukan itu. Sama seperti dirinya.

Tetapi sepertinya, hanya dirinya yang mampu melihat wajah asli lelaki itu, karena dua keluarga itu kini tengah tertawa dengan gurauan klasik khas orang tua. Bahkan kakaknya juga terlihat sangat menikmati pertemuan dua keluarga itu. Sama sekali berbeda dengan dirinya yang menganggap bahwa pertemuan ini adalah sebuah petaka.

“Oh, kau terlalu berlebihan, Dharta,” balas lelaki yang dipanggil ayah Selena dengan nama Danar seraya tertawa lebar. Usia mereka terlihat tidak terpaut jauh. Selena bahkan menduga jika mereka adalah teman bermain gundu saat kanak-kanak. “Kau bahkan memiliki seorang putri yang sangat cantik, dan kudengar, juga sangat cerdas,” lanjutnya seraya menatap Selena lekat dengan senyum yang sangat ramah. Sangat berbanding terbalik dengan sosok lelaki muda yang ada di sampingnya.

Sebuah sikap yang membuat Selena terpaksa harus sedikit melebarkan senyumnya demi sopan santun.

“Oh, lihatlah. Gadis ini benar-benar seperti peri ketika tersenyum,” timpal wanita anggun yang dipanggil Siren oleh ibu Selena. Berjalan mendekat seraya mengulurkan tangannya untuk merengkuh bahu Selena dalam dekapannya. “Apakah kau ingat dengan Tante, Sayang? Terakhir bertemu, sepertinya kau masih di bangku sekolah dasar,” lanjut wanita anggun itu dengan tatapan panuh kasih ke arah Selena. Membuat Selena harus menahan senyum lebarnya sedikit lebih lama, yang baginya, benar-benar sebuah penyiksaan karena ia mulai merasa otot-otot wajahnya kram.

Selena benar-benar berharap ia memiliki ilmu sihir yang bisa melenyapkan dirinya dari situasi itu.

Tentu saja dirinya ingat dengan tante-tante yang kini memeluknya erat ini, bagaimana mungkin ia akan melupakan wanita yang membuatnya nyaris kehabisan napas ketika wanita ini tak henti-hentinya mencium kedua pipinya saat ia masih kecil. Sebuah pengalaman yang membuatnya enggan disentuh oleh siapa pun setelahnya.

Dan sepertinya, sosok tante cantik yang pernah memberinya pengalaman mengerikan di masa kanak-kanak itu sampai sekarang tak pernah berubah. Lihatlah bagiamana ia kembali mencium kedua pipinya dengan gemas. Bedanya, kali ini tidak dilakukan berulang kali sebagaimana yang dilakukannya di masa lampau. Membuat Selena bisa bernapas sedikit lega.

“Tentu saja ingat, Tante. Bagaimana mungkin aku bisa melupakan sosok wanita secantik Tante?” balas Selena dengan senyum lebarnya.

Tak satu pun orang di dalam ruangan itu yang menyadari senyum palsu Selena. Karena bagaimanapun juga, sebagai seorang penulis novel yang pernah menerima nobel sastra di usianya yang masih terbilang sangat muda, yakni 17 tahun, Selena sangat berpengalaman dalam menampilkan berbagai ekspresi yang biasanya ia lekatkan pada karakter-karakternya. Dan sebagai seorang penulis yang telah terlatih sensitifitas dan daya kepekaannya, memahami perasaan orang dengan melihat perubahan gestur sekecil apa pun dalam diri seseorang hanyalah a piece of cake baginya.

“Oh, gadisku, kau bahkan memiliki mulut yang sangat manis,” seru Siren dengan begitu gembira. Baginya, menjadikan Selena sebagai anak menantu adalah sebuah impian. Ia sudah jatuh hati pada Selena bahkan ketika gadis itu masih kecil. Dan kegembiraannya pun memuncak ketika sahabatnya, Laras, yang merupakan ibu Selena menceritakan tentang kegelisahannya terhadap putrinya yang enggan menjalin hubungan dengan lelaki.

Saat itu juga, Siren benar-benar merasa ketiban durian runtuh.

Dan dari sanalah, ide perjodohan mereka muncul. Hari itu juga, Laras meminta putranya yang menjadi tentara untuk mengambil cuti yang telah bertahun-tahun tak diambilnya. Dan langsung mengambil penerbangan pertama menuju kota S guna mempertemukan putranya dengan menantu idaman yang sejak lama ia impikan.

“Siren, berhentilah memujinya,” sahut ibu Selena seraya membimbing tamunya ke meja makan untuk makan malam bersama. “Tidakkah kau lihat bagaimana penampilan Selena? Apakah kau yakin akan baik-baik saja dengannya?” lanjutnya terus terang.

Mereka sudah bersahabat sejak SMA. Saling berbagi rahasia dan keluh kesah. Sering pula bertemu untuk sekadar makan malam bersama meskipun mereka tinggal di kota yang berbeda.

Akan tetapi, karena Selena yang memilih melanjutkan studi di luar negeri sementara Arjuna yang mengikuti pendidikan militer sejak SMA, keduanya tak pernah bertemu kecuali ketika masih kanak-kanak. Dan itu pun segera hilang dari ingatan Selena yang merasa tak ada apa pun yang spesial darinya.

“Kenapa tidak?” sahut wanita yang masih merangkul Selena bahkan ketika mereka berjalan itu dengan seruan lantang sedikit tak terima dengan perkataan ibu Selena. “Aku menyukai calon putriku. Dan aku tidak peduli dengan selera penampilannya. Bagiku, Selena adalah gadis tercantik dan paling menggemaskan yang pernah ada,” lanjutnya seraya menempelkan pipinya pada pipi Selena dengan gemas. Membuat suaminya dan ayah Selena tergelak bersamaan.

“Itu karena Tante Siren tidak memiliki anak perempuan,” sahut kakak Selena seraya menyeringai lebar.

“Itu tidak benar, meskipun aku tidak memiliki anak perempuan, tetapi aku memiliki banyak keponakan perempuan. Dan tak satu pun dari mereka yang seistimewa Selena,” bantah Siren tegas. Berdiri tegak seperti banteng kokoh yang siap melindungi Selena dari serangan jenis apa pun yang dianggapnya berbahaya. Sebuah sikap yang membuat semua yang ada di sana tergelak. Kecuali Arjuna dan Selena tentu saja.

Arjuna masih dengan tampang datarnya. Sementara Selena hanya mampu menyeringai samar mendengar pembelaan dari wanita bernama Siren itu. Baginya, meskipun sikap ibu dari lelaki yang akan menjadi suaminya itu sempat membuatnya tertekan, namun, wanita itu adalah wanita yang sangat baik. Ia akan dengan senang hati menemani wanita itu andai saja ia tidak datang dengan ide gila tentang perjodohan yang akan membatasi kebebasannya.

“Arjuna, tidak bisakah kau tersenyum sebentar saja, eh? Wajah pokermu itu benar-benar membuatku khawatir, jika sampai gadis manis ini menolakmu, aku akan mencoret namamu dari kartu keluarga,” tegas Siren tiba-tiba saat menoleh ke belakang, tempat di mana putranya berjalan seperti patung mengikuti langkah mereka. Seruan yang membuat Selena turut menatap ke arah lelaki asing yang dijodohkan dengannya itu, yang Selena yakin sekali, lelaki itu pun juga mengalami pemaksaan seperti dirinya.

Lihatlah ketika lelaki itu menegakkan kepala mendengar seruan ibunya, mata elangnya balas menatap dirinya dengan begitu tajam, dalam, nan sangat dingin, jauh tak tersentuh. Seolah menuduh dirinya begitu riang gembira menyambut perjodohan sepihak yang diputuskan tanpa persetujuannya itu. Sebuah sikap yang seketika mengobarkan bara permusuhan di mata Selena.

Bab terkait

  • Sir, You are Dumb!   3. Kehabisan Kata

    Perkataan wanita yang kini mengusap lembut bahu Selena itu sebetulnya perkataan yang sangat serius, yang ditujukan pada putranya. Karena ia tahu pasti bagaimana kepribadian putranya yang sangat menjengkelkan itu.Namun, bagi keluarga Selena yang tidak mengetahui keseharian sang pemuda yang terlihat begitu tenang dan penuh kharisma, tentu saja beranggapan bahwa apa yang dikatakan oleh wanita anggun mengenakan dress batik panjang turunan bangsawan itu hanyalah candaan semata.Kendatipun seluruh anggota keluarganya tertawa, Selena hanya menyeringai samar. Kemunculan sosok lelaki beparas menawan khas putra bangsawan itu sama sekali tak menggoyahkan hatinya. Jantungnya memang berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya, namun sama sekali bukan karena jatuh cinta pada pandangan pertama layaknya roman picisan, alih-alih, yang ada justru sebaliknya. Sengatan kejengkelan yang disebabkan oleh tatapan meremehkan lelaki itulah penyebabnya.Jika ibunya berharap kedua pipinya

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-23
  • Sir, You are Dumb!   4. Lada

    Di sisi lain, Arjuna yang melihat reaksi gadis berparas anggun namun memiliki sisi liar dan susah dikendalikan dari sorot matanya yang sebening kristal itu, sontak saja langsung terkejut terhadap isyarat penolakan yang ditunjukkan gadis itu secara terang-terangan terhadapa dirinya.Mata tajamnya memandang gadis itu semakin dalam, seakan ingin menyelam jauh di kedalaman hati dan pikirannya.Apakah gadis ini sedang bersandiwara dan sok jual mahal? Sejak kapan ada wanita yang tak menginginkannya? Tapi, bagus juga jika gadis ini berhasil menggagalkan perjodohan mereka. Mari kita lihat, apakah gadis ini bisa melawan ibunya yang sudah membuatnya menyerah tanpa bisa melakukan apa pun itu lagi? Jika ya, ia bersumpah akan menjadikan gadis yang tampak sekali sangat keras kepala itu menjadi satu-satunya teman wanitanya. Sementara itu, dalam perasaan putus asanya, demi langit mendung yang mengandung petir, Selena sungguh bisa melihat lelaki di hadapannya

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-24
  • Sir, You are Dumb!   5. Masa Kelam Arjuna

    Hentakan tangan Selena itu pun segera menyadarkan Arjuna. Lelaki itu menarik kembali tangannya dengan cepat sedikit salah tingkah. Lantas menyeringai samar penuh intimidasi dengan tatapan tajam seakan ingin menghukum gadis yang justru balas menatap tak kalah tajamnya itu lari 20 putaran mengelilingi lapangan bola, karena dengan begitu berani dan sudah pasti dengan sangat sengaja, memenuhi mangkuk supnya dengan lada yang sangat tak ia sukai.Gadis itu mengatakan jika ibunya berkata demikian? Arjuna terkekeh dalam hati. Trik-trik rendahan seperti itu tak akan pernah mampu mempengaruhinya. Dan lihat saja bagaimana ia akan membalas perlakuan menyenangkan gadis ini padanya berkali lipat.Kejengkelan Arjuna pada gadis yang kini sudah dengan begitu santai meraih mangkuk besar dan memenuhinya dengan sup iga itu, membuatnya lupa bagaimana dirinya bereaksi terhadap sentuhan, ia bahkan tak merasakan perasaan alergi sebagaimana yang selalu ia rasakan ketika tak s

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-26
  • Sir, You are Dumb!   6. Senjata Makan Tuan

    “Oh astaga,” suara tawa yang terdengar jelas sekali seakan tak percaya itu keluar dari lisan ayah Arjun. “Gadis ini sungguh luar biasa sekali. Dharta, putrimu benar-benar hebat. Dia adalah satu-satunya gadis yang bisa mempermalukan Arjuna,” lanjutnya heboh dengan tawa berderai. “Hei, Siren, lihatlah, kapan kau terakhir kali melihat wajah putramu itu merona seperti ini, eh? Aku sungguh menyukaimu, Nak,” tegasnya seraya menatap Selena penuh arti dengan sisa-sisa tawanya. Seakan tengah menaruh harapan yang begitu besar padanya.Selena benar-benar bingung harus bereaksi seperti apa. Pasalnya, ia dengan begitu sengaja melakukan semua ketidaksopanan itu demi penolakan. Namun, lihatlah apa yang terjadi, alih-alih menolaknya, keluarga Daneswara itu justru terlihat begitu mengharapkannya menjadi menantu mereka.Belum sempat Selena selesai menganalisa apa yang keliru dengan sikapnya, Siren sudah merangkul tubuhnya dan memeluknya dengan erat. M

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-29
  • Sir, You are Dumb!   7. Just Let it Be

    Selena melirik kakaknya penuh isyarat, berharap sang kakak akan segera berdiri dan menggantikan dirinya untuk mengantarkan lelaki yang kini terlihat begitu pucat itu menuju kamar tamu untuk beristirahat.Alin bukan tidak memahami isyarat adiknya yang begitu kasihan itu, tetapi tatapan ibunya yang seakan memahami situasi yang terjadi, yang terlihat jelas tidak menghendakinya turut campur dalam masalah yang dibuat adiknya itu, mau tak mau membuatnya mengurungkan niat untuk membantu Selena. Membuat gadis itu menatap sang kakak penuh kejengkelan dan peringatan. Yang sialnya, hanya dibalas dengan tatapan permintaan maaf oleh sang kakak yang sungguh tak bisa berbuat apa-apa di bawah tekanan tatapan sang ibu.Setelah menghela napas dalam, Selena akhirnya berdiri. “Tuan, mari ikut denganku,” ucapnya seraya berjalan keluar dari ruang makan.Arjuna yang merasakan rasa sakit yang luar biasa, benar-benar kehilangan keinginan untuk membantah. Dia memundurkan kurs

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-29
  • Sir, You are Dumb!   8. Kesepakatan

    “Kau benar sekali, aku memang bukan seorang wanita. Harga dirimu akan jatuh jika sampai kau menikah dengan orang sepertiku. Percayalah, kehadiranku dalam hidupmu akan mengacaukan sistem keteraturan yang kau pegang selama ini, jadi sebaiknya─"“Aku membatalkan perjodohan kita?” sela Arjuna seraya menyeringai dengan kedua mata sedikit terbuka, hanya sedikit saja, seakan masih menahan rasa sakit di kepala dan perutnya. Melepaskan cengkeraman tangannya di pergelangan Selena perlahan.Sebuah pertanyaan yang membuat Selena segera saja menyeringai lebar dan mengangguk bersemangat.“Tepat sekali. Kau harus membujuk orangtuamu agar menggagalkan perjodohan ini," sahut Selena penuh semangat. Karena ia sudah tak yakin bisa membujuk ibunya. Maka jalan satu-satunya adalah meminta lelaki ini melakukannya."Biar kutebak, lelaki sepertimu, pasti memiliki jutaan penggemar. Kau bisa memilihnya salah satu yang kau sukai dan menjadikannya istrimu. Atau

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-30
  • Sir, You are Dumb!   9. Eksplorasi Anugrah Tampan

    Selena terdiam cukup lama memperhatikan sosok lelaki yang kini mendengkur halus dengan mulut sedikit terbuka itu. Keningnya yang semula berkerut dalam seakan tengah menahan rasa sakit, perlahan memudar. Dada bidangnya naik turun dengan begitu teratur. Dan saat itulah, Selena sungguh baru menyadari jika di dada sebelah kiri sedikit ke dalam lelaki itu terdapat bekas luka sayatan benda tajam yang cukup panjang.Mata Selena menyipit dengan pikiran yang mulai menebak-nebak. Lelaki ini adalah seorang tentara berstatus kapten, pemimpin dari satu batalion pasukan khusus di mana satu orang saja di antaranya memiliki kekuatan 30 orang prajurit biasa. Dengan statusnya itu, tidak menutup kemungkinan jika lelaki ini sudah terlibat dengan kejadian yang mungkin saja akan dengan mudah merenggut nyawanya.Dan tiba-tiba saja, ide-ide segar bermunculan di benak Selena. Membuat gadis itu menyeringai lebar.Lelaki ini sangat tampan. Nilai jual dari ketampanannya pastilah sangat

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-03
  • Sir, You are Dumb!   10. Bad Temper

    Arjuna yang tak pernah sekalipun mendapatkan perlakuan sedemikian merendahkan harga dirinya itu pun, sedikit tertegun dengan keberanian gadis di hadapaannya yang kini bahkan berani melemparinya dengan tatapan mencemooh itu.Sejak ia kecil, entah bagaimana, orang-orang di sekitarnya merasa segan dengannya. Mungkin bukan hanya karena nilai akademisnya yang selalu menduduki posisi puncak di setiap jenjang pendidikan, namun, mungkin juga karena pembawaannya yang begitu tenang dan tak banyak bicaralah yang menjadikannya disegani oleh teman-teman bahkan para seniornya.Karena perlakuan itu telah ia terima bahkan ketika dirinya baru berada di bangku taman kanak-kanak, yang seakan telah menyatu dengan kehidupannya, menyatu dengan kepribadiannya, mau tidak mau membentuk kepribadian tinggi hatinya tanpa sadar. Merasa diri berada di posisi paling sempurna di mana tak seorang pun memiliki kesempatan untuk mencelanya. Sehingga, mendapati dirinya diperlakukan diluar kebiasaan, tentu

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-08

Bab terbaru

  • Sir, You are Dumb!   22. Pesan Tak Dikenal

    Arjuna menatap ponsel yang telah padam di tangannya itu seraya mengangkat sebelah alis sedikit terkejut, sebelum akhirnya terkekeh pelan. Benar-benar tak menyangka jika ada gadis yang berani berkata kasar dan begitu vulgar pada dirinya.Dan lebih buruk daripada itu, sebentar lagi gadis itu akan menjadi istri sahnya. Karakter seorang gadis yang sama sekali tak pernah terlintas di benaknya yang selama ini hanya menjumpai gadis-gadis anggun nan bersikap lembut kala di hadapannya.Yang anehnya, justru sikap Selena yang begitu terang-terangan dan sama sekali tak memiliki kecanggungan ataupun sopan santun terhadap dirinya yang notabene selalu disegani banyak orang itulah yang membuatnya tertarik pada gadis itu.Tidak hanya tertarik, ajaibnya, ketika berada di dekat gadis itu, dirinya bisa menjadi lelaki normal dan melupakan traumanya di masa silam.Karena berbagai alasan itulah, Arjuna memutuskan untuk tidak terlalu ambil pusing dengan sikap Selena yang semena-

  • Sir, You are Dumb!   21. Janji Bertemu II

    “Tentu saja aku kesal!” geram Selena dengan nada tinggi. “Apakah kau berharap aku akan merasa sangat senang sekali jika ada orang lain yang menjamahya ruang pribadiku, eh?” lanjutnya seraya bersungut-sungut. Andai di hadapannya saat ini ada kue klepon kesukaannya, ia pasti menelannya bulat-bulat.“Tapi aku bukan orang lain. Aku adalah calon suamimu. Bukankah dalam hubungan suami-istri tidak seharusnya ada ruang pribadi sebagaimana yang kau bicarakan itu?” balas Arjuna ringan sekali, seakan tengah membicarakan cuaca mendung di pagi hari.Baginya, apa yang ia lakukan sama sekali tidak mengandung unsur kesalahan. Lagipula, ponsel gadis itu juga tak memiliki rahasia jenis apa pun yang bisa menghancurkan dunia. Alih-alih, percakapan dalam pesannya hanya berisi segelintir orang, itu pun hanya membicarakan masalah yang menurutnya sama sekali tak penting.Bahkan gallery gadis itu sama sekali tak normal layaknya gadis muda pada umumnya

  • Sir, You are Dumb!   20. Janji Bertemu I

    Selena segera menyambar ponselnya dan mengumpat kesal begitu melihat nama kontak yang tertera di layar ponsel.“My Husband, eh? Jangan panggil aku Selena jika tidak bisa memberi pelajaran pada orang yang dengan berani meretas ponselku!” geram Selena seraya menunggu panggilan telepon tersambung, menyeringai seperti penyihir jahat yang dengan riang menakuti anak-anak.Namun, sedetik kemudian, gadis itu mengerutkan kening dalam. Teringat bahwa ponselnya telah memiliki sistem berlapis yang menjaganya dari gangguan peretas.Bagaimana bisa Arjuna menembusnya? Mungkinkah lelaki itu juga memiliki keahlian yang sama seperti dirinya?Belum selesai Selena menganalisanya, terdengar sahutan dari seberang yang terdengar begitu lelah.“Kau sudah membacanya?” tanya Arjuna seraya menyandarkan punggung ke sandaran kursi di ruangannya. Peristiwa yang terjadi semalam benar-benar telah menguras energi dan pikirannya sebagai

  • Sir, You are Dumb!   19. File Kesepakatan

    Selena menghempaskan tubuhnya di atas ranjang dengan posisi kaki menggantung setelah selesai berbicara dengan ayahnya. Ia bahkan merasa tak perlu repot-repot berganti pakaian sekalipun pakaian yang ia kenakan basah dan lengket oleh keringat.Beruntungnya, ibunya tidak ada di sana. Jika tidak, ia pasti akan menerima petuah gratis selama dua jam penuh tentang pentingnya menjaga kebersihan diri.Gadis itu menghela napas panjang dan membiarkan kedua tangannya telentang.Pandangannya menatap langit-langit kamar yang berwarna putih gading dengan pikiran yang melayang jauh ke segala penjuru mata angin, memikirkan banyak hal tentang masa depan pernikahannya.Dirinya memang menyetujui perjodohan itu, tetapi ia sungguh tak menyangka akan secepat itu prosesnya.Satu bulan sejak pertemuan pertama mereka? Oh yang benar saja!Selena mengusap wajahnya kasar dengan kedua tangan. Mendesah berat dan hampir saja meloloskan erangan frustrasi. Sebelum akhirnya,

  • Sir, You are Dumb!   18. Ayah Percaya (?)

    “Oh, benarkah?” Nada tak yakin dengan tatapan penuh selidik sang ayah itu seketika membuat Selena merutuki kecerobohannya. Tidak seharusnya dirinya terburu-buru menghampiri sang ayah unuk melihat berita hari ini. Dirinya sungguh menyesal kenapa tidak menonton televisi melalui jaringan internet saja.Namun, penyesalannya sungguh tak berguna sama sekali. Nasi telah menjadi bubur. Bagaimana mungkin dirinya bisa mengembalikannya lagi menjadi bulir-bulir nasi?Yang harus ia pikirkan saat ini adalah mencari cara bagaimana agar ayahnya, yang kini menatap dirinya dengan kedua mata menyipit semakin curiga itu bisa mempercayai bualannya.Selena sungguh tertawa ironi dalam hati, betapa buku tentang kiat-kiat berbohong yang sengaja ia baca untuk menguatkan karakter-karakter fiksinya itu akan sangat berguna di situasi seperti ini.“Apakah Ayah meragukanku?” sanggah Selena cepat, dengan raut yang dibuat seakan tengah terluka karena seseora

  • Sir, You are Dumb!   17. Demi Sebuah Rahasia

    “Tunggu sebentar,” ucap Dharta dengan kening berkerut samar, seakan ada sesuatu yang mengganggunya.“Jika informasi tentang penyerangan Markas Rajawali itu tak ditayangkan oleh media mana pun, lalu, bagaimana kau bisa mengetahuinya, Sayang? Ayah pikir, hubungan kalian belum sedekat itu hingga Arjuna menceritakan masalah yang ditutup rapat-rapat dari jangkauan publik itu padamu. Atau, telah terjadi sesuatu ketika kalian berdua di kamar tamu?” cecar Dharta seraya menatap lekat manik sewarna madu miliki gadisnya yang kini bergerak-gerak salah tingkah. Membuat Dharta semakin mengerutkan kening dalam.Selena sungguh mati kutu. Ia sama sekali lupa mengantisipasi kemungkinan munculnya pertanyaan itu dari sang ayah.Dirinya tentu saja tidak mungkin menceritkan tentang tindakan kriminal yang telah ia lakukan.Jika sampai ayahnya tahu tentang kemampuan dan tindakannya itu, sudah bisa dipastikan, ayahnya yang lembut namun juga tegas secara be

  • Sir, You are Dumb!   16. Kekhawatiran Sang Ayah

    Keesokan harinya, Selena sudah bangun sebelum subuh dan menjalankan rutinitas sebagaimana biasanya. Meskipun semalam ia tidur larut malam, namun, energi mudanya yang luar biasa, membuatnya tetap bangun dalam keadaan segar bugar. Sama sekali tak terlihat jejak kelelahan akibat begadang.Dan di pagi itu, setelah ia selesai lari pagi, sama sekali tidak seperti biasanya, ia langsung menghempaskan tubuhnya di sofa ruang keluarga dekat dengan sang ayah yang tengah menonton acara bincang bisnis yang dihadiri beberapa pakar.“Pagi, Ayah,” sapanya dengan nada riang pada sang ayah yang tengah menikmati teh hangat dan pisang goreng seraya menonton.“Pagi juga, Sayang,” balas Dharta seraya menarik kepala putrinya lembut dan mengecup kening putrinya penuh sayang. “Tumben sekali, ada apakah gerangan, eh? Biasanya putri Ayah sama sekali tidak tertarik dengan tontonan jenis apa pun, atau.” Dharta menjeda kalimatnya, menyipit penuh rasa curiga

  • Sir, You are Dumb!   15. Kali Ini, Kau Kulepaskan

    Selena yang masih sibuk mengamati pergerakan orang-oramg melalui layar monitornya seraya terus berkomentar, segera terdiam begitu mendengar suara Arjuna yang teramat jelas di telinganya yang kini mengenakan headphone.Sebelah alisnya terangkat, seakan otaknya terlambat mencerna kalimat menyudutkan yang baru saja diterima indera pendengarannya itu.Hening sejenak. Sebelum akhirnya seruan jengkel meluncur dari lisan Selena tanpa bisa dicegah. Mengalir deras bagai air bah yang menghanyutkan apa pun yang dilintasinya. Beruntunya, Arjuna adalah sebuah pohon yang kokoh dengan akar yang kuat. Derasnya air bah yang menerjangnya, tidak akan cukup kuat untuk membuatnya tercerabut dari akar dan terseret arus. Alih-alih, yang ada justru air bah itulah yang menyerah dan surut ke dalam tanah.“Apakah kau sudah selesai?” tanya Arjuna dengan santainya begitu Selena menghentikan kalimat makiannya untuk mengambil napas.“Kau idiot!” geram S

  • Sir, You are Dumb!   14. Penyerangan

    Selena mengetuk-ngetuk pipinya lembut dengan jari telunjuknya ketika memikirkan kembali apa yang baru saja disampaikan oleh kakaknya. Bibirnya terkatup rapat sementara kedua alisnya saling bertautan erat.Sebetulnya, ia sama sekali tak ingin memikirkan apa yang baru saja kakaknya itu katakan. Namun sungguh sial, kata sakral itu terus terngiang di benaknya sekalipun kakaknya telah lama meninggalkan kamarnya.Tadinya, ia langsung setuju dengan perjodohan itu karena sama sekali tak melihat adanya poin yang merugikan dirinya. Tapi ia sunggguh baru tersadar jika pernikahan adalah sebuah wujud tanggung jawab.Selena mengerang frustrasi memikirkan kerumitan tanggung jawab itu setelah dirinya menyandang gelar istri. Ia sungguh tak peduli dengan Arjuna, tetapi, bagaimana dengan keyakinan yang ia pegang? Wujud tanggung jawabnya terhadap Tuhan.Selena menjatuhkan keningnya ke atas meja seraya merutuki kecerobohannya dalam membuat keputusan. Bagaimana mungki

DMCA.com Protection Status