Share

8. Kesepakatan

Penulis: Richa Susilo
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-30 16:59:56

“Kau benar sekali, aku memang bukan seorang wanita. Harga dirimu akan jatuh jika sampai kau menikah dengan orang sepertiku. Percayalah, kehadiranku dalam hidupmu akan mengacaukan sistem keteraturan yang kau pegang selama ini, jadi sebaiknya─"

“Aku membatalkan perjodohan kita?” sela Arjuna seraya menyeringai dengan kedua mata sedikit terbuka, hanya sedikit saja, seakan masih menahan rasa sakit di kepala dan perutnya. Melepaskan cengkeraman tangannya di pergelangan Selena perlahan.

Sebuah pertanyaan yang membuat Selena segera saja menyeringai lebar dan mengangguk bersemangat.

“Tepat sekali. Kau harus membujuk orangtuamu agar menggagalkan perjodohan ini," sahut Selena penuh semangat. Karena ia sudah tak yakin bisa membujuk ibunya. Maka jalan satu-satunya adalah meminta lelaki ini melakukannya.

"Biar kutebak, lelaki sepertimu, pasti memiliki jutaan penggemar. Kau bisa memilihnya salah satu yang kau sukai dan menjadikannya istrimu. Atau, kau sudah memiliki seseorang di sisimu?” tebak Selena dengan kedua mata membulat, sedikit membungkuk, baru tersadar akan poin penting ini.

Jika lelaki ini sudah memiliki seorang gadis di sampingnya, pasti semuanya akan jauh lebih mudah. Dilihat dari karakter yang dimiliki sosok pemuda yang terbaring tak berdaya di hadapannya ini, ia pastilah bukan jenis pemuda yang akan dengan mudah menyerah begitu saja terhadap keinginan hatinya. Dan sudah pasti, akan memperjuangkan cintanya, apa pun yang terjadi.

Pikiran itu, serta merta membuat Selena tersenyum lebar meskipun belum mendapatkan jawaban dari Arjuna.

“Bagaimana denganmu?” Arjuna membuka kedua matanya secara perlahan. “Apakah kau sudah memiliki seseorang yang berada di sisimu?” lanjutnya dengan kening berkerut samar. Tatapannya seakan menanti jawaban Selena penuh kesungguhan.

Mendapati pertanyaan yang disampaikan dengan ekspresi yang teramat serius dari manusia lemah di hadapannya itu, sungguh, Selena tak mampu menahan diri untuk tergelak. Melupakan bahwa pertanyaan yang ia lontarkan belumlah dijawab oleh lelaki itu.

“Oh ayolah, usiaku baru 24 tahun. Aku masih ingin terbang bebas seperti burung-burung di alam liar. Bagaimana mungkin aku membiarkan diriku memiliki ikatan rumit seperti itu?” balas Selena yang pikirannya seketika mengarah pada pasangan-pasangan tidak sah masa remaja. Mereka bilang itu adalah masa paling menyenangkan, namun, definisi kata menyenangkan di benak Selena jelas sekali sangat berbeda dengan remaja pada umumnya.

Baginya, di mana letak menyenangkannya jika ke mana-mana harus berpamitan, tidak boleh dekat-dekat dengan teman lawan jenis, harus ini dan harus itu. Oh, yang benar saja. Ia sungguh tak bisa membayangkan hidupnya dikendalikan sedemikian rupa oleh orang lain yang belum tentu menjadi teman sehidup sematinya kelak.

Tanpa Selena sadari, jawabannya itu membuat Arjuna tersenyum samar. Sangat samar sampai Selena yang tengah sibuk dengan pikirannya sendiri tak menyadarinya.

Bagi Arjuna yang pernah mengalami betapa menyakitkannya sebuah pengkhianatan, tentu ia sama sekali tak ingin melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan sahabat dan mantan kekasihnya itu. Karena ia sungguh tak sudi menjadi bagian dari mereka.

Karenanya, pernyataan gadis yang tengah dijodohkan dengannya ini, membuatnya kehilangan alasan untuk menolaknya dengan keras.

Andai saja Selena mengatakan bahwa ia memiliki kekasih, ia akan dengan tegas menolak perjodohan ini. Sekalipun gadis ini telah mengambil hati kedua orangtuanya hingga membuat mereka dengan senang hati mengorbankan putra mereka sendiri.

“Benarkah? Bagus kalau begitu,” balas Arjuna dengan nada lemah, bibirnya bahkan hanya bergerak samar, kembali terpejam dengan erat.

Sebuah respon yang seketika membuat Selena terbeliak. “Hey,” serunya. “Apa maksudmu?” lanjutnya dengan kening berkerut dalam dan kedua alis busur panahnya saling bertautan.

“Aku tak memiliki alasan untuk menolak perjodohan ini,” lirih Arjuna tanpa membuka matanya. Bahkan ketika mengucapkan kalimat itu, nada suaranya begitu datar, seakan masalah pernikahan tak memiliki arti apa pun baginya. Sehingga mudah saja menikahi siapa pun wanita yang dipilihkan untuknya.

Demi mendengar kalimat Arjuna yang dikatakan dengan begitu ringan seakan tanpa beban itu, Selena benar-benar kehabisan kata, mulutnya membuka lebar, namun kembali menutup dengan tatapan seakan sama sekali tak mengerti kenapa uang seratus juta di akun banknya tiba-tiba lenyap. Mencengkeram kepalanya frustrasi, sebelum akhirnya berhasil mengeluarkan suara kejengkelannya dari kerongkongan yang sempat tertahan.

“Kau … Aku tidak mau menikah denganmu,” geram Selena. Menatap tajam lelaki yang masih memejamkan matanya dengan begitu erat itu, bulu matanya yang lentik saling beradu, dadanya naik turun dengan begitu teratur, bibirnya yang merona merah nan kering sedikit terbuka. Membuat Selena harus segera memalingkan pandangannya jika tidak ingin terjerat oleh ketampanan lelaki yang dipaksa menjadi suaminya itu.

“Tapi kau tidak memiliki pilihan lain, bukan? Ibumu khawatir kau memiliki orientasi seksual yang menyimpang. Demikian pula dengan ibuku. Sudah tak terhingga berapa kali aku menolak perjodohan yang dilakukan ibuku, dan sepertinya, kau juga memiliki pengalaman yang sama denganku,” tutur Arjuna telak, membuat Selena langsung menoleh ke arahnya, hanya untuk mendapati bulu matanya yang begitu panjang nan lentik masih saling beradu, menyembunyikan manik sehitam arang di bawah kelopaknya.

Bagaimana bisa lelaki ini menebak dengan begitu akurat permasalahan yang ia hadapi?

“Bagaimana jika kita membuat kesepakatan?” lanjut Arjuna dengan nada suara yang masih terdengar lemah. Membuka kedua matanya perlahan.

“Kesepakatan?” ulang Selena dengan kening berkerut dalam.

“Ya, kesepakatan. Kita akan menikah sebagaimana yang mereka inginkan. Namun, kita memiliki kesepakatan rahasia yang hanya kita berdua yang tahu. Bagaimana menurutmu?” usul Arjuna, menatap lurus pada manik sewarna madu yang kini balas menatapnya, yang dari sana, Arjuna tahu, gadis jadi-jadian ini tengah mempertimbangkan usulannya.

Arjuna tentu saja tidak akan menawarkan kesepakatan pernikahan ini pada sembarang wanita. Ia melakukannya karena gadis ini, adalah satu-satunya wanita asing yang berhasil membuatnya tetap menjadi lelaki normal meskipun tanpa sengaja menyentuh kulitnya. Dan lagi, karakter sosok Selena yang begitu berani dan sepertinya sangat sulit dikendalikan itu, sepertinya tak akan menyulitkan dirinya ketika mereka telah menikah. Seperti, menuntut hal-hal sebagai pasangan suami istri yang sama sekali tak ia kehendaki.

“Kesepakatan seperti apa yang kau inginkan?” tanya Selena dengan tatapan penuh penilaian, menyusuri setiap inchi wajah Arjuna penuh ketelitian, seakan tak ingin melewatkan gestur sekecil apa pun yang menunjukkan emosi dari lelaki itu yang sesungguhnya. Karena jika tidak, ia bisa saja jatuh terjerembab dalam jebakannya, bukan?

Namun, sekeras apa pun Selena berusaha menemukan kejanggalan darinya, tak ia dapati selain kejujuran atas apa yang baru saja lelaki itu katakan. 

“Aku akan menyusunnya nanti, kau juga menyusunnya. Kita akan menikah, tetapi kita akan menjadikan kesepakatan itu sebagai batasan yang harus kita jalankan. Namun, ketika di depan khalayak, aku ingin kita tetap berpura-pura sebagai pasangan suami istri yang normal, terutama ketika di hadapan orangtua kita. Bagaimana menurutmu?” tanya Arjuna, mengangkat sebelah tangannya dan meletakkannya di dahi sebelum akhirnya kembali terpejam.

Melihat lelaki di hadapannya itu tampak begitu tersiksa dengan kesakitan akibat ulahnya, sebagai manusia yang memiliki nurani, Selena sungguh tak tega melihatnya.

Setelah berpikir sejenak, dan merasa bahwa ia tak akan dirugikan karena perjodohan ini, Selena akhirnya menghela napas dalam dan tanpa ragu memutuskan, “Baiklah, aku setuju,” balasnya seraya beranjak berdiri, berjalan menuju lemari pendingin yang berada di ruangan itu untuk mengambil alat penurun suhu tubuh.

“Bagus,” lirih Arjuna begitu mendengar persetujan Selena. Rasa sakit di perut dan kepalanya seakan belum cukup, kini ia juga merasakan hawa membakar yang menguar dari sekujur tubuhnya. Membuatnya membuka kancing kemeja batiknya tanpa sadar dengan mata yang masih terpejam.

Selena yang kembali dengan gel beku di tangannya yang akan ia gunakan untuk menurunkan demam Arjuna, benar-benar tersentak begitu berbalik dan mendapati dada bidang Arjuna yang terbuka, tampak begitu kokoh, naik turun dengan teratur.

Gadis itu pun segera mengetuk sisi kepalanya untuk menjernihkan pikirannya dari hal-hal kotor sebagai seorang penulis fiksi yang kerap kali menulis segala hal sedetail mungkin itu.

Setelah pikirannya kembali jernih, Selena kembali duduk di tepian ranjang, menarik lengan Arjuna yang menempel di sana, yang sepertinya, lelaki itu benar-benar telah kehilangan tenaganya untuk sekadar melawan dan bertanya apa yang ia lakukan, karena untuk membuka mata saja, Selena bisa melihat betapa lelaki itu begitu enggan melakukannya.

Tanpa banyak kata, Selena menempelkan gel dingin itu di kening Arjuna. Membuat kening lelaki itu berkerut samar sedikit terkejut, namun tetap saja, sama sekali tak berniat membuka matanya.

Akan tetapi, bibir merahnya yang mengering, tampak bergerak samar. “Terima kasih,” gumamnya yang nyaris tak mampu didengar oleh siapa pun. Hanya karena Selena tepat berada di hadapannya dengan jarak yang cukup dekatlah yang membuatnya mengetahui apa yang lelaki itu gumamkan.

“Tidak perlu berterima kasih. Aku akan membuat tagihan nanti. Sekarang tidurlah. Aku akan menjagamu.”

Arjuna masih sempat menyeringai samar begitu mendengar kalimat Selena, sebelum akhirnya jatuh tertidur karena pegaruh obat yang cukup kuat.

Bab terkait

  • Sir, You are Dumb!   9. Eksplorasi Anugrah Tampan

    Selena terdiam cukup lama memperhatikan sosok lelaki yang kini mendengkur halus dengan mulut sedikit terbuka itu. Keningnya yang semula berkerut dalam seakan tengah menahan rasa sakit, perlahan memudar. Dada bidangnya naik turun dengan begitu teratur. Dan saat itulah, Selena sungguh baru menyadari jika di dada sebelah kiri sedikit ke dalam lelaki itu terdapat bekas luka sayatan benda tajam yang cukup panjang.Mata Selena menyipit dengan pikiran yang mulai menebak-nebak. Lelaki ini adalah seorang tentara berstatus kapten, pemimpin dari satu batalion pasukan khusus di mana satu orang saja di antaranya memiliki kekuatan 30 orang prajurit biasa. Dengan statusnya itu, tidak menutup kemungkinan jika lelaki ini sudah terlibat dengan kejadian yang mungkin saja akan dengan mudah merenggut nyawanya.Dan tiba-tiba saja, ide-ide segar bermunculan di benak Selena. Membuat gadis itu menyeringai lebar.Lelaki ini sangat tampan. Nilai jual dari ketampanannya pastilah sangat

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-03
  • Sir, You are Dumb!   10. Bad Temper

    Arjuna yang tak pernah sekalipun mendapatkan perlakuan sedemikian merendahkan harga dirinya itu pun, sedikit tertegun dengan keberanian gadis di hadapaannya yang kini bahkan berani melemparinya dengan tatapan mencemooh itu.Sejak ia kecil, entah bagaimana, orang-orang di sekitarnya merasa segan dengannya. Mungkin bukan hanya karena nilai akademisnya yang selalu menduduki posisi puncak di setiap jenjang pendidikan, namun, mungkin juga karena pembawaannya yang begitu tenang dan tak banyak bicaralah yang menjadikannya disegani oleh teman-teman bahkan para seniornya.Karena perlakuan itu telah ia terima bahkan ketika dirinya baru berada di bangku taman kanak-kanak, yang seakan telah menyatu dengan kehidupannya, menyatu dengan kepribadiannya, mau tidak mau membentuk kepribadian tinggi hatinya tanpa sadar. Merasa diri berada di posisi paling sempurna di mana tak seorang pun memiliki kesempatan untuk mencelanya. Sehingga, mendapati dirinya diperlakukan diluar kebiasaan, tentu

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-08
  • Sir, You are Dumb!   11. Panggilan Darurat

    Selena seketika mendecih begitu mendengar nada arogan yang mengalir deras dalam setiap getar suara sosok lelaki yang kini bahkan enggan menoleh ke arahnya itu. Entah karena malu atau karena terlalu jengkel dan kesal padanya. Selena sama sekali tak peduli.Namun, belum sempat Selena membalas perkataan Arjuna yang menjengkelkan itu, terdengar instrument BrunuhVille “Spirit of The Wild” dari saku celana Arjuna. Sebuah instrumental yang seketika membuat Selena terbeliak. Sedikit terkejut menyadari bahwa lelaki ini memiliki selera yang sama dengannya. Meskipun harus ia akui, instrumental yang terdengar liar, lembut, dan penuh semangat ini memanglah sangat bagus, bahkan mungkin saja memiliki jutaan penikmat di luaran sana, namun, tetap saja, bukankah ini terlalu kebetulan bagi mereka?Bahkan sama-sama menggunakannya sebagai nada dering panggilan ponsel? Oh, sungguh, Selena berharap tak ada seorang pun yang menghubunginya malam ini. Jika sampai lelaki itu mengetah

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09
  • Sir, You are Dumb!   12. Gadis Peretas

    Ketika Arjuna hendak berpamitan untuk meninggalkan makan malam terlebih dahulu dengan alasan tugas yang tak dijelaskannya secara mendetail, ia mengatakan pada kedua orangtuanya sekaligus keluarga Selena bahwa dirinya dan Selena tidak keberatan dengan rencana pernikahan mereka.Tentang kapan acara pernikahan itu akan dilangsungkan, ia serahkan sepenuhnya pada para orangtua.Dan setelah berkata demikian, tubuh tinggi tegap Arjuna berjalan menuju pintu dengan kedua kaki jenjangnya yang melangkah cepat nan lebar. Terlihat begitu tergesa-gesa. Meninggalkan kedua orangtuanya dan keluarga Selena yang kini terlihat sangat bahagia dengan keputusan yang baru saja didengar dari mulut Arjuna itu. Keduanya bahkan sempat tak percaya dengan apa yang didengar oleh telinganya. Namun, kenyataan bahwa itu bukanlah mimpi, membuat mereka segera diliputi oleh kebahagiaan yang luar biasa.Ibu Arjuna dan ibu Selena bahkan saling berangkulan dengan air mata berderai karena haru. S

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-10
  • Sir, You are Dumb!   13. Memilih Bukanlah Pilihan

    “Apa kau yakin dengan keputusanmu untuk menikah dengannya?” tanya sang kakak yang kini berdiri setangah duduk bersandar di atas meja belajar Selena. Menatap adiknya dengan tatapan menyipit penuh selidik. Berusaha mencari tahu keseriusan adiknya itu tentang keputusannya menyetujui pernikahan.Selena yang tengah menatap layar monitor layaknya tengah menonton sebuah film aksi itu segera mendongak, balas menatap kakaknya dengan kening berkerut samar. “Apakah adikmu yang cantik ini memiliki pilihan, wahai kakaku yang tampan?” Selena justru balik bertanya, mengangkat sebelah alis dan menyeringai samar sebelum kembali fokus pada layar monitornya.Gadis itu tak berkedip begitu melihat sosok Arjuna yang telah menggulung kemeja batik lengan panjangnya hingga ke siku, berlarian di sebuah lorong yang mengarah ke suatu tempat yang belum ia ketahui.Hanya dengan menggunakan nomor ponsel Arjuna, Selena bisa melacak keberadaan Arjuna dan menyusup ke dala

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-11
  • Sir, You are Dumb!   14. Penyerangan

    Selena mengetuk-ngetuk pipinya lembut dengan jari telunjuknya ketika memikirkan kembali apa yang baru saja disampaikan oleh kakaknya. Bibirnya terkatup rapat sementara kedua alisnya saling bertautan erat.Sebetulnya, ia sama sekali tak ingin memikirkan apa yang baru saja kakaknya itu katakan. Namun sungguh sial, kata sakral itu terus terngiang di benaknya sekalipun kakaknya telah lama meninggalkan kamarnya.Tadinya, ia langsung setuju dengan perjodohan itu karena sama sekali tak melihat adanya poin yang merugikan dirinya. Tapi ia sunggguh baru tersadar jika pernikahan adalah sebuah wujud tanggung jawab.Selena mengerang frustrasi memikirkan kerumitan tanggung jawab itu setelah dirinya menyandang gelar istri. Ia sungguh tak peduli dengan Arjuna, tetapi, bagaimana dengan keyakinan yang ia pegang? Wujud tanggung jawabnya terhadap Tuhan.Selena menjatuhkan keningnya ke atas meja seraya merutuki kecerobohannya dalam membuat keputusan. Bagaimana mungki

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-13
  • Sir, You are Dumb!   15. Kali Ini, Kau Kulepaskan

    Selena yang masih sibuk mengamati pergerakan orang-oramg melalui layar monitornya seraya terus berkomentar, segera terdiam begitu mendengar suara Arjuna yang teramat jelas di telinganya yang kini mengenakan headphone.Sebelah alisnya terangkat, seakan otaknya terlambat mencerna kalimat menyudutkan yang baru saja diterima indera pendengarannya itu.Hening sejenak. Sebelum akhirnya seruan jengkel meluncur dari lisan Selena tanpa bisa dicegah. Mengalir deras bagai air bah yang menghanyutkan apa pun yang dilintasinya. Beruntunya, Arjuna adalah sebuah pohon yang kokoh dengan akar yang kuat. Derasnya air bah yang menerjangnya, tidak akan cukup kuat untuk membuatnya tercerabut dari akar dan terseret arus. Alih-alih, yang ada justru air bah itulah yang menyerah dan surut ke dalam tanah.“Apakah kau sudah selesai?” tanya Arjuna dengan santainya begitu Selena menghentikan kalimat makiannya untuk mengambil napas.“Kau idiot!” geram S

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-13
  • Sir, You are Dumb!   16. Kekhawatiran Sang Ayah

    Keesokan harinya, Selena sudah bangun sebelum subuh dan menjalankan rutinitas sebagaimana biasanya. Meskipun semalam ia tidur larut malam, namun, energi mudanya yang luar biasa, membuatnya tetap bangun dalam keadaan segar bugar. Sama sekali tak terlihat jejak kelelahan akibat begadang.Dan di pagi itu, setelah ia selesai lari pagi, sama sekali tidak seperti biasanya, ia langsung menghempaskan tubuhnya di sofa ruang keluarga dekat dengan sang ayah yang tengah menonton acara bincang bisnis yang dihadiri beberapa pakar.“Pagi, Ayah,” sapanya dengan nada riang pada sang ayah yang tengah menikmati teh hangat dan pisang goreng seraya menonton.“Pagi juga, Sayang,” balas Dharta seraya menarik kepala putrinya lembut dan mengecup kening putrinya penuh sayang. “Tumben sekali, ada apakah gerangan, eh? Biasanya putri Ayah sama sekali tidak tertarik dengan tontonan jenis apa pun, atau.” Dharta menjeda kalimatnya, menyipit penuh rasa curiga

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-16

Bab terbaru

  • Sir, You are Dumb!   22. Pesan Tak Dikenal

    Arjuna menatap ponsel yang telah padam di tangannya itu seraya mengangkat sebelah alis sedikit terkejut, sebelum akhirnya terkekeh pelan. Benar-benar tak menyangka jika ada gadis yang berani berkata kasar dan begitu vulgar pada dirinya.Dan lebih buruk daripada itu, sebentar lagi gadis itu akan menjadi istri sahnya. Karakter seorang gadis yang sama sekali tak pernah terlintas di benaknya yang selama ini hanya menjumpai gadis-gadis anggun nan bersikap lembut kala di hadapannya.Yang anehnya, justru sikap Selena yang begitu terang-terangan dan sama sekali tak memiliki kecanggungan ataupun sopan santun terhadap dirinya yang notabene selalu disegani banyak orang itulah yang membuatnya tertarik pada gadis itu.Tidak hanya tertarik, ajaibnya, ketika berada di dekat gadis itu, dirinya bisa menjadi lelaki normal dan melupakan traumanya di masa silam.Karena berbagai alasan itulah, Arjuna memutuskan untuk tidak terlalu ambil pusing dengan sikap Selena yang semena-

  • Sir, You are Dumb!   21. Janji Bertemu II

    “Tentu saja aku kesal!” geram Selena dengan nada tinggi. “Apakah kau berharap aku akan merasa sangat senang sekali jika ada orang lain yang menjamahya ruang pribadiku, eh?” lanjutnya seraya bersungut-sungut. Andai di hadapannya saat ini ada kue klepon kesukaannya, ia pasti menelannya bulat-bulat.“Tapi aku bukan orang lain. Aku adalah calon suamimu. Bukankah dalam hubungan suami-istri tidak seharusnya ada ruang pribadi sebagaimana yang kau bicarakan itu?” balas Arjuna ringan sekali, seakan tengah membicarakan cuaca mendung di pagi hari.Baginya, apa yang ia lakukan sama sekali tidak mengandung unsur kesalahan. Lagipula, ponsel gadis itu juga tak memiliki rahasia jenis apa pun yang bisa menghancurkan dunia. Alih-alih, percakapan dalam pesannya hanya berisi segelintir orang, itu pun hanya membicarakan masalah yang menurutnya sama sekali tak penting.Bahkan gallery gadis itu sama sekali tak normal layaknya gadis muda pada umumnya

  • Sir, You are Dumb!   20. Janji Bertemu I

    Selena segera menyambar ponselnya dan mengumpat kesal begitu melihat nama kontak yang tertera di layar ponsel.“My Husband, eh? Jangan panggil aku Selena jika tidak bisa memberi pelajaran pada orang yang dengan berani meretas ponselku!” geram Selena seraya menunggu panggilan telepon tersambung, menyeringai seperti penyihir jahat yang dengan riang menakuti anak-anak.Namun, sedetik kemudian, gadis itu mengerutkan kening dalam. Teringat bahwa ponselnya telah memiliki sistem berlapis yang menjaganya dari gangguan peretas.Bagaimana bisa Arjuna menembusnya? Mungkinkah lelaki itu juga memiliki keahlian yang sama seperti dirinya?Belum selesai Selena menganalisanya, terdengar sahutan dari seberang yang terdengar begitu lelah.“Kau sudah membacanya?” tanya Arjuna seraya menyandarkan punggung ke sandaran kursi di ruangannya. Peristiwa yang terjadi semalam benar-benar telah menguras energi dan pikirannya sebagai

  • Sir, You are Dumb!   19. File Kesepakatan

    Selena menghempaskan tubuhnya di atas ranjang dengan posisi kaki menggantung setelah selesai berbicara dengan ayahnya. Ia bahkan merasa tak perlu repot-repot berganti pakaian sekalipun pakaian yang ia kenakan basah dan lengket oleh keringat.Beruntungnya, ibunya tidak ada di sana. Jika tidak, ia pasti akan menerima petuah gratis selama dua jam penuh tentang pentingnya menjaga kebersihan diri.Gadis itu menghela napas panjang dan membiarkan kedua tangannya telentang.Pandangannya menatap langit-langit kamar yang berwarna putih gading dengan pikiran yang melayang jauh ke segala penjuru mata angin, memikirkan banyak hal tentang masa depan pernikahannya.Dirinya memang menyetujui perjodohan itu, tetapi ia sungguh tak menyangka akan secepat itu prosesnya.Satu bulan sejak pertemuan pertama mereka? Oh yang benar saja!Selena mengusap wajahnya kasar dengan kedua tangan. Mendesah berat dan hampir saja meloloskan erangan frustrasi. Sebelum akhirnya,

  • Sir, You are Dumb!   18. Ayah Percaya (?)

    “Oh, benarkah?” Nada tak yakin dengan tatapan penuh selidik sang ayah itu seketika membuat Selena merutuki kecerobohannya. Tidak seharusnya dirinya terburu-buru menghampiri sang ayah unuk melihat berita hari ini. Dirinya sungguh menyesal kenapa tidak menonton televisi melalui jaringan internet saja.Namun, penyesalannya sungguh tak berguna sama sekali. Nasi telah menjadi bubur. Bagaimana mungkin dirinya bisa mengembalikannya lagi menjadi bulir-bulir nasi?Yang harus ia pikirkan saat ini adalah mencari cara bagaimana agar ayahnya, yang kini menatap dirinya dengan kedua mata menyipit semakin curiga itu bisa mempercayai bualannya.Selena sungguh tertawa ironi dalam hati, betapa buku tentang kiat-kiat berbohong yang sengaja ia baca untuk menguatkan karakter-karakter fiksinya itu akan sangat berguna di situasi seperti ini.“Apakah Ayah meragukanku?” sanggah Selena cepat, dengan raut yang dibuat seakan tengah terluka karena seseora

  • Sir, You are Dumb!   17. Demi Sebuah Rahasia

    “Tunggu sebentar,” ucap Dharta dengan kening berkerut samar, seakan ada sesuatu yang mengganggunya.“Jika informasi tentang penyerangan Markas Rajawali itu tak ditayangkan oleh media mana pun, lalu, bagaimana kau bisa mengetahuinya, Sayang? Ayah pikir, hubungan kalian belum sedekat itu hingga Arjuna menceritakan masalah yang ditutup rapat-rapat dari jangkauan publik itu padamu. Atau, telah terjadi sesuatu ketika kalian berdua di kamar tamu?” cecar Dharta seraya menatap lekat manik sewarna madu miliki gadisnya yang kini bergerak-gerak salah tingkah. Membuat Dharta semakin mengerutkan kening dalam.Selena sungguh mati kutu. Ia sama sekali lupa mengantisipasi kemungkinan munculnya pertanyaan itu dari sang ayah.Dirinya tentu saja tidak mungkin menceritkan tentang tindakan kriminal yang telah ia lakukan.Jika sampai ayahnya tahu tentang kemampuan dan tindakannya itu, sudah bisa dipastikan, ayahnya yang lembut namun juga tegas secara be

  • Sir, You are Dumb!   16. Kekhawatiran Sang Ayah

    Keesokan harinya, Selena sudah bangun sebelum subuh dan menjalankan rutinitas sebagaimana biasanya. Meskipun semalam ia tidur larut malam, namun, energi mudanya yang luar biasa, membuatnya tetap bangun dalam keadaan segar bugar. Sama sekali tak terlihat jejak kelelahan akibat begadang.Dan di pagi itu, setelah ia selesai lari pagi, sama sekali tidak seperti biasanya, ia langsung menghempaskan tubuhnya di sofa ruang keluarga dekat dengan sang ayah yang tengah menonton acara bincang bisnis yang dihadiri beberapa pakar.“Pagi, Ayah,” sapanya dengan nada riang pada sang ayah yang tengah menikmati teh hangat dan pisang goreng seraya menonton.“Pagi juga, Sayang,” balas Dharta seraya menarik kepala putrinya lembut dan mengecup kening putrinya penuh sayang. “Tumben sekali, ada apakah gerangan, eh? Biasanya putri Ayah sama sekali tidak tertarik dengan tontonan jenis apa pun, atau.” Dharta menjeda kalimatnya, menyipit penuh rasa curiga

  • Sir, You are Dumb!   15. Kali Ini, Kau Kulepaskan

    Selena yang masih sibuk mengamati pergerakan orang-oramg melalui layar monitornya seraya terus berkomentar, segera terdiam begitu mendengar suara Arjuna yang teramat jelas di telinganya yang kini mengenakan headphone.Sebelah alisnya terangkat, seakan otaknya terlambat mencerna kalimat menyudutkan yang baru saja diterima indera pendengarannya itu.Hening sejenak. Sebelum akhirnya seruan jengkel meluncur dari lisan Selena tanpa bisa dicegah. Mengalir deras bagai air bah yang menghanyutkan apa pun yang dilintasinya. Beruntunya, Arjuna adalah sebuah pohon yang kokoh dengan akar yang kuat. Derasnya air bah yang menerjangnya, tidak akan cukup kuat untuk membuatnya tercerabut dari akar dan terseret arus. Alih-alih, yang ada justru air bah itulah yang menyerah dan surut ke dalam tanah.“Apakah kau sudah selesai?” tanya Arjuna dengan santainya begitu Selena menghentikan kalimat makiannya untuk mengambil napas.“Kau idiot!” geram S

  • Sir, You are Dumb!   14. Penyerangan

    Selena mengetuk-ngetuk pipinya lembut dengan jari telunjuknya ketika memikirkan kembali apa yang baru saja disampaikan oleh kakaknya. Bibirnya terkatup rapat sementara kedua alisnya saling bertautan erat.Sebetulnya, ia sama sekali tak ingin memikirkan apa yang baru saja kakaknya itu katakan. Namun sungguh sial, kata sakral itu terus terngiang di benaknya sekalipun kakaknya telah lama meninggalkan kamarnya.Tadinya, ia langsung setuju dengan perjodohan itu karena sama sekali tak melihat adanya poin yang merugikan dirinya. Tapi ia sunggguh baru tersadar jika pernikahan adalah sebuah wujud tanggung jawab.Selena mengerang frustrasi memikirkan kerumitan tanggung jawab itu setelah dirinya menyandang gelar istri. Ia sungguh tak peduli dengan Arjuna, tetapi, bagaimana dengan keyakinan yang ia pegang? Wujud tanggung jawabnya terhadap Tuhan.Selena menjatuhkan keningnya ke atas meja seraya merutuki kecerobohannya dalam membuat keputusan. Bagaimana mungki

DMCA.com Protection Status