Home / Romansa / Sir, You are Dumb! / 6. Senjata Makan Tuan

Share

6. Senjata Makan Tuan

Author: Richa Susilo
last update Last Updated: 2021-05-29 00:00:21

“Oh astaga,” suara tawa yang terdengar jelas sekali seakan tak percaya itu keluar dari lisan ayah Arjun. “Gadis ini sungguh luar biasa sekali. Dharta, putrimu benar-benar hebat. Dia adalah satu-satunya gadis yang bisa mempermalukan Arjuna,” lanjutnya heboh dengan tawa berderai. “Hei, Siren, lihatlah, kapan kau terakhir kali melihat wajah putramu itu merona seperti ini, eh? Aku sungguh menyukaimu, Nak,” tegasnya seraya menatap Selena penuh arti dengan sisa-sisa tawanya. Seakan tengah menaruh harapan yang begitu besar padanya.

Selena benar-benar bingung harus bereaksi seperti apa. Pasalnya, ia dengan begitu sengaja melakukan semua ketidaksopanan itu demi penolakan. Namun, lihatlah apa yang terjadi, alih-alih menolaknya, keluarga Daneswara itu justru terlihat begitu mengharapkannya menjadi menantu mereka.

Belum sempat Selena selesai menganalisa apa yang keliru dengan sikapnya, Siren sudah merangkul tubuhnya dan memeluknya dengan erat. Mencium pipinya penuh kasih sayang.

Ya Tuhan, apa yang salah dengan keluarga ini?

Selena hanya bisa menelan ludah dengan tatapan kebingungan. Yang sialnya, begitu ia bersitatap dengan sosok lelaki di hadapannya, lelaki itu justru terlihat tengah menyeringai dengan tatapan seakan menertawakannya.

Sial! Umpat Selena dalam hati.

Sementara itu, Alin yang melihat wajah adiknya yang diselimuti kejengkelan meskipun teramat samar itu, sungguh tak mampu menahan diri untuk tersenyum. Andai saja di ruangan itu hanya ada keluarganya, ia pasti sudah tergelak sejadinya. Lihatlah wajah kekalahan telak sang adik yang selama ini selalu menang sendiri itu, benar-benar ekspresi yang sangat berharga. Jika bukan demi sopan santun, ia pasti sudah mengeluarkan ponsel untuk mengabadikan momen berharga itu. Sayangnya, ia hanya bisa menyimpannya dalam ingatan. Namun itu cukup, cukup membuatnya tergelak dan menjadikannya bahan olokan ketika mereka sedang bersama.

Di sisi lain, ibu Selena juga tak kalah bingungnya dengan Selena. Bagaimana mungkin sikap kurang ajar putrinya itu justru mendapatkan apresiasi yang begitu luar biasa dari keluarga terhormat ini? Apakah logika mereka sudah terbalik?

Namun demikian, tak ada yang bisa ia lakukan selain turut tersenyum. Sebuah senyum canggung yang justru terlihat aneh. Karena bagaimanapun juga, kebingungan masih menyelimuti benaknya.

Lain ibu lain ayah. Ayah Selena justru turut tergelak bersama ayah Arjuna. Gelak tawa tanpa dosa. Membuat sang ibu berjanji akan menegurnya nanti jika tamunya sudah pulang.

Namun Selena tidak akan menyerah. Jika ia tidak bisa membuat Tante Siren dan Om Danar tidak menyukainya, maka ia bisa membuat lelaki di hadapannya ini menolaknya.

Selena kembali menyeringai di saat orang-orang tengah kembali sibuk mengobrol dan menikmati hidangan makan malam spesial yang disiapkan kakaknya.

“Kenapa supnya tidak dimakan?” tanya Selena seraya menuding mangkuk sup di hadapan Arjuna yang tak tersentuh.

Arjuna yang tengah sibuk memotong daging, menghentikan gerakan tangannya dan mendongak, menatap gadis di hadapannya dengan kedua mata menyipit. Apa lagi yang akan direncanakan gadis ini?

Entah kenapa, setiap kali gadis bernama Selena yang dipaksa menjadi istrinya itu berbicara padanya, ia selalu merasa bahaya tengah mengintainya.

“Aku sedang tidak ingin makan sup,” sahut Arjuna datar. Tatapannya mengarah pada semangkuk sup yang penuh dengan bubuk lada itu dengan tatapan seakan itu adalah benda paling beracun di dunia.

Selena yang semula sempat terpana dengan kemerduan suara Arjuna, yang terdengar begitu tenang, dalam nan sangat mengendalikan itu, segera saja tersadar begitu melihat tatapan menjengkelkan Arjuna. Membuatnya mendecih mencemooh. Beruntungnya, tak satu pun yang memperhatikannya selain lelaki yang kini menyeringai samar di hadapannya, tampak sekali begitu puas telah membuatnya kesal.

“Di mana sopan santunmu, Tuan? Ibuku sudah mengambilkannya untukmu, dan aku juga sudah berbaik hati menambahkan lada untukmu, dan kau tidak mau memakannya?” pungkas Selena menyudutkan moral Arjuna telak.

Ibu Arjuna yang berada tepat di samping Selena bukan tidak mendengar kalimat menyudutkan gadis itu yang terdengar begitu sengaja menyerang putranya. Ia juga bukan tidak tahu jika gadis ini dengan begitu sengaja bersikap─yang menurutnya─tidak sopan untuk memberikan kesan buruk pada mereka. Sayangnya, ibu Arjuna cukup peka sebagai wanita, dan mungkin saja ia egois, tapi sungguh, sebagai orangtua, dirinya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Menantu idaman sudah ada di depan mata, bagaimana mungkin ia akan melepaskannya begitu saja?

Karenanya, apa pun yang keluar dari lisan Selena, ia akan mendukungnya. Sekalipun putranya yang seperti bongkahan es itu harus menderita sakit perut karenanya. Ia tahu putranya sangat tidak suka makan pedas, namun, apa salahnya berkorban sedikit saja?

Siapa tahu rasa panas membakar akibat lada itu bisa mencairkan hatinya yang membeku, ‘kan? Siapa yang tahu.

“Selena benar, Arjuna! Kenapa kau tidak mau memakan supnya?” timpal sang ibu dengan tatapan penuh peringatan pada putranya, yang kini hanya balas menatap ibunya datar. Menghela napas dalam sebelum akhirnya meraih mangkuk itu dan menggerakkan sendok dengan begitu enggan.

“Kenapa kau terlihat begitu tak bersemangat? Kau tidak boleh menyambut rezeki dengan tampang muram seperti itu, Tuan. Apakah kau ingin aku menyuapimu? Jika ya, katakan saja. Aku akan dengan senang hati membantumu,” tutur Selena dengan nada riang yang membuat bulu kuduk Arjuna seketika meremang.

Namun, Arjuna yang berada tepat di hadapannya, jelas sekali bisa melihat binar penuh antusias dari manik sebening kristal gadis itu. Bukan antusias yang lahir dari ketulusan tentu saja. Melainkan antusias yang lahir dari ketidaksukaan yang mengandung hasrat kuat untuk mencelakainya. Dan yang lebih membuatnya kesal, ibunya jelas sekali tahu rencana gadis ini, dan dengan begitu ringan mendukungnya? Oh, sungguhkah ia anak kandung dari mereka?

Dengan perasaan jengkel, Arjuna dengan cepat menghabiskan sup itu. Dan seketika, wajahnya memerah, sementara matanya berair, menahan rasa pedas yang berada di luar batas toleransinya. Dan tidak butuh waktu lama, penolakan tubuhnya akan benda yang baru saja ia masukkan paksa ke dalam tubuhnya membuat wajahnya memucat. Perutnya terasa begitu sakit laksana dihujani puluhan anak panah. Terasa perih dan panas hingga membuatnya dipenuhi oleh keringat dingin.

“Nak Arjuna, apa yang terjadi denganmu? Apa kau baik-baik saja?” Itu suara ibu Selena, yang bertanya dengan nada penuh kekhawatiran.

“Aku baik-baik saja, Tante,” sahut Arjuna dengan nada begitu berat karena menahan rasa sakit yang tak tertahankan.

Ibu Arjuna bukan tak mengkhawatirkan putranya. Tapi ia tahu putranya akan baik-baik saja. Fisiknya sangat bagus. Dan ia pasti bisa melaluinya dengan baik. Bersabarlah, Nak. Ini semua demi kebaikanmu.

“Oh, aku sungguh lupa jika Arjuna tidak bisa makan lada,” kata ibunya dengan nada khawatir yang sengaja dibuat dramatis, menoleh ke arah Selena dengan tatapan panik. “Sayang, apakah kau keberatan meminjamkan ruang tamu untuk Arjuna? Ia akan baik-baik saja setelah berbaring sebentar dan minum obat,” lanjutnya dengan tatapan yang tak mungkin bisa ditolak Selena.

Selena jelas sekali cukup terkejut dengan reaksi Arjuna setelah menghabiskan sup itu, lihatlah wajah sebening kristalnya yang seketika memucat dengan kening yang dipenuhi oleh keringat dingin. Tidak salah lagi, lelaki ini tidak sedang berpura-pura.

Dan tiba-tiba saja, Selena dihinggapi oleh perasaan bersalah yang membuatnya sedikit khawatir. Bagaimana jika lelaki ini mati akibat keisengannya?

Namun, kenapa harus dirinya yang mengantarkannya beristirahat? Kenapa tidak kakaknya saja?

Related chapters

  • Sir, You are Dumb!   7. Just Let it Be

    Selena melirik kakaknya penuh isyarat, berharap sang kakak akan segera berdiri dan menggantikan dirinya untuk mengantarkan lelaki yang kini terlihat begitu pucat itu menuju kamar tamu untuk beristirahat.Alin bukan tidak memahami isyarat adiknya yang begitu kasihan itu, tetapi tatapan ibunya yang seakan memahami situasi yang terjadi, yang terlihat jelas tidak menghendakinya turut campur dalam masalah yang dibuat adiknya itu, mau tak mau membuatnya mengurungkan niat untuk membantu Selena. Membuat gadis itu menatap sang kakak penuh kejengkelan dan peringatan. Yang sialnya, hanya dibalas dengan tatapan permintaan maaf oleh sang kakak yang sungguh tak bisa berbuat apa-apa di bawah tekanan tatapan sang ibu.Setelah menghela napas dalam, Selena akhirnya berdiri. “Tuan, mari ikut denganku,” ucapnya seraya berjalan keluar dari ruang makan.Arjuna yang merasakan rasa sakit yang luar biasa, benar-benar kehilangan keinginan untuk membantah. Dia memundurkan kurs

    Last Updated : 2021-05-29
  • Sir, You are Dumb!   8. Kesepakatan

    “Kau benar sekali, aku memang bukan seorang wanita. Harga dirimu akan jatuh jika sampai kau menikah dengan orang sepertiku. Percayalah, kehadiranku dalam hidupmu akan mengacaukan sistem keteraturan yang kau pegang selama ini, jadi sebaiknya─"“Aku membatalkan perjodohan kita?” sela Arjuna seraya menyeringai dengan kedua mata sedikit terbuka, hanya sedikit saja, seakan masih menahan rasa sakit di kepala dan perutnya. Melepaskan cengkeraman tangannya di pergelangan Selena perlahan.Sebuah pertanyaan yang membuat Selena segera saja menyeringai lebar dan mengangguk bersemangat.“Tepat sekali. Kau harus membujuk orangtuamu agar menggagalkan perjodohan ini," sahut Selena penuh semangat. Karena ia sudah tak yakin bisa membujuk ibunya. Maka jalan satu-satunya adalah meminta lelaki ini melakukannya."Biar kutebak, lelaki sepertimu, pasti memiliki jutaan penggemar. Kau bisa memilihnya salah satu yang kau sukai dan menjadikannya istrimu. Atau

    Last Updated : 2021-05-30
  • Sir, You are Dumb!   9. Eksplorasi Anugrah Tampan

    Selena terdiam cukup lama memperhatikan sosok lelaki yang kini mendengkur halus dengan mulut sedikit terbuka itu. Keningnya yang semula berkerut dalam seakan tengah menahan rasa sakit, perlahan memudar. Dada bidangnya naik turun dengan begitu teratur. Dan saat itulah, Selena sungguh baru menyadari jika di dada sebelah kiri sedikit ke dalam lelaki itu terdapat bekas luka sayatan benda tajam yang cukup panjang.Mata Selena menyipit dengan pikiran yang mulai menebak-nebak. Lelaki ini adalah seorang tentara berstatus kapten, pemimpin dari satu batalion pasukan khusus di mana satu orang saja di antaranya memiliki kekuatan 30 orang prajurit biasa. Dengan statusnya itu, tidak menutup kemungkinan jika lelaki ini sudah terlibat dengan kejadian yang mungkin saja akan dengan mudah merenggut nyawanya.Dan tiba-tiba saja, ide-ide segar bermunculan di benak Selena. Membuat gadis itu menyeringai lebar.Lelaki ini sangat tampan. Nilai jual dari ketampanannya pastilah sangat

    Last Updated : 2021-06-03
  • Sir, You are Dumb!   10. Bad Temper

    Arjuna yang tak pernah sekalipun mendapatkan perlakuan sedemikian merendahkan harga dirinya itu pun, sedikit tertegun dengan keberanian gadis di hadapaannya yang kini bahkan berani melemparinya dengan tatapan mencemooh itu.Sejak ia kecil, entah bagaimana, orang-orang di sekitarnya merasa segan dengannya. Mungkin bukan hanya karena nilai akademisnya yang selalu menduduki posisi puncak di setiap jenjang pendidikan, namun, mungkin juga karena pembawaannya yang begitu tenang dan tak banyak bicaralah yang menjadikannya disegani oleh teman-teman bahkan para seniornya.Karena perlakuan itu telah ia terima bahkan ketika dirinya baru berada di bangku taman kanak-kanak, yang seakan telah menyatu dengan kehidupannya, menyatu dengan kepribadiannya, mau tidak mau membentuk kepribadian tinggi hatinya tanpa sadar. Merasa diri berada di posisi paling sempurna di mana tak seorang pun memiliki kesempatan untuk mencelanya. Sehingga, mendapati dirinya diperlakukan diluar kebiasaan, tentu

    Last Updated : 2021-06-08
  • Sir, You are Dumb!   11. Panggilan Darurat

    Selena seketika mendecih begitu mendengar nada arogan yang mengalir deras dalam setiap getar suara sosok lelaki yang kini bahkan enggan menoleh ke arahnya itu. Entah karena malu atau karena terlalu jengkel dan kesal padanya. Selena sama sekali tak peduli.Namun, belum sempat Selena membalas perkataan Arjuna yang menjengkelkan itu, terdengar instrument BrunuhVille “Spirit of The Wild” dari saku celana Arjuna. Sebuah instrumental yang seketika membuat Selena terbeliak. Sedikit terkejut menyadari bahwa lelaki ini memiliki selera yang sama dengannya. Meskipun harus ia akui, instrumental yang terdengar liar, lembut, dan penuh semangat ini memanglah sangat bagus, bahkan mungkin saja memiliki jutaan penikmat di luaran sana, namun, tetap saja, bukankah ini terlalu kebetulan bagi mereka?Bahkan sama-sama menggunakannya sebagai nada dering panggilan ponsel? Oh, sungguh, Selena berharap tak ada seorang pun yang menghubunginya malam ini. Jika sampai lelaki itu mengetah

    Last Updated : 2021-06-09
  • Sir, You are Dumb!   12. Gadis Peretas

    Ketika Arjuna hendak berpamitan untuk meninggalkan makan malam terlebih dahulu dengan alasan tugas yang tak dijelaskannya secara mendetail, ia mengatakan pada kedua orangtuanya sekaligus keluarga Selena bahwa dirinya dan Selena tidak keberatan dengan rencana pernikahan mereka.Tentang kapan acara pernikahan itu akan dilangsungkan, ia serahkan sepenuhnya pada para orangtua.Dan setelah berkata demikian, tubuh tinggi tegap Arjuna berjalan menuju pintu dengan kedua kaki jenjangnya yang melangkah cepat nan lebar. Terlihat begitu tergesa-gesa. Meninggalkan kedua orangtuanya dan keluarga Selena yang kini terlihat sangat bahagia dengan keputusan yang baru saja didengar dari mulut Arjuna itu. Keduanya bahkan sempat tak percaya dengan apa yang didengar oleh telinganya. Namun, kenyataan bahwa itu bukanlah mimpi, membuat mereka segera diliputi oleh kebahagiaan yang luar biasa.Ibu Arjuna dan ibu Selena bahkan saling berangkulan dengan air mata berderai karena haru. S

    Last Updated : 2021-06-10
  • Sir, You are Dumb!   13. Memilih Bukanlah Pilihan

    “Apa kau yakin dengan keputusanmu untuk menikah dengannya?” tanya sang kakak yang kini berdiri setangah duduk bersandar di atas meja belajar Selena. Menatap adiknya dengan tatapan menyipit penuh selidik. Berusaha mencari tahu keseriusan adiknya itu tentang keputusannya menyetujui pernikahan.Selena yang tengah menatap layar monitor layaknya tengah menonton sebuah film aksi itu segera mendongak, balas menatap kakaknya dengan kening berkerut samar. “Apakah adikmu yang cantik ini memiliki pilihan, wahai kakaku yang tampan?” Selena justru balik bertanya, mengangkat sebelah alis dan menyeringai samar sebelum kembali fokus pada layar monitornya.Gadis itu tak berkedip begitu melihat sosok Arjuna yang telah menggulung kemeja batik lengan panjangnya hingga ke siku, berlarian di sebuah lorong yang mengarah ke suatu tempat yang belum ia ketahui.Hanya dengan menggunakan nomor ponsel Arjuna, Selena bisa melacak keberadaan Arjuna dan menyusup ke dala

    Last Updated : 2021-06-11
  • Sir, You are Dumb!   14. Penyerangan

    Selena mengetuk-ngetuk pipinya lembut dengan jari telunjuknya ketika memikirkan kembali apa yang baru saja disampaikan oleh kakaknya. Bibirnya terkatup rapat sementara kedua alisnya saling bertautan erat.Sebetulnya, ia sama sekali tak ingin memikirkan apa yang baru saja kakaknya itu katakan. Namun sungguh sial, kata sakral itu terus terngiang di benaknya sekalipun kakaknya telah lama meninggalkan kamarnya.Tadinya, ia langsung setuju dengan perjodohan itu karena sama sekali tak melihat adanya poin yang merugikan dirinya. Tapi ia sunggguh baru tersadar jika pernikahan adalah sebuah wujud tanggung jawab.Selena mengerang frustrasi memikirkan kerumitan tanggung jawab itu setelah dirinya menyandang gelar istri. Ia sungguh tak peduli dengan Arjuna, tetapi, bagaimana dengan keyakinan yang ia pegang? Wujud tanggung jawabnya terhadap Tuhan.Selena menjatuhkan keningnya ke atas meja seraya merutuki kecerobohannya dalam membuat keputusan. Bagaimana mungki

    Last Updated : 2021-06-13

Latest chapter

  • Sir, You are Dumb!   22. Pesan Tak Dikenal

    Arjuna menatap ponsel yang telah padam di tangannya itu seraya mengangkat sebelah alis sedikit terkejut, sebelum akhirnya terkekeh pelan. Benar-benar tak menyangka jika ada gadis yang berani berkata kasar dan begitu vulgar pada dirinya.Dan lebih buruk daripada itu, sebentar lagi gadis itu akan menjadi istri sahnya. Karakter seorang gadis yang sama sekali tak pernah terlintas di benaknya yang selama ini hanya menjumpai gadis-gadis anggun nan bersikap lembut kala di hadapannya.Yang anehnya, justru sikap Selena yang begitu terang-terangan dan sama sekali tak memiliki kecanggungan ataupun sopan santun terhadap dirinya yang notabene selalu disegani banyak orang itulah yang membuatnya tertarik pada gadis itu.Tidak hanya tertarik, ajaibnya, ketika berada di dekat gadis itu, dirinya bisa menjadi lelaki normal dan melupakan traumanya di masa silam.Karena berbagai alasan itulah, Arjuna memutuskan untuk tidak terlalu ambil pusing dengan sikap Selena yang semena-

  • Sir, You are Dumb!   21. Janji Bertemu II

    “Tentu saja aku kesal!” geram Selena dengan nada tinggi. “Apakah kau berharap aku akan merasa sangat senang sekali jika ada orang lain yang menjamahya ruang pribadiku, eh?” lanjutnya seraya bersungut-sungut. Andai di hadapannya saat ini ada kue klepon kesukaannya, ia pasti menelannya bulat-bulat.“Tapi aku bukan orang lain. Aku adalah calon suamimu. Bukankah dalam hubungan suami-istri tidak seharusnya ada ruang pribadi sebagaimana yang kau bicarakan itu?” balas Arjuna ringan sekali, seakan tengah membicarakan cuaca mendung di pagi hari.Baginya, apa yang ia lakukan sama sekali tidak mengandung unsur kesalahan. Lagipula, ponsel gadis itu juga tak memiliki rahasia jenis apa pun yang bisa menghancurkan dunia. Alih-alih, percakapan dalam pesannya hanya berisi segelintir orang, itu pun hanya membicarakan masalah yang menurutnya sama sekali tak penting.Bahkan gallery gadis itu sama sekali tak normal layaknya gadis muda pada umumnya

  • Sir, You are Dumb!   20. Janji Bertemu I

    Selena segera menyambar ponselnya dan mengumpat kesal begitu melihat nama kontak yang tertera di layar ponsel.“My Husband, eh? Jangan panggil aku Selena jika tidak bisa memberi pelajaran pada orang yang dengan berani meretas ponselku!” geram Selena seraya menunggu panggilan telepon tersambung, menyeringai seperti penyihir jahat yang dengan riang menakuti anak-anak.Namun, sedetik kemudian, gadis itu mengerutkan kening dalam. Teringat bahwa ponselnya telah memiliki sistem berlapis yang menjaganya dari gangguan peretas.Bagaimana bisa Arjuna menembusnya? Mungkinkah lelaki itu juga memiliki keahlian yang sama seperti dirinya?Belum selesai Selena menganalisanya, terdengar sahutan dari seberang yang terdengar begitu lelah.“Kau sudah membacanya?” tanya Arjuna seraya menyandarkan punggung ke sandaran kursi di ruangannya. Peristiwa yang terjadi semalam benar-benar telah menguras energi dan pikirannya sebagai

  • Sir, You are Dumb!   19. File Kesepakatan

    Selena menghempaskan tubuhnya di atas ranjang dengan posisi kaki menggantung setelah selesai berbicara dengan ayahnya. Ia bahkan merasa tak perlu repot-repot berganti pakaian sekalipun pakaian yang ia kenakan basah dan lengket oleh keringat.Beruntungnya, ibunya tidak ada di sana. Jika tidak, ia pasti akan menerima petuah gratis selama dua jam penuh tentang pentingnya menjaga kebersihan diri.Gadis itu menghela napas panjang dan membiarkan kedua tangannya telentang.Pandangannya menatap langit-langit kamar yang berwarna putih gading dengan pikiran yang melayang jauh ke segala penjuru mata angin, memikirkan banyak hal tentang masa depan pernikahannya.Dirinya memang menyetujui perjodohan itu, tetapi ia sungguh tak menyangka akan secepat itu prosesnya.Satu bulan sejak pertemuan pertama mereka? Oh yang benar saja!Selena mengusap wajahnya kasar dengan kedua tangan. Mendesah berat dan hampir saja meloloskan erangan frustrasi. Sebelum akhirnya,

  • Sir, You are Dumb!   18. Ayah Percaya (?)

    “Oh, benarkah?” Nada tak yakin dengan tatapan penuh selidik sang ayah itu seketika membuat Selena merutuki kecerobohannya. Tidak seharusnya dirinya terburu-buru menghampiri sang ayah unuk melihat berita hari ini. Dirinya sungguh menyesal kenapa tidak menonton televisi melalui jaringan internet saja.Namun, penyesalannya sungguh tak berguna sama sekali. Nasi telah menjadi bubur. Bagaimana mungkin dirinya bisa mengembalikannya lagi menjadi bulir-bulir nasi?Yang harus ia pikirkan saat ini adalah mencari cara bagaimana agar ayahnya, yang kini menatap dirinya dengan kedua mata menyipit semakin curiga itu bisa mempercayai bualannya.Selena sungguh tertawa ironi dalam hati, betapa buku tentang kiat-kiat berbohong yang sengaja ia baca untuk menguatkan karakter-karakter fiksinya itu akan sangat berguna di situasi seperti ini.“Apakah Ayah meragukanku?” sanggah Selena cepat, dengan raut yang dibuat seakan tengah terluka karena seseora

  • Sir, You are Dumb!   17. Demi Sebuah Rahasia

    “Tunggu sebentar,” ucap Dharta dengan kening berkerut samar, seakan ada sesuatu yang mengganggunya.“Jika informasi tentang penyerangan Markas Rajawali itu tak ditayangkan oleh media mana pun, lalu, bagaimana kau bisa mengetahuinya, Sayang? Ayah pikir, hubungan kalian belum sedekat itu hingga Arjuna menceritakan masalah yang ditutup rapat-rapat dari jangkauan publik itu padamu. Atau, telah terjadi sesuatu ketika kalian berdua di kamar tamu?” cecar Dharta seraya menatap lekat manik sewarna madu miliki gadisnya yang kini bergerak-gerak salah tingkah. Membuat Dharta semakin mengerutkan kening dalam.Selena sungguh mati kutu. Ia sama sekali lupa mengantisipasi kemungkinan munculnya pertanyaan itu dari sang ayah.Dirinya tentu saja tidak mungkin menceritkan tentang tindakan kriminal yang telah ia lakukan.Jika sampai ayahnya tahu tentang kemampuan dan tindakannya itu, sudah bisa dipastikan, ayahnya yang lembut namun juga tegas secara be

  • Sir, You are Dumb!   16. Kekhawatiran Sang Ayah

    Keesokan harinya, Selena sudah bangun sebelum subuh dan menjalankan rutinitas sebagaimana biasanya. Meskipun semalam ia tidur larut malam, namun, energi mudanya yang luar biasa, membuatnya tetap bangun dalam keadaan segar bugar. Sama sekali tak terlihat jejak kelelahan akibat begadang.Dan di pagi itu, setelah ia selesai lari pagi, sama sekali tidak seperti biasanya, ia langsung menghempaskan tubuhnya di sofa ruang keluarga dekat dengan sang ayah yang tengah menonton acara bincang bisnis yang dihadiri beberapa pakar.“Pagi, Ayah,” sapanya dengan nada riang pada sang ayah yang tengah menikmati teh hangat dan pisang goreng seraya menonton.“Pagi juga, Sayang,” balas Dharta seraya menarik kepala putrinya lembut dan mengecup kening putrinya penuh sayang. “Tumben sekali, ada apakah gerangan, eh? Biasanya putri Ayah sama sekali tidak tertarik dengan tontonan jenis apa pun, atau.” Dharta menjeda kalimatnya, menyipit penuh rasa curiga

  • Sir, You are Dumb!   15. Kali Ini, Kau Kulepaskan

    Selena yang masih sibuk mengamati pergerakan orang-oramg melalui layar monitornya seraya terus berkomentar, segera terdiam begitu mendengar suara Arjuna yang teramat jelas di telinganya yang kini mengenakan headphone.Sebelah alisnya terangkat, seakan otaknya terlambat mencerna kalimat menyudutkan yang baru saja diterima indera pendengarannya itu.Hening sejenak. Sebelum akhirnya seruan jengkel meluncur dari lisan Selena tanpa bisa dicegah. Mengalir deras bagai air bah yang menghanyutkan apa pun yang dilintasinya. Beruntunya, Arjuna adalah sebuah pohon yang kokoh dengan akar yang kuat. Derasnya air bah yang menerjangnya, tidak akan cukup kuat untuk membuatnya tercerabut dari akar dan terseret arus. Alih-alih, yang ada justru air bah itulah yang menyerah dan surut ke dalam tanah.“Apakah kau sudah selesai?” tanya Arjuna dengan santainya begitu Selena menghentikan kalimat makiannya untuk mengambil napas.“Kau idiot!” geram S

  • Sir, You are Dumb!   14. Penyerangan

    Selena mengetuk-ngetuk pipinya lembut dengan jari telunjuknya ketika memikirkan kembali apa yang baru saja disampaikan oleh kakaknya. Bibirnya terkatup rapat sementara kedua alisnya saling bertautan erat.Sebetulnya, ia sama sekali tak ingin memikirkan apa yang baru saja kakaknya itu katakan. Namun sungguh sial, kata sakral itu terus terngiang di benaknya sekalipun kakaknya telah lama meninggalkan kamarnya.Tadinya, ia langsung setuju dengan perjodohan itu karena sama sekali tak melihat adanya poin yang merugikan dirinya. Tapi ia sunggguh baru tersadar jika pernikahan adalah sebuah wujud tanggung jawab.Selena mengerang frustrasi memikirkan kerumitan tanggung jawab itu setelah dirinya menyandang gelar istri. Ia sungguh tak peduli dengan Arjuna, tetapi, bagaimana dengan keyakinan yang ia pegang? Wujud tanggung jawabnya terhadap Tuhan.Selena menjatuhkan keningnya ke atas meja seraya merutuki kecerobohannya dalam membuat keputusan. Bagaimana mungki

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status